PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyuluhan perikanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Media penyuluhan perikanan merupakan salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran bagi pelaku utama pada kegiatan penyuluhan. Pemanfaatan dan pemilihan media harus menjadi bagian penting yang harus dikuasai oleh seorang penyuluh perikanan, sehingga seorang penyuluh perikanan perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Penyajian media yang menarik dipandang sulit dan pembelajaran masih sering teraibaikan dengan berbagai alasan, padahal media penyuluhan yang menarik akan membantu mengkomunikasikan informasi penyuluhan kepada sasaran. Media yang baik harus sesuai dengan kondisi sasaran, merupakan tujuan pembuatan media penyuluhan. Pemilihan media penyuluhan harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, waktu, ketersediaan biaya dan sumberdaya pendukung serta perubahan lingkungan strategis.
1.2 Pengertian Media
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan, sedangkan gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Beragamnya media memiliki karakteristik yang berbeda pula. Karena itu untuk setiap tujuan yang berbeda diperlukan media yang berbeda pula. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan penyuluhan ataupun pelajaran tadi sangat penting sebagai saluran, penyampaian pesan.
Media penyuluhan perikanan dapat diartikan sebagai segala bentuk benda yang berisi pesan atau informasi yang dapat membantu kegiatan penyuluhan perikanan. Media penyuluhan perikanan berguna untuk mengefektfkan komunikasi antara sumber informasi dan penerima informasi. Dalam penyuluhan perikanan penyampaian informasi dengna kata-kata tidak selalu dapat dimengerti, diperlukan media untuk membantunya. Media penyuluhan perikanan disebut juga sebagai alat bantu penyuluhan perikanan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa dan dicium dengan maksud untuk mempelancar komunikasi.
1.3 Manfaat Media Pembelajaran
Kemajuan teknologi perikanan saat ini semakin pesat, baik tehnologi produksi maupun tehnologi sosial ekonomi, Persaingan dalam berusaha dibidang perikanan semakin meningkat pula. Tuntutan untuk meningkatkan kualitas produksi tidak dapat ditawar-tawar lagi. Tehnologi dan informasi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut perlu disalurkan dengan cepat dari sumber pesan kepada sasaran, yakni pelaku utama dan keluarganya serta masyarakat perikanan lainnya. Oleh karena itu peranan media penyuluhan perikanan semakin penting.
Disamping itu kegiatan penyuluhan perikanan berhadapan dengan keterbatasan-keterbatasan antara lain keterbatasan jumlah penyuluh, keterbatasan dipihak sasaran, misalnya tingkat pendidikan formal pelaku utama yang sangat bervariasi, keterbatasan sarana dan waktu belajar bagi pelaku utama. Untuk itu perlu diimbangi dengan meningkatkan peranan dan penggunaan media penyuluhan perikanan. Melalui media Penyuluhan Perikanan pelaku utama dapat meningkatkan interaksi dengan lingkungan sehingga proses belajar berjalan terus walaupun tidak berhadapan langsung dengan sumber komunikasi. Peranan media penyuluhan perikanan dapat ditinjau dari beberapa segi yakni dari proses komunikasi, segi proses belajar dan segi peragaan dalam proses komunikasi, segi proses belajar dan peragaan.
1. Peranan media penyuluhan perikanan sebagai saluran komunikasi (channel) dalam kegiatan penyuluhan perikanan.
a. Menyalurkan pesan/informasi dari sumber/komunikator kepada sasaran yakni pelaku utama dan keluarganya sehingga sasaran dapat menerapkan pesan dengan kebutuhannya.
b. Menyalurkan ”feed back”/umpan balik dari sasaran/komunikan kepada sumber/komuniukator sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan/ pengembangan dalam penerapan tehologi selanjutnya.
c. Menyebarluaskan pesan informasi kemasyarakat dalam jangkauan yang luas, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
d. Memungkinkan pelaksanaan penyuluhan perikanan secara teratur dan sistimatik.
2. Peranan media penyuluhan perikanan sebagai Media Belajar dalam kegiatan penyuluhan perikanan.
Pada tahap awal peranan penyuluh perikanan sangat dominan dalam kegiatan belajar pelaku utama, lama kelamaan berubah pelaku utama menjadi lebih dinamis mulai banyak belajar, melalui pengalaman. Melalui interaksi dengan lingkungannya dan memanfaatkan media penyuluhan perikanan. Sekarang penyuluh perikanan berperan sebagai mitra kerja pelaku utama, mendampingi dan membantu pelaku utama dalam memecahkan masalah yang dihadapi dilapangan bersama dengan pelaku utama lainnya melalui kegiatan kelompok tani.
Peranan media penyuluhan perikanan sebagai media belajar dalam kegiatan penyuluhan perikanan sebagai berikut :
a. Memberi pengalaman belajar yang integral dari kongkrit ke abstrak.
Pelaku utama belajar dimulai dari situasi nyata dilapangan melalui pengalam langsung sebagai contoh, kegiatan Pembuatan kakaban untuk tempat menempelnya telur ikan dalam pemijahan ikan mas. Pelaku utama secara berkelompok belajar membuat kakaban yang baik, rapih dan bersih sesuai dengan aturan budidaya. Cara belajar tersebut disebut cara belajar Lewat pengalaman (CBLP). Hasil pengamatan dicatat oleh pelaku utama, kemudian didiskusikan bersama secara priodik.
Selanjutnya pelaku utama belajar melalui berbagai media penyuluhan perikanan lainnya antara lain : spesimen, poster, leaflet, folder, gambar, slide, flm dan sebagainya. Materi pelajaran tidak terbatas pada hama/penyakit saja tetapi berkembang dengan materi yang terkait seperti ekologi tanaman, musuh alami, pemupukan, fisiologi tanaman dan sebagainya sampai panen.
Dengan demikian memberi pengalaman yang luas dan terpadu. Pengalamanpengalaman yang diperoleh dan kongkrit kearah abstrak penyuluh perikanan sebagai mitra pelaku utama berfungsi membantu/membimbing proses belajar tersebut.
b. Memungkinkan proses belajar dapat berlangsung secara terus menerus dan berkelanjutan.
Teknologi selalu berubah dan berkembangkarena itu media penyuluhan perikanan harus selalu menyalurkan pesan/informasi yang mutakhir. Siaran pedesaan misalnya adalah media penyuluhan perikanan yang harus selalu siap menyalurkan perkembangan tehnologi yang mutakhir tersebut.
c. Memungkinkan proses belajar secara mandiri.
Tersedianya berbagai macam media penyuluhan perikanan seperti: brosur, kaset rekaman, folder, leaflet, lembaran informasi perikanan (Liptan) dan lain-lain, memungkinkan untuk terjadinya proses belajar secara mandiri.
II. KLASIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN
2.1. Taksonomi Media Pembelajaran
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan, melalui saluran atau perantara tertentu, ke penerima pesan. Di dalam proses belajar mengajar pesan tersebut berupa materi ajar yang disampaikan oleh dosen/guru, sedang saluran atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan/materi ajar adalah media pembelajaran atau disebut juga sebagai media instruksional. Fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah untuk : (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis, (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, (3) menghilangkan sikap pasif pada subjek belajar, (4) membengkitkan motivasi pada subjek belajar. Untuk mendapatkan gambaran yang agak rinci tentang macam-macam media pembelajaran, perlu diadakan pembahasan seperlunya tentang taksonomi media pembelajaran.
1. Taksonomi menurut Rudy Bretz
Bretz (1972) mengidentifikasikan ciri utama media menjadi tiga unsur, yaitu unsure : suara, visual, dan gerak. Media visual sendiri dibedakan menjadi tiga, yaitu: gambar, garis, dan simbol, yang merupakan suatu bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Di samping ciri tersebut, Bretz (1972) juga membedakan antara media siar (telecomunication) dan media rekam (recording), sehingga terdapat delapan klasifikasi media, yaitu: (1) media audio visual gerak, (2) media audio visual diam, (3) media visual gerak, (4) media visual diam, (5) media semi gerak, (6) media audio, dan (7) media cetak. Secara lengkap dapai dilihat pada skema berikut ini.
2. Hirarki Media Menurut Duncan
Duncan menyusun taksonomi media menurut hirarki pemanfaatannya untuk pendidikan. Dalam hal ini hirarki disusun menurut tingkat kerumitan perangkat media. Semakin tinggi satuan biaya, semakin umum sifat penggunaannya. Namun sebaliknya kemudahan dan keluwesan penggunaannya, semakin luas lingkup sasarannya.
III. JENIS – JENIS MEDIA TERTAYANG
3.1 Bahan Tayang (Lembar Transparan dan/atau Presentasi)
Lembar transparan adalah lembaran plastik transparan (tembus pandang) yang berisi pesan/informasi (teks, ilustrasi, gambar) yang disorotkan (diproyeksikan) dengan menggunakan overhead projector (OHP), sedangkan presentasi adalah pesan/informasi yang disusun dalam format power point. Kemajuan Overhead Projektor menunjukan kemauan yang sanagt pesat dalam masa dasawarsa terakhir, sehingga perangkat visula ini banyak dipakani dimana-mana. OHP merupakan pengangka keras sederhana yang terdiri atas sebuah kotak yang pada bagian atasnya sebagai landasan yang untuk meletakan trasnparansi guna memuat materi pembelajaran atau penyuluhan. OHP dapat menghasilan cahaya yang sangat terang dari lampu proyektor yang diproyeksikan ke layar OHP.
a. Tujuan
• Untuk memberi urutan yang jelas dan lengkap terhadap isi pesan penyuluhan yang disampaikan secara lisan
• Untuk memusatkan perhatian hadirin pada topik pembicaraan tertentu b. Sasaran
Kelompok sedang (10 - 40 orang) baik pelaku utama, penyuluh atau anggota masyarakat.
1. Keunggulan o Dapat bertatap muka dengan hadirin selama proses penyampaian pesan
o Dapat menggantikan papan tulis dan memiliki kelengkapan yang akan memberikan efek visual yang baik
o Dapat memproyeksikan dan membesarkan pesan/gambar dengan jelas o Dapat menyampaikan pesan secara lengkap
2. Kelemahan
Keefektifan bahan tayang sangat tergantung pada penyaji (keterampilan penyaji dan penjelasan lisan)
Bahan tayang tidak dapat digunakan untuk belajar secara mandiri karena di desain untuk berdampingan dengan presentasi lisan
Bahan tayang hanya bisa digunakan dalam ruangan dan membutuhkan listrik untuk dapat disajikan
Diperlukan penataan layar dengan sudut kemiringan tertentu untuk mendapatkan gambar yang baik
3. Standar Teknis
Bahan Khusus untuk Lembar Transparan terbuat dari Injet Transparancy film, lembar film fotografi, plastik asetat bening atau bahan transparan lainnya.
4. Desain
• Setiap lembar bahan tayang hanya memuat satu ide, jika informasi yang akan ditulis terlalu banyak, gunakan beberapa lembar bahan tayang. Hal ini lebih baik daripada menggunakan satu lembar bahan tayang yang rumit.
