Persiapan kolam
Sebelum melakukan kegiatan budi-daya ikan, langkah pertama yang harus diperhatikan dalam persiapan budidaya yaitu pengelolaan tanah dan pengelolaan air.
Pengelolaan tanah bertujuan untuk men-ciptakan kondisi optimum tanah agar dapat menyediakan lingkungan yang layak sebagai tempat hidup ikan. Pengelolaan tanah meliputi pengolahan tanah, pengapuran dan pemupu-kan. Setelah dilakukan pengolahan tanah, lang-kah selanjutnya adalah pengelolaan air. Pengi-sian air ke dalam kolam dilakukan untuk mem-percepat proses penguraian (dekomposisi) unsur–unsur organik dari pupuk menjadi unsur anorganik yang dapat menyuburkan kolam, setelah kapur dan pupuk ditebar, kolam diairi sedikit dan dibiarkan selama 4 hari. Kemudian air ditambah lagi setinggi 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari sampai air berwarna coklat kehijau – hijauan. Sehari sebelum benih gurami maupun ikan nila ditebar, kolam mulai diisi air sedalam 70 cm.
Seleksi dan Penebaran Benih
Benih ikan yang telah dideder dan dipe-lihara dengan baik selama masa tertentu (1-4 bulan) tidak semuanya memiliki ukuran yang sama, demikian juga benih ikan tidak semuanya sehat. Oleh karena itu, benih ikan yang akan dibe-sarkan harus diseleksi terlebih dahulu un-tuk mendapatkan benih ikan yang berukur-an sama, sehat dan pertumbuhannya baik.Benih–benih ikan yang telah diseleksi dapat segera disebarkan ke kolam pembesaran. Untuk men-cegah kematian benih ikan akibat stress, peru-bahan suhu yang mendadak dari wadah ke kolam pembesaran, pelukaan dan serangan penyakit, maka dalam menebarkan ikan ke kolam pembesaran hendaknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan padat pene-barannya perlu diperhatikan.
Padat pene-baran ikan gurami dengan ukuran benih 150 gr sekitar 10 ekor/m2. Sedangkan ikan nila ber-ukuran 20 gr padat penebarannya rata – rata 52 ekor/m2.
Pembesaran dan Pemeliharaan
Pembesaran ikan gurami dan ikan nila dilakukan secara monokultur, sehingga benih ikan harus dipilih yang seragam. Kolam ikan gurami rata–rata seluas 912,5 m2 dan padat penebarannya sekitar 9-10 ekor/m2 dengan ukuran ikan 150 gr, jumlah total ikan sekitar 8.900 ekor. Sedangkan pada budidaya ikan nila luas lahan 790 m2 yang terdiri dari 5 unit kolam, rata–rata seluas 158 m2/kolam, mempunyai padat penebaran sekitar 50-52 ekor/m2 dengan berat ikan 20gr, dan per kolam terdapat 8.182 ekor ikan nila dengan mortalitas sebesar 10 %.
Pemberian Pakan
Pakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan ikan. Pemberian pakan pada budidaya ikan gurami dilakukan 3 kali sehari. Per hari membutuhkan pakan ikan sekitar 17,19 kg untuk 8.182 ekor ikan gurami. Selain pakan buatan ikan gurami juga memakan tum-buhan/daun – daunan rata – rata 242,75 karung/siklus atau Rp.813.212,5.
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan ukuran besar ikan agar pakan yang diberikan tersebut dapat dikon-sumsi oleh ikan secara utuh. Untuk ikan gurami, jumlah makanan yang diberikan per hari adalah 11,5 % dari berat ikan seluruhnya dengan rincian 1,5 % berupa pellet dan 10 % berupa daun – daunan. Frekuensi pemberian pakan ikan adalah 3 kali per hari, yakni pagi, siang dan sore. Ber-dasarkan standard tersebut, maka kebutuhan pakan berupa pellet dan daun – daunan untuk 500 ekor gurami.
Menurut Suyanto S.R. (2004), banyaknya makanan yang diberikan harus diperhitungkan dengan harga pakan dan nilai produksi ikan yang akan diperoleh. Perhitungan ini penting untuk menghindari kerugian. Beratnya ransum per hari harus diperhitungkan secara cermat. Setiap kolam harus dibuatkan tabel pakan sendiri sesuai dengan kepadatan ikan yang dipelihara dan target produksi. Pakan yang diberikan sebaiknya habis dalam 5 menit. Jika pakan tidak habis dalam 5 menit berarti ikan ada gangguan. Gangguan dapat berupa sera-ngan penyakit, perubahan kualitas air, udara panas, atau telalu sering diberi pakan.
Pengontrolan Air
Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air kolam yang diganti setiap hari sebanyak 20 % atau lebih. Pada budidaya ikan gurami ini penggantian air dilakukan satu bulan sekali sebanyak 50 %.
Hama dan Penyakit
Budidaya ikan tidak lepas dari gangguan hama dan penyakit. Datangnya penyakit dise-babkan oleh beberapa hal seperti lingkungan budidaya, teknik budidaya, penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik serta tidak sesuainya ukuran dan jenis bahan ynag digu-nakan pada wadah penampungan sehingga ikan luka. Datangnya penyakit tidak hanya merugi-kan dari sisi produktifitas, tetapi juga pada kematian gurami yang dibudi-dayakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan datangnya penyakit dan pengendalian penyakit yang menyerang.
Beberapa penyakit yang biasa menyerang ikan, baik dalam kolam maupun wadah lain adalah kutu ikan, penyakit cacing ikan, white spot. Pengobatannya dengan perendaman garam dapur (NaCl) dosis 1-3 gr/ 100cc air selama 5 menit atau formalin 25 cc/m3.
Pengendaliannya dengan seleksi ikan yang tahan penyakit. Vacsinasi Ich, mengurangi kepadatan ikan, kondosi perairan cukup oksigen. Air kolam diusahakan mengalir terus menerus dan pemberian pakan yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan atau menaikkan suhu air yang berkisar 28-32°C
Penyakit nonparasit merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh adanya penyakit, tetapi disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor makanan (nutrisi). Faktor lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan ikan adalah pH air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, perubahan suhu air yang terlalu mendadak, zat–zat beracun yang ada dalam air, penumpukan kotoran atau sisa – sisa makanan, kadar oksigen dalam air rendah, kejenuhan gas (nitrogen, oksigen dan karbondioksida) serta kadar amoniak yang tinggi.
Pencegahan penyakit nonparasiter dapat dilakukan dengan pemberian pakan yang tepat (baik jumlah dan mutunya), ikan tidak diberi pakan yang telah busuk/rusak, penyimpanan pakan ditempat yang bersih dan kering, per-baikan lingkungan parairan kolam, meningkat-kan kualitas air, meningkatkan aerasi, mengu-rangi bahan organik dan fitoplankton.
Pemanenan dan Pengangkutan
Pemanenan ikan dilakukan dengan mem-perhatikan umur ikan, bobot ikan saat tebar, bobot ikan saat panen, dan waktu pemanenan. Pada pembesaran ikan gurami ini, ukuran tebarnya adalah 150 gr/ekor dengan umur budidaya selama 6 bulan didapatkan berat saat panen 600gr/ekor.
