Kegiatan
penggelondongan nener merupakan mata rantai yang bertujuan salah satunya adalah
menekan mortalitas benih karenan pengelondongan nener adalah masa awal
pemeliharaan yang dianggap sebagai masa paling kritis. Usaha penggelondongan
nener bukan lagi sekedar usaha sambilan di samping usaha pembesarannya tambak,
melainkan sebagai usaha komersial yang harus ditangani lebih serius dan
hati-hati.
Oleh karena usaha
penangkapan nener dari alam sulit dilakukan sedangkan kebutuhan atau permintaan akan
nener meningkat maka diharapkan
teknik pengelolaan penggelondongan dapat lebih dikembangkan. Salah satu metoda dalam penggelondongan nener
adalah penggelondongan di petakan tambak. Usaha ini dilakukan dalam petakan
tambak yang ukurannya relatif kecil (500 - 1.000 m2) atau dengan cara menyekat
tambak dengan masa 3 minggu - 1 bulan.
Usaha penggelondongan
telah banyak berkembang dibeberapa daerah di Indonesia, antara
lain di Jawa
Timur, Jawa Tenah,
Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan DI Aceh. Untuk itu diupayakan membahas teknik
pengelolaan penggelondongan pada tulisan ini.
Tujuan tulisan ini adalah menginformasikan kepada petani maupun pengusaha mengenai
teknik mengelola penggelondongan
nener yang baik.
PEMILIHAN LOKASI
Pemilihan lokasi
hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1) Mempertimbangkan
aspek-aspek yang berkaitan dengan lokasi seperti tata ruang, sumber air dan
pengairan. Diusahakan tidak begitu jauh
dari pantai agar suhu udara yang
ada dapat mendukung keberhasilan usaha pemeliharaan benih bandeng. Suhu air pada
tambak berkisar antara 30 - 33C.
2) Jarak lokasi ideal
dari sumber benih/nener maksimal 12 jam. Perjalanan
selama dalam pengangkutan konsumen tidak melebihi 12 jam.
3) Salah satu faktor yang
dapat mengakibatkan kegagalan usaha
penggelondongan bandeng adalah persaingan penggunaan lahan antar sesama
pengusaha tambak.
4) Sarana transportasi.
Kelancaran sarana
angkutan terutama jalan, sangat memegang peranan penting dalam usaha
penggelondongan nener ini. Oleh
sebab itu dipilih lokasi yang sarana lalu lintasnya dapat menjamin mutu nener
tetap baik.
5) Jaringan listrik.
Sarana yang
diperhatikan dalam memilih lokasi adalah yang dekat dengan jaringan listrik
negara (PLN). Namun untuk
usaha penggelondongan bandeng
kebutuhan listrik bisa diganti dengan alat-alat lain seperti genset.
SISTEM PETAK PENENERAN
1) Petakan untuk nener.
Petakan untuk nener
pada umumnya dangkal, luasnya berkisar antara 500 - 1.000 m2. Letak petakan nener dekat dengan sumber air
tawar maupun air asin.
2) Petakan untuk
gelondongan.
Petakan gelondongan
mempunyai areal lebih besar (luas) dan lebih dalam (1.000 - 2.000) m2. Hal ini digunakan untuk menampung gelondongan
dari petakan peneneran tempat untuk menumbuhkan gelondonan kecil (pre
fingerling) atau untuk penyimpanan dan menahan gelondongan besar (post
fingerling).
3) Petakan
Aklimatisasi.
Petakan untuk aklimatisasi
atau yang biasa disebut ipukan/baby box merupakan petakan kecil yang terbuat
dalam penggelondongan dan bersifat hanya
sementara. Ipukan ini
dibatasi oleh pematang
yang relatif kecil (sempit dan rendah) dibangun berdekatan
dengan saluran air, agar mutu lebih baik dan memudahkan pengelolannya. Ukuran luasnya
tergantung kepada banyaknya nener
yang akan ditebarkan
(stock). Pada musim kemarau temperatur udara dapat naik
mencapai 330C, ipukan dapat menampung 5.000 - 10.000 ekor per m2 selama 3 hari, meskipun dibawah periode yang
relatif tenang.