• Butir-butir yang ditulis dalam satu lembar bahan tayang tidak lebih dari 6 (enam) pesan. Jika memang harus lebih, gunakan lembar bahan tayang secara tertutup dan bukalah butir demi butir setiap kali dibutuhkan
• Tulisan dalam lembaran bahan tayang tidak lebih dari sepuluh baris kalimat. Setiap baris terdiri atas enam atau tujuh kata.
5. Huruf Dan Tulisan
• Ukuran huruf untuk teks tidak kurang dari 6 mm (14 point) dan judul tidak kurang dari 9 mm (24 point) agar dapat dibaca dari jarak ± 3 m
• Spasi 1 sampai 1,5
• Gunakan huruf sederhana untuk memudahkan pembaca
6. Gambar
• Memuat gambar sunyi, tanpa gambar background yang tidak perlu
• Garis dibuat tebal sehingga dapat dilihat dengan jelas
7. Penggunaan
• Digunakan di depan kelompok sasaran (audience) dengan penyaji menghadap audience sehingga terjadi kontak mata secara langsung
• Jangan menghalangi penglihatan pada layar
• Gunakan penunjuk seperti pensil dan semacamnya untuk mengarahkan perhatian pada suatu fokus tertentu. Jangan menunjuk pada layar kecuali kalau menggunakan pointer laser.
• Jangan berjalan di depan proyektor/LCD karena menghalangi pandangan
8. Prosedur Pembuatan:
• Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
• Rencanakan materi yang akan dibuat pada bahan tayang
• Buat konsep materi yang akan dibuat dikertas
• Tulis/gambarkan materi yang telah dikonsep di atas bahan tayang • Bahan tayang siap digunakan.
Pada perkembangannya penggunaan OHP (Overhead Projector) yang semakin jarang dipergunaakan, mengingat unsur ke praktisan, sehingga peran OHP semakin tergantikan media Projektor LCD yang praktis dan memiliki dimensi yang lebih mungil, sehingga cocok untuk dibawa (mobile). Untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan Projektor LCD, diperlukan minimal peralatan: Komputer /Laptop, LCD Projektor dan Layar LCD serta Program yang di gunakan (softwere) Microsoft Power Point. Powerpoint, aplikasi presentasi yang sampai saat ini masih menjadi primadona dalam kegiatan pembelajaran.
Aplikasi ini sangat mudah dipergunakan dan hampir bisa dipastikan ada pada setiap komputer dan laptop, karena merupakan bagian dari bundel Microsoft Office.
Namun demikian, powerpoint bukanlah „aplikasi sulap„ yang dapat menampilkan si pembicara menjadi pembiacara ulung dan profesional hanya karena menggunakan powerpoint. Bahkan, jika tidak dikemas dengan baik, penggunaan powerpoint bisa mencerminkan kelemahan si pembicara. Berikut ini ada beberapa tips singkat yang dapat menjadi acuan dalam pembuatan presentasi sehingga presentasi menjadi lebih menarik dan memberi kesan elegan dan profesional:
1. Pergunakan desain yang konsisten. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan slide master, sehingga layout, font, bulleting, dan animasi pergantian slide menjadi konsisten hingga akhir presentasi.
2. Batasi jumlah baris dalam setipa slide. Jumlah baris dalam slide yang terlalu banyak menyebabkan silde tersebut menjadi terlalu penuh, sehingga teks menjadi kecil-kecil. Akibat yang lebih parah, auidense tidak akan mau mencerna informasi dalam slide tersebut. Sampaikan poin-poin pokok dalam setipa slide, kemudian andalah yang harus mengembangan dan membumbui ketika melakukan presentasi.
3. Pergunakan warna teks dan latar belakang yang kontras sehingga keterbacaannya tinggi.
4. Hindari penggunaan animasi dan sound effect yang glamor. Animasi dengan diiringi sound effect yang glamour justru menyebabkan presentasi anda tidak profesional, berkesan kekanak-kanakan, dan tidak serius.
5. Pertimbangkan untuk membuat tombol-tombol yang langsung menghantarkan pada slide tertentu, sehingga bisa melompat maju ataupun mundur tanpa harus melewati silde demi slide. Hal ini seringkali diperlukan.
6. Satu gambar memberikan puluhan kali lipat informasi, oleh karena itu jika memungkinkan ditampilkan secara grafis akan lebih baik ditampilkan secara grafis, misalnya tabel, skema, dll.
7. Jika terlalu sering teks saja yang ditampilkan, berikan gambar-gambar ilustrasi yang sesuai untuk membumbui presentasi anda.
3.2 Pembuatan Film VCD/DVD atau bahan TV
Sebagai sebuah media pembelajaran dalam bentuk video/televisi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan media lain. Adapun karakteristik media video agak berbeda dengan media televisi. Perbedaan itu terletak pada penggunaan dan sumber. Media video dapat digunakan kapan saja dan kontrol ada pada pengguna, sedangkan media televisi hanya dapat digunakan satu kali pada saat disiarkan, dan kontrol ada pada pengelola siaran. Namun secara umum kedua media ini mempunyai karakteristik yang sama, yaitu:
a. Menampilkan gambar dengan gerak, serta suara secara bersamaan.
b. Mampu menampilkan benda yang sangat tidak mungkin ke dalam kelas karena terlalu besar (gunung), terlalu kecil (kuman), terlalu abstrak (bencana), terlalu rumit (proses produksi), terlalu jauh (kehidupan di kutub) dan lain sebagainya.
c. Mampu mempersingkat proses, misalnya proses penyemaian padi hingga panen.
d. Memungkinkan adanya rekayasa (animasi).
Adapun media video/televisi pembelajaran ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
• Kelebihan
- Dapat menstimulir efek gerak
- Dapat diberi suara maupun warna
- Tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya
- Tidak memerlukan ruangan gelap dalam penyajiannya
- Dapat diputar ulang, diberhentikan sebentar, dan sebagainya (video) control pada pengguna.
• Kekurangan
- Memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya
- Memerlukan tenaga listrik
- Memerlukan keterampilan khusus dan kerja tim dalam Pembuatannya
- Tidak dapat diputar ulang (siaran televisi) kontrol pada pengelola.
- Sulit dibuat interaktif (khusus siaran langsung siaran televisi interaktif melalui telepon/sms).
- Dan lain sebagainya.
1. Prosedur Pengembangan Media Video Pembelajaran
Saat ini banyak kita temukan media video pembelajaran. Pembuatan media ini tidaklah terlalu sulit, yang penting ada kemauan dan semangat untuk berkarya. Hampir setiap orang dapat membuat media video pembelajaran, yang membedakan yaitu kualitas dan kebermanfaatan dari hasilnya. Untuk membuat media video pembelajaran secara umum ada tiga tahap yaitu:
a. Praproduksi
Tahap praproduksi melalui tahap yang panjang dan menentukan keberhasilan pada tahap selanjutnya. Tahap ini merupakan perencanaan dari kegiatan selanjutnya dan hasil yang akan dicapai. Tahap ini meliputi:
• Penentuan Ide/Eksplorasi Gagasan
• Penyusunan Garis Besar Isi Media Video (GBIMV)
• Penyusunan Jabaran Materi Media Video (JMV)
• Penyusunan Naskah
• Pengkajian Naskah
Hasil akhir dari tahap praproduksi yaitu naskah video pembelajaran yang telah disetujui oleh pengkaji dan dinyatakan kebenarannya, sehingga naskah tersebut laik produksi.
b. Produksi
Produksi merupakan tahap selajutnya setelah naskah diterima oleh Produser dan Sutradara. Untuk menghasilkan gambar dan suara sesuai dengan keinginan penulis naskah, maka pada tahap ini harus dilakukan berbagai kegiatan, meliputi:
• Rembuk Naskah
• Penentuan Tim Produksi
• Casting (Pencarian Pemain)
• Hunting (Pencarian Lokasi Shooting)
• Cru Metting (Rapat Tim Produksi)
• Pengambilan Gambar
Hasil akhir dari kegiatan produksi yaitu sekumpulan gambar dan suara dari lapangan yang siap diserahkan kepada editor untuk dipilih sesuai naskah.
c. Pascaproduksi
Setelah sekumpulan gambar dan suara diterima oleh editor, maka langkah selanjutnya yaitu tahap pemilihan gambar dan suara yang terbaik. Gambar dan suara tersebut kemudian disambung-sambung. Tahap ini cukup panjang, yaitu meliputi:
• Editing (Penggabungan dan Pemilihan Gambar)
• Mixing (Pengisian Musik)
• Preview
• Ujicoba
• Revisi
Distribusi/Penyiaran
Hasil akhir dari kegiatan ini yaitu sebuah media video pembelajaran yang siap dimanfaatkan oleh penyuluh perikanan, pelaku utama dan masyarakat perikana pada umumnya.
Setelah naskah diterima oleh Sutradara, untuk melakukan kegiatan produksi, maka langkah-langkah kegiatan yang dilakukan yaitu :
1. Rembuk Naskah (Script Conference)
Setelah Sutradara menerima dan mempelajari naskah, maka Sutradara meminta kepada Produser untuk dilakukan rembuk naskah dengan penulis naskah, ahli materi dan ahli media. Rembuk naskah diperlukan untuk menyamakan persepsi pemahaman terhadap naskah, sehingga apabila diproduksi diharapkan tidak terjadi kesalahan yang fatal. Hasil dari rembuk naskah adalah Sutradara memahami naskah dengan baik sesuai dengan kemauan penulis, pengkaji materi, media, dan bahasa. Dengan demikian Sutradara akan mengubah naskah menjadi bahasa visual dan audio yang terintegrasi sehingga menjadi sebuah media pembelajaran yang enak ditonton dan bermanfaat.
2. Pembentukan Tim Produksi (Production Crews)
Setelah Sutradara memahami naskah dengan baik, langkah selanjutnya adalah membentuk Tim Produksi. Tim produksi atau kru produksi, biasa juga disebut kerabat kerja merupakan sekumpulan orang yang mempunyai profesi atau keahlian berbeda-beda tetapi setelah disatukan menjadi sebuah tim yang kompak sehingga menghasilkan sebuah karya yang luar biasa.