Sedangkan ikan nila dapat dipanen pada umur 3–4 bulan. Pada umur tersebut bobotnya sudah mencapai 100 gr/ekor. Jika pasar menghendaki ikan yang berbobot 250 gr/ekor, maka panen dapat dilakukan pada umur 6 bulan (Cahyono Bambang, 2000). Pada budi-daya ikan nila, ukuran tebar ikan 20 gr/ekor dan lama pemeliharaan 4 bulan diperoleh berat ikan saat panen 300 gr/ekor. Waktu panen yang baik adalah pada pagi hari atau sore hari karena keadaan suhu rendah yang dapat menurunkan aktivitas metabolisme tubuh dan gerak ikan.
Ikan–ikan yang telah dipanen harus tetap dipetahankan mutunya sampai di pasaran. Oleh karena itu, penanganan pasca-panen harus dilakukan dengan baik dan benar. Penanganan pascapanen ikan yaitu pembersihan, pembero-kan, pengolahan, pengangkutan dan pemasaran
Pada saat pengangkutan sering kali ikan mengalami kerusakan. Untuk menekan keru-sakan sekecil mungkin, maka ikan harus dikemas dengan baik. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan ikan adalah wadah untuk mengemas ikan, kepadatan ikan dalam wadah dan sistem pengangkutan (Cahyono bambang, 2000). Untuk pengemasan ikan gurami petani ikan menggunakan jerigen plastik karena ikan masih dalam keadaan hidup, sedangkan ikan nila sudah dalam keadaan mati sehingga dapat menggunakan box fiberglass atau styrofoam.
Saat pengangkutan, kepadatan ikan sangat tergantung pada ukuran ikan, sistem pengangkutan dan lamanya pengangkutan. Apabila ikan terlalu padat akan menyebabkan ikan cepat rusak dan membusuk atau mati. Pada pengangkutan ikan gurami yang menggu-nakan jerigen plastik kepadatan pengangkutan 30 kg dalam 120 liter air selama 6 jam. Sedang-kan ikan nila dalam setiap box kepadatan maksimalnya adalah 70 kg, sehingga jumlah ikan nila saat pengangkutan adalah sekitar 230 ekor/box dengan ukuran panen 300 gr/ekor.
Pemasaran
Pasar pada usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila yang dimaksudkan adalah pasar reseller, yaitu suatu pasar yang terdiri dari individu dan organisasi yang melakukan penju-alan kembali barang dan jasa untuk menda-patkan keuntungan. Secara teknis, pemasaran ikan gurami dan ikan nila lebih ditekankan pada strategi bauran pemasaran hal ini dilakukan karena luasnya kegiatan pemasaran.
Penentuan lokasi dan distribusi serta sarana dan prasarana pendukung menjadi sangat penting, karena agar pelanggan mudah menjangkau setiap lokasi yang ada serta mendistribusikan barang atau jasa.
Pada penelitian ini baik usaha budidaya ikan gurami maupun usaha budi-daya ikan nila, saluran distribusinya adalah dari produsen/ petani ikan ke pengepul, agen, kemudian resto-ran dan yang terakhir kepada konsumen akhir.
Daerah pemasaran untuk ikan gurami maupun ikan nila masih sedikit sekali untuk meraih pasar lokal. Untuk ikan gurami daerah pemasarannya meliputi wilayah Surabaya dan Jakarta. Sedangkan pemasaran ikan nila meli-puti wilayah Pasuruan dan Solo.
Aspek Finansial
Aspek finansial sangat penting untuk diperhatikan, karena setiap kegiatan usaha selalu membutuhkan dana untuk menjalankan usaha yang meliputi permodalan, pembiayaan, penerimaan dan analisis finansial.
Pada usaha budidaya ikan gurami, modal tetap/investasi awal dalam pelaksanaan usaha merupakan modal sendiri rata – rata tiap usaha yaitu sekitar Rp. 49.745.000. Modal tersebut meliputi kolam tanah, pompa air, ember serok, jaring. Sedangkan modal tetap yang digunakan untuk usaha budidaya ikan nila juga berasal dari modal sendiri sebesar Rp. 145.746.000.
Pembiayaan yang dimaksud terdiri dari biaya tetap dijumlah dengan biaya opera-sional per tahun yang selanjutnya disebut modal kerja/total biaya. Usaha budidaya ikan gurami mempunyai total biaya sekitar Rp.75.413.075, sedangkan untuk budidaya ikan nila sekitar Rp. 80.743.217. Biaya tetap pada budidaya ikan gurami sebesar Rp. 11.654.150, dan untuk budidaya ikan nila biaya tetapnya sebesar Rp. 27.265.617 per tahun. Biaya operasional per siklus produksi ikan gurami rata – rata tiap anggota kelompok tani Mina Sejahtera sebesar Rp. 32.379.362,5 dan untuk satu tahun sebesar Rp.64.758.925. Sedangkan usaha budidaya ikan nila menggunakan biaya variabel sejumlah Rp. 4.861.600 per siklus produksi, dan dalam 1 tahun ada 11 siklus sehingga biaya variable total selama 1 tahun adalah Rp. 53.477.600.
Analisis Finansial
Bila ditinjau dari waktu pelaksanaan proyek suatu usaha, dalam menganalisis aspek finansial dapat dibedakan menjadi analisis jangka pendek dan analisis jangka panjang.
Analisis Jangka Pendek
Analisis jangka pendek dalam suatu usaha dapat dihitung dari jangka waktu yang pendek yaitu sekali produksi dalam 1 tahun produksi. Komponen yang dihitung meliputi penerimaan/pendapatan, keuntungan dan Return to Equity Capital (REC).
Penerimaan dalam usaha budidaya ikan gurami dari perhitungan diperoleh nilai penerimaan rata – rata dari responden 1 dan 2 sebesar Rp.128.160.000 per tahun. Yang diperoleh dari hasil kali produksi rata – rata yaitu 8.544 kg dengan harga ikan gurami Rp. 15.000/kg. Sedangkan pada usaha budidaya ikan nila diperoleh nilai penerimaan rata – rata tiap tahun sekitar Rp. 170.100.000, dari hasil produksi per tahun 24.300 kg dengan harga Rp. 7.000/kg.
Keuntungan usaha atau hasil bersih adalah besarnya penerimaan setelah di kurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi, baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap. Keuntungan kotor (EBZ) untuk usaha budidaya ikan gurami pada kelompok tani Mina Sejahtera dan ikan nila pada Mina Nugroho masing – masing Rp. 52.746.925,- dan Rp. 89.356.783. Sedangkan keuntungan bersih (EAZ) masing–masing adalah Rp.50.109.578,75 dan Rp.84.888.943,85.