4) Tempat pengumpulan
(tempat untuk panen)
Berupa petakan
kecil untuk penangkapan
atau kanal yang
sempit atau tempat untuk
mengumpulkan gelondongan dalam waktu singkat.
Ikan-ikan dikumpulkan ke tempat pengumpulan dengan cara pengaturan
aliran air, dari air pada saat pasang atau air dari petakan lain yang telah
disiapkan sebelumnya.
Aerasi dapat diatur
dengan aliran air dari tambak yang berdekatan atau dari tambak yang lain,
sehingga tidak terjadi efek yang merugikan karena kekurangan oksigen, walaupun
di dalam petakan
tersebut padat dengan ikan.
Dalam petakan ini ikan-ikan tersebut mudah dijaring dan dipindahkan ke
petakan yang lain dengan cara mengunakan jaring untuk pemindahan gelondongan. Hal ini dipermudah dengan sifat ikan bandeng
yang senang menentang arus.
Keterangan Gambar 1
A. Kanal utama
B. Kanal pembagi
petakan
C. Petak penangkapan
D. Petak
penggelondongan
5) Pintu dan
gorong-gorong.
Petakan untuk nener, gelondongan dan penangkapan (pengumpulan)
dilengkapi dengan pintu-pintu atau gorong-gorong, yang dipasang rapi dan diberi
saringan. Yang terutama perlu diperhatikan ialah : petakan untuk nener jangan
sampai kemasukan telur-telur maupun larva predator misalnya kakap, kerapu, belut
dan lain sebagainya. Pada pintu perlu
dipasang saringan nylon yang halus atau bahan yang serupa. Bisa juga
dipergunakan saringan-saringan yang berbentuk kantong dari nylon yang halus,
yang dipasang pada ujung dari gorong-gorong selama persiapan petakan untuk
nener dan juga selama sepuluh hari pertama setelah penebaran nener.
4. PENGELOLAAN PETAKAN PENGELONDONGAN
1) Persiapan petakan
untuk aklimatisasi
Beberapa hari sebelum
penebaran nener bandeng, petakan aklimatisasi dipersiapkan dengan baik,
pematang dilapisi dengan tanah yang lunak, dilengkapi dengan atap yang dibuat
dari kisi-kisi bambu. Pada kaki bagian
dalam pematang peneneran sebaiknya diberi berm, guna memudahkan petugas tambak
berada atau bertugas lebih dekat dengan perbatasan air. Berm mempunyai 2 (dua)
macam kegunaan yaitu merupakan tempat untuk pembetulan bocoran-bocoran pada
pematang dan menahan longsoran- longsoran tanah dari pematang.
Selanjutnya petakan
dikeringkan dan perataan dasar petakan dikerjakan denan kemiringan yang dibuat
menuju arah pintu air selama tanah belum keras (masih basah). Untuk perataan tanah dapat digunakan garu
dari kayu, dan dapat juga menggunakan papan yang agak panjang yang didorong
oleh dua atau tiga orang. Lubang bekas
kaki ditutup, sebab kemungkinan dapat dipakai tempat untuk sembunyi ikan-ikan
liar atau telurnya yang dapat tahan hidup selama pengeringan pada masa
persiapan.
Keterangan Gambar 2: A.
Papan garu
B. Tangkai dari kayu
atau bambu
2) Kultur makanan alami
Makanan yang paling
ideal bibit bandeng dan gelondongan adalah klekap, yakni kumpulan diatome
dasar, alga biru, inverterbrata tingkat rendah, 200 plankton, juga diperlukan
untuk melengkapi nilai gizi makanan.
