Kebutuhan benih ikan bandeng di daerah kabupaten Pati semakin meningkat dari waktu ke waktu karena sistem budidayanya tidak hanya pada tambak air payau tetapi juga pada kolam air tawar, yaitu berkembang usaha budidaya ikan andeng air tawar sistem polikultur. Hasil uji coba benih ikan bandeng yang berumur 20, 30 dan 40 hari setelah menetas sebanyak 300 ekor di pelihara dalam akuarium dengan menggunakan air yang bersalinitas 39 ppt. Pakan yang digunakan pada penelitian ini ialah pakan coomfeed nomor LA 7K dengan kandungan prorein 16,94%, lemak 0,88% dan air 7,66%.
Prosedur Penelitian
Benih ikan bandeng umur 20, 30 dan 40 hari dipelihara sebanyak 100 ekor untuk setiap kelompok umur. Selanjutnya benih ikan bandeng mulai dibantut hingga berumur 25, 35 dan 45 hari. Pengukuran konsumsi oksigen dilakukan setiap hari sebanyak 3 kali ulangan dan pengukuran bobot badan basah dilakukan sekali sehari. Kemudian pada saat benih bandeng berumur 26, 36 dan 46 hari perlakuan pembantutan dihentikan dan benih bandeng mulai diberi pakan berumur 20, 30 dan 40 hari. Pengukuran konsumsi oksigen dilakukan setiap hari sebanyak 3 kali ulangan dan pengukuran bobot badan basah dilakukan sekali sehari. Untuk pengukuran kualitas air dilakukan satu kali sehari. Parameter yang di ukur adalah salinitas dengan menggunakan hard refraktometer, dengan menggunakan DO meter.
Konsumsi Oksigen dan bobot basah
Konsumsi oksigen di ukur setiap hari dengan metode tertutup (Kurokuraet al., 1995) sebagai berikut: mengisi bobot respirasi hingga penuh dan diusahan agar tidak timbul gelembung udara, kemudian secara perlahan-lahan dimasukan 5 ekor benih bandeng lalu botol ditutup rapat. Bagian pinggir botol respirasi diisolasi untuk mencega terjadinya difusi oksigen dari luar. Benih ikan bandeng kemudian diadaptasikan selama 10 menit. Air yang berasal dari botol respirasi ditampung dalam botol sampel untuk mengukur konsumsi oksigen akhir ikan. Konsumsi oksigen awal diperoleh dari pengukuran oksigen air yang menuju botol respirasi. Konsumsi oksigen tanpa benih (test blank) juga diukur sebagai kontrol penelitian setiap hari benih ikan bandeng di timbang dengan menggunakan timbangan elektrik untuk memperoleh data bobot badan basah ikan bandeng rata-rata. Data disajikan dalam µI O2 . mg bobot basah-1 jam -1 dan µI O2 . ikan-1 jam -1 . selain iti diadakan pengamatan tingkah laku selama penelitian.
Pengukuran Peubah
Laju konsumsi oksigen ditentukan berdasarkan jumlah konsumsi oksigen yang diukur pada awal dan akhir pengukuran, dihitung dengan menggunakan formula yang dikemukakan oleh Djawad et al,. (1996). Laju pertumbuhan bobot benih ikan bandeng dihitung dengan menggunakan rumus pertumbuhan harian spesifik yng dikemukakan oleh Zonneveld et al,. (1991). Sintasas benih ikan bandeng selama penelitian, dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Effendie (1979).
Konsumsi Oksigen
Berdasarkan pengamatan selama penelitian, konsumsi oksigen benih ikan bandeng yang dibantut pada semua kelompok umur sisajikan dalam bentuk grafik (Gambar 1,2 dan 3). Berdasarkan ketiga gambar tersebut di atas terlihat bahwa pada awal pelaparan hari 0 sampai hari ke-1 terjadi peningkatan konsumsi oksigen pada semua kelompok umur ikan yang diteliti. Hal ini kemungkinan di proses adaptasi lingkungan dari aquarium ke botol respirator sehingga menyebabkan aktivitas atau kecepatan renangnya juga meningkat. Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitiaan Schaeperculus (1933) dalam Hoar dan Randall (1969) yang melaporkan bahwa konsumsi oksigen ikan tench (Tinca tinca) mengalami peningkatan sebanyak 3 kali setelah dilakukan pemindahan dari tambak ke tangki.