Perhitungan nilai Return to Equity Capital (REC) juga dilakukan dengan 2 cara yaitu untuk pendapatan kotor (RECEBZ) dan REC untuk pendapatan bersih setelah zakat (RECEAZ). Dari hasil perhitungan diperoleh nilai RECEBZ per tahun untuk usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila masing– masing sekitar 67,52 % dan 108,4 %. Untuk nilai RECEAZ masing– masing 64,03 % dan 102,87 %. Maksud dari nilai – nilai tersebut adalah misalkan saja 67,52 % per tahun, artinya setiap modal usaha sebesar Rp. 1 akan menghasilkan laba sebesar Rp. 67,52. Dan nilai–nilai REC tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan suku bunga deposito yang dikeluarkan bulan Agustus 2005 yakni sebesar 8,71%, sehingga usaha tersebut dapat dikatakan sangat menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan.
Analisis Jangka Panjang
Dalam menentukan kelayakan suatu usaha perlu dilakukan analisis jangka pan-jang yang meliputi Net Present Value (NPV), Net B/C, IRR (Internal Rate of Return), Payback Periode dan analisis sensitivitas.
Net Present Value (NPV)
Setelah nilai Net Benefit (B–C) masing–masing didiskontokan pada ting-kat discount rate 16%, selanjutnya nilai NPV dihitung dari total PVGB dikurangi total PVGC dan diperoleh nilai NPV dalam kondisi normal untuk usaha budidaya ikan gurami sebesar Rp. 287.501.653. Sedangkan usaha budidaya ikan nila diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 510.422.496. Nilai NPV tersebut lebih besar dari satu dan lebih besar dari inves-tasi awal sehingga usaha tersebut me-nguntungkan dan layak untuk diteruskan.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Dari hasil perhitungan pada kon-disi normal diperoleh nilai Net Benefit (B–C) untuk ikan gurami sebesar 5,91 dan untuk ikan nila sebesar 3,5. Nilai Net B/C tersebut lebih besar dari satu sehingga kedua usaha tersebut layak untuk dijalankan.
Internal Rate of Return (IRR)
Dari perhitungan diketahui nilai IRR pada kondisi normal baik untuk usaha ikan gurami maupun usaha budidaya ikan nila lebih besar dari bunga pinjaman yang berlaku saat ini yaitu 16 %. Nilai IRR tersebut masing – masing adalah 125,71 % dan 75,73 %. Jadi usaha tersebut layak untuk dijalankan.
Payback Periode (PP)
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai payback period (PP) untuk ikan gurami adalah 2,17 tahun dan untuk usaha ikan nila nilai PP adalah 4,25 tahun yang mana kedua nilai PP tersebut lebih kecil dari PP maximum yaitu 6,25 tahun, sehingga dari segi pengembalian modal, usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila masih tetap layak untuk diusahakan.
Analisis Sensitivitas
Di dalam analisis sensitivitas ini digunakan beberapa asumsi perubahan kondisi usaha selama dijalankan yang be-rupa kenaikan biaya dan penurunan gross benefit yang tujuannya untuk mengetahui bagaimana pengaruh usaha tersebut atau untuk mengetahui kepekaan suatu pro-yek terhadap perubahan yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Asumsi biaya naik sebesar 25% pada tahun 2005 – 2014
Asumsi biaya naik 25 % dida-sarkan pada tahun 2005 kondisi pere-konomian nasional yang masih belum normal karena banyak peristiwa yang terjadi di Indonesia sehingga sebagian besar biaya operasional mengalami kenaikan. Hasil perhitungan pada usa-ha budidaya ikan gurami di-peroleh nilai NPV Rp 211.801.826; Net B/C 4,35; IRR 92,99% dan Payback Periode 3,22 tahun.
Sedangkan untuk usaha ikan nila diperoleh nilai NPVRp.442.153.268; Net B/C 3,033724888 ; IRR 65,4% dan PP 5,21 tahun. Dari nilai – nilai tersebut diketahui bahwa baik usaha budidaya ikan gurami maupun ikan nila masih tetap layak untuk dija-lankan meskipun terjadi inflasi (kena-ikan) biaya 25% per tahun.
Asumsi Gross Benefit turun 10% pada tahun 2005 – 2014
Penentuan asumsi Gross Benefit turun 10% karena sejak terjadi banyak peristiwa yang ada di Indonesia baik bencana alam maupun yang lainnya mengakibatkan daya beli masyarakat terhadap komoditi ikan menurun, se-hingga penjualan usaha perikanan me-ngalami penurunan. Dari hasil perhi-tungan pada usaha budidaya ikan gurami didapat nilai NPV Rp. 228.464.186,32 ; Net B/C 4,7 ; IRR 99,97 % dan PP 2,88 tahun.
Sedangkan pada usaha ikan nila didapat nilai NPV Rp.432.065.184 ; Net B/C 2,964508 ; IRR 63,81 % dan PP 5,4 tahun. Dari nilai–nilai tersebut ternyata baik usaha budidaya ikan gurami maupun ikan nila masih tetap layak untuk dijalankan.
Asumsi biaya naik 25% dan Gross Benefit turun 10% pada tahun 2005–2014
Untuk melihat tingkat kepe-kaan dari usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila bila terjadi kemungkinan yang sangat buruk ditentukan asumsi dari gabungan antara biaya naik 25% dan Gross Benefit turun 10%. Dari perhitungan diketahui untuk usaha budidaya ikan gurami mempunyai nilai NPV Rp. 152.764.359,90 ; Net B/C 3,14 ; IRR 66,22 % dan PP 5,04 tahun. Sedangkan ikan nila mem-punyai nilai NPV Rp. 363.795.956 ; Net B/C 2,496 ; IRR 53,25 % dan PP 7,1 tahun nilai ini melebihi kondisi Payback Periode maksimum, sehingga secara perhitungan usaha ikan nila tidak layak untuk dilanjutkan dalam kondisi biaya naik 25% dan benefit turun 10%.
Nilai – nilai tersebut diatas yakni NPV, Net B/C ternyata lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari suku bunga pinjaman bank yaitu 16% dan Payback Periode lebih kecil dari Payback Periode maksimum, sehingga usaha tersebut masih tetap layak untuk dilanjutkan meskipun terjadi kenaikan biaya melebihi 25% dan Gross Benefit turun melebihi 10%. Mengacu pada nilai tersebut menun-jukkan sensitivitas usaha ini cukup tinggi artinya usaha ini mempunyai toleransi cukup tinggi terhadap goncangan akibat biaya naik ataupun pengurangan benefit (laba). Jadi usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila dilihat dari aspek finansial masih tetap layak untuk tahun- tahun mendatang.
Aspek Manajemen
Aspek manajemen dan organisasi me-rupakan aspek yang sangat penting dianalisis untuk kelayakan suatu usaha. Baik menyang-kut sumberdaya manusia maupun rencana perusahaan secara keseluruhan, haruslah disu-sun sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai apabila memenuhi kaidah–kaidah atau tahapan dalan proses manajemen. Proses manajemen atau kaidah ini akan tergambar dari masing– masing fungsi manajemen yang ada.
Dalam usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila telah menerapkan fungsi peren-canaan meskipun masih sederhana. Baik dari persiapan teknis, peralatan, tenaga kerja, biaya, waktu pelaksanaan dan sebagainya mes-kipun tidak dibuat secara terstruktur. Di dalam usaha ini sudah dilakukan pembukuan meskipun masih sangat sederhana. Penentuan target waktu produksi budidaya ikan gurami adalah 6 bulan dan ikan nila adalah 4 bulan.