Gelondongan yang lebih
besar dan berukuran panjang 80 mm, sudah dapat memakan alga hijau benang atau
lumut (chaetomorpha sp., Entormorpha sp., dan Cladophora sp.).
3) Kultur klekap pada
musim kemarau
Musim kemarau merupakan
saat yang paling baik dan cocok untuk menumbuhkan klekap sebagai makanan alami.
Setelah petakan selesai perataannya lalu
dibiarkan kering sampai
tanahnya retak-retak. Waktu pengeringannya diperkirakan
selama 2 - 3 minggu tergantung pada tanah aslinya.
Keberhasilan atau
kegagalan dalam menumbuhkan klekap yang baik dan menahannya agar tetap menempel
pada dasar tembak tergantung pada derajat kekeringannya. Pengeringan yang tidak seimbang atau
pengeringan yang kurang sempurna akan menghasilkan klekap yang mudah lepas dari
tanah dan akhirnya mengambang.
Bilamana terjadi
sebaliknya, terlalu lama pengeringannya sehinga lapisan permukaan tanah
kekeringan, maka terjadi suatu kondisi yang sangat tidak memungkinkan untuk
pertumbuhan klekap. Pengeringan
dianggap cukup bilamana kandungan air dari lapisan tanah yang tebalnya sekitar
10 cm itu kira-kira 18 - 20%. Suatu hal
yang praktis untuk mengetahinya ialah dengan jalan diatas tanah yang
dikeringkan tersebut. Bilamana tanah
tersebut cukup kuat menahan orang sehingga hanya turun (tenggelam) sekitar 2
cm, berat badan orang tersebut maka pengeringan tanah dianggap telah cukup.
Pupuk organik kemudian ditebarkan setelah tanah cukup mengeras. Kwantitasnya tergantung
kepada jumlah dari kemerosotan bahan
organik dalam tanah tambak yang akan dipupuk. Pada umumnya rata-rata
tanah memerlukan 500 - 1.000 kg bekatul atau bungkil jagung per hektar; 500 - 3.000
kg kotoran ternak untuk tiap hektar tambak.
Pupuk anorganik segera ditebarkan di tanah tambak, setelah tanah tambak
tersebut digenangi air pasang yang baru, sedalam kira-kira 10 cm dan
pintu-pintu ditutup serta diblok dengan tanah untuk menahan air tersebut. Beberapa petani tambak menggunakan pupuk Urea
atau Ammonium sulfate (ZA) sebanyak 50 kg atau 100 kg per hektar untuk segera
ditebarkan pada petak-petak agar lebih mempercepat proses pembusukkan pupuk
organik tersebut.
Air di dalam petakan
dibiarkan menguap seluruhnya atau dialirkan keluar bila sudah jernih sekali. Pada dasar petakan dikeringkan lagi seperti
keadaan pengeringan pertama sebelum ditebari pupuk organik. Pada akhirnya praktis semua pupuk organik
akan membusuk (mengurai).
Kegiatan berikutnya
memasukkan air ke dalam petakan dengan cara hati- hati, disaring melalui
saringan halus yang berbentuk kantong dan diikatkan pada pintu air kira-kira 10
cm dan sekali lagi petakan dipupuk dengan urea sebanyak 45 kg ditambah 45 - 55
kg pupuk TSP untuk tiap hektar. Jikalau
klekap belum mulai tumbuh pada saat pengenangan air yang pertama, pada saat ini
akan mulai tumbuh dan menutupi semua permukaan dasar tambak. Selanjutnya
sedalaman di tambak secara bertahap sampai sekitar 20 cm dan petakan siap untuk
ditebari ikan (nener atau gelondongan bandeng).
4) Kultur klekap pada
musim hujan.