Tim produksi dapat berjumlah besar dan dapat juga kecil, hal ini tergantung dari seberapa kompleks naskah yang akan diproduksi. Apabila kompleks, rumit, dan besar, maka tim produksinya besar dan lengkap, sedangkan apabila sederhana dan hanya sedikit yang diproduksi, maka tim produksinya kecil. Tim produksi yang besar terdiri dari:
- Produser
- Sutradara + asisten
- Cameraman + asisten
- Soundman + asisten
- Lightingman + asisten
- Teknisi + Assisten
- VTRman (Juru Rekam)
- Switcherman (Pemadu gambar)
- Floor Manager
- Unit Manager/Pimpinan Unit
- Editor + asisten
- Animator
- Penata Musik
- Penata Artistik + asisten
- Penata Rias + asisten
- Pembantu Umum
- Pengemudi
Kolaborasi professi di atas adalah kondisi ideal dalam sebuah produksi program video/televisi, hal tersebut sifatnya kondisional. Mereka memiliki tugas yang berbeda namun harus terintegrasi satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu mereka harus memiliki kekompakan yang baik, saling melengkapi, dan bekerjasama, mengingat semua saling ketergantungan agar mendapatkan produk yang berkualitas. Jika terjadi kekurangan personel maka kadang kala seorang crew bisa memiliki professi ganda agar pekerjaan dapat tertangani. Kondisi seperti memang dapat dilakukan selama professi rangkap tersebut tidak berjalan pada waktu yang bersamaan, sebagai contoh cameraman merangkap editor, hal ini karena editor bekerja pada waktu paska produksi, Sutradara merangkap Assisten atau tidak ada assisten dsb. Selain itu pula sebaiknya pemegang rangkap professi tsb benar-benar memiliki kapabilitas yang memadai baik dari sisi skil maupun kondisi fisik.,.dan sebagainya. Prinsipnya jumlah tim dalam produksi cukup fleksibel, tergantung kondisi pekerjaan yang dihadapi.
3. Membuat Shooting Script
Setelah tim produksi terbentuk dan masing-masing sudah mempelajari naskah, maka mereka melakukan rapat untuk membuat Shooting Script/story board (naskah untuk pengambiln gambar) di dalam naskah ini terdapat gambaran secara lengkap setiap adegan bahkan shot (gambara), misalnya siapa yang muncul, bagaimana gerakan, di mana posisi obyek, dan melakukan apa, kemudian di mana posisi kamera dan angle camera serta bagaimana cara pengambilan gambarnya, apakah secara tilt up, tilt down, follow, atau yang lain, kemudian di mana lampu dan bagaimana suasana yang ingin diciptakan, dan masih banyak lagi lainnya. Hal ini dilakukan sesuai dengan tuntutan naskah.
4. Penyusunan Anggaran
Penyusunan anggaran disusun berdasarkan pertimbangan berbagai hal yaitu:
- Lamanya syuting
- Jumlah tim produksi
- Lokasi : di studio, di luar studio, jauh dekatnya dan berapa tempat
- Pemain : bintang atau bukan dan jumlahnya
- Peralatan yang dipakai
- Setting dan properti yang diperlukan.
- Faktor kesulitan (stuntman, animasi) - Musik (buat sendiri atau beli hak cipta) - Dan lain sebagainya.
5. Pemilihan Pemain (Casting)
Jika suatu program memerlukan pemain, maka pemain harus dipilih sesuai dengan tuntutan naskah. Kesalahan pemilihan pemain, atau karakter pemain, menyebabkan kesalahan penyampaian materi atau menjadi tidak menarik. Pemain merupakan salah satu kunci keberhasilan, memakai bintang atau tidak harus dipertimbangkan dengan matang, sebab ada untung dan ruginya. Untungnya yaitu sajian lebih menarik dan orang suka menonton bintang, kerugiannya biayanya mahal. Bukan bintang harus dipertimbangkan bahwa mereka betul-betul dapat menjiwai karakter yang dituntut dalam naskah.
6. Pencarian Lokasi (Hunting)
Pemilihan lokasi untuk pengambilan gambar harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan naskah. Kalau ingin mengubah lokasi syuting demi pertimbangan penghematan, perlu dibicarakan ketika rembuk naskah, atau jika dimungkinkan karena adanya teknologi (chroma key, virtual, dsb). Kalau sebab akan berakibat fatal dan ditokal ketika preview. Lokasi syuting dapat dil luar atau di studio tergantung dari kemudahan dan efektifitas dari pengambilan gambar dan tuntutan naskah. Sebab semua yang ada di naskah sudah dipertimbangkan efektifitas untuk penyampaian pesan.
7. Rapat Tim Produksi (Production Meeting)
Di dalam pertemuan ini dilakukan diskusi teknis pelaksanaan produksi, masingmasing profesi menyampaikan persiapan yang sudah dan sedang dilakukan serta mencari solusi permasalahan yang belum terselesaikan. Alat, bahan, dll sesuai dengan tugasnya. Di dalam pertemuan ini harus sudah ditemukan:
- Jadwal syuting;
- Dana;
- Lokasi;
- Pemain;
- Perizinan;
- Kostum dan make up
- Kamera;
- Jenis lampu;
- Alat pendukung;
- Transportasi, konsumsi, dan akomodasi;
- Keamanan;
- Properties;
- Musik;
- dan lain sebagainya.
8. Setting Lokasi (Blocking Area /Location Set)
Sebelum malakukan pengambilan gambar Sutradara bersama sama tim produksi mengadakan penataan lokasi dan setting properti sesuai yang dibutuhkan dalam naskah. Prosedur ini berlaku untuk perencanaan shoting baik di dalam maupun luar studio. Disamping itu pula penempatan camera(camera blocking) sudah harus tergambarkan dalam areal ini.
9. Pengambilan Gambar
Setelah semua persiapan telah selesai dilakukan, langkah selanjutnya yaitu produksi atau pengambilan gambar. Kegiatan produksi merupakan kegiatan untuk merubah ide dalam bentuk naskah ke bentuk gambar dan atau suara. Kegiatan Produksi harus mencari dan mendapatkan gambar dan atau suara dengan kualitas prima sesuai yang diinginkan (sesuai Naskah, Shooting Script, Story Board).
Gambar yang kita saksikan di pesawat televisi, dihasilkan dari kerja sebuah Video Camera, tetapi jika yang kita saksikan hanya gambar saja, maka dapat dipastikan tayangan itu tidak menarik, karena itu diperlukan Microphone dan peralatan audio lainnya untuk melengkapi gambar
tayangan dengan suara atau audio, selanjutnya gambar yang dihasilkan dari Video camera dan Suara yang dihasilkan Microphone digabungkan dalam suatu media penyimpanan dengan menggunakan Recorder.
a. PRINSIP KERJA KAMERA
Secara umum prinsip kerja kamera dapat digambar seperti di bawah ini:
Prinsip kerja video kamera dapat digambarkan sebagai berikut:
• Pembentukan gambar melalui scanning
• Pakai C C D & Electronics circuit
• Menyimpan gambar & suara pada media Magnetic Tape (Video Tape). Kamera produk mutakhir media penyimpanan gambar dan suara menggunakan Disc dan HardDisc (HDD)
• Output langsung dapat dilihat pada Video Monitor
• Dilengkapi dengan Video Tape Recorder (VTR) dan Microphone
CATEGORY OF VIDEO CAMERA
1. CONSUMER VIDEO CAMERA
( HOME USED CAMERA )
Digital Video Camera by 5
Hanoch Tahapary
c. PENGGUNAAN KAMERA
d. Secara umum dalam pemanfaatannya, kamera digunakan untuk pencarian berita atau ENG (Electronic News Gathering) dan kelompok profesional EFP
VIDEO CAMERA
(Electronic Field Production)
e. MODEL KAMERA DARI SISI Prosesor
- TVBE/Tabung
- CCD (Copel Charger Devise)
- Digital
Bahasa Visual Kamera
Gerak Kamera dapat dikelompokkan menjadi :
• TILTING ( Tilt Up , Tilt Down )
• PANNING (Pan Left, Pan Rigth)
• TRACKING (Track In, Track Out)
• ZOOMING (Zoom In, Zoom Out)
• Crabbing/Dollying ( Crab L, Crab R )
Camera Moving
Tipe Shots:
Pengambilan gambar atau gambar yang dihasilkan dari sebuah kamera dapat dikelompokkan sebagai berikut:
• Close-Up (CU)
• Big Close-Up (BCU) / Extrim Close Up
• Medium Close Up (MCU)
• Long shot (LS)
• Medium Long Shot(MLS)
• Full Shot(FS)
Camera Angle :
Penempatan tinggi kamera sangat menentukan titik pandang mata penonton dalam menyaksikan suatu adegan, sekaligus membangun kesan psikologis penonton terhadap object tersebutLow Angle (pengambilan gambar dari bawah objek)
• High Angle (pengambilan gambar dari atas objek)
• Eye Level (pengambilan gambar sejajar dengan objek)
NORMAL / LEVEL SHOT
Komposisi
• Garis Imaginer
• Jumping
• Looking room /Nose room
• Head room
• Walking room
MICROPHONE
Microphone merupakan alat untuk menangkap suara yang kita inginkan sesuai dengan kebutuhan naskah. Suara yang diambil dapat bermacammacam, misalnya ambiens (suara sekitar kita), direct sound (suara aslinya), sound effect (suara yang mendukung suatu kejadian/ situasi),
M I C R O P H O N E
Merupakan peralatan transducer untuk menerima getaran suara dari sumber suara dan merubahnya menjadi signal electrics (disebut dengan nama Signal Audio)
Digital Video Camera by 43
Hanoch Tahapary
PERALATAN PENANGKAP SUARA
OMNI DIRECTION ( Tangkapan seluruh arah )
UNI DIRECTION ( Tangkapan satu arah )
BI –Direction (Tangkapan dua arah )
Microphone
Jenis-jenis mikropon yang biasa digunakan untuk produksi video/televisi antara lain :
• Hand Mic,
• Clip-On Mic,
• Gun Mic,
• Shots Gun
Karakter
• Omni direction
• Bi direction
Proses kerja Mikropon:
• Ribbon
• Dinamic
• Condensor
• Digital
MEDIA PENYIMPANAN
Untuk menyimpan hasil pengambilan gambar dapat dalam:
• Video cassette (Home use , professional, broadcast quality)
• Video Disk (Hard disc, disc)
VHS, V8, BETAMAX
MEDIA PENYIMPANAN
HOME USE
PRO
SVHS, Hi-8 , Mini DV
BETACAM, DV-Cam
BROADCAST
MEDIA PEREKAM
• Video casset recorder (VCR)
• Video Tape recorder (VTR)
• Video Disc Recorder
TATA CAHAYA
Prinsip Tata cahaya
- Cahaya alam
- Cahaya buatan
Konversi cahaya
- Cahaya alam ke cahaya buatan
- cahaya buatan ke Cahaya alam Teknik dasar Tata cahaya
o Key light o Back light o Fill Light
Hasil dari pengambilan gambar dan suara adalah kumpulan gambar dan suara yang jumlahnya sangat banyak dan masih bersifat acak. Gambar dan suara tersebut belum mempunyai makna dan harus disusun supaya mempunyai makna sesuai keinginan naskah.
Ada beberapa tahap yang harus dipahami ketika kita akan memproduksi sebuah program video. Tahapan tersebut harus dilakukan agar kita menghasilkan sebuah karya yang memuaskan. Setiap tahap merupakan langkah yang akan menentukan tahapan berikutnya. Untuk mengambil gambar dan suara harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan sarana yang ada. Kalau kita hanya mempunyai handicam, maka kualitas gambar dan suara sudah kita ketahui, sedangkan kalau untuk kualitas siar, maka kita harus juga memakai kamera dan peralatan perekam suara yang sesuai dengan kualitas stasiun televisi yang menyiarkannya.