Pada usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila sudah menerapkan fungsi pengorga-nisasian. Hal ini dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas kepada pekerja, meskipun kadang–kadang melakukan kegiatan rangkap, karena jumlah tenaga kerja masih terbatas satu orang.
Baik di dalam usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila dalam menggerakkan tenaga kerja masih belum berfungsi dengan baik karena tenaga kerja yang diambil masih memiliki hubungan keluarga dan tidak ada motivasi yang khusus untuk semangat dalam bekerja. Tetapi biasanya pemilik usaha akan membagi keuntungan yang merata sesuai dengan hasil pekerjaan/kegiatan.
Pengawasan pada produk ikan gurami dilakukan untuk melihat apakah ikan ter-serang penyakit atau tidak. Namun untuk tenaga kerja tidak dilakukan pengawasan karena lebih mengandalkan pada kepercayaan terhadap tugasnya dan kesadaran dari pekerja sendiri. Sedangkan untuk usaha budidaya ikan nila, pengawasan dilakukan pada kualitas ikan nila, kualitas air, pemasaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha ikan gurami dan ikan nila dalam pelaksanaan fungsi manajemen hampir sesuai/cukup baik. Jadi dari hipotesa bahwa pelaksanaa fungsi manajemen pada usaha tersebut sudah baik diterima, meskipun pada kenyataannya kurang sempurna.
Aspek Kelembagaan
Kelembagaan yang ada didalam usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila yaitu lembaga penyedia sarana produksi, lembaga penyedia dana, lembaga pemasaran, dan lembaga penyuluhan.
Untuk memperoleh sarana produksi koperasi sangat berperan dalam hal ini adalah koperasi Mina Sejahtera yang mempunyai beberapa relasi dalam penyediaan sarana tersebut. Sedangkan kegiatan budidaya ikan nila dalam penyediaan sarana produksi selain dari koperasi Mina Nugroho juga mempunyai hubungan kerja/kemitraan dengan pabrik pakan Charun Chokan yang ada di Sidoarjo, sedangkan benih disediakan oleh koperasi Mina Jaya sebagai koperasi sekunder.
Usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila modal berasal dari modal sendiri. Karena pemilik usaha tersebut tergolong didalam kelompok tani, mereka mendapatkan ban-tuan modal yang biasanya disebut dengan penguatan modal dari pemerintah.
Lembaga pemasaran adalah badan – badan hukum atau perorangan yang meng-gerakkan arus barang dari produsen kepada konsumen. Lembaga pemasaran didalam usaha budidaya ikan gurami adalah pedagang pengepul lokal yang datang langsung ke tempat budidaya ikan gurami pada saat pemanenan, dari pedangang pengepul, ikan gurami ukuran konsumsi diantar ke restoran dan agen. Sedangkan lembaga pemasaran pada kelompok tani Mina Nugroho adalah agen, dari agen langsung kepada restoran/ pasar dan akhirnya kepada konsumen.
Lembaga penyuluhan yang berperan dalam hal ini adalah pemerintah yaitu sub dinas perikanan Kabupaten Nganjuk di bawah naungan dinas kehewanan Kabupa-ten Nganjuk. Sub dinas perikanan Nganjuk biasanya memberikan penyuluhan satu bulan sekali pada awal bulan kepada para petani ikan melalui kelompok tani Mina Sejahtera untuk usaha ikan gurami dan Mina Nugroho untuk ikan nila.
Aspek Hukum
Untuk memulai studi kelayakan suatu usaha pada umumnya dimulai dari aspek hukum, walaupun banyak pula yang melakukan dari aspek lain. Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan dan keaslian dari dokumen – dokumen yang dimiliki. Dokumen yang perlu diteliti keabsahannya, kesempurnaan dan keasliannya meliputi badan hukum, izin – izin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha tesebut.
Namun para petani ikan tersebut berada didalam sebuah lembaga koperasi. Dan masing – masing petani ikan tersebut belum mempunyai Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), karena surat izin ter-sebut hanya diwajibkan kepada perusahaan – perusahaan yang besar.
Jadi kepemilikan usaha budidaya ikan tersebut belum mempunyai SIUP sehingga dari aspek hukum usaha tersebut belum layak/belum diakui secara legal.
Aspek Sosial Ekonomi
Dari hasil penelitian diketahui bahwa usaha budidaya ikan gurami maupun ikan nila secara sosial, ekonomi dan budaya membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar. Perubahan tersebut meliputi pen-dapatan, hubungan sosial, aktifitas lalu lintas, jalur komunikasi, tingkat keamanan, perilaku masyarakat dan adat istiadat. Beberapa peru-bahan secara sosial, ekonomi dan ling-kungan meliputi : arus lalu lintas semakin ramai di daerah sekitar usaha, penerangan jalan yang semakin banyak, pekerja tidak tetap diambil dari masyarakat sekitar sehing-ga membantu pemerintah mengurangi pe-ngangguran, komunikasi semakin lancar karena adanya alat komunikasi seperti tele-pon, tersedianya sarana dan prasarana seper-ti pembangunan jalan, jembatan, listrik, tele-pon dan sebagainya.
Dampak sosial yang timbul diantaranya adalah adanya perubahan struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pekerjaan dan pendidikan, perubahan tingkat pendapatan penduduk, perubahan komposisi tenaga kerja baik tingkat partisi-pasi angkatan kerja maupun tingkat pengang-guran.
Aspek Lingkungan (AMDAL)
Komponen lingkungan hidup yang akan berubah secara mendasar dan penting bagi masyarakat disekitar tempat rencana usaha adalah kepemilikan dan penguasaan lahan, kesempatan kerja dan usaha, taraf hidup masyarakat dan kesehatan masyarakat. Karena air yang digunakan adalah air sungai dan air tanah yang bila digunakan secara berlebihan maka disekitar lokasi usaha menjadi berkurang dan akhirnya mengering.
Karena budidaya ikan gurami dan ikan nila yang biasanya terbuka dan tidak ada pagar pengaman, cenderung mengundang tindakan kriminal seperti pencurian ikan oleh orang – orang iseng. Hal ini juga disebabkan oleh adanya kesenjangan sosial antara masyarakat sekitar.
Adapun alternatif penyelesaian yang dapat dilakukan adalah memasang filter/ saringan air agar air yang keluar dari pembu-angan sudah bersih dan sehat, membuat saluran pembuangan yang teratur ke daerah tertentu sehingga tidak menganggu aktifitas masyarakat sekitar lokasi usaha, memberikan obat untuk menetralisir air yang tercemar seperti bahan – bahan kimia yang dapat me-matikan makhluk yang mengkonsumsinya dan memberi sedekah/zakat kepada yang membutuhkan yang ada di sekitar lokasi usaha, sehingga mereka merasa diperhatikan dan ada rasa hormat kepada pemilik usaha yang selanjutnya tidak melakukan pencurian dan tindakan kriminal lainnya
Sebelum melakukan kegiatan budi-daya ikan, langkah pertama yang harus diperhatikan dalam persiapan budidaya yaitu pengelolaan tanah dan pengelolaan air.
