Budidaya udang windu mengalami masa kelesuan sejak keberhasilan Opsus udang windu pada tahun akhir 90 an. Penggunaan segala jenis obat tidak terkontrol,
Udang Windu (Penaeus
monodon)
Sistematika udang windu
(Penaeus monodon) menurut Buwono (1993) adalah sebagai berikut :
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Natantie
Family : Panidae
Genus : Penaeus
Species : Penaeus monodon
Nama Dagang : Tiger prawn
Udang windu (Penaeus
monodon) memiliki kulit tubuh yang keras dari bahan chitin. Warna tubuhnya
hijau kebiruan dengan motif loreng besar. Tubuh udang windu dibagi menjadi dua
bagian yaitu bagian cephalothorax yang terdiri dari bagian ekor dan perut.
Cephalothorax dilindungi oleh kulit chitin tebal atau juga disebut dengan nama
karapas (caraparace). Bagian cephalothorax ini terdiri dari enam buah ruas
perut dan satu ekor (telson). Bagian depan menjorok merupakan kelopak kepala
yang memanjang dengan bagian pinggir bergerigi atau disebut juga dengan cucuk
(restrum).
Cucuk kepala memiliki
tijuh buah gerigi dibagian atas memiliki tiga gerigi dan di bagian bawah
pangkal dada terdapat sepasang mata Potensi dan pemanfaatan udang windu
(Penaeus monodon), diantaranya pemanfaatan limbah kulit udang windu yang
dimanfaatkan untuk industri farmasi, industri kosmetik, pangan dan industri
tekstil. Daerah penyebaran udang windu sangat luas mulai dari baratdaya hingga
Samudera Hindia dan dari Afrika hungga Jepang dan Australia (Buwono, 1993).Udang
windu (Penaeus monodon fab.) merupakan komoditas perikanan yang telah
berkembang. Upaya untuk meningkatkan produksi serta penanganan penyakit masih
terus dilakukan.Kendala yang dihadapi dalam usaha pembenihan udang adalah
penyakit yangg ditimbulkan oleh kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan kehidupan
udang. Kepadatan yang tinggi tanpa diiringi dengan suplai oksigen yang cukup
akan menyebabkan stress pada udang sehingga memudahkan udang terserang
penyakit.
Pada tambak intensif
dengan kepadatan tinggi biasanya menggunakan kincir sebagai suplai oksigen. Hal
ini dapat menanggulangi stress pada udang.Penyakit infeksi pada udang dapat
disebabkan oleh virus dan bakteri. Bakteri yang sering menimbulkan penyakit di
panti pembenihan udang adalah Aeromonas sp., Vibrio sp., Pseudomonas sp., dan
Mycobacterium sp. Jenis bakteri dari golongan Vibrio harveyi merupakan bakteri
yang paling sering menimbulkan kematian massal dalam waktu yang relatif
singkat. Bakteri ini menyerang larva udang di panti-panti pembenihan maupun
udang yang dibudidayakan di tambak dan dikenal dengan nama penyakit
kunang-kunang atau penyakit udang menyala. Udang yang terinfeksi bakteri ini
akan bercahaya dalam keadaan gelap dan
biasanya menyerang larva pada stadium zoea, mysis dan post larva.
Upaya penanggulangan
penyakit kunang-kunang ini telah dilakukan dengan pemberian berbagai macam
antibotik. Pemberian antibiotik secara terus menerus memberikan dampak negatif
pada larva udang karena akan meninggalkan residu dalam tubuh dan menyebabkan
resistensi terhadap V. Harveyi.Alternatif pemecahan untuk mengatasi
permasalahan penyakit kunang-kunang selain dengan penggunaan antibiotik adalah
dengan pemanfaatan bahan-bahan dari alam berupa tanaman obat yang memiliki
khasiat bakterisida dan tidak membahayakan manusia.Sirih (Piper bettle L)
merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat. Penggunaan sirih untuk
mengobati berbagai macam jenis penyakit telah dilakukan beberapa puluh tahun
yang lalu secara tradisional.
Penggunaan sirih
sebagai bahan obat mempunyai dasar yang kuat karena adanya kandungan minyak
atsiri dengan komponen phenol alam yang mempunyai daya anti septik yang
kuat.Daun sirih berkhasiat sebagai penahan pendarahan, obat luka pada kulit,
memperbaiki selera makan dan rasa, juga berfungsi sebagai antiseptik,
bakterisida dan fungisida. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun sirih yatiu
saponin yang berguna sebagai anti
radang, flavonoida dan polifenol sebagai antiseptik dan anti radang, serta
minyak atsiri yang berguna sebagai anti radang dan bersifat bakterisida yang
sangat kuat.Pakan yang diberikan sebanyak 25% dari bobot benur udang. Sehingga
untuk menentukan jumlah pakan yang diberikan , benur udang ditimbang terlebih
dahulu. Pada setiap kg pakan yang akan diberikan kepada udang dicampurkan
dengan 20 mg, 30 mg dan 40 mg ekstrak daun sirih.Benur udang dipelihara selama
14 hari dengan diberi pakan yang telah dicampur dengan ekstrak daun sirih.
Pemberian pakan dilakukan tiga kali yaitu pada pukul 06.00, 12.00 dan 18.00
WIB. Pemberian pakan dilakukan dengan cara menaburkan pakan dengan pakan.Pada
pemeliharaan hari ke-7, pada setiap wadah penelitian dimasukkan bakteri
V.Harveyi dengan kepadatan 109 sel/ml. Pengamatan kelulusan hidup dilakukan
sejak benur udang diinfeksi V.harveyi
yaitu dengan mecatat jumlah benur udangyang hidup.Permasalahan yang
dihadapi sekarang dalam penggunaan daun sirih yaitu belum diketahuinya dosis
dan kepadatan yang terbaik untuk meningkatkan kelulusan hidup benur udang windu
yang terinfeksi V.harveyi.Dari uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian
tentang penggunaan ekstrak daun sirih dan padat tebar yang berbeda terhadap
kelulusan hidup benur udang windu (P.monodon Fab) yang terserang penyakit
kunang-kunang (V.harveyi).
Metoda yang digunakan
dalam percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan faktor A
(Ekstrak daun sirih) terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu A1(kontrol), A2
(20mg/kg) dan faktor B (padat tebar benih) terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu
B1 (10 ekor/wadah), B2 (15 ekor/wadah), B3 (20 ekor/wadah) dengan masing-masing
3 ulangan, maka diperoleh kombinasi perlakuan kombinasi perlakuan A x B (4x3) 12 Perlakuan dan 3 kali
ulangan sehingga wadah yang digunakan dalam percobaan (12 x 3) sebanyak 36
wadah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih mempunyai daya
anti bakteri terhadap Vibrio Harveyi dan perlakuan dosis ekstrak daun sirihyang
terbaik adalah pada dosis 40 mg/kg Pakan dengan rata-rata Kelulusan hidup
73,148%. Saran dari Penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang jenis benur udang, Frekwensi pemberian pakan, sumber benur udang
dan yang mempengaruhi penyakit.
0 comments:
Post a Comment