3. Penyusunan naskah scenario TV
1. Persiapan Menulis naskah/ Teks / Narasi
Bagian peenting yang harus dipersiapkan dalam menulis naskah, teks maupun narasi pada program TV adalah menemukan ide atau gagasan. Setelah ide ditemukan, seorang penulis naskah sangat perlu mempelajari substansi atau isi dari sumber-sumber yang terkait dengan substansinya, sehingga benar-benar memahami apa yang akan ditulis. Selanjutnya akan ditulis dalam bentuk apa, menjadi format program TV yang mana. Setelah ditetapkan format program yang dipilih maka baru berpikir bagaimana menulisnya. Untuk penulisan teks dapat diawali dengan penulisan kerangka tulisan (outline). Sedangkan untuk penulisan narasi dapat dilakukan menulis rencana gambaran visual yang akan diberi narasinya. Dalam hal ini narasi akan lebih memberikan penjelasan gambaran visual yang ditayangkan pada TV.
Narasi bisa berbentuk life dari pemeran ataupun dubing oleh pengisi suara. Dapat juga disuarakan oleh narator maupun presenter. Sebelum menulis naskah untuk panduan produksi ditulis, biasanya didahului dengan membuat synopsis, dan Treatment.
1) Sinopsis
Gambaran secara ringkas dan tepat tentang tema atau pokok materi yang akan dikerjakan. Tujuan utama ialah memudahkan pemesan (produsen) menangkap konsep, kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Setelah synopsis ditulis maka sudah harus nampak adanya: alur, isi cerita, Perwatakan pemain (bila ada), tempat, waktu, serta keterangan lain yang memperjelas synopsis.
2) Treatment
Uraian ringkas secara deskriptif, bukan tematis, yang dikembangkan dari synopsis dengan bahasa visual tentang suatu episode cerita, atau ringkasan dari rangkaian suatu peristiwa. Artinya dalam membuat treatment bahasa yang digunakan adalah bahasa visual. Sehingga apa yang dibaca dapat memberikan gambaran mengenai apa yang akan dilihat. Dengan membaca treatment bentuk program yang akan dibuat sudah dapat dibayangkan. Sehingga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a) urutan dalam video sudah makin jelas,
b) Sudah kelihatan formatnya apakah dialog (bagaiamana pokok dialognya), narasi
(bagaimana pokok narasinya),
c) Sudah dimulai adanya petunjuk-petunjuk tehnis yang diperlukan.
3) Skenario
Dari treatment kemudian dibuat naskah produksi atau scenario. Penulisan naskah produksi atau scenario harus operasional karena digunakan sebagai panduan tidak saja kerabat kerja (crew) tetapi juga pemain dan pendukung lain yang terlibat. Penulisan naskah atau scenario pada dasarnya menggambarkan sekaligus menyuarakan apa yang ingin disampaikan. Urutan synopsis-tritmen-skenario merupakan rangkaian yang baik untuk membuat naskah video (televisi), Baker (1981) mengemukakan juga pentahapan dalam membuat naskah, yaitu : concept, story board, dan script. Setidaknya ada dua format naskah untuk penulisan naskah TV/video, yaitu double colum, dan wide margin
a) Format kolom ganda (double colum).
Format ini lazim digunakan untuk menulis naskah informasi, dokumentasi, pendidikan. Format kolom ganda, lembar kertas dibagi menjadi dua kolom utama, yaitu kolom visual (kiri) dan kolom audio (kanan). Pada kolom kiri berisi uraian yang menyangkut visual. Misal gambar harus dimabil dengan CU, kemudian zoom out, atau keterangan lain bagi kru kamera, termasuk siapa subyeknya, diambil dari mana, beberapa waktu lamanya pengambilan, dll. Kolom kanan berisi segala sesuatu yang menyangkut audio yang berupa narasi, dialog para pelaku atau efek-efek suara lain yang diperlukan. Untuk memudahkan narator atau juru suara (sound man) maka dalam menulis kolom kanan, semua informasi yang tidak akan dibaca (disuarakan) ditulis dengan huruf capital. Sedang narasi atau dialog yang akan dibaca atau disuarakan ditulis dengan huruf kecil.
b) Format Wide Margin
Format ini lebih lazim dipakai dalam cerita film atau sinetron. Sinetron Aku cinta Indonesia (ACI) naskahnya distulis dalam format Wide Margin. Dengan format wide margin tiap adegan (kumpulan dari beberapa shot-scene) diuraikan atau dijelaskan dengan bahasa visual. Petunjuk dialog diketik dua spasi ditengah, sedang apa yang akan nampak (visual) dijelaskan dalam bentuk paragraf. Dialog biasanya diketik biasa, semua penjelasan untuk camerawan pengambilan gambar, ditulis dalam huruf capital. Penjelasan untuk tingkah laku pemain ditulis dalam tanda kurung dengan huruf capital pula.
Urutan penulisannya sebagai berikut (1) Pertama kali ditulis : adegan (scene) ke….(2) Gambar diambil dengan tehnik apa, misalnya : F.1, DISSOLVE, IN FRAME.(3) Gambaran visual yang akan nampak
(4) Dialog
Dengan format seperti ini maka pengarah acara (sutradara) dan camerawan diberi kebebasan untuk berimprovisasi dalam pengambilan gambarnya, sesuai dengan keadaan yang diinginkan.
b. Menilai Naskah/Teks/Narasi
Setelah naskah/teks/narasi ditulis, maka perlu ada evaluasi atau penilaian dari produser, sebelum naskah tersebut diproduksi menjadi program TV. Penilaian teks akan menggunakan kriteria apakah telah menggunakan kaidah penulisan dan penggunaan bahasa yang benar serta keterbacaannya. Sedangkan untuk penilaian narasi akan lebih menggunakan bahasa sehari-hari (tutur)sesuai karakter tokoh. Apakah sudah komunikatip, shg mampu menjelaskan atau dipahami penonton. Demikian pula untuk menilai naskah/script yang akan diproduksi disamping dengan kriteria penulisan naskah harus ditaati juga akan dinilai kelayakan produksinya, apakah setelah diproduksi akan memiliki tingkat manfaat yang tinggi, memiliki daya tarik, apakah dapat diproduksi secara teknik, biaya produksi mahal atau tidak dan sebagainya.
c. Mengedit Naskah/Teks/Narasi
Setelah naskah/teks/narasi dinilai penulis naskah akan melakukan editing, mengedit sesuai saran, masukan dari produser. Untuk editing naskah program TV akan dilakukan sekaligus dalam bentuk naskah produksi yang di dalamnya telah terdapat petunjuk/perintah bagi kamerawan tentang teknik shoting dan obyek shoting. Petunjuk/perintah bagi narator/presenter dalam membacakan narasi, durasi setiap scene dan sebagainya. Naskah ini selanjutnya digunakan sebagai panduan produksi.
Contoh script adalah naskah TV.
“PELUNCURAN KAPAL SELAM KAYU PATI UNUS”
(Cuplikan : Misbach Y. Biran)
Skuens 1
Ext. Depan Kompleks
Galangan Kapal – Pagi
1. CU. Bendera Merah Putih berkibar megah
ZOOM OUT PELAHAN
Berdikit-dikit muncul hiasan umbulumbul dan sebagainya sehingga akhirnya namak Estabilishing shot dari bagian depan galangan kapal yang nampak penuh kegembiraan dan kemeriahan.
2. FULL VIEW (angle lain)
Depan galangan kapal dari angle yang menampilkan kemegahan.
3. CU Papan Nama galangan kapal. ZOOM IN to CU tulisan “Laut Jaya”. -
- - - OS MUSIK. Lagu, ars gembira sedang dimainkan oleh Corp music AL di tempat upacara.
KOMENTAR : Hari ini, Selasa Kliwon tanggal 12 Oktober 1976, di tempat ini akan dibuka lembaran sejarah baru.
KOMENTAR : Sejarah baru Alam dunia perkapalan.
KOMENTAR : Di galangan kapal “Laut
Jaya” ini.
Skuens 2
Ext. Tempat Peluncuran - Pagi
1. FULL VIEW (high angle) Kapal “Pati Unus”. - KOMENTAR : …. Akan diluncurkan kapal yang berani, kapal selam yang terbuat dari kayu.
IV. PENUTUP
Demikian materi mengenai Media Penyuluhan Tertayang ini dibuat, besar harapan dapat memenuhi dan melengkapi wawasan pembaca, khususnya para Penyuluh Perikanan. Ditengah kesulitan bahan-bahan referensi mengenai teknis pnyajian media tertayang, disamping itu kegiatan penyuluhan perikanan berhadapan dengan keterbatasan-keterbatasan antara lain keterbatasan jumlah penyuluh, keterbatasan dipihak sasaran, misalnya tingkat pendidikan formal pelaku utama yang sangat bervariasi, keterbatasan sarana dan waktu belajar bagi pelaku utama.
Untuk itu perlu diimbangi dengan meningkatkan peranan dan penggunaan media penyuluhan perikanan. Melalui media Penyuluhan Perikanan pelaku utama dapat meningkatkan interaksi dengan lingkungan sehingga proses belajar berjalan terus walaupun tidak berhadapan langsung dengan sumber komunikasi. Peranan media penyuluhan perikanan dapat ditinjau dari beberapa segi yakni dari proses komunikasi, segi proses belajar dan segi peragaan dalam proses komunikasi, segi proses belajar dan peragaan.
Demikian, semoga bermanfaat bagi kita sekalian.
Daftar Pustaka
Anonim. 1982. Alat Peraga dalam Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
-----------. 2001. Buku 1 Media Visual dalam Pelatihan dan Penyuluhan. Pusat Manajemen Pengembangan SDM Pertanian. Ciawi.
-----------. 2001. Buku 2 Media Visual dalam Pelatihan dan Penyuluhan. Pusat Manajemen Pengembangan SDM Pertanian. CiawiBrady, J. (1981) The Craft of the Screenwriter. New York : Simon & Schuster.
Blum, R.A. (1984). Television Writing from Concept to Contract. London : Focal Press
Bittner, John R., 1991. Broadcasting and Telecommunication, third edition, Prentice-Hall.
Comber, Peter & Tiffin, John, 1978. TV Production for Educational, Focus Press, London.
Garnadi, A. 1997. Penggunaan Visual Aid dalam Penyuluhan Pertanian. Direktorat Penyuluhan Pertanian. Jakarta
Hancokck, Alan, 1976. Producing for Educational Mass Media, Unesco Press
Paris.
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/07/16/penulisan-naskah-skennario-programtv/
Padmo, S. 2000. Media Penyuluhan Pertanian dan komunikasi . Departemen Pertanian. Jakarta
Kusnandar, 1999. Perencanaan Produksi Media Televisi/Video, Pustekkom, Depdiknas.
Sadiman, A.S. 1990. Media Pendidikan. Cv. Rajawali Citra. Jakarta.
Sudjana, N. dan A. Rivai. 1990. Media Pengajaran. Sinar Baru. Bandung
Siswosumarto, Sandjaja. 1994. Program Televisi Pendidikan Sekolah, Depdiknas, Jakarta.
Wahyudi, J.B. 1994. Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, Gramedia, Jakarta.