Pengelolaan tanah bertujuan untuk men-ciptakan kondisi optimum tanah agar dapat menyediakan lingkungan yang layak sebagai tempat hidup ikan. Pengelolaan tanah meliputi pengolahan tanah, pengapuran dan pemupu-kan. Setelah dilakukan pengolahan tanah, lang-kah selanjutnya adalah pengelolaan air. Pengi-sian air ke dalam kolam dilakukan untuk mem-percepat proses penguraian (dekomposisi) unsur–unsur organik dari pupuk menjadi unsur anorganik yang dapat menyuburkan kolam, setelah kapur dan pupuk ditebar, kolam diairi sedikit dan dibiarkan selama 4 hari. Kemudian air ditambah lagi setinggi 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari sampai air berwarna coklat kehijau – hijauan. Sehari sebelum benih gurami maupun ikan nila ditebar, kolam mulai diisi air sedalam 70 cm.
Seleksi dan Penebaran Benih
Benih ikan yang telah dideder dan dipe-lihara dengan baik selama masa tertentu (1-4 bulan) tidak semuanya memiliki ukuran yang sama, demikian juga benih ikan tidak semuanya sehat. Oleh karena itu, benih ikan yang akan dibe-sarkan harus diseleksi terlebih dahulu un-tuk mendapatkan benih ikan yang berukur-an sama, sehat dan pertumbuhannya baik.Benih–benih ikan yang telah diseleksi dapat segera disebarkan ke kolam pembesaran. Untuk men-cegah kematian benih ikan akibat stress, peru-bahan suhu yang mendadak dari wadah ke kolam pembesaran, pelukaan dan serangan penyakit, maka dalam menebarkan ikan ke kolam pembesaran hendaknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan padat pene-barannya perlu diperhatikan.
Padat pene-baran ikan gurami dengan ukuran benih 150 gr sekitar 10 ekor/m2. Sedangkan ikan nila ber-ukuran 20 gr padat penebarannya rata – rata 52 ekor/m2.
Pembesaran dan Pemeliharaan
Pembesaran ikan gurami dan ikan nila dilakukan secara monokultur, sehingga benih ikan harus dipilih yang seragam. Kolam ikan gurami rata–rata seluas 912,5 m2 dan padat penebarannya sekitar 9-10 ekor/m2 dengan ukuran ikan 150 gr, jumlah total ikan sekitar 8.900 ekor. Sedangkan pada budidaya ikan nila luas lahan 790 m2 yang terdiri dari 5 unit kolam, rata–rata seluas 158 m2/kolam, mempunyai padat penebaran sekitar 50-52 ekor/m2 dengan berat ikan 20gr, dan per kolam terdapat 8.182 ekor ikan nila dengan mortalitas sebesar 10 %.
Pemberian Pakan
Pakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan ikan. Pemberian pakan pada budidaya ikan gurami dilakukan 3 kali sehari. Per hari membutuhkan pakan ikan sekitar 17,19 kg untuk 8.182 ekor ikan gurami. Selain pakan buatan ikan gurami juga memakan tum-buhan/daun – daunan rata – rata 242,75 karung/siklus atau Rp.813.212,5.
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan ukuran besar ikan agar pakan yang diberikan tersebut dapat dikon-sumsi oleh ikan secara utuh. Untuk ikan gurami, jumlah makanan yang diberikan per hari adalah 11,5 % dari berat ikan seluruhnya dengan rincian 1,5 % berupa pellet dan 10 % berupa daun – daunan. Frekuensi pemberian pakan ikan adalah 3 kali per hari, yakni pagi, siang dan sore. Ber-dasarkan standard tersebut, maka kebutuhan pakan berupa pellet dan daun – daunan untuk 500 ekor gurami.
Menurut Suyanto S.R. (2004), banyaknya makanan yang diberikan harus diperhitungkan dengan harga pakan dan nilai produksi ikan yang akan diperoleh. Perhitungan ini penting untuk menghindari kerugian. Beratnya ransum per hari harus diperhitungkan secara cermat. Setiap kolam harus dibuatkan tabel pakan sendiri sesuai dengan kepadatan ikan yang dipelihara dan target produksi. Pakan yang diberikan sebaiknya habis dalam 5 menit. Jika pakan tidak habis dalam 5 menit berarti ikan ada gangguan. Gangguan dapat berupa sera-ngan penyakit, perubahan kualitas air, udara panas, atau telalu sering diberi pakan.
Pengontrolan Air
Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air kolam yang diganti setiap hari sebanyak 20 % atau lebih. Pada budidaya ikan gurami ini penggantian air dilakukan satu bulan sekali sebanyak 50 %.
Hama dan Penyakit
Budidaya ikan tidak lepas dari gangguan hama dan penyakit. Datangnya penyakit dise-babkan oleh beberapa hal seperti lingkungan budidaya, teknik budidaya, penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik serta tidak sesuainya ukuran dan jenis bahan ynag digu-nakan pada wadah penampungan sehingga ikan luka. Datangnya penyakit tidak hanya merugi-kan dari sisi produktifitas, tetapi juga pada kematian gurami yang dibudi-dayakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan datangnya penyakit dan pengendalian penyakit yang menyerang.
Beberapa penyakit yang biasa menyerang ikan, baik dalam kolam maupun wadah lain adalah kutu ikan, penyakit cacing ikan, white spot. Pengobatannya dengan perendaman garam dapur (NaCl) dosis 1-3 gr/ 100cc air selama 5 menit atau formalin 25 cc/m3.
Pengendaliannya dengan seleksi ikan yang tahan penyakit. Vacsinasi Ich, mengurangi kepadatan ikan, kondosi perairan cukup oksigen. Air kolam diusahakan mengalir terus menerus dan pemberian pakan yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan atau menaikkan suhu air yang berkisar 28-32°C
Penyakit nonparasit merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh adanya penyakit, tetapi disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor makanan (nutrisi). Faktor lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan ikan adalah pH air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, perubahan suhu air yang terlalu mendadak, zat–zat beracun yang ada dalam air, penumpukan kotoran atau sisa – sisa makanan, kadar oksigen dalam air rendah, kejenuhan gas (nitrogen, oksigen dan karbondioksida) serta kadar amoniak yang tinggi.
Pencegahan penyakit nonparasiter dapat dilakukan dengan pemberian pakan yang tepat (baik jumlah dan mutunya), ikan tidak diberi pakan yang telah busuk/rusak, penyimpanan pakan ditempat yang bersih dan kering, per-baikan lingkungan parairan kolam, meningkat-kan kualitas air, meningkatkan aerasi, mengu-rangi bahan organik dan fitoplankton.
Pemanenan dan Pengangkutan
Pemanenan ikan dilakukan dengan mem-perhatikan umur ikan, bobot ikan saat tebar, bobot ikan saat panen, dan waktu pemanenan. Pada pembesaran ikan gurami ini, ukuran tebarnya adalah 150 gr/ekor dengan umur budidaya selama 6 bulan didapatkan berat saat panen 600gr/ekor.
