Identifikasi wilayah merupakan perihal yang utama dan pertama kali di dalam
pelaksanaan tugas Penyuluh Perikanan, identifikasi wilayah harus dilakukan
dengan cermat dan teliti agar pengenalan wilayah dapat dijadikan masukan dalam
pembuatan Programa Penyuluhan. Program pembangunan pedesaan sudah berlangsung
lama. Tetapi, program-program pembangunan yang dijalankan selama ini banyak
memperoleh kritik. Kritik tersebut didasari suatu kenyataan di lapangan, bahwa
proses pembangunan tidak mampu memberikan perubahan bagi masyarakat.
Proyek-proyek pembangunan banyak yang bersifat mubazir, tidak berkelanjutan,
dan justru memperparah situasi pedesaan.
Kritik terhadap proyek pembangunan ini banyak ditujukan kepada metodologi
proyek yang tidak “memanusiakan manusia”
pedesaan. Metodologi ini didasari suatu keyakinan bahwa penyelesaian persoalan
pedesaan hanya bisa ditangani oleh kaum profesional. Sementara petani dianggap
sebagai kelompok yang tidak memiliki kemampuan menyelesaikan masalah atau
justru dianggap sebagai bagian dari masalah itu sendiri. Metodologi seperti ini
umumnya didasarkan pada bentuk-bentuk riset dengan menggunakan pendekatan
logika sains (baca= metode ilmiah) dan penelitian-penelitian etnometodologis
yang terpengaruh oleh ilmu-ilmu sosial positivistik[1].
Kritik terhadap metodologi pembangunan yang didasarkan pada bentuk-bentuk
riset dengan menggunakan pendekatan logika sains (baca= metode ilmiah) dan
penelitian-penelitian etnometodologis, pada intinya antara lain:
(1)
Riset ini umumnya hanya menghasilkan pengetahuan yang
empiris-analitis. Pengetahuan seperti ini memiliki kecenderungan tidak
mendatangkan manfaat bagi masyarakat lokal.
(2)
Banyak bermuatan
kepentingan teknis untuk melakukan rekayasa sosial (social enginering),
seperti yang dikemukakan oleh Robert Chamber di muka.
Memungkinkan terjadinya "pencurian" terhadap kekayaan
pengetahuan lokal oleh peneliti (orang luar) sehingga sangat berpotensi
untuk menyebabkan penindasan terhadap orang dalam (masyarakat lokal)..
Sementara pendekatan etnometodologis, meskipun berusaha memahami
kehidupan sehari-hari masyarakat, mencoba menghasilkan pengetahuan yang
Positivisme pada dasarnya
adalah ilmu sosial yang dipinjam dari pandangan, metode dan teknik ilmu alam
memahami realitas. Positivisme sebagai suatu aliran filsafat berakar pada
tradisi ilmu ilmu sosial yang dikembangkan dengan mengambil cara ilmu alam
menguasai benda, yakni dengan kepercayaan adanya universalisme and
generalisasi, melalui metode determinasi, 'fixed law' atau kumpulan hukum teori
(Schoyer, 1973). Positivisme berasumsi bahwa penjelasan tungal dianggap
'appropriate' untuk semua fenomena. Oleh karena itu mereka percaya bahwa riset
sosial ataupun pendidikan dan pelatihan harus didekati dengan metode ilmiah
yakni obyektif dan bebas nilai. Pengetahuan selalu menganut hukum ilmiah yang
bersifat universal, prosedur harus dikuantifisir dan diverifikasi dengan metode
"scientific". Dengan kata lain, positivisme mensaratkan pemisahan
fakta dan values dalam rangka menuju pada pemahaman obyektif atas realitas sosial.
Visi, Tujuan Dan Unsur-Unsur PRA
VISI adalah pandangan terhadap keadaan masyarakat atau kehidupan yang melahirkan
keinginan mendalam (cita-cita) untuk melakukan sesuatu.