Wardwell, Douglas, 1981. Television Production Handbook, Tab Book Inc, USA.
Widodo, S dan Nuraeni. I. 2006. Media Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta
1.1 Latar Belakang
Penyuluhan perikanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Media penyuluhan perikanan merupakan salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran bagi pelaku utama pada kegiatan penyuluhan. Pemanfaatan dan pemilihan media harus menjadi bagian penting yang harus dikuasai oleh seorang penyuluh perikanan, sehingga seorang penyuluh perikanan perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Penyajian media yang menarik dipandang sulit dan pembelajaran masih sering teraibaikan dengan berbagai alasan, padahal media penyuluhan yang menarik akan membantu mengkomunikasikan informasi penyuluhan kepada sasaran. Media yang baik harus sesuai dengan kondisi sasaran, merupakan tujuan pembuatan media penyuluhan. Pemilihan media penyuluhan harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, waktu, ketersediaan biaya dan sumberdaya pendukung serta perubahan lingkungan strategis.
1.2 Pengertian Media
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan, sedangkan gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Beragamnya media memiliki karakteristik yang berbeda pula. Karena itu untuk setiap tujuan yang berbeda diperlukan media yang berbeda pula. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan penyuluhan ataupun pelajaran tadi sangat penting sebagai saluran, penyampaian pesan.
Media penyuluhan perikanan dapat diartikan sebagai segala bentuk benda yang berisi pesan atau informasi yang dapat membantu kegiatan penyuluhan perikanan. Media penyuluhan perikanan berguna untuk mengefektfkan komunikasi antara sumber informasi dan penerima informasi. Dalam penyuluhan perikanan penyampaian informasi dengna kata-kata tidak selalu dapat dimengerti, diperlukan media untuk membantunya. Media penyuluhan perikanan disebut juga sebagai alat bantu penyuluhan perikanan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa dan dicium dengan maksud untuk mempelancar komunikasi.
1.3 Manfaat Media Pembelajaran
Kemajuan teknologi perikanan saat ini semakin pesat, baik tehnologi produksi maupun tehnologi sosial ekonomi, Persaingan dalam berusaha dibidang perikanan semakin meningkat pula. Tuntutan untuk meningkatkan kualitas produksi tidak dapat ditawar-tawar lagi. Tehnologi dan informasi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut perlu disalurkan dengan cepat dari sumber pesan kepada sasaran, yakni pelaku utama dan keluarganya serta masyarakat perikanan lainnya. Oleh karena itu peranan media penyuluhan perikanan semakin penting.
Disamping itu kegiatan penyuluhan perikanan berhadapan dengan keterbatasan-keterbatasan antara lain keterbatasan jumlah penyuluh, keterbatasan dipihak sasaran, misalnya tingkat pendidikan formal pelaku utama yang sangat bervariasi, keterbatasan sarana dan waktu belajar bagi pelaku utama. Untuk itu perlu diimbangi dengan meningkatkan peranan dan penggunaan media penyuluhan perikanan. Melalui media Penyuluhan Perikanan pelaku utama dapat meningkatkan interaksi dengan lingkungan sehingga proses belajar berjalan terus walaupun tidak berhadapan langsung dengan sumber komunikasi. Peranan media penyuluhan perikanan dapat ditinjau dari beberapa segi yakni dari proses komunikasi, segi proses belajar dan segi peragaan dalam proses komunikasi, segi proses belajar dan peragaan.
1. Peranan media penyuluhan perikanan sebagai saluran komunikasi (channel) dalam kegiatan penyuluhan perikanan.
a. Menyalurkan pesan/informasi dari sumber/komunikator kepada sasaran yakni pelaku utama dan keluarganya sehingga sasaran dapat menerapkan pesan dengan kebutuhannya.
b. Menyalurkan ”feed back”/umpan balik dari sasaran/komunikan kepada sumber/komuniukator sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan/ pengembangan dalam penerapan tehologi selanjutnya.
c. Menyebarluaskan pesan informasi kemasyarakat dalam jangkauan yang luas, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
d. Memungkinkan pelaksanaan penyuluhan perikanan secara teratur dan sistimatik.
2. Peranan media penyuluhan perikanan sebagai Media Belajar dalam kegiatan penyuluhan perikanan.
Pada tahap awal peranan penyuluh perikanan sangat dominan dalam kegiatan belajar pelaku utama, lama kelamaan berubah pelaku utama menjadi lebih dinamis mulai banyak belajar, melalui pengalaman. Melalui interaksi dengan lingkungannya dan memanfaatkan media penyuluhan perikanan. Sekarang penyuluh perikanan berperan sebagai mitra kerja pelaku utama, mendampingi dan membantu pelaku utama dalam memecahkan masalah yang dihadapi dilapangan bersama dengan pelaku utama lainnya melalui kegiatan kelompok tani.
Peranan media penyuluhan perikanan sebagai media belajar dalam kegiatan penyuluhan perikanan sebagai berikut :
a. Memberi pengalaman belajar yang integral dari kongkrit ke abstrak.
Pelaku utama belajar dimulai dari situasi nyata dilapangan melalui pengalam langsung sebagai contoh, kegiatan Pembuatan kakaban untuk tempat menempelnya telur ikan dalam pemijahan ikan mas. Pelaku utama secara berkelompok belajar membuat kakaban yang baik, rapih dan bersih sesuai dengan aturan budidaya. Cara belajar tersebut disebut cara belajar Lewat pengalaman (CBLP). Hasil pengamatan dicatat oleh pelaku utama, kemudian didiskusikan bersama secara priodik.
Selanjutnya pelaku utama belajar melalui berbagai media penyuluhan perikanan lainnya antara lain : spesimen, poster, leaflet, folder, gambar, slide, flm dan sebagainya. Materi pelajaran tidak terbatas pada hama/penyakit saja tetapi berkembang dengan materi yang terkait seperti ekologi tanaman, musuh alami, pemupukan, fisiologi tanaman dan sebagainya sampai panen.
Dengan demikian memberi pengalaman yang luas dan terpadu. Pengalamanpengalaman yang diperoleh dan kongkrit kearah abstrak penyuluh perikanan sebagai mitra pelaku utama berfungsi membantu/membimbing proses belajar tersebut.
b. Memungkinkan proses belajar dapat berlangsung secara terus menerus dan berkelanjutan.
Teknologi selalu berubah dan berkembangkarena itu media penyuluhan perikanan harus selalu menyalurkan pesan/informasi yang mutakhir. Siaran pedesaan misalnya adalah media penyuluhan perikanan yang harus selalu siap menyalurkan perkembangan tehnologi yang mutakhir tersebut.
c. Memungkinkan proses belajar secara mandiri.
Tersedianya berbagai macam media penyuluhan perikanan seperti: brosur, kaset rekaman, folder, leaflet, lembaran informasi perikanan (Liptan) dan lain-lain, memungkinkan untuk terjadinya proses belajar secara mandiri.
II. KLASIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN
2.1. Taksonomi Media Pembelajaran
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan, melalui saluran atau perantara tertentu, ke penerima pesan. Di dalam proses belajar mengajar pesan tersebut berupa materi ajar yang disampaikan oleh dosen/guru, sedang saluran atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan/materi ajar adalah media pembelajaran atau disebut juga sebagai media instruksional. Fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah untuk : (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis, (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, (3) menghilangkan sikap pasif pada subjek belajar, (4) membengkitkan motivasi pada subjek belajar. Untuk mendapatkan gambaran yang agak rinci tentang macam-macam media pembelajaran, perlu diadakan pembahasan seperlunya tentang taksonomi media pembelajaran.
1. Taksonomi menurut Rudy Bretz
Bretz (1972) mengidentifikasikan ciri utama media menjadi tiga unsur, yaitu unsure : suara, visual, dan gerak. Media visual sendiri dibedakan menjadi tiga, yaitu: gambar, garis, dan simbol, yang merupakan suatu bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Di samping ciri tersebut, Bretz (1972) juga membedakan antara media siar (telecomunication) dan media rekam (recording), sehingga terdapat delapan klasifikasi media, yaitu: (1) media audio visual gerak, (2) media audio visual diam, (3) media visual gerak, (4) media visual diam, (5) media semi gerak, (6) media audio, dan (7) media cetak. Secara lengkap dapai dilihat pada skema berikut ini.
2. Hirarki Media Menurut Duncan
Duncan menyusun taksonomi media menurut hirarki pemanfaatannya untuk pendidikan. Dalam hal ini hirarki disusun menurut tingkat kerumitan perangkat media. Semakin tinggi satuan biaya, semakin umum sifat penggunaannya. Namun sebaliknya kemudahan dan keluwesan penggunaannya, semakin luas lingkup sasarannya.
III. JENIS – JENIS MEDIA TERTAYANG
3.1 Bahan Tayang (Lembar Transparan dan/atau Presentasi)
Lembar transparan adalah lembaran plastik transparan (tembus pandang) yang berisi pesan/informasi (teks, ilustrasi, gambar) yang disorotkan (diproyeksikan) dengan menggunakan overhead projector (OHP), sedangkan presentasi adalah pesan/informasi yang disusun dalam format power point. Kemajuan Overhead Projektor menunjukan kemauan yang sanagt pesat dalam masa dasawarsa terakhir, sehingga perangkat visula ini banyak dipakani dimana-mana. OHP merupakan pengangka keras sederhana yang terdiri atas sebuah kotak yang pada bagian atasnya sebagai landasan yang untuk meletakan trasnparansi guna memuat materi pembelajaran atau penyuluhan. OHP dapat menghasilan cahaya yang sangat terang dari lampu proyektor yang diproyeksikan ke layar OHP.
a. Tujuan
• Untuk memberi urutan yang jelas dan lengkap terhadap isi pesan penyuluhan yang disampaikan secara lisan
• Untuk memusatkan perhatian hadirin pada topik pembicaraan tertentu b. Sasaran
Kelompok sedang (10 - 40 orang) baik pelaku utama, penyuluh atau anggota masyarakat.
1. Keunggulan o Dapat bertatap muka dengan hadirin selama proses penyampaian pesan
o Dapat menggantikan papan tulis dan memiliki kelengkapan yang akan memberikan efek visual yang baik
o Dapat memproyeksikan dan membesarkan pesan/gambar dengan jelas o Dapat menyampaikan pesan secara lengkap
2. Kelemahan
Keefektifan bahan tayang sangat tergantung pada penyaji (keterampilan penyaji dan penjelasan lisan)
Bahan tayang tidak dapat digunakan untuk belajar secara mandiri karena di desain untuk berdampingan dengan presentasi lisan
Bahan tayang hanya bisa digunakan dalam ruangan dan membutuhkan listrik untuk dapat disajikan
Diperlukan penataan layar dengan sudut kemiringan tertentu untuk mendapatkan gambar yang baik
3. Standar Teknis
Bahan Khusus untuk Lembar Transparan terbuat dari Injet Transparancy film, lembar film fotografi, plastik asetat bening atau bahan transparan lainnya.