Sedangkan ikan nila dapat dipanen pada umur 3–4 bulan. Pada umur tersebut bobotnya sudah mencapai 100 gr/ekor. Jika pasar menghendaki ikan yang berbobot 250 gr/ekor, maka panen dapat dilakukan pada umur 6 bulan (Cahyono Bambang, 2000). Pada budi-daya ikan nila, ukuran tebar ikan 20 gr/ekor dan lama pemeliharaan 4 bulan diperoleh berat ikan saat panen 300 gr/ekor. Waktu panen yang baik adalah pada pagi hari atau sore hari karena keadaan suhu rendah yang dapat menurunkan aktivitas metabolisme tubuh dan gerak ikan.
Ikan–ikan yang telah dipanen harus tetap dipetahankan mutunya sampai di pasaran. Oleh karena itu, penanganan pasca-panen harus dilakukan dengan baik dan benar. Penanganan pascapanen ikan yaitu pembersihan, pembero-kan, pengolahan, pengangkutan dan pemasaran
Pada saat pengangkutan sering kali ikan mengalami kerusakan. Untuk menekan keru-sakan sekecil mungkin, maka ikan harus dikemas dengan baik. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan ikan adalah wadah untuk mengemas ikan, kepadatan ikan dalam wadah dan sistem pengangkutan (Cahyono bambang, 2000). Untuk pengemasan ikan gurami petani ikan menggunakan jerigen plastik karena ikan masih dalam keadaan hidup, sedangkan ikan nila sudah dalam keadaan mati sehingga dapat menggunakan box fiberglass atau styrofoam.
Saat pengangkutan, kepadatan ikan sangat tergantung pada ukuran ikan, sistem pengangkutan dan lamanya pengangkutan. Apabila ikan terlalu padat akan menyebabkan ikan cepat rusak dan membusuk atau mati. Pada pengangkutan ikan gurami yang menggu-nakan jerigen plastik kepadatan pengangkutan 30 kg dalam 120 liter air selama 6 jam. Sedang-kan ikan nila dalam setiap box kepadatan maksimalnya adalah 70 kg, sehingga jumlah ikan nila saat pengangkutan adalah sekitar 230 ekor/box dengan ukuran panen 300 gr/ekor.
Pemasaran
Pasar pada usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila yang dimaksudkan adalah pasar reseller, yaitu suatu pasar yang terdiri dari individu dan organisasi yang melakukan penju-alan kembali barang dan jasa untuk menda-patkan keuntungan. Secara teknis, pemasaran ikan gurami dan ikan nila lebih ditekankan pada strategi bauran pemasaran hal ini dilakukan karena luasnya kegiatan pemasaran.
Penentuan lokasi dan distribusi serta sarana dan prasarana pendukung menjadi sangat penting, karena agar pelanggan mudah menjangkau setiap lokasi yang ada serta mendistribusikan barang atau jasa.
Pada penelitian ini baik usaha budidaya ikan gurami maupun usaha budi-daya ikan nila, saluran distribusinya adalah dari produsen/ petani ikan ke pengepul, agen, kemudian resto-ran dan yang terakhir kepada konsumen akhir.
Daerah pemasaran untuk ikan gurami maupun ikan nila masih sedikit sekali untuk meraih pasar lokal. Untuk ikan gurami daerah pemasarannya meliputi wilayah Surabaya dan Jakarta. Sedangkan pemasaran ikan nila meli-puti wilayah Pasuruan dan Solo.
Aspek Finansial
Aspek finansial sangat penting untuk diperhatikan, karena setiap kegiatan usaha selalu membutuhkan dana untuk menjalankan usaha yang meliputi permodalan, pembiayaan, penerimaan dan analisis finansial.
Pada usaha budidaya ikan gurami, modal tetap/investasi awal dalam pelaksanaan usaha merupakan modal sendiri rata – rata tiap usaha yaitu sekitar Rp. 49.745.000. Modal tersebut meliputi kolam tanah, pompa air, ember serok, jaring. Sedangkan modal tetap yang digunakan untuk usaha budidaya ikan nila juga berasal dari modal sendiri sebesar Rp. 145.746.000.
Pembiayaan yang dimaksud terdiri dari biaya tetap dijumlah dengan biaya opera-sional per tahun yang selanjutnya disebut modal kerja/total biaya. Usaha budidaya ikan gurami mempunyai total biaya sekitar Rp.75.413.075, sedangkan untuk budidaya ikan nila sekitar Rp. 80.743.217. Biaya tetap pada budidaya ikan gurami sebesar Rp. 11.654.150, dan untuk budidaya ikan nila biaya tetapnya sebesar Rp. 27.265.617 per tahun. Biaya operasional per siklus produksi ikan gurami rata – rata tiap anggota kelompok tani Mina Sejahtera sebesar Rp. 32.379.362,5 dan untuk satu tahun sebesar Rp.64.758.925. Sedangkan usaha budidaya ikan nila menggunakan biaya variabel sejumlah Rp. 4.861.600 per siklus produksi, dan dalam 1 tahun ada 11 siklus sehingga biaya variable total selama 1 tahun adalah Rp. 53.477.600.
Analisis Finansial
Bila ditinjau dari waktu pelaksanaan proyek suatu usaha, dalam menganalisis aspek finansial dapat dibedakan menjadi analisis jangka pendek dan analisis jangka panjang.
Analisis Jangka Pendek
Analisis jangka pendek dalam suatu usaha dapat dihitung dari jangka waktu yang pendek yaitu sekali produksi dalam 1 tahun produksi. Komponen yang dihitung meliputi penerimaan/pendapatan, keuntungan dan Return to Equity Capital (REC).
Penerimaan dalam usaha budidaya ikan gurami dari perhitungan diperoleh nilai penerimaan rata – rata dari responden 1 dan 2 sebesar Rp.128.160.000 per tahun. Yang diperoleh dari hasil kali produksi rata – rata yaitu 8.544 kg dengan harga ikan gurami Rp. 15.000/kg. Sedangkan pada usaha budidaya ikan nila diperoleh nilai penerimaan rata – rata tiap tahun sekitar Rp. 170.100.000, dari hasil produksi per tahun 24.300 kg dengan harga Rp. 7.000/kg.
Keuntungan usaha atau hasil bersih adalah besarnya penerimaan setelah di kurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi, baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap. Keuntungan kotor (EBZ) untuk usaha budidaya ikan gurami pada kelompok tani Mina Sejahtera dan ikan nila pada Mina Nugroho masing – masing Rp. 52.746.925,- dan Rp. 89.356.783. Sedangkan keuntungan bersih (EAZ) masing–masing adalah Rp.50.109.578,75 dan Rp.84.888.943,85.