Pada Tabel 1 memperlihatkan rata-rata tingkat konsumsi oksigen benih ikan bandeng yang dilaparkan sedangkan Tabel 2 merupakan rata-rata tingkat konsumsi oksigen pada awal pemberian pakan sampai akhir penelitian.
Tabel 1. Rata-rata Tingkat Konsumsi Oksigen Benih Ikan Bandeng yang dilaparkan.
Umur (hari) Konsumsi Oksigen (µL O2 /mg bobot basah /jam)
0 1 2 3 4 5
20 0,702 1, 179 1,556 1,786 1, 785 1,777
30 - 0,673 0,724 0,738 0,836 0,834
40 - 0,214 0,253 0,388 0,367 0,334
Tabel 2 rata-rata tingkat konsumsi oksigen benih ikan bandeng pada awal pemberian pakan sampai akhir penelitian.
Umur (hari) Konsumsi Oksigen (µL O2 /mg bobot basah /jam)
0 1 2 3 4 5
20 0,702 1, 179 1,556 1,786 1, 785 1,777
30 - 0,673 0,724 0,738 0,836 0,834
40 - 0,214 0,253 0,388 0,367 0,334
Dari tabel 1 terlihat bahwa pada hari ke-1 sampai ke-3 terjadi penurunan konsumsi oksigen pada benih ikan bandeng umur 30 dan 40 hari. Sedangkan pada benih umur 20 hari terjadi penurunan konsumsi oksigen sampai hari ke-4. Penurunan konsumsi oksigen ini disebabkan karena kondisi tubuh benih ikan bandeng yang semakin lemah akibatnya kurangnya energi sehingga aktivitasnya menjadi lambat. Hal yang sama terjadi pada borok trout yang mengalami penurunan konsumsi oksigen akibat berkurangnya energi pada tiga hari pertama dari pelaparan (Arthur dalam Hoar dan Randall 1969).
Pada benih yang berumur 20 hari terlihat adanya penurunan tingkat konsumsi oksigen secara terus menerus mulai dari hari ke-1 sampai ke-4. Hal ini disebabkan karena rendahnya energi yang ada di dalam tubuhnya akibat proses pelaparan. Jika dihubungkan dengan tingkat metabolisme dimana ikan kecil memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dari pada ikan yang besar. Sehingga kebutuhan enrgi pada ikan kecil lebih besar karena energi tersebut digunakan untuk pertumbuhan, ativitas dan pembentukan jaringan baru. Hal ini sejalan dengan pernyataan Fujaya (1999) bahwa pada keadaan cukup makan ikan akan mengkonsumsi makan hingga memenuhi kebutuhan energinya. Pengamatan diatas sesuai pula dengan penelitian pada ikan mas dengan bobot 12 gr, tingkat metaboliknya sebesar 24,48 kkal dalam 24 jam/kg dari berat badan, sedangkan pada ikan dengan bobot 600 gr. Hanya 7,79 kkal. (Schaeperculus 1933 dalam Hoar dan Randall, 1969).
Masih dari tabel 1 terlihat bahwa pada benih berumur 30 hari dan 40 hari yang terjadi peningkatan konsumsi pada benih berumur 30 hari dan 40 hari yang disebabkan karena tingkah laku benih ikan yng mengalami stress. Kondisi ini dapat dimungkinkan karena tekanan fisiologi benih berat atau serius atau di bandingkan dengan kondisi ketika konsumsi oksigen mengangalami penurunan (Djawd et al., 1982). Hal ini dapat juga terjadi terjadi karena pada saat ikan dipuasakan akan terjadi penurunan karbohidrat dan lemak semakin rendah tetapi penggunaan oksigen menjadi lebih meningkat (Anonim 1999).