Untuk menanggulangi
pertumbuhan klekap pada musim hujan agak sulit. Penurunan kadar garam
menghalangi pertumbuhan dan kemungkinan penyebab kerusakan total dari makanan bilamana
terjadi perubahan mendadak. Oleh karena itu waktu (saat) yang penting dalam mempersiapkan
peneneran pada musim hujan. Paling sedikit diperlukan waktu 1 minggu yang
cuacanya baik secara terus menerus jikalau ingin mencapai keberhasilan. Petakan
dikeringkan, diratakan dan dibiarkan paling sedikit 3 hari, kemudian air
dimasukkan dan dipupuk dengan pupuk organik yang kuantitasnya sama dengan yang
biasa digunakan pada pemupukan anorganis yang kedua di musim kemarau. Pada saat
itu juga ditambahkan bekatul sebanyak 200 kg/Ha.
Perlu diketahui klekap
yang tumbuh pada musim hujan ini tidak sebanyak yang tumbuh di musim kemarau
dan cenderung mudah lepas dari tanah dasar petakan yang kemudian mengapung,
yang akhirnya mengelompok di sisi-sisi petakan akibat dihembus oleh angin. Dalam
hal demikian, klekap tidak dapat dimanfaatkan oleh ikan yang dipelihara.
5) Kultur plankton
Disini harus kita
perhatikan upaya untuk menumbuhkan plankton agar mencapai hasil yang memuaskan
(sukses) diperlukan air yang dalam serta rendah kadar garamnya, terutama selama
musim hujan.
Mula-mula petakan
dikerjakan dan dibiarkan
untuk 2 -
3 hari, kemudian segera diisi (digenangi) dengan air
pasang yang baru. Pupuk organik yang
diberikan harus cukup yang biasanya terdiri dari kombinasi antara Urea atau
Amonium sulfate (ZA) sebagai N (nitrogen) dan Superfosfate (SP-36) sebagai
sumber P2O5 (fosfate) ditambah bekatul yang digunakan untuk membuat air menjadi
hijau warnanya, yang sebagian besarnya adalah phytoplankton.
Pada umumnya petani
tambak memulai dengan dosis 6 gram N, 6 - 9 gram P2O5 dan 50 - 100 gram bekatul
untuk setiap m3 air yang kemudian dinaikkan dosisnya sampai didapatkan hasil
yang diinginkan. Blooming phytoplankton
akan terjadi dalam 48 jam pada cuaca yang memungkinkan. Petakan siap ditebari ikan jikalau suatu
obyek yang putih berada dalam air hilang (lenyap) dari pandangan pada kedalaman
kurang lebih 30 cm.
5. PENEBARAN
(PENANAMAN, STOCKING)
1) Persiapan petakan
untuk aklimatisasi (ipukan).
Petakan untuk
aklimatisasi (ipukan) perlu dibuat, atau bila telah ada perlu disiapkan dengan
baik. Pematangnya diplester (dilapisi)
dengan tanah yang lunak dan sekalian
menutupi bocoran-bocoran. Atap
diperlukan yang biasanya dibuat dari kisi-kisi bambu (kere) untuk memberikan
kesejukan kita dapat memanfaatkan cabang-cabang dari pohon api-api yang baru
dipotong, seperti daun kelapa, daun nipah diletakkan di aasnya sebagai atap
(dapat digunakan daun nipah atau daun kelapa yang dibuat khusus untuk atap). Ada
juga yang ditancapkan pada keliling ipukan dapat, agar memberikan suasana
kesejukan. Dengan cara demikian ipukan
tidak menerima sinar matahari lansung dan suhu menjadi rendah di dalamnya.
Untuk mengantisipasi
adanya hujan turun, atap perlu dilapisi atau ditutup dengan plastik
(polyethelene sheet). Bila
ipukan dibuat dengan
1 atau dengan 2
pematang dari petakan
sebagai sisinya, perlu
adanya kanal (saluran kecil)
sepanjang berm untuk mengalirkan air hujan terutama dari pematang petakan agar
masuk ke petakan besar dan tidak masuk ke ipukan. Semua pematang
ipukan ditutupi dengan
lembaran plastik. Air
hujan terutama yang mengalir dari
pematang petakan dan masuk ke dalam ipukan dapat menyebabkan
kematian nener yang
disimpan di ipukan
dalam keadaan padat.