4. Desain
• Setiap lembar bahan tayang hanya memuat satu ide, jika informasi yang akan ditulis terlalu banyak, gunakan beberapa lembar bahan tayang. Hal ini lebih baik daripada menggunakan satu lembar bahan tayang yang rumit.
• Butir-butir yang ditulis dalam satu lembar bahan tayang tidak lebih dari 6 (enam) pesan. Jika memang harus lebih, gunakan lembar bahan tayang secara tertutup dan bukalah butir demi butir setiap kali dibutuhkan
• Tulisan dalam lembaran bahan tayang tidak lebih dari sepuluh baris kalimat. Setiap baris terdiri atas enam atau tujuh kata.
5. Huruf Dan Tulisan
• Ukuran huruf untuk teks tidak kurang dari 6 mm (14 point) dan judul tidak kurang dari 9 mm (24 point) agar dapat dibaca dari jarak ± 3 m
• Spasi 1 sampai 1,5
• Gunakan huruf sederhana untuk memudahkan pembaca
6. Gambar
• Memuat gambar sunyi, tanpa gambar background yang tidak perlu
• Garis dibuat tebal sehingga dapat dilihat dengan jelas
7. Penggunaan
• Digunakan di depan kelompok sasaran (audience) dengan penyaji menghadap audience sehingga terjadi kontak mata secara langsung
• Jangan menghalangi penglihatan pada layar
• Gunakan penunjuk seperti pensil dan semacamnya untuk mengarahkan perhatian pada suatu fokus tertentu. Jangan menunjuk pada layar kecuali kalau menggunakan pointer laser.
• Jangan berjalan di depan proyektor/LCD karena menghalangi pandangan
8. Prosedur Pembuatan:
• Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
• Rencanakan materi yang akan dibuat pada bahan tayang
• Buat konsep materi yang akan dibuat dikertas
• Tulis/gambarkan materi yang telah dikonsep di atas bahan tayang • Bahan tayang siap digunakan.
Pada perkembangannya penggunaan OHP (Overhead Projector) yang semakin jarang dipergunaakan, mengingat unsur ke praktisan, sehingga peran OHP semakin tergantikan media Projektor LCD yang praktis dan memiliki dimensi yang lebih mungil, sehingga cocok untuk dibawa (mobile). Untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan Projektor LCD, diperlukan minimal peralatan: Komputer /Laptop, LCD Projektor dan Layar LCD serta Program yang di gunakan (softwere) Microsoft Power Point. Powerpoint, aplikasi presentasi yang sampai saat ini masih menjadi primadona dalam kegiatan pembelajaran.
Aplikasi ini sangat mudah dipergunakan dan hampir bisa dipastikan ada pada setiap komputer dan laptop, karena merupakan bagian dari bundel Microsoft Office.
Namun demikian, powerpoint bukanlah „aplikasi sulap„ yang dapat menampilkan si pembicara menjadi pembiacara ulung dan profesional hanya karena menggunakan powerpoint. Bahkan, jika tidak dikemas dengan baik, penggunaan powerpoint bisa mencerminkan kelemahan si pembicara. Berikut ini ada beberapa tips singkat yang dapat menjadi acuan dalam pembuatan presentasi sehingga presentasi menjadi lebih menarik dan memberi kesan elegan dan profesional:
1. Pergunakan desain yang konsisten. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan slide master, sehingga layout, font, bulleting, dan animasi pergantian slide menjadi konsisten hingga akhir presentasi.
2. Batasi jumlah baris dalam setipa slide. Jumlah baris dalam slide yang terlalu banyak menyebabkan silde tersebut menjadi terlalu penuh, sehingga teks menjadi kecil-kecil. Akibat yang lebih parah, auidense tidak akan mau mencerna informasi dalam slide tersebut. Sampaikan poin-poin pokok dalam setipa slide, kemudian andalah yang harus mengembangan dan membumbui ketika melakukan presentasi.
3. Pergunakan warna teks dan latar belakang yang kontras sehingga keterbacaannya tinggi.
4. Hindari penggunaan animasi dan sound effect yang glamor. Animasi dengan diiringi sound effect yang glamour justru menyebabkan presentasi anda tidak profesional, berkesan kekanak-kanakan, dan tidak serius.
5. Pertimbangkan untuk membuat tombol-tombol yang langsung menghantarkan pada slide tertentu, sehingga bisa melompat maju ataupun mundur tanpa harus melewati silde demi slide. Hal ini seringkali diperlukan.
6. Satu gambar memberikan puluhan kali lipat informasi, oleh karena itu jika memungkinkan ditampilkan secara grafis akan lebih baik ditampilkan secara grafis, misalnya tabel, skema, dll.
7. Jika terlalu sering teks saja yang ditampilkan, berikan gambar-gambar ilustrasi yang sesuai untuk membumbui presentasi anda.
3.2 Pembuatan Film VCD/DVD atau bahan TV
Sebagai sebuah media pembelajaran dalam bentuk video/televisi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan media lain. Adapun karakteristik media video agak berbeda dengan media televisi. Perbedaan itu terletak pada penggunaan dan sumber. Media video dapat digunakan kapan saja dan kontrol ada pada pengguna, sedangkan media televisi hanya dapat digunakan satu kali pada saat disiarkan, dan kontrol ada pada pengelola siaran. Namun secara umum kedua media ini mempunyai karakteristik yang sama, yaitu:
a. Menampilkan gambar dengan gerak, serta suara secara bersamaan.
b. Mampu menampilkan benda yang sangat tidak mungkin ke dalam kelas karena terlalu besar (gunung), terlalu kecil (kuman), terlalu abstrak (bencana), terlalu rumit (proses produksi), terlalu jauh (kehidupan di kutub) dan lain sebagainya.
c. Mampu mempersingkat proses, misalnya proses penyemaian padi hingga panen.
d. Memungkinkan adanya rekayasa (animasi).
Adapun media video/televisi pembelajaran ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
• Kelebihan
- Dapat menstimulir efek gerak
- Dapat diberi suara maupun warna
- Tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya
- Tidak memerlukan ruangan gelap dalam penyajiannya
- Dapat diputar ulang, diberhentikan sebentar, dan sebagainya (video) control pada pengguna.
• Kekurangan
- Memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya
- Memerlukan tenaga listrik
- Memerlukan keterampilan khusus dan kerja tim dalam Pembuatannya
- Tidak dapat diputar ulang (siaran televisi) kontrol pada pengelola.
- Sulit dibuat interaktif (khusus siaran langsung siaran televisi interaktif melalui telepon/sms).
- Dan lain sebagainya.
1. Prosedur Pengembangan Media Video Pembelajaran
Saat ini banyak kita temukan media video pembelajaran. Pembuatan media ini tidaklah terlalu sulit, yang penting ada kemauan dan semangat untuk berkarya. Hampir setiap orang dapat membuat media video pembelajaran, yang membedakan yaitu kualitas dan kebermanfaatan dari hasilnya. Untuk membuat media video pembelajaran secara umum ada tiga tahap yaitu:
a. Praproduksi
Tahap praproduksi melalui tahap yang panjang dan menentukan keberhasilan pada tahap selanjutnya. Tahap ini merupakan perencanaan dari kegiatan selanjutnya dan hasil yang akan dicapai. Tahap ini meliputi:
• Penentuan Ide/Eksplorasi Gagasan
• Penyusunan Garis Besar Isi Media Video (GBIMV)
• Penyusunan Jabaran Materi Media Video (JMV)
• Penyusunan Naskah
• Pengkajian Naskah
Hasil akhir dari tahap praproduksi yaitu naskah video pembelajaran yang telah disetujui oleh pengkaji dan dinyatakan kebenarannya, sehingga naskah tersebut laik produksi.
b. Produksi
Produksi merupakan tahap selajutnya setelah naskah diterima oleh Produser dan Sutradara. Untuk menghasilkan gambar dan suara sesuai dengan keinginan penulis naskah, maka pada tahap ini harus dilakukan berbagai kegiatan, meliputi:
• Rembuk Naskah
• Penentuan Tim Produksi
• Casting (Pencarian Pemain)
• Hunting (Pencarian Lokasi Shooting)
• Cru Metting (Rapat Tim Produksi)
• Pengambilan Gambar
Hasil akhir dari kegiatan produksi yaitu sekumpulan gambar dan suara dari lapangan yang siap diserahkan kepada editor untuk dipilih sesuai naskah.
c. Pascaproduksi
Setelah sekumpulan gambar dan suara diterima oleh editor, maka langkah selanjutnya yaitu tahap pemilihan gambar dan suara yang terbaik. Gambar dan suara tersebut kemudian disambung-sambung. Tahap ini cukup panjang, yaitu meliputi:
• Editing (Penggabungan dan Pemilihan Gambar)
• Mixing (Pengisian Musik)
• Preview
• Ujicoba
• Revisi
Distribusi/Penyiaran
Hasil akhir dari kegiatan ini yaitu sebuah media video pembelajaran yang siap dimanfaatkan oleh penyuluh perikanan, pelaku utama dan masyarakat perikana pada umumnya.
Setelah naskah diterima oleh Sutradara, untuk melakukan kegiatan produksi, maka langkah-langkah kegiatan yang dilakukan yaitu :
1. Rembuk Naskah (Script Conference)
Setelah Sutradara menerima dan mempelajari naskah, maka Sutradara meminta kepada Produser untuk dilakukan rembuk naskah dengan penulis naskah, ahli materi dan ahli media. Rembuk naskah diperlukan untuk menyamakan persepsi pemahaman terhadap naskah, sehingga apabila diproduksi diharapkan tidak terjadi kesalahan yang fatal. Hasil dari rembuk naskah adalah Sutradara memahami naskah dengan baik sesuai dengan kemauan penulis, pengkaji materi, media, dan bahasa. Dengan demikian Sutradara akan mengubah naskah menjadi bahasa visual dan audio yang terintegrasi sehingga menjadi sebuah media pembelajaran yang enak ditonton dan bermanfaat.
2. Pembentukan Tim Produksi (Production Crews)
Setelah Sutradara memahami naskah dengan baik, langkah selanjutnya adalah membentuk Tim Produksi. Tim produksi atau kru produksi, biasa juga disebut kerabat kerja merupakan sekumpulan orang yang mempunyai profesi atau keahlian berbeda-beda tetapi setelah disatukan menjadi sebuah tim yang kompak sehingga menghasilkan sebuah karya yang luar biasa.