Pada hari ke-5 terjadi penurunan konsumsi oksigen pada benih umur 30 dan 40 hari. Hal ini di mungkinkan karena tubuh ikan semakin lemah dan cadangan makanan sudah berkurang atau habis akibatnya menjadi kematian bagi ikan tersebut pada benih bandeng lebih dari 50%. Pada saat pelaparan ada masa dimana dalam tubuh terjadi proses glikogenogenesis yang merupakan proses pembentukan glikogen dan sebaliknya glikenolisis yang merupakan proses pemecahan glikogen menjadi bentuk glukosa dalam sel, sehingga glukosa ini dapat digunakan sebagai cadangan makanan yang menyebabkan konsumsi oksigen berflukturasi.
Dari tabel 2 terlihat bahwa setelah dilakukan pemberian pakan pada ketiga kelompok umur benih, terjadi peningkatan konsumsi oksigen yang sangat cepat diiringi dengan meningkatnya aktivitas (kecepatan renang) dari ikan. Hal ini sesuai dengn penyataan Davis (1953) dalam Hoar dan Randall (1969) yang telah melakukan penelitian terhadap kebutuhan oksigen ikan air tawar setelah diberi pakan. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa peningkatan kebutuhan oksigen dapat terjadi akibat faktor pemberian pakan, terkejut dan stree akibat perubahan lingkungan.
Peningkatan konsumsi oksigen serta kecepatan renang secara terus menerus menyebabkan kelelahan dan menimbulkan oxygen debt (utang oksigen).
Menurut Lockwood (1967) metabolisme makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju pemanfaatan oksigen terlarut. Organisme yang aktif makan atau dalam keadaan kenyang akan menggunakan oksigen terlarut yang lebih banyak dibandingkan dengan organisme yang lapar pada sepesies danu ukuran yang sama.
Pada benih berumur 20 dan 40 hari pada hari ke-8 dan ke-9 terjadi penurunan konsumsi oksigen. Hal ini disebabkan karena terjadinya proses oksigen debt akibat adanya peningkatan konsumsi oksigen pada awal pemberian pakan. Oksigenbedt menggunakan basal metabolisme (resting) dan adanya faktor adaptasi ikan terhadap pakan sehingga konsumsi oksigennya menjadi stabil kembali.
Sementara itu pada benih yang berumur30 hari terjadi penurunana konsumsi oksigen pada hari ke-10. Hal initerjadi karena pada saat benih diberi pakan, peningkatan konsimsi oksigen tidak terlalu tinggi. Gambar prafik menurun pada setiap kelompok umur juga dimungkinkankarena bertambahnya bobot benih bandeng yang dibantut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fujaya (1999) bahwa parubahan dari berat badan menyebabkan perubahan tingkat konsumsi oksigennya sangat kecil. Jika total konsumsi oksigen meningkat akibat meningkatnya ukur, maka konsumsi oksigen per unit berat badan akan menurun.
Pada fase muda, jumlah O2 bb-1 jam-1 lebih besar pemakaiannya dibandingkat dengan organisme yang lebih tua. Tingginya rata-rata penggunaan oksigen pada organisme lebih muda ini sejalan dengan temuan imai (1974) yang menyatakan bahwa laju konsumsi oksigen per unit berat spesimen adalah lebih tinggi pada organisme yang lebih kecil dan spesimen yang lebih aktif.
Laju Pertumbuhan Bobot Benih Bandeng
Hasil perhitungan laju pertumbuhan Spesifik Harian (SGR) benih ikan bandeng dapat dilihat pada Tabel 3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa SGRnya tidak memperlihatkan peningkatan yang berarti. Hal ini disebabkan selain karena kualitas pakan yang rendah juga diduga sebagai akibat dari hormon pertumbuhan dalam tubuh benih bandeng yang terbatas serta singkatannya waktu pembantutan.
Hewan-hewan yang diberi pakan kembali setelah sebelumnya dilaparkan atau diberi pakan yang tidak cukup, secara perlahan-lahan akan mengalami peningkatan konsentrasi RNA didalam jaringan. Kapasitas sintesia protein akan pulih kembali sejalan dengan pemberian pakan yang cukup menghasilkan peningkatan aktivitas, sintesa protein, pertumbuhan dan efisiensi konversi pakan (Jobling, 1994).