Pada saat yang singkat
sebelum nener datang semua air di dalam ipukan dikuras keluar. Air tawar secukupnya dapat juga air sumur
atau dari mata air yang lain diisikan pada ipukan pelan-pelan, selanjutnya air
dipasang yang baru dilewatkan melalui saringan yang halus ditambahkan sampai
kadar garam mencapai 15
- 20 ppt. Air dibiarkan
jernih, sedimen dibiarkan mengendap dahulu dan semua
kotoran-kotoran yang mengambang dibuang (bisa juga diambili).
2) Penebaran Nener
Nener dibawa
ke tambak dengan
kantong plastik dan
diberi oksigen. Biasanya pada
pengangkutan nener digunakan air yang kadar garamnya antara 15 - 20 ppt. Hal inilah yang mengharuskan ipukan diisi air
taw kadar garam
sesuai dengan air
untuk pengangkutan nener. Pelepasan
nener biasanya dilaksanakan pada pagi atau sore hari, pada saat suhu udara
relatif lebih dingin (sejuk). Untuk
mempermudah dalam aklimatisasi nener terhadap suhu air maka kantong plastik
dibiarkan mengambang di dalam ipukan untuk satu atau dua jam lamanya sebelum
dilepaskan. Dan di dalam petakan
penggelondongan diusahakan untuk kepadatan penebaran antara 40 - 50 ekor per m2.
Pelepasan nener secara
langsung ke ipukan dapat juga dilakukan, akan tetapi lebih
aman kalau hal
tersebut tidak dilakukan. Mula-mula nener bersama
airnya dituangkan ke
dalam baskom plastik
kemudian air dari ipukan ditambahkan ke baskom sedikit
demi sedikit sampai kira-kira sama denan kondisinya dengan air ipukan itu
sendiri. Setelah itu baskom secara
pelan-pelan dimiringkan dan dibiarkan
nener itu berenang
keluar. Pada permukaan kolam nener
akan berenang-renang di
dekat permukaan air tetapi setelah beradaptasi dan merasa
segar lagi, mereka mulai makan Benthic algae yang tipis di dasar. Untuk adaptasi nener sepenuhnya dalam ipukan
diperlukan waktu sekitar 12 jam.
Nener yang lemah
kondisinya akan memerlukan waktu lebih
lama untuk adaptasi dan berenang-berenang di dekat permukaan air dalam
ipukan.
Jika nener telah tampak
aktif bergerak dan makan, maka pematang ipukan dapat dipotong sedikit dan
disisipkan saringan dengan bahan yang halus ditempat tersebut. Pematang yang
dipotong ini dipergunakan
untuk memudahkan pertukaran air di dalam maupun di luar ipukan ( biasanya kadar garam air di luar ipukan
lebih dari 40 ppt) dan dalam sekitar 12 jam sesudahnya, kadar garam akan sama
atau yang di dalam ipukan akan lebih rendah sedikit dari pada garam di petakan
luar ( di luar ipukan).
Bilamana nener tampak
mulai berkumpul disekitar saringan atau berenang- renang menentang arus yang
melewati saringan, hal ini menunjukkan bahwa nener ini telah cukup aklimatisasi
terhadap kondisi garam dari petakan untuk nener. Saringan telah dapat diambil dan nener
dibiarkan berenang keluar. Hal ini dikerjakan pada pagi hari atau sore hari
ketika air di petakan rendah suhunya.