Tim produksi dapat berjumlah besar dan dapat juga kecil, hal ini tergantung dari seberapa kompleks naskah yang akan diproduksi. Apabila kompleks, rumit, dan besar, maka tim produksinya besar dan lengkap, sedangkan apabila sederhana dan hanya sedikit yang diproduksi, maka tim produksinya kecil. Tim produksi yang besar terdiri dari:
- Produser
- Sutradara + asisten
- Cameraman + asisten
- Soundman + asisten
- Lightingman + asisten
- Teknisi + Assisten
- VTRman (Juru Rekam)
- Switcherman (Pemadu gambar)
- Floor Manager
- Unit Manager/Pimpinan Unit
- Editor + asisten
- Animator
- Penata Musik
- Penata Artistik + asisten
- Penata Rias + asisten
- Pembantu Umum
- Pengemudi
Kolaborasi professi di atas adalah kondisi ideal dalam sebuah produksi program video/televisi, hal tersebut sifatnya kondisional. Mereka memiliki tugas yang berbeda namun harus terintegrasi satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu mereka harus memiliki kekompakan yang baik, saling melengkapi, dan bekerjasama, mengingat semua saling ketergantungan agar mendapatkan produk yang berkualitas. Jika terjadi kekurangan personel maka kadang kala seorang crew bisa memiliki professi ganda agar pekerjaan dapat tertangani. Kondisi seperti memang dapat dilakukan selama professi rangkap tersebut tidak berjalan pada waktu yang bersamaan, sebagai contoh cameraman merangkap editor, hal ini karena editor bekerja pada waktu paska produksi, Sutradara merangkap Assisten atau tidak ada assisten dsb. Selain itu pula sebaiknya pemegang rangkap professi tsb benar-benar memiliki kapabilitas yang memadai baik dari sisi skil maupun kondisi fisik.,.dan sebagainya. Prinsipnya jumlah tim dalam produksi cukup fleksibel, tergantung kondisi pekerjaan yang dihadapi.
3. Membuat Shooting Script
Setelah tim produksi terbentuk dan masing-masing sudah mempelajari naskah, maka mereka melakukan rapat untuk membuat Shooting Script/story board (naskah untuk pengambiln gambar) di dalam naskah ini terdapat gambaran secara lengkap setiap adegan bahkan shot (gambara), misalnya siapa yang muncul, bagaimana gerakan, di mana posisi obyek, dan melakukan apa, kemudian di mana posisi kamera dan angle camera serta bagaimana cara pengambilan gambarnya, apakah secara tilt up, tilt down, follow, atau yang lain, kemudian di mana lampu dan bagaimana suasana yang ingin diciptakan, dan masih banyak lagi lainnya. Hal ini dilakukan sesuai dengan tuntutan naskah.
4. Penyusunan Anggaran
Penyusunan anggaran disusun berdasarkan pertimbangan berbagai hal yaitu:
- Lamanya syuting
- Jumlah tim produksi
- Lokasi : di studio, di luar studio, jauh dekatnya dan berapa tempat
- Pemain : bintang atau bukan dan jumlahnya
- Peralatan yang dipakai
- Setting dan properti yang diperlukan.
- Faktor kesulitan (stuntman, animasi) - Musik (buat sendiri atau beli hak cipta) - Dan lain sebagainya.
5. Pemilihan Pemain (Casting)
Jika suatu program memerlukan pemain, maka pemain harus dipilih sesuai dengan tuntutan naskah. Kesalahan pemilihan pemain, atau karakter pemain, menyebabkan kesalahan penyampaian materi atau menjadi tidak menarik. Pemain merupakan salah satu kunci keberhasilan, memakai bintang atau tidak harus dipertimbangkan dengan matang, sebab ada untung dan ruginya. Untungnya yaitu sajian lebih menarik dan orang suka menonton bintang, kerugiannya biayanya mahal. Bukan bintang harus dipertimbangkan bahwa mereka betul-betul dapat menjiwai karakter yang dituntut dalam naskah.
6. Pencarian Lokasi (Hunting)
Pemilihan lokasi untuk pengambilan gambar harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan naskah. Kalau ingin mengubah lokasi syuting demi pertimbangan penghematan, perlu dibicarakan ketika rembuk naskah, atau jika dimungkinkan karena adanya teknologi (chroma key, virtual, dsb). Kalau sebab akan berakibat fatal dan ditokal ketika preview. Lokasi syuting dapat dil luar atau di studio tergantung dari kemudahan dan efektifitas dari pengambilan gambar dan tuntutan naskah. Sebab semua yang ada di naskah sudah dipertimbangkan efektifitas untuk penyampaian pesan.
7. Rapat Tim Produksi (Production Meeting)
Di dalam pertemuan ini dilakukan diskusi teknis pelaksanaan produksi, masingmasing profesi menyampaikan persiapan yang sudah dan sedang dilakukan serta mencari solusi permasalahan yang belum terselesaikan. Alat, bahan, dll sesuai dengan tugasnya. Di dalam pertemuan ini harus sudah ditemukan:
- Jadwal syuting;
- Dana;
- Lokasi;
- Pemain;
- Perizinan;
- Kostum dan make up
- Kamera;
- Jenis lampu;
- Alat pendukung;
- Transportasi, konsumsi, dan akomodasi;
- Keamanan;
- Properties;
- Musik;
- dan lain sebagainya.
8. Setting Lokasi (Blocking Area /Location Set)
Sebelum malakukan pengambilan gambar Sutradara bersama sama tim produksi mengadakan penataan lokasi dan setting properti sesuai yang dibutuhkan dalam naskah. Prosedur ini berlaku untuk perencanaan shoting baik di dalam maupun luar studio. Disamping itu pula penempatan camera(camera blocking) sudah harus tergambarkan dalam areal ini.
9. Pengambilan Gambar
Setelah semua persiapan telah selesai dilakukan, langkah selanjutnya yaitu produksi atau pengambilan gambar. Kegiatan produksi merupakan kegiatan untuk merubah ide dalam bentuk naskah ke bentuk gambar dan atau suara. Kegiatan Produksi harus mencari dan mendapatkan gambar dan atau suara dengan kualitas prima sesuai yang diinginkan (sesuai Naskah, Shooting Script, Story Board).
Gambar yang kita saksikan di pesawat televisi, dihasilkan dari kerja sebuah Video Camera, tetapi jika yang kita saksikan hanya gambar saja, maka dapat dipastikan tayangan itu tidak menarik, karena itu diperlukan Microphone dan peralatan audio lainnya untuk melengkapi gambar
tayangan dengan suara atau audio, selanjutnya gambar yang dihasilkan dari Video camera dan Suara yang dihasilkan Microphone digabungkan dalam suatu media penyimpanan dengan menggunakan Recorder.
a. PRINSIP KERJA KAMERA
Secara umum prinsip kerja kamera dapat digambar seperti di bawah ini:
Prinsip kerja video kamera dapat digambarkan sebagai berikut:
• Pembentukan gambar melalui scanning
• Pakai C C D & Electronics circuit
• Menyimpan gambar & suara pada media Magnetic Tape (Video Tape). Kamera produk mutakhir media penyimpanan gambar dan suara menggunakan Disc dan HardDisc (HDD)
• Output langsung dapat dilihat pada Video Monitor
• Dilengkapi dengan Video Tape Recorder (VTR) dan Microphone
CATEGORY OF VIDEO CAMERA
1. CONSUMER VIDEO CAMERA
( HOME USED CAMERA )
Digital Video Camera by 5
Hanoch Tahapary
c. PENGGUNAAN KAMERA
d. Secara umum dalam pemanfaatannya, kamera digunakan untuk pencarian berita atau ENG (Electronic News Gathering) dan kelompok profesional EFP
VIDEO CAMERA
(Electronic Field Production)
e. MODEL KAMERA DARI SISI Prosesor
- TVBE/Tabung
- CCD (Copel Charger Devise)
- Digital
Bahasa Visual Kamera
Gerak Kamera dapat dikelompokkan menjadi :
• TILTING ( Tilt Up , Tilt Down )
• PANNING (Pan Left, Pan Rigth)
• TRACKING (Track In, Track Out)
• ZOOMING (Zoom In, Zoom Out)
• Crabbing/Dollying ( Crab L, Crab R )
Camera Moving
Tipe Shots:
Pengambilan gambar atau gambar yang dihasilkan dari sebuah kamera dapat dikelompokkan sebagai berikut:
• Close-Up (CU)
• Big Close-Up (BCU) / Extrim Close Up
• Medium Close Up (MCU)
• Long shot (LS)
• Medium Long Shot(MLS)
• Full Shot(FS)
Camera Angle :
Penempatan tinggi kamera sangat menentukan titik pandang mata penonton dalam menyaksikan suatu adegan, sekaligus membangun kesan psikologis penonton terhadap object tersebutLow Angle (pengambilan gambar dari bawah objek)
• High Angle (pengambilan gambar dari atas objek)
• Eye Level (pengambilan gambar sejajar dengan objek)
NORMAL / LEVEL SHOT
Komposisi
• Garis Imaginer
• Jumping
• Looking room /Nose room
• Head room
• Walking room
MICROPHONE
Microphone merupakan alat untuk menangkap suara yang kita inginkan sesuai dengan kebutuhan naskah. Suara yang diambil dapat bermacammacam, misalnya ambiens (suara sekitar kita), direct sound (suara aslinya), sound effect (suara yang mendukung suatu kejadian/ situasi),
M I C R O P H O N E
Merupakan peralatan transducer untuk menerima getaran suara dari sumber suara dan merubahnya menjadi signal electrics (disebut dengan nama Signal Audio)
Digital Video Camera by 43
Hanoch Tahapary
PERALATAN PENANGKAP SUARA
OMNI DIRECTION ( Tangkapan seluruh arah )
UNI DIRECTION ( Tangkapan satu arah )
BI –Direction (Tangkapan dua arah )
Microphone
Jenis-jenis mikropon yang biasa digunakan untuk produksi video/televisi antara lain :
• Hand Mic,
• Clip-On Mic,
• Gun Mic,
• Shots Gun
Karakter
• Omni direction
• Bi direction
Proses kerja Mikropon:
• Ribbon
• Dinamic
• Condensor
• Digital
MEDIA PENYIMPANAN
Untuk menyimpan hasil pengambilan gambar dapat dalam:
• Video cassette (Home use , professional, broadcast quality)
• Video Disk (Hard disc, disc)
VHS, V8, BETAMAX
MEDIA PENYIMPANAN
HOME USE
PRO
SVHS, Hi-8 , Mini DV
BETACAM, DV-Cam
BROADCAST
MEDIA PEREKAM
• Video casset recorder (VCR)
• Video Tape recorder (VTR)
• Video Disc Recorder
TATA CAHAYA
Prinsip Tata cahaya
- Cahaya alam
- Cahaya buatan
Konversi cahaya
- Cahaya alam ke cahaya buatan
- cahaya buatan ke Cahaya alam Teknik dasar Tata cahaya
o Key light o Back light o Fill Light
Hasil dari pengambilan gambar dan suara adalah kumpulan gambar dan suara yang jumlahnya sangat banyak dan masih bersifat acak. Gambar dan suara tersebut belum mempunyai makna dan harus disusun supaya mempunyai makna sesuai keinginan naskah.
Ada beberapa tahap yang harus dipahami ketika kita akan memproduksi sebuah program video. Tahapan tersebut harus dilakukan agar kita menghasilkan sebuah karya yang memuaskan. Setiap tahap merupakan langkah yang akan menentukan tahapan berikutnya. Untuk mengambil gambar dan suara harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan sarana yang ada. Kalau kita hanya mempunyai handicam, maka kualitas gambar dan suara sudah kita ketahui, sedangkan kalau untuk kualitas siar, maka kita harus juga memakai kamera dan peralatan perekam suara yang sesuai dengan kualitas stasiun televisi yang menyiarkannya.