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Spesifikasi Harian Benih Ikan Bandeng yang Dibantut
Umur Pertumbuhan Spesifikasi Harian
20 hari 0,03% hari
30 hari 0,04% hari
40 hari 0,05% hari
Hal ini sesuai dengan Hoar dan Randall (1979) bahwa jika ikan dibatasi pakannya maka berat badannya menjadi berkurang dan setelah masa pelaparan selesai , pertambahan beratnya akan berlangsung dengan cepat. Sebai contoh dapat dilihat pada penelitian yang telah dilakuakan oleh Bombeo-Tuburan (1988) tentang The Effect of Stunting of Milk Fish yang mengalami kesimpulan bahwa ikan bandeng yang dibantut mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan bandeng yang tidak mengalami pembantutan. Penelitian yang mengemukakan lambatnya pertumbuhan bobot sebagai akibat dari hormon pertumbuhan yang terbatas juga terjadi pada penelitian pembantutan udang windu (Penaus monondon Fab) (Mengampa et al., 1990).
KESIMPULAN
Ikan bandeng merupakan suatu komoditas perikanan yang sudah lama dibudidayakan oleh petani tambak indonesia (Pirzan et al., 1989). Ikan ini juga merupakan jenis ikan ekonomis penting di sulawesi selatan karena terdapat digunakan sebagai sumber protein hewani yang relatif murah (Aslianti, 1995).
Berdasarkan ketiga gambar tersebut di atas terlihat bahwa pada awal pelaparan hari 0 sampai hari ke-1 terjadi peningkatan konsumsi oksigen pada semua kelompok umur ikan yang diteliti. Hal ini kemungkinan di proses adaptasi lingkungan dari aquarium ke botol respirator sehingga menyebabkan aktivitas atau kecepatan renangnya juga meningkat.
Pada benih umur 20 hari terjadi penurunan konsumsi oksigen sampai hari ke-4 Penurunan konsumsi oksigen ini disebabkan karena kondisi tubuh benih ikan bandeng yang semakin lemah akibatnya kurangnya energi sehingga aktivitasnya menjadi lambat. Sedangkan Pada benih yang berumur 20 hari terlihat adanya penurunan tingkat konsumsi oksigen secara terus menerus mulai dari hari ke-1 sampai ke-4. Hal ini disebabkan karena rendahnya energi yang ada di dalam tubuhnya akibat proses pelaparan. Jika dihubungkan dengan tingkat metabolisme dimana ikan kecil memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dari pada ikan yang besar.
Prosedur Penelitian
Benih ikan bandeng umur 20, 30 dan 40 hari dipelihara sebanyak 100 ekor untuk setiap kelompok umur. Selanjutnya benih ikan bandeng mulai dibantut hingga berumur 25, 35 dan 45 hari. Pengukuran konsumsi oksigen dilakukan setiap hari sebanyak 3 kali ulangan dan pengukuran bobot badan basah dilakukan sekali sehari. Kemudian pada saat benih bandeng berumur 26, 36 dan 46 hari perlakuan pembantutan dihentikan dan benih bandeng mulai diberi pakan berumur 20, 30 dan 40 hari. Pengukuran konsumsi oksigen dilakukan setiap hari sebanyak 3 kali ulangan dan pengukuran bobot badan basah dilakukan sekali sehari. Untuk pengukuran kualitas air dilakukan satu kali sehari. Parameter yang di ukur adalah salinitas dengan menggunakan hard refraktometer, dengan menggunakan DO meter.
Konsumsi Oksigen dan bobot basah
Konsumsi oksigen di ukur setiap hari dengan metode tertutup (Kurokuraet al., 1995) sebagai berikut: mengisi bobot respirasi hingga penuh dan diusahan agar tidak timbul gelembung udara, kemudian secara perlahan-lahan dimasukan 5 ekor benih bandeng lalu botol ditutup rapat. Bagian pinggir botol respirasi diisolasi untuk mencega terjadinya difusi oksigen dari luar. Benih ikan bandeng kemudian diadaptasikan selama 10 menit. Air yang berasal dari botol respirasi ditampung dalam botol sampel untuk mengukur konsumsi oksigen akhir ikan. Konsumsi oksigen awal diperoleh dari pengukuran oksigen air yang menuju botol respirasi. Konsumsi oksigen tanpa benih (test blank) juga diukur sebagai kontrol penelitian setiap hari benih ikan bandeng di timbang dengan menggunakan timbangan elektrik untuk memperoleh data bobot badan basah ikan bandeng rata-rata. Data disajikan dalam µI O2 . mg bobot basah-1 jam -1 dan µI O2 . ikan-1 jam -1 . selain iti diadakan pengamatan tingkah laku selama penelitian.