Ipukan tidak diperlukan
di saat musim hujan bila kadar garam di petakan telah menjadi
rendah. Nener dapat
dilepaskan langsung ke
dalam air setelah cukup
aklimatisasi di dalam baskom. Jikalau Nener Payus (Elops sp.) belum terambil
(belum diseleksi), nener hendaknya dilepaskan dalam happa nylon (dengan ukuran
mata jaring : 5 - 6 tiap cm) yang dipasang dalam petakan. Nener Bandeng dapat lolos ke luar sedang di
dalam happa tertinggal Payus serta nener Bandeng yang agak besar sedikit
ukurannya dari mata happa nylon.
3) Pengaturan Air
Pada umumnya selama 7 -
10 hari sesudah pelepasan nener, tidak dilakukan penggantian air. Selama itu
nener tambah menjadi lebih besar dan perlu adanya saringan di pintu yang dapat
menahan nener keluar, akan tetapi dapat memasukkan air ke dalam
petakan. Penyegaran dapat dilakukan dengan mengalirkan air ke luar
kemudian diganti dengan air pasang yang baru.
Saringan perlu di cek setiap saat membuka pintu. Penutupan harus dilakukan dengan hati-hati,
terutama dalam pemasangan papan-papan pintu.
Petakan untuk Nener
mempunyai dasar yang lebih tinggi dan rata bila dibandingakn dengan
petakan-petakan yang lain. Oleh karena itu perlu adanya tindakan bila masih
terjadi bocoran-bocoran pada waktu
pemasukkan air di saat pasang terakhir.
Pilihan lain ialah perlu menyediakan pompa air untuk pasang yang rendah
bila tidak dapat mencapai petak peneneran.
Nener tumbuh lebih
cepat pada air yang berkadar garam agak rendah.
Oleh karena itu perlu
pada musim kemarau
dilakukan penyegaran dengan penggantian air. Penyegaran yang dilakukan pada musim
hujan terutama untuk menjaga (memelihara) klekap atau untuk memperbaiki kondisi
air. Jikalau plankton merupakan makanan utama diperlukan kadar garam yang
rendah dan sering ada hujan akan lebih bermanfaat.
4) Pakan
Pemberian makanan
tambahan mengakibatkan bertambahnya input.
Hal ini hanya diberikan (dilaksanakan) jika makanan alami habis dan
tidak ada tempat yang layak
atau yang siap
untuk dipergunakan. Pengusaha gelondongan bandeng melaksanakan
penimbunan (penahanan) gelondongan dengan
memberikan makanan tambahan, karena itu pengusaha tersebut berani menggunakan
padat penebaran yang tinggi pada tambaknya.
Beberapa macam mkanan
tambahan yang sering digunakan ialah :
a. Katul yang halus
hasil sisa penggilingan padi yang baru berbentuk tepung atau dijadikan pellet.
b. Tepung gandum
(terigu), berbentuk tepung atau dijadikan pellet.
c. Bungkil jagung
(bungkil dari lembaga
jagung), berbentuk tepung
atau dijadikan pellet.
d. Bungkil kacang
tanah, berbentuk tepung atau dijadikan pellet. e. Bungkil kelapa berbentuk
tepung atau dijadikan pellet.
f. Roti yang basi atau telah lama.
g. Kotoran kandang
ternak atau lebih baik kotoran ayam.
Penambahan makanan
sebaiknya habis dimakan dalam jangka waktu dua sampai tiga jam. Bilamana tidak
maka air akan mengalami pencemaran. Setidak-tidaknya makanan diberikan tiga kali
setiap hari atau cukup dua kali (pagi dan sore hari). Makanan dapat diberikan dengan cara
ditaburkan atau ditempelkan pada suatu tempat tertentu yang berada di dalam
kolam (di petakan).
Kondisi gelondongan
yang kurang baik (kurus) perlu diperbaiki sebagai persiapan untuk pemindahannya
ke tambak lain. Gelondongan yang kurus mudah sekali mengalami tekanan. Sisiknya
mudah lepas walupun diperlakukan biasa saja dan tempat yang tidak bersisik akan
mudah mengalami infeksi dari bakteri dan jamur.
0 comments:
Post a Comment