Perhitungan nilai Return to Equity Capital (REC) juga dilakukan dengan 2 cara yaitu untuk pendapatan kotor (RECEBZ) dan REC untuk pendapatan bersih setelah zakat (RECEAZ). Dari hasil perhitungan diperoleh nilai RECEBZ per tahun untuk usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila masing– masing sekitar 67,52 % dan 108,4 %. Untuk nilai RECEAZ masing– masing 64,03 % dan 102,87 %. Maksud dari nilai – nilai tersebut adalah misalkan saja 67,52 % per tahun, artinya setiap modal usaha sebesar Rp. 1 akan menghasilkan laba sebesar Rp. 67,52. Dan nilai–nilai REC tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan suku bunga deposito yang dikeluarkan bulan Agustus 2005 yakni sebesar 8,71%, sehingga usaha tersebut dapat dikatakan sangat menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan.
Analisis Jangka Panjang
Dalam menentukan kelayakan suatu usaha perlu dilakukan analisis jangka pan-jang yang meliputi Net Present Value (NPV), Net B/C, IRR (Internal Rate of Return), Payback Periode dan analisis sensitivitas.
Net Present Value (NPV)
Setelah nilai Net Benefit (B–C) masing–masing didiskontokan pada ting-kat discount rate 16%, selanjutnya nilai NPV dihitung dari total PVGB dikurangi total PVGC dan diperoleh nilai NPV dalam kondisi normal untuk usaha budidaya ikan gurami sebesar Rp. 287.501.653. Sedangkan usaha budidaya ikan nila diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 510.422.496. Nilai NPV tersebut lebih besar dari satu dan lebih besar dari inves-tasi awal sehingga usaha tersebut me-nguntungkan dan layak untuk diteruskan.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Dari hasil perhitungan pada kon-disi normal diperoleh nilai Net Benefit (B–C) untuk ikan gurami sebesar 5,91 dan untuk ikan nila sebesar 3,5. Nilai Net B/C tersebut lebih besar dari satu sehingga kedua usaha tersebut layak untuk dijalankan.
Internal Rate of Return (IRR)
Dari perhitungan diketahui nilai IRR pada kondisi normal baik untuk usaha ikan gurami maupun usaha budidaya ikan nila lebih besar dari bunga pinjaman yang berlaku saat ini yaitu 16 %. Nilai IRR tersebut masing – masing adalah 125,71 % dan 75,73 %. Jadi usaha tersebut layak untuk dijalankan.
Payback Periode (PP)
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai payback period (PP) untuk ikan gurami adalah 2,17 tahun dan untuk usaha ikan nila nilai PP adalah 4,25 tahun yang mana kedua nilai PP tersebut lebih kecil dari PP maximum yaitu 6,25 tahun, sehingga dari segi pengembalian modal, usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila masih tetap layak untuk diusahakan.
Analisis Sensitivitas
Di dalam analisis sensitivitas ini digunakan beberapa asumsi perubahan kondisi usaha selama dijalankan yang be-rupa kenaikan biaya dan penurunan gross benefit yang tujuannya untuk mengetahui bagaimana pengaruh usaha tersebut atau untuk mengetahui kepekaan suatu pro-yek terhadap perubahan yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Asumsi biaya naik sebesar 25% pada tahun 2005 – 2014
Asumsi biaya naik 25 % dida-sarkan pada tahun 2005 kondisi pere-konomian nasional yang masih belum normal karena banyak peristiwa yang terjadi di Indonesia sehingga sebagian besar biaya operasional mengalami kenaikan. Hasil perhitungan pada usa-ha budidaya ikan gurami di-peroleh nilai NPV Rp 211.801.826; Net B/C 4,35; IRR 92,99% dan Payback Periode 3,22 tahun.
Sedangkan untuk usaha ikan nila diperoleh nilai NPVRp.442.153.268; Net B/C 3,033724888 ; IRR 65,4% dan PP 5,21 tahun. Dari nilai – nilai tersebut diketahui bahwa baik usaha budidaya ikan gurami maupun ikan nila masih tetap layak untuk dija-lankan meskipun terjadi inflasi (kena-ikan) biaya 25% per tahun.
Asumsi Gross Benefit turun 10% pada tahun 2005 – 2014
Penentuan asumsi Gross Benefit turun 10% karena sejak terjadi banyak peristiwa yang ada di Indonesia baik bencana alam maupun yang lainnya mengakibatkan daya beli masyarakat terhadap komoditi ikan menurun, se-hingga penjualan usaha perikanan me-ngalami penurunan. Dari hasil perhi-tungan pada usaha budidaya ikan gurami didapat nilai NPV Rp. 228.464.186,32 ; Net B/C 4,7 ; IRR 99,97 % dan PP 2,88 tahun.
Sedangkan pada usaha ikan nila didapat nilai NPV Rp.432.065.184 ; Net B/C 2,964508 ; IRR 63,81 % dan PP 5,4 tahun. Dari nilai–nilai tersebut ternyata baik usaha budidaya ikan gurami maupun ikan nila masih tetap layak untuk dijalankan.
Asumsi biaya naik 25% dan Gross Benefit turun 10% pada tahun 2005–2014
Untuk melihat tingkat kepe-kaan dari usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila bila terjadi kemungkinan yang sangat buruk ditentukan asumsi dari gabungan antara biaya naik 25% dan Gross Benefit turun 10%. Dari perhitungan diketahui untuk usaha budidaya ikan gurami mempunyai nilai NPV Rp. 152.764.359,90 ; Net B/C 3,14 ; IRR 66,22 % dan PP 5,04 tahun. Sedangkan ikan nila mem-punyai nilai NPV Rp. 363.795.956 ; Net B/C 2,496 ; IRR 53,25 % dan PP 7,1 tahun nilai ini melebihi kondisi Payback Periode maksimum, sehingga secara perhitungan usaha ikan nila tidak layak untuk dilanjutkan dalam kondisi biaya naik 25% dan benefit turun 10%.
Nilai – nilai tersebut diatas yakni NPV, Net B/C ternyata lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari suku bunga pinjaman bank yaitu 16% dan Payback Periode lebih kecil dari Payback Periode maksimum, sehingga usaha tersebut masih tetap layak untuk dilanjutkan meskipun terjadi kenaikan biaya melebihi 25% dan Gross Benefit turun melebihi 10%. Mengacu pada nilai tersebut menun-jukkan sensitivitas usaha ini cukup tinggi artinya usaha ini mempunyai toleransi cukup tinggi terhadap goncangan akibat biaya naik ataupun pengurangan benefit (laba). Jadi usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila dilihat dari aspek finansial masih tetap layak untuk tahun- tahun mendatang.
Aspek Manajemen
Aspek manajemen dan organisasi me-rupakan aspek yang sangat penting dianalisis untuk kelayakan suatu usaha. Baik menyang-kut sumberdaya manusia maupun rencana perusahaan secara keseluruhan, haruslah disu-sun sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai apabila memenuhi kaidah–kaidah atau tahapan dalan proses manajemen. Proses manajemen atau kaidah ini akan tergambar dari masing– masing fungsi manajemen yang ada.
Dalam usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila telah menerapkan fungsi peren-canaan meskipun masih sederhana. Baik dari persiapan teknis, peralatan, tenaga kerja, biaya, waktu pelaksanaan dan sebagainya mes-kipun tidak dibuat secara terstruktur. Di dalam usaha ini sudah dilakukan pembukuan meskipun masih sangat sederhana. Penentuan target waktu produksi budidaya ikan gurami adalah 6 bulan dan ikan nila adalah 4 bulan.