Pengukuran Peubah
Laju konsumsi oksigen ditentukan berdasarkan jumlah konsumsi oksigen yang diukur pada awal dan akhir pengukuran, dihitung dengan menggunakan formula yang dikemukakan oleh Djawad et al,. (1996). Laju pertumbuhan bobot benih ikan bandeng dihitung dengan menggunakan rumus pertumbuhan harian spesifik yng dikemukakan oleh Zonneveld et al,. (1991). Sintasas benih ikan bandeng selama penelitian, dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Effendie (1979).
Konsumsi Oksigen
Berdasarkan pengamatan selama penelitian, konsumsi oksigen benih ikan bandeng yang dibantut pada semua kelompok umur sisajikan dalam bentuk grafik (Gambar 1,2 dan 3). Berdasarkan ketiga gambar tersebut di atas terlihat bahwa pada awal pelaparan hari 0 sampai hari ke-1 terjadi peningkatan konsumsi oksigen pada semua kelompok umur ikan yang diteliti. Hal ini kemungkinan di proses adaptasi lingkungan dari aquarium ke botol respirator sehingga menyebabkan aktivitas atau kecepatan renangnya juga meningkat. Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitiaan Schaeperculus (1933) dalam Hoar dan Randall (1969) yang melaporkan bahwa konsumsi oksigen ikan tench (Tinca tinca) mengalami peningkatan sebanyak 3 kali setelah dilakukan pemindahan dari tambak ke tangki.
Pada Tabel 1 memperlihatkan rata-rata tingkat konsumsi oksigen benih ikan bandeng yang dilaparkan sedangkan Tabel 2 merupakan rata-rata tingkat konsumsi oksigen pada awal pemberian pakan sampai akhir penelitian.
Tabel 1. Rata-rata Tingkat Konsumsi Oksigen Benih Ikan Bandeng yang dilaparkan.
Umur (hari) Konsumsi Oksigen (µL O2 /mg bobot basah /jam)
0 1 2 3 4 5
20 0,702 1, 179 1,556 1,786 1, 785 1,777
30 - 0,673 0,724 0,738 0,836 0,834
40 - 0,214 0,253 0,388 0,367 0,334
Tabel 2 rata-rata tingkat konsumsi oksigen benih ikan bandeng pada awal pemberian pakan sampai akhir penelitian.
Umur (hari) Konsumsi Oksigen (µL O2 /mg bobot basah /jam)
0 1 2 3 4 5
20 0,702 1, 179 1,556 1,786 1, 785 1,777
30 - 0,673 0,724 0,738 0,836 0,834
40 - 0,214 0,253 0,388 0,367 0,334
Dari tabel 1 terlihat bahwa pada hari ke-1 sampai ke-3 terjadi penurunan konsumsi oksigen pada benih ikan bandeng umur 30 dan 40 hari. Sedangkan pada benih umur 20 hari terjadi penurunan konsumsi oksigen sampai hari ke-4. Penurunan konsumsi oksigen ini disebabkan karena kondisi tubuh benih ikan bandeng yang semakin lemah akibatnya kurangnya energi sehingga aktivitasnya menjadi lambat. Hal yang sama terjadi pada borok trout yang mengalami penurunan konsumsi oksigen akibat berkurangnya energi pada tiga hari pertama dari pelaparan (Arthur dalam Hoar dan Randall 1969).
