Produksi udang
Indonesia sejak 1997 menurun drastis. Penyebabnya adalah produksi yang gagal
karena wabah virus white spots menyerang udang windu. Namun, kini ditemukan
udang rostris, jenis baru pengganti udang windu yang lebih tahan penyakit. Udang
rostris yang berasal dari benua Amerika ini ditemukan dari hasil penelitian
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BB PBAP), Jepara, Jawa Tengah.
Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri di Semarang,
Jateng, baru-baru ini.
Menurut Rokhmin,
penelitian itu dilakukan setelah wabah virus white spots menyerang udang windu,
lima tahun terakhir ini. Akibatnya, sebagian besar petani tambak udang,
khususnya di Pulau Jawa, menghentikan usahanya. Induk udang windu yang menjadi
andalan dalam usaha pembenihan, 20 prosen terinfeksi virus. Hebatnya, virus itu
dapat menular secara vertikal ke anaknya.
Karena itulah, kata
Rokhmin, BB PBAP melakukan penelitian. Hasilnya, ditemukan udang jenis rostris.
Udang ini lebih tahan penyakit yaitu tingkat hidup benih antara 60 hingga 85
prosen. Sedangkan udang windu hanya kurang dari 50 prosen. Hasil produksi udang
rostris diyakini jauh lebih tinggi. Satu hektare tambak dapat menghasilkan
8-9,5 ton ton udang rostris. Jauh lebih tinggi ketimbang udang windu yang hanya
akan mencapai 6-7 ton per hektare.Udang rostris memiliki nama ilmiah
Litopenaeus stylirostris. Udang jenis ini dapat dibudidayakan pada sistem
tertutup pada kelas pembesaran secara intensif. Udang rostris memiliki tubuh
berwarna biru, mempunyai rostrum bergigi 7 di bagian dorsal dan 1 gigi lunak di
bagian ventral, duri kecil ditemukan pada tepi posterior segmen abdomen kelima.
Udang jenis telah dapat dilakukan pembenihan oleh BBPBAP Jepara. Daerah
budidaya udang rostris terdapat di provinsi Aceh dan Nusa Tenggara Barat.
Udang Biru (Litopenaeus stylirostris) dikenal
sebagai "SS" (Super Udang) berasal sebagai larva liar dari Panama,
dan saat ini sedang dalam generasi 22nu nya domestikasi. Mereka telah mengalami
proses sistematis seleksi untuk peningkatan pertumbuhan dan fekunditas, dan
khususnya, untuk perbaikan ketahanan terhadap virus IHI-LN.
SS-biru udang secara
signifikan lebih toleran terhadap suhu air rendah dibandingkan Penaeus monodon
atau Litopenaeus vannamei. Karakteristik ini adalah limbah kepada manajemen
induk udang biru. Tahap kritis pemeliharaan larva berada di persimpangan dari
Zoea ke mysis, tapi hampir tidak ada modalitas pada stadium post larva. Hal ini
diamati selama pemeliharaan larva menggunakan sistem modulasi ditunjukkan
dengan tingkat kelangsungan hidup nauplius ke PL 5 adalah 29%, tapi PL 5 sampai
PL 15 mencapai 97%. Pertumbuhan larva dan post larva dalam modulasi dan sistem
modulasi non tidak signifikan berbeda, tetapi kinerja dan keseragaman benih dalam
sistem modulasi ditunjukkan baik. Produksi rata dalam tumbuh tambak adalah
9.000 kg / ha dengan tingkat kelangsungan hidup akhir 74,5-94,8%, dan Avarage
pertumbuhan harian (ADG) dari 0.176 g.
Tambak penuh dengan
55-udang pada kepadatan 33-38/m2.Udang rostris (Litopenaeus stylirostris)
berasal dari kawasan Amerika Latin khususnya dari negara Mexico, mempunyai
prospek pasar internasional yang cukup baik bagi dunia usaha dan sudah banyak
diproduksi secara massal dengan menerapkan teknologi sederhana hingga intensif
oleh beberapa negara di Amerikan dan Asia. Informasi yang didapat dari hasil
kajian dan hasil produksi di beberapa negara produsen, bahwa udang rostris
menunjukkan keunggukan-keunggulan sebagai berikut:
1.
Laju pertumbuhan yang menyerupai udang
windu (dapat mencapai ukuran 30 gr/4 bulan).
2.
Toleran terhadap suhu rendah dan
perubahan salinitas (khususnya pada salinitas tinggi).
3.
Toleran terhadap lingkungan yang ekstrim
(kindisi tanah gambut dan kondisi lainnya).
Pemicu munculnya
penyakit pada udang rostris ada tiga, faktor yakni :
1.
menurunnya kualitas lingkungan
pemeliharaan
2.
Adanya jasad patogen,
3.
Kondisi udang yang lemah.
Bila udang rostris
terserang penyakit dapat dipastikan ditimbulkan oleh beberapa faktor tersebut.