Pada usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila sudah menerapkan fungsi pengorga-nisasian. Hal ini dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas kepada pekerja, meskipun kadang–kadang melakukan kegiatan rangkap, karena jumlah tenaga kerja masih terbatas satu orang.
Baik di dalam usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila dalam menggerakkan tenaga kerja masih belum berfungsi dengan baik karena tenaga kerja yang diambil masih memiliki hubungan keluarga dan tidak ada motivasi yang khusus untuk semangat dalam bekerja. Tetapi biasanya pemilik usaha akan membagi keuntungan yang merata sesuai dengan hasil pekerjaan/kegiatan.
Pengawasan pada produk ikan gurami dilakukan untuk melihat apakah ikan ter-serang penyakit atau tidak. Namun untuk tenaga kerja tidak dilakukan pengawasan karena lebih mengandalkan pada kepercayaan terhadap tugasnya dan kesadaran dari pekerja sendiri. Sedangkan untuk usaha budidaya ikan nila, pengawasan dilakukan pada kualitas ikan nila, kualitas air, pemasaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha ikan gurami dan ikan nila dalam pelaksanaan fungsi manajemen hampir sesuai/cukup baik. Jadi dari hipotesa bahwa pelaksanaa fungsi manajemen pada usaha tersebut sudah baik diterima, meskipun pada kenyataannya kurang sempurna.
Aspek Kelembagaan
Kelembagaan yang ada didalam usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila yaitu lembaga penyedia sarana produksi, lembaga penyedia dana, lembaga pemasaran, dan lembaga penyuluhan.
Untuk memperoleh sarana produksi koperasi sangat berperan dalam hal ini adalah koperasi Mina Sejahtera yang mempunyai beberapa relasi dalam penyediaan sarana tersebut. Sedangkan kegiatan budidaya ikan nila dalam penyediaan sarana produksi selain dari koperasi Mina Nugroho juga mempunyai hubungan kerja/kemitraan dengan pabrik pakan Charun Chokan yang ada di Sidoarjo, sedangkan benih disediakan oleh koperasi Mina Jaya sebagai koperasi sekunder.
Usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila modal berasal dari modal sendiri. Karena pemilik usaha tersebut tergolong didalam kelompok tani, mereka mendapatkan ban-tuan modal yang biasanya disebut dengan penguatan modal dari pemerintah.
Lembaga pemasaran adalah badan – badan hukum atau perorangan yang meng-gerakkan arus barang dari produsen kepada konsumen. Lembaga pemasaran didalam usaha budidaya ikan gurami adalah pedagang pengepul lokal yang datang langsung ke tempat budidaya ikan gurami pada saat pemanenan, dari pedangang pengepul, ikan gurami ukuran konsumsi diantar ke restoran dan agen. Sedangkan lembaga pemasaran pada kelompok tani Mina Nugroho adalah agen, dari agen langsung kepada restoran/ pasar dan akhirnya kepada konsumen.
Lembaga penyuluhan yang berperan dalam hal ini adalah pemerintah yaitu sub dinas perikanan Kabupaten Nganjuk di bawah naungan dinas kehewanan Kabupa-ten Nganjuk. Sub dinas perikanan Nganjuk biasanya memberikan penyuluhan satu bulan sekali pada awal bulan kepada para petani ikan melalui kelompok tani Mina Sejahtera untuk usaha ikan gurami dan Mina Nugroho untuk ikan nila.
Aspek Hukum
Untuk memulai studi kelayakan suatu usaha pada umumnya dimulai dari aspek hukum, walaupun banyak pula yang melakukan dari aspek lain. Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan dan keaslian dari dokumen – dokumen yang dimiliki. Dokumen yang perlu diteliti keabsahannya, kesempurnaan dan keasliannya meliputi badan hukum, izin – izin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha tesebut.
Namun para petani ikan tersebut berada didalam sebuah lembaga koperasi. Dan masing – masing petani ikan tersebut belum mempunyai Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), karena surat izin ter-sebut hanya diwajibkan kepada perusahaan – perusahaan yang besar.
Jadi kepemilikan usaha budidaya ikan tersebut belum mempunyai SIUP sehingga dari aspek hukum usaha tersebut belum layak/belum diakui secara legal.
Aspek Sosial Ekonomi
Dari hasil penelitian diketahui bahwa usaha budidaya ikan gurami maupun ikan nila secara sosial, ekonomi dan budaya membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar. Perubahan tersebut meliputi pen-dapatan, hubungan sosial, aktifitas lalu lintas, jalur komunikasi, tingkat keamanan, perilaku masyarakat dan adat istiadat. Beberapa peru-bahan secara sosial, ekonomi dan ling-kungan meliputi : arus lalu lintas semakin ramai di daerah sekitar usaha, penerangan jalan yang semakin banyak, pekerja tidak tetap diambil dari masyarakat sekitar sehing-ga membantu pemerintah mengurangi pe-ngangguran, komunikasi semakin lancar karena adanya alat komunikasi seperti tele-pon, tersedianya sarana dan prasarana seper-ti pembangunan jalan, jembatan, listrik, tele-pon dan sebagainya.
Dampak sosial yang timbul diantaranya adalah adanya perubahan struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pekerjaan dan pendidikan, perubahan tingkat pendapatan penduduk, perubahan komposisi tenaga kerja baik tingkat partisi-pasi angkatan kerja maupun tingkat pengang-guran.
Aspek Lingkungan (AMDAL)
Komponen lingkungan hidup yang akan berubah secara mendasar dan penting bagi masyarakat disekitar tempat rencana usaha adalah kepemilikan dan penguasaan lahan, kesempatan kerja dan usaha, taraf hidup masyarakat dan kesehatan masyarakat. Karena air yang digunakan adalah air sungai dan air tanah yang bila digunakan secara berlebihan maka disekitar lokasi usaha menjadi berkurang dan akhirnya mengering.
Karena budidaya ikan gurami dan ikan nila yang biasanya terbuka dan tidak ada pagar pengaman, cenderung mengundang tindakan kriminal seperti pencurian ikan oleh orang – orang iseng. Hal ini juga disebabkan oleh adanya kesenjangan sosial antara masyarakat sekitar.
Adapun alternatif penyelesaian yang dapat dilakukan adalah memasang filter/ saringan air agar air yang keluar dari pembu-angan sudah bersih dan sehat, membuat saluran pembuangan yang teratur ke daerah tertentu sehingga tidak menganggu aktifitas masyarakat sekitar lokasi usaha, memberikan obat untuk menetralisir air yang tercemar seperti bahan – bahan kimia yang dapat me-matikan makhluk yang mengkonsumsinya dan memberi sedekah/zakat kepada yang membutuhkan yang ada di sekitar lokasi usaha, sehingga mereka merasa diperhatikan dan ada rasa hormat kepada pemilik usaha yang selanjutnya tidak melakukan pencurian dan tindakan kriminal lainnya
0 comments:
Post a Comment