VISI PRA yaitu terwujudnya perubahan sosial dan pemberdayaan masyarakat agar
ketimpangan yang disebabkan oleh proses pembangunan dapat ditiadakan atau
dikurangi, agar kesejahteraan dinikmati secara adil dan merata. Artinya;
·
Perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat agar terjadi perubahan perilaku
serta perubahan sosial yang diharapkan.
·
Perlu dilakukan pendidikan masyarakat sebagai proses
pemberdayaan tersebut.
Tujuan PRA
·
Tujuan Praktis (Jangka Pendek)
Menyelenggarakan kegiatan bersama masyarakat untuk
mengupayakan pemenuhan kebutuhan praktis dan peningkatan kesejahteraan.
·
Tujuan Strategis (Jangka Panjang)
Mencapai pemberdayaan masyarakat dan perubahan sosial
melalui pengembangan masyarakat dengan menggunakan pendekatan pembelajaran. Yang
dimaksud pemberdayaan (empowerment) adalah menguatkan
masyarakat, dengan cara memberikan dorongan kepada masyarakat agar menggali
potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya. Caranya
melalui pembelajaran yang terus menerus selama kita mengembangkan program.
Sedangkan yang dimaksud dengan Perubahan Sosial (social change)
adalah Perubahan cara-cara hidup dalam masyarakat, baik karena sebab-sebab dari
dalam masyarakatnya sendiri maupun sebab-sebab dari luar. Perubahan sosial
merupakan tujuan mendasar metode PRA. Tanpa tujuan peruhaban sosial, berarti
bukan metode PRA. Perubahan yang diharapkan adalah: kehidupan masyarakat yang lebih
baik yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Melalui proses penyadaran dan pembelajaran, diharapkan masyarakat mampu merubah hidupnya sendiri.
Dalam melakukan kajian pedesaan secara partisipatif, ada tahapan-tahapan yang semsetinya dilalui. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
Persiapan Desa
Persiapan desa adalah tahap yang sangat penting untuk kelancaran proses
pelaksanaan kajian. Persiapan sebenarnya sudah diawali dengan proses
sosialisasi. Dengan persiapan ini diharapkan bahwa masyarakat dapat memahami
maksud dan tujuan pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat (melalui PRA). Selain
itu, persiapan dapat juga melahirkan suatu kepercayaan (trust), keterbukaan dan
suasana akrab di antara masyarakat dan Tim PRA.
Salah satu tahap
dalam sosialisasi adalah penyusunan rencana
kegiatan PRA. Dalam rencana
tersebut menyangkut tentang kesepakatan
mengenai:
·
Tempat
Biasanya masyarakat sendiri mengatur penyediaan tempat tersebut. Yang perlu
diperhatikan meliputi:
a.
Luasnya tempat (cukup luas untuk semua peserta)
b.
Tempat sesuai kondisi cuaca
c.
Tempat mudah dicapai untuk seluruh masyarakat serta
fasilitator
d.
Tempat cocok untuk teknik PRA yang mau dipakai.
·
Waktu
Waktu pelaksanaan Kajian Keadaan Pedesaan disepakati
bersama masyarakat. Biasanya masyarakat tidak dapat mengikuti kegiatan
sepanjang hari karena harus kerja kebun atau kerja lain.
Pelaksanaan PRA
makan cukup banyak waktu dan perlu kesabaran masyarakat dan fasilitator. Kajian
Keadaan Pedesaan terdiri dari lebih dari pada satu kegiatan dan perlu beberapa
pertemuan dengan masyarakat. Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan keadaan
setempat dan keinginan masyarakat.