Pada benih yang berumur 20 hari terlihat adanya penurunan tingkat konsumsi oksigen secara terus menerus mulai dari hari ke-1 sampai ke-4. Hal ini disebabkan karena rendahnya energi yang ada di dalam tubuhnya akibat proses pelaparan. Jika dihubungkan dengan tingkat metabolisme dimana ikan kecil memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dari pada ikan yang besar. Sehingga kebutuhan enrgi pada ikan kecil lebih besar karena energi tersebut digunakan untuk pertumbuhan, ativitas dan pembentukan jaringan baru. Hal ini sejalan dengan pernyataan Fujaya (1999) bahwa pada keadaan cukup makan ikan akan mengkonsumsi makan hingga memenuhi kebutuhan energinya. Pengamatan diatas sesuai pula dengan penelitian pada ikan mas dengan bobot 12 gr, tingkat metaboliknya sebesar 24,48 kkal dalam 24 jam/kg dari berat badan, sedangkan pada ikan dengan bobot 600 gr. Hanya 7,79 kkal. (Schaeperculus 1933 dalam Hoar dan Randall, 1969).
Masih dari tabel 1 terlihat bahwa pada benih berumur 30 hari dan 40 hari yang terjadi peningkatan konsumsi pada benih berumur 30 hari dan 40 hari yang disebabkan karena tingkah laku benih ikan yng mengalami stress. Kondisi ini dapat dimungkinkan karena tekanan fisiologi benih berat atau serius atau di bandingkan dengan kondisi ketika konsumsi oksigen mengangalami penurunan (Djawd et al., 1982). Hal ini dapat juga terjadi terjadi karena pada saat ikan dipuasakan akan terjadi penurunan karbohidrat dan lemak semakin rendah tetapi penggunaan oksigen menjadi lebih meningkat (Anonim 1999).
Pada hari ke-5 terjadi penurunan konsumsi oksigen pada benih umur 30 dan 40 hari. Hal ini di mungkinkan karena tubuh ikan semakin lemah dan cadangan makanan sudah berkurang atau habis akibatnya menjadi kematian bagi ikan tersebut pada benih bandeng lebih dari 50%. Pada saat pelaparan ada masa dimana dalam tubuh terjadi proses glikogenogenesis yang merupakan proses pembentukan glikogen dan sebaliknya glikenolisis yang merupakan proses pemecahan glikogen menjadi bentuk glukosa dalam sel, sehingga glukosa ini dapat digunakan sebagai cadangan makanan yang menyebabkan konsumsi oksigen berflukturasi.
Dari tabel 2 terlihat bahwa setelah dilakukan pemberian pakan pada ketiga kelompok umur benih, terjadi peningkatan konsumsi oksigen yang sangat cepat diiringi dengan meningkatnya aktivitas (kecepatan renang) dari ikan. Hal ini sesuai dengn penyataan Davis (1953) dalam Hoar dan Randall (1969) yang telah melakukan penelitian terhadap kebutuhan oksigen ikan air tawar setelah diberi pakan. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa peningkatan kebutuhan oksigen dapat terjadi akibat faktor pemberian pakan, terkejut dan stree akibat perubahan lingkungan.
Peningkatan konsumsi oksigen serta kecepatan renang secara terus menerus menyebabkan kelelahan dan menimbulkan oxygen debt (utang oksigen).
Menurut Lockwood (1967) metabolisme makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju pemanfaatan oksigen terlarut. Organisme yang aktif makan atau dalam keadaan kenyang akan menggunakan oksigen terlarut yang lebih banyak dibandingkan dengan organisme yang lapar pada sepesies danu ukuran yang sama.
Pada benih berumur 20 dan 40 hari pada hari ke-8 dan ke-9 terjadi penurunan konsumsi oksigen. Hal ini disebabkan karena terjadinya proses oksigen debt akibat adanya peningkatan konsumsi oksigen pada awal pemberian pakan. Oksigenbedt menggunakan basal metabolisme (resting) dan adanya faktor adaptasi ikan terhadap pakan sehingga konsumsi oksigennya menjadi stabil kembali.
Sementara itu pada benih yang berumur30 hari terjadi penurunana konsumsi oksigen pada hari ke-10. Hal initerjadi karena pada saat benih diberi pakan, peningkatan konsimsi oksigen tidak terlalu tinggi. Gambar prafik menurun pada setiap kelompok umur juga dimungkinkankarena bertambahnya bobot benih bandeng yang dibantut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fujaya (1999) bahwa parubahan dari berat badan menyebabkan perubahan tingkat konsumsi oksigennya sangat kecil. Jika total konsumsi oksigen meningkat akibat meningkatnya ukur, maka konsumsi oksigen per unit berat badan akan menurun.
Pada fase muda, jumlah O2 bb-1 jam-1 lebih besar pemakaiannya dibandingkat dengan organisme yang lebih tua. Tingginya rata-rata penggunaan oksigen pada organisme lebih muda ini sejalan dengan temuan imai (1974) yang menyatakan bahwa laju konsumsi oksigen per unit berat spesimen adalah lebih tinggi pada organisme yang lebih kecil dan spesimen yang lebih aktif.
Laju Pertumbuhan Bobot Benih Bandeng
Hasil perhitungan laju pertumbuhan Spesifik Harian (SGR) benih ikan bandeng dapat dilihat pada Tabel 3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa SGRnya tidak memperlihatkan peningkatan yang berarti. Hal ini disebabkan selain karena kualitas pakan yang rendah juga diduga sebagai akibat dari hormon pertumbuhan dalam tubuh benih bandeng yang terbatas serta singkatannya waktu pembantutan.
Hewan-hewan yang diberi pakan kembali setelah sebelumnya dilaparkan atau diberi pakan yang tidak cukup, secara perlahan-lahan akan mengalami peningkatan konsentrasi RNA didalam jaringan. Kapasitas sintesia protein akan pulih kembali sejalan dengan pemberian pakan yang cukup menghasilkan peningkatan aktivitas, sintesa protein, pertumbuhan dan efisiensi konversi pakan (Jobling, 1994).
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Spesifikasi Harian Benih Ikan Bandeng yang Dibantut
Umur Pertumbuhan Spesifikasi Harian
20 hari 0,03% hari
30 hari 0,04% hari
40 hari 0,05% hari
Hal ini sesuai dengan Hoar dan Randall (1979) bahwa jika ikan dibatasi pakannya maka berat badannya menjadi berkurang dan setelah masa pelaparan selesai , pertambahan beratnya akan berlangsung dengan cepat. Sebai contoh dapat dilihat pada penelitian yang telah dilakuakan oleh Bombeo-Tuburan (1988) tentang The Effect of Stunting of Milk Fish yang mengalami kesimpulan bahwa ikan bandeng yang dibantut mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan bandeng yang tidak mengalami pembantutan. Penelitian yang mengemukakan lambatnya pertumbuhan bobot sebagai akibat dari hormon pertumbuhan yang terbatas juga terjadi pada penelitian pembantutan udang windu (Penaus monondon Fab) (Mengampa et al., 1990).
KESIMPULAN
Ikan bandeng merupakan suatu komoditas perikanan yang sudah lama dibudidayakan oleh petani tambak indonesia (Pirzan et al., 1989). Ikan ini juga merupakan jenis ikan ekonomis penting di sulawesi selatan karena terdapat digunakan sebagai sumber protein hewani yang relatif murah (Aslianti, 1995).
Berdasarkan ketiga gambar tersebut di atas terlihat bahwa pada awal pelaparan hari 0 sampai hari ke-1 terjadi peningkatan konsumsi oksigen pada semua kelompok umur ikan yang diteliti. Hal ini kemungkinan di proses adaptasi lingkungan dari aquarium ke botol respirator sehingga menyebabkan aktivitas atau kecepatan renangnya juga meningkat.
Pada benih umur 20 hari terjadi penurunan konsumsi oksigen sampai hari ke-4 Penurunan konsumsi oksigen ini disebabkan karena kondisi tubuh benih ikan bandeng yang semakin lemah akibatnya kurangnya energi sehingga aktivitasnya menjadi lambat. Sedangkan Pada benih yang berumur 20 hari terlihat adanya penurunan tingkat konsumsi oksigen secara terus menerus mulai dari hari ke-1 sampai ke-4. Hal ini disebabkan karena rendahnya energi yang ada di dalam tubuhnya akibat proses pelaparan. Jika dihubungkan dengan tingkat metabolisme dimana ikan kecil memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dari pada ikan yang besar.
0 comments:
Post a Comment