3. Penyusunan naskah scenario TV
1. Persiapan Menulis naskah/ Teks / Narasi
Bagian peenting yang harus dipersiapkan dalam menulis naskah, teks maupun narasi pada program TV adalah menemukan ide atau gagasan. Setelah ide ditemukan, seorang penulis naskah sangat perlu mempelajari substansi atau isi dari sumber-sumber yang terkait dengan substansinya, sehingga benar-benar memahami apa yang akan ditulis. Selanjutnya akan ditulis dalam bentuk apa, menjadi format program TV yang mana. Setelah ditetapkan format program yang dipilih maka baru berpikir bagaimana menulisnya. Untuk penulisan teks dapat diawali dengan penulisan kerangka tulisan (outline). Sedangkan untuk penulisan narasi dapat dilakukan menulis rencana gambaran visual yang akan diberi narasinya. Dalam hal ini narasi akan lebih memberikan penjelasan gambaran visual yang ditayangkan pada TV.
Narasi bisa berbentuk life dari pemeran ataupun dubing oleh pengisi suara. Dapat juga disuarakan oleh narator maupun presenter. Sebelum menulis naskah untuk panduan produksi ditulis, biasanya didahului dengan membuat synopsis, dan Treatment.
1) Sinopsis
Gambaran secara ringkas dan tepat tentang tema atau pokok materi yang akan dikerjakan. Tujuan utama ialah memudahkan pemesan (produsen) menangkap konsep, kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Setelah synopsis ditulis maka sudah harus nampak adanya: alur, isi cerita, Perwatakan pemain (bila ada), tempat, waktu, serta keterangan lain yang memperjelas synopsis.
2) Treatment
Uraian ringkas secara deskriptif, bukan tematis, yang dikembangkan dari synopsis dengan bahasa visual tentang suatu episode cerita, atau ringkasan dari rangkaian suatu peristiwa. Artinya dalam membuat treatment bahasa yang digunakan adalah bahasa visual. Sehingga apa yang dibaca dapat memberikan gambaran mengenai apa yang akan dilihat. Dengan membaca treatment bentuk program yang akan dibuat sudah dapat dibayangkan. Sehingga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a) urutan dalam video sudah makin jelas,
b) Sudah kelihatan formatnya apakah dialog (bagaiamana pokok dialognya), narasi
(bagaimana pokok narasinya),
c) Sudah dimulai adanya petunjuk-petunjuk tehnis yang diperlukan.
3) Skenario
Dari treatment kemudian dibuat naskah produksi atau scenario. Penulisan naskah produksi atau scenario harus operasional karena digunakan sebagai panduan tidak saja kerabat kerja (crew) tetapi juga pemain dan pendukung lain yang terlibat. Penulisan naskah atau scenario pada dasarnya menggambarkan sekaligus menyuarakan apa yang ingin disampaikan. Urutan synopsis-tritmen-skenario merupakan rangkaian yang baik untuk membuat naskah video (televisi), Baker (1981) mengemukakan juga pentahapan dalam membuat naskah, yaitu : concept, story board, dan script. Setidaknya ada dua format naskah untuk penulisan naskah TV/video, yaitu double colum, dan wide margin
a) Format kolom ganda (double colum).
Format ini lazim digunakan untuk menulis naskah informasi, dokumentasi, pendidikan. Format kolom ganda, lembar kertas dibagi menjadi dua kolom utama, yaitu kolom visual (kiri) dan kolom audio (kanan). Pada kolom kiri berisi uraian yang menyangkut visual. Misal gambar harus dimabil dengan CU, kemudian zoom out, atau keterangan lain bagi kru kamera, termasuk siapa subyeknya, diambil dari mana, beberapa waktu lamanya pengambilan, dll. Kolom kanan berisi segala sesuatu yang menyangkut audio yang berupa narasi, dialog para pelaku atau efek-efek suara lain yang diperlukan. Untuk memudahkan narator atau juru suara (sound man) maka dalam menulis kolom kanan, semua informasi yang tidak akan dibaca (disuarakan) ditulis dengan huruf capital. Sedang narasi atau dialog yang akan dibaca atau disuarakan ditulis dengan huruf kecil.
b) Format Wide Margin
Format ini lebih lazim dipakai dalam cerita film atau sinetron. Sinetron Aku cinta Indonesia (ACI) naskahnya distulis dalam format Wide Margin. Dengan format wide margin tiap adegan (kumpulan dari beberapa shot-scene) diuraikan atau dijelaskan dengan bahasa visual. Petunjuk dialog diketik dua spasi ditengah, sedang apa yang akan nampak (visual) dijelaskan dalam bentuk paragraf. Dialog biasanya diketik biasa, semua penjelasan untuk camerawan pengambilan gambar, ditulis dalam huruf capital. Penjelasan untuk tingkah laku pemain ditulis dalam tanda kurung dengan huruf capital pula.
Urutan penulisannya sebagai berikut (1) Pertama kali ditulis : adegan (scene) ke….(2) Gambar diambil dengan tehnik apa, misalnya : F.1, DISSOLVE, IN FRAME.(3) Gambaran visual yang akan nampak
(4) Dialog
Dengan format seperti ini maka pengarah acara (sutradara) dan camerawan diberi kebebasan untuk berimprovisasi dalam pengambilan gambarnya, sesuai dengan keadaan yang diinginkan.
b. Menilai Naskah/Teks/Narasi
Setelah naskah/teks/narasi ditulis, maka perlu ada evaluasi atau penilaian dari produser, sebelum naskah tersebut diproduksi menjadi program TV. Penilaian teks akan menggunakan kriteria apakah telah menggunakan kaidah penulisan dan penggunaan bahasa yang benar serta keterbacaannya. Sedangkan untuk penilaian narasi akan lebih menggunakan bahasa sehari-hari (tutur)sesuai karakter tokoh. Apakah sudah komunikatip, shg mampu menjelaskan atau dipahami penonton. Demikian pula untuk menilai naskah/script yang akan diproduksi disamping dengan kriteria penulisan naskah harus ditaati juga akan dinilai kelayakan produksinya, apakah setelah diproduksi akan memiliki tingkat manfaat yang tinggi, memiliki daya tarik, apakah dapat diproduksi secara teknik, biaya produksi mahal atau tidak dan sebagainya.
c. Mengedit Naskah/Teks/Narasi
Setelah naskah/teks/narasi dinilai penulis naskah akan melakukan editing, mengedit sesuai saran, masukan dari produser. Untuk editing naskah program TV akan dilakukan sekaligus dalam bentuk naskah produksi yang di dalamnya telah terdapat petunjuk/perintah bagi kamerawan tentang teknik shoting dan obyek shoting. Petunjuk/perintah bagi narator/presenter dalam membacakan narasi, durasi setiap scene dan sebagainya. Naskah ini selanjutnya digunakan sebagai panduan produksi.
Contoh script adalah naskah TV.
“PELUNCURAN KAPAL SELAM KAYU PATI UNUS”
(Cuplikan : Misbach Y. Biran)
Skuens 1
Ext. Depan Kompleks
Galangan Kapal – Pagi
1. CU. Bendera Merah Putih berkibar megah
ZOOM OUT PELAHAN
Berdikit-dikit muncul hiasan umbulumbul dan sebagainya sehingga akhirnya namak Estabilishing shot dari bagian depan galangan kapal yang nampak penuh kegembiraan dan kemeriahan.
2. FULL VIEW (angle lain)
Depan galangan kapal dari angle yang menampilkan kemegahan.
3. CU Papan Nama galangan kapal. ZOOM IN to CU tulisan “Laut Jaya”. -
- - - OS MUSIK. Lagu, ars gembira sedang dimainkan oleh Corp music AL di tempat upacara.
KOMENTAR : Hari ini, Selasa Kliwon tanggal 12 Oktober 1976, di tempat ini akan dibuka lembaran sejarah baru.
KOMENTAR : Sejarah baru Alam dunia perkapalan.
KOMENTAR : Di galangan kapal “Laut
Jaya” ini.
Skuens 2
Ext. Tempat Peluncuran - Pagi
1. FULL VIEW (high angle) Kapal “Pati Unus”. - KOMENTAR : …. Akan diluncurkan kapal yang berani, kapal selam yang terbuat dari kayu.
IV. PENUTUP
Demikian materi mengenai Media Penyuluhan Tertayang ini dibuat, besar harapan dapat memenuhi dan melengkapi wawasan pembaca, khususnya para Penyuluh Perikanan. Ditengah kesulitan bahan-bahan referensi mengenai teknis pnyajian media tertayang, disamping itu kegiatan penyuluhan perikanan berhadapan dengan keterbatasan-keterbatasan antara lain keterbatasan jumlah penyuluh, keterbatasan dipihak sasaran, misalnya tingkat pendidikan formal pelaku utama yang sangat bervariasi, keterbatasan sarana dan waktu belajar bagi pelaku utama.
Untuk itu perlu diimbangi dengan meningkatkan peranan dan penggunaan media penyuluhan perikanan. Melalui media Penyuluhan Perikanan pelaku utama dapat meningkatkan interaksi dengan lingkungan sehingga proses belajar berjalan terus walaupun tidak berhadapan langsung dengan sumber komunikasi. Peranan media penyuluhan perikanan dapat ditinjau dari beberapa segi yakni dari proses komunikasi, segi proses belajar dan segi peragaan dalam proses komunikasi, segi proses belajar dan peragaan.
Demikian, semoga bermanfaat bagi kita sekalian.
Daftar Pustaka
Anonim. 1982. Alat Peraga dalam Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
-----------. 2001. Buku 1 Media Visual dalam Pelatihan dan Penyuluhan. Pusat Manajemen Pengembangan SDM Pertanian. Ciawi.
-----------. 2001. Buku 2 Media Visual dalam Pelatihan dan Penyuluhan. Pusat Manajemen Pengembangan SDM Pertanian. CiawiBrady, J. (1981) The Craft of the Screenwriter. New York : Simon & Schuster.
Blum, R.A. (1984). Television Writing from Concept to Contract. London : Focal Press
Bittner, John R., 1991. Broadcasting and Telecommunication, third edition, Prentice-Hall.
Comber, Peter & Tiffin, John, 1978. TV Production for Educational, Focus Press, London.
Garnadi, A. 1997. Penggunaan Visual Aid dalam Penyuluhan Pertanian. Direktorat Penyuluhan Pertanian. Jakarta
Hancokck, Alan, 1976. Producing for Educational Mass Media, Unesco Press
Paris.
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/07/16/penulisan-naskah-skennario-programtv/
Padmo, S. 2000. Media Penyuluhan Pertanian dan komunikasi . Departemen Pertanian. Jakarta
Kusnandar, 1999. Perencanaan Produksi Media Televisi/Video, Pustekkom, Depdiknas.
Sadiman, A.S. 1990. Media Pendidikan. Cv. Rajawali Citra. Jakarta.
Sudjana, N. dan A. Rivai. 1990. Media Pengajaran. Sinar Baru. Bandung
Siswosumