Sunday, January 23, 2011

MENGENAL POTENSI BUDIDAYA UDANG ROSTRIS (Litopenaeus stylirostris)

January 23, 2011 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Produksi udang Indonesia sejak 1997 menurun drastis. Penyebabnya adalah produksi yang gagal karena wabah virus white spots menyerang udang windu. Namun, kini ditemukan udang rostris, jenis baru pengganti udang windu yang lebih tahan penyakit. Udang rostris yang berasal dari benua Amerika ini ditemukan dari hasil penelitian Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BB PBAP), Jepara, Jawa Tengah. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri di Semarang, Jateng, baru-baru ini.
Menurut Rokhmin, penelitian itu dilakukan setelah wabah virus white spots menyerang udang windu, lima tahun terakhir ini. Akibatnya, sebagian besar petani tambak udang, khususnya di Pulau Jawa, menghentikan usahanya. Induk udang windu yang menjadi andalan dalam usaha pembenihan, 20 prosen terinfeksi virus. Hebatnya, virus itu dapat menular secara vertikal ke anaknya.
Karena itulah, kata Rokhmin, BB PBAP melakukan penelitian. Hasilnya, ditemukan udang jenis rostris. Udang ini lebih tahan penyakit yaitu tingkat hidup benih antara 60 hingga 85 prosen. Sedangkan udang windu hanya kurang dari 50 prosen. Hasil produksi udang rostris diyakini jauh lebih tinggi. Satu hektare tambak dapat menghasilkan 8-9,5 ton ton udang rostris. Jauh lebih tinggi ketimbang udang windu yang hanya akan mencapai 6-7 ton per hektare.Udang rostris memiliki nama ilmiah Litopenaeus stylirostris. Udang jenis ini dapat dibudidayakan pada sistem tertutup pada kelas pembesaran secara intensif. Udang rostris memiliki tubuh berwarna biru, mempunyai rostrum bergigi 7 di bagian dorsal dan 1 gigi lunak di bagian ventral, duri kecil ditemukan pada tepi posterior segmen abdomen kelima. Udang jenis telah dapat dilakukan pembenihan oleh BBPBAP Jepara. Daerah budidaya udang rostris terdapat di provinsi Aceh dan Nusa Tenggara Barat.
Udang Biru (Litopenaeus stylirostris) dikenal sebagai "SS" (Super Udang) berasal sebagai larva liar dari Panama, dan saat ini sedang dalam generasi 22nu nya domestikasi. Mereka telah mengalami proses sistematis seleksi untuk peningkatan pertumbuhan dan fekunditas, dan khususnya, untuk perbaikan ketahanan terhadap virus IHI-LN.
SS-biru udang secara signifikan lebih toleran terhadap suhu air rendah dibandingkan Penaeus monodon atau Litopenaeus vannamei. Karakteristik ini adalah limbah kepada manajemen induk udang biru. Tahap kritis pemeliharaan larva berada di persimpangan dari Zoea ke mysis, tapi hampir tidak ada modalitas pada stadium post larva. Hal ini diamati selama pemeliharaan larva menggunakan sistem modulasi ditunjukkan dengan tingkat kelangsungan hidup nauplius ke PL 5 adalah 29%, tapi PL 5 sampai PL 15 mencapai 97%. Pertumbuhan larva dan post larva dalam modulasi dan sistem modulasi non tidak signifikan berbeda, tetapi kinerja dan keseragaman benih dalam sistem modulasi ditunjukkan baik. Produksi rata dalam tumbuh tambak adalah 9.000 kg / ha dengan tingkat kelangsungan hidup akhir 74,5-94,8%, dan Avarage pertumbuhan harian (ADG) dari 0.176 g.
Tambak penuh dengan 55-udang pada kepadatan 33-38/m2.Udang rostris (Litopenaeus stylirostris) berasal dari kawasan Amerika Latin khususnya dari negara Mexico, mempunyai prospek pasar internasional yang cukup baik bagi dunia usaha dan sudah banyak diproduksi secara massal dengan menerapkan teknologi sederhana hingga intensif oleh beberapa negara di Amerikan dan Asia. Informasi yang didapat dari hasil kajian dan hasil produksi di beberapa negara produsen, bahwa udang rostris menunjukkan keunggukan-keunggulan sebagai berikut:
1.      Laju pertumbuhan yang menyerupai udang windu (dapat mencapai ukuran 30 gr/4 bulan).
2.      Toleran terhadap suhu rendah dan perubahan salinitas (khususnya pada salinitas tinggi).
3.      Toleran terhadap lingkungan yang ekstrim (kindisi tanah gambut dan kondisi lainnya).
Pemicu munculnya penyakit pada udang rostris ada tiga, faktor yakni :
1.      menurunnya kualitas lingkungan pemeliharaan
2.      Adanya jasad patogen,
3.      Kondisi udang yang lemah.
Bila udang rostris terserang penyakit dapat dipastikan ditimbulkan oleh beberapa faktor tersebut. Untuk mencegah dan mengobatinya maka harus diketahui faktor penyebabnya.
Klasifikasi dari udang rostris (Litopenaeus stylirostris) adalah sebagai berikut :
·       Sub Phyllum    : Crustacea
·       Kelas                : Malacostraca
·       Ordo                : Decapoda
·       Famili              : Penaidae
·       Genus              : Litopenaeus
·       Species            : Litopenaeus stylirostris
Terdapat di daerah Timur Pasifik di Utara Meksiko hingga Paita (Peru) udang dewasa hidup pada kedalaman 7 m di tanah dasar lumpur, liat atau lumpur berpasir.
Ciri morfologi udang rostris ini tidak berapa beda dengan deskripsi udang pada umumnya. Secara jelas yang tampak adalah udang ini berwarna biru kehitaman, keki renang merah kebiru-biruan, rostrum panjang bergigi 7 pada bagian atas (dorsal) dan 1 gigi lunak yang berkembang di bagian ventral.
Adaptasi terhadap lingkungan ;
Suhu                : 24 -260 C
Salinitas           : 34 39 0/00
PH                   : 7,8 -8,4
PERSIAPAN AIR MEDIA
Dalam persiapan air media awal sudah dianggap baik apabila kondisi parameter kualitas air dan kelimpahan plankton tidak mengalami goncangan (fluktuasi) yang mencolok. Tahapan dalam persiapan air media awal adalah sebagai berikut :
Pengamatan parameter kualitas tanah (pH : 6,5-7,5 ; kandungan bahan organic 8-10 %). Tujuan dari pengamatan parameter kualitas tanah ini adalah untuk mengetahui kondisi tanah tersebut sudah layak atau belum bagi kebutuhan biologis udang yang akan dipelihara.
Pengisian air seluruh komponen petakan tambak hingga mencapai ketinggian yang optimal (1,2-1,4 m), dilakukan pada saat kondisi air laut sedang pasang tinggi. Kemudian air dibiarkan 2-5 hari dengan tujuan untuk mengetahui tingkat porositas tanah dan tingkat evaporasi (penguapan) air pada petakan tambak yang akan dioperasionalkan.
Sterilisasi air media dengan kaporit berkisar antara 25-30 ppm dan ditebar merata, kemudian diaerasi (dikincir) yang kuat selama 3-5 jam. Pengadukan dengan kincir bertujuan agar kaporit yang diaplikasikan tersebar secara merata hingga ke dasar tambak, sehingga air media tersebut dapat segera steril.
Pengamatan parameter kualitas air, seperti pH (7,5-8,5), suhu (28o-31o C), dan salinitas (15-35 ppt), serta parameter air lainnya. Pengukuran parameter kualitas air ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air secara awal, sehingga pada saat penebaran benur dapat disesuaikan (untuk proses adaptasi penebaran benur).
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENIH
Apabila kondisi air media sudah siap dalam artian baik kondisi parameter kualitas air dan kondisi kelimpahan plankton, maka segera dapat dilakukan penebaran benih.
Pemilihan standar benih udang rostris adalah sebagai berikut :
-            Ukuran diusahakan seragam.
-            Gerakan lincah dan menantang arus.
-            Respon terhadap gerakan.
-            Warna tubuhnya putih transparan.
-            Kaki dan kulit bersih.
-            Isi usus tidak putus, dan
-            Adaptif (tahan) terhadap perubahan salinitas.
Benih udang rostris yang ditebar adalah ukuran PL-15 atau ukuran tokolan (sebesar pentol korek api) dan sudah dalam kondisi bebas virus. Standar baku benih yang baik adalah setelah dipilah dengan formalin, kematiannya maksimal tidak lebih dari 5 %. Benih tersebut diangkut ke tambak dan kemudian sebelum ditebar terlebih dahuludiadaptasikan terhadap parameter kualitas air yaitu suhu, salinitas, pH, dan parameter lainnya secara perlahan-lahan selama 5-15 menit.
Waktu penebaran yang baik diusahakan pagi hari (jam 0500- 0700). Dengan padat penebaran yang optimal pada pembesaran udang rostris dengan teknologi intensif pada system ini adalah berkisar antara 25-50 ekor/m2 (tergantung factor daya dukung lahan dan sarana penunjang lainnya).
MASA PEMELIHARAAN
Selama masa pemeliharaan udang rostris berlangsung (masa operasional berjalan) perlakuan dan pengamatan sangatlah menentukan tingkat keberhasilan. Untuk itu, dalam kurun waktu tersebut ada beberapa kegiatan, perlakuan, dan pengamatan penting yang perlu diperhatikan, yaitu :
-            Pengaturan dan pemberian pakan.
-            Manajemen plankton.
-            Pengelolaan air dan lumpur.
-            Pengamatan kondisi dan pertumbuhan udang.

0 comments:

Post a Comment