Untuk mencegah dan mengobatinya maka harus diketahui faktor penyebabnya.
Klasifikasi dari udang
rostris (Litopenaeus stylirostris) adalah sebagai berikut :
· Sub Phyllum : Crustacea
· Kelas : Malacostraca
· Ordo : Decapoda
· Famili : Penaidae
· Genus : Litopenaeus
· Species : Litopenaeus stylirostris
Terdapat di daerah Timur
Pasifik di Utara Meksiko hingga Paita (Peru) udang dewasa hidup pada kedalaman
7 m di tanah dasar lumpur, liat atau lumpur berpasir.
Ciri morfologi udang
rostris ini tidak berapa beda dengan deskripsi udang pada umumnya. Secara jelas
yang tampak adalah udang ini berwarna biru kehitaman, keki renang merah
kebiru-biruan, rostrum panjang bergigi 7 pada bagian atas (dorsal) dan 1 gigi
lunak yang berkembang di bagian ventral.
Adaptasi terhadap
lingkungan ;
Suhu : 24 -260 C
Salinitas : 34 39 0/00
PH : 7,8 -8,4
PERSIAPAN AIR MEDIA
Dalam persiapan air
media awal sudah dianggap baik apabila kondisi parameter kualitas air dan
kelimpahan plankton tidak mengalami goncangan (fluktuasi) yang mencolok.
Tahapan dalam persiapan air media awal adalah sebagai berikut :
Pengamatan parameter
kualitas tanah (pH : 6,5-7,5 ; kandungan bahan organic 8-10 %). Tujuan dari
pengamatan parameter kualitas tanah ini adalah untuk mengetahui kondisi tanah
tersebut sudah layak atau belum bagi kebutuhan biologis udang yang akan
dipelihara.
Pengisian air seluruh
komponen petakan tambak hingga mencapai ketinggian yang optimal (1,2-1,4 m),
dilakukan pada saat kondisi air laut sedang pasang tinggi. Kemudian air
dibiarkan 2-5 hari dengan tujuan untuk mengetahui tingkat porositas tanah dan
tingkat evaporasi (penguapan) air pada petakan tambak yang akan
dioperasionalkan.
Sterilisasi air media
dengan kaporit berkisar antara 25-30 ppm dan ditebar merata, kemudian diaerasi
(dikincir) yang kuat selama 3-5 jam. Pengadukan dengan kincir bertujuan agar
kaporit yang diaplikasikan tersebar secara merata hingga ke dasar tambak,
sehingga air media tersebut dapat segera steril.
Pengamatan parameter
kualitas air, seperti pH (7,5-8,5), suhu (28o-31o C), dan salinitas (15-35
ppt), serta parameter air lainnya. Pengukuran parameter kualitas air ini
bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air secara awal, sehingga pada saat
penebaran benur dapat disesuaikan (untuk proses adaptasi penebaran benur).
PEMILIHAN DAN PENEBARAN
BENIH
Apabila kondisi air
media sudah siap dalam artian baik kondisi parameter kualitas air dan kondisi
kelimpahan plankton, maka segera dapat dilakukan penebaran benih.
Pemilihan standar benih
udang rostris adalah sebagai berikut :
- Ukuran diusahakan seragam.
- Gerakan lincah dan menantang arus.
- Respon terhadap gerakan.
- Warna tubuhnya putih transparan.
- Kaki dan kulit bersih.
- Isi usus tidak putus, dan
- Adaptif (tahan) terhadap perubahan
salinitas.
Benih udang rostris
yang ditebar adalah ukuran PL-15 atau ukuran tokolan (sebesar pentol korek api)
dan sudah dalam kondisi bebas virus. Standar baku benih yang baik adalah setelah
dipilah dengan formalin, kematiannya maksimal tidak lebih dari 5 %. Benih
tersebut diangkut ke tambak dan kemudian sebelum ditebar terlebih
dahuludiadaptasikan terhadap parameter kualitas air yaitu suhu, salinitas, pH,
dan parameter lainnya secara perlahan-lahan selama 5-15 menit.
Waktu penebaran yang
baik diusahakan pagi hari (jam 0500- 0700). Dengan padat penebaran yang optimal
pada pembesaran udang rostris dengan teknologi intensif pada system ini adalah
berkisar antara 25-50 ekor/m2 (tergantung factor daya dukung lahan dan sarana
penunjang lainnya).
MASA PEMELIHARAAN
Selama masa
pemeliharaan udang rostris berlangsung (masa operasional berjalan) perlakuan
dan pengamatan sangatlah menentukan tingkat keberhasilan. Untuk itu, dalam
kurun waktu tersebut ada beberapa kegiatan, perlakuan, dan pengamatan penting
yang perlu diperhatikan, yaitu :
- Pengaturan dan pemberian pakan.
- Manajemen plankton.
- Pengelolaan air dan lumpur.
- Pengamatan kondisi dan pertumbuhan
udang.
0 comments:
Post a Comment