·
Pengumuman / Undangan
Rencana pelaksanaan perlu diingatkan kepada masyarakat
supaya masyarakat, termasuk yang tidak
sempat hadir pada saat sosialisasi, akan mengikuti kegiatan PRA. Perlu diingatkan bahwa perempuan
juga perlu terlibat dalam kegiatan kajian. Sering kali masalah-masalah yang
diangkat kurang peka terhadap kebutuhan perempuan dan terlalu memperhatikan
pria. Ingat bahwa dalam pengembangan masyarakat perempuan punya peran penting!
Persiapan Dalam Tim PRA
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif seringkali
difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang dibentuk oleh agen pembangunan atau agen
perubahan (agent of change). Anggota Tim Fasilitator dapat terdiri dari
orang luar (dari agen pembangunan) maupun orang dalam (wakil-wakil masyarakat),
pria dan wanita dan dari macam-macam disiplin/sektor. Tim Kajian Keadaan
Pedesaan Partisipatif terdiri dari beberapa orang, dianjurkan minimal terdiri
dari 3 orang. Yang penting di sini adalah kekompakan Tim yang merupakan penentu
dari kelancaran proses kajian.
Persiapan tim tersebut sangat penting untuk kelancaran
pelaksanaan di Pedesaan. Persiapan yang baik diharapkan dapat mencegah
munculnya kebosanan masyarakat, konflik di antara fasilitator dan kebingungan masyarakat.
Isu-isu penting yang dibahas pada persiapan tim meliputi:
·
Menentukan informasi yang akan dikaji
Informasi yang akan dikaji tergantung tujuan PRA. Tujuan bisa sangat umum
(pemberdayaan masyarakat) atau bisa terkait dengan suatu isu, misalnya pengembangan
agama atau perlindungan lahan kritis. Sesuai tujuan tersebut, yang telah
disepakati dengan masyarakat, diputuskan informasi
apa akan dikaji. Tim PRA harus memperhatikan bahwa informasi yang akan
dikumpulkan harus memiliki relevansi dan tidak terlalu banyak ; yang penting
kualitasnya!
·
Menentukan teknik PRA yang ingin
dipakai
Berdasarkan informasi yang perlu dikaji, diputuskan
teknik apa akan dipakai. Dari pengalaman dalam pelaksanaan PRA, teknik yang seringkali digunakan untuk mulai proses kajian meliputi
pemetaan desa, kalender musim dan alur sejarah desa.
·
Menentukan dan menyediakan bahan pendukung dan media;
Media dan
bahan pendukung ini sangat tergantung teknik PRA yang dipilih. Bahan pendukung yang bisa dimanfaatkan terdiri
dari ‘bahan dari luar’ seperti kertas, spidol, kapur tulis dan lain-lain. Bahan
lokal yang sering dipakai merupakan batu-batuan, daun-daunan, biji-bijian dan
lain-lain. Pilihan bahan dan media yang cocok dan bervariasi sangat penting
untuk mengatasi kebosanan masyarakat dan fasilitator.
·
Pembagian Tugas dalam tim kajian kedaan pedesaan partisipatif
Untuk menerapkan PRA perlu diadakan pembagian tugas dalam tim
untuk masing-masing anggota. Tugas yang biasanya ada dalam TIM PRA meliputi:
a.
Pemandu diskusi / fasilitator
utama. Peran bertugas
membangun proses diskusi, mendorong masyarakat untuk berdiskusi di antara
mereka sendiri serta berbagi pengalaman;
b.
Pemerhati proses. Peran ini bertugas untuk mendampingi dan membantu fasilitator utama dalam
memperlancar kegiatan serta menjaga proses agar tujuan akan tercapai. Dia
melibatkan peserta pasif dan mengatasi peserta yang terlalu dominan (dengan
cara yang halus!!)
c.
Pencatat proses. Peran ini bertugas melakukan pencatatan sebagai
dokumentasi proses dan hasil diskusi secara lengkap dan obyektif;
d.
Penerjemah. Penterjamah diperlukan untuk
membantu anggota tim yang tidak menguasai bahasa daerah setempat.
0 comments:
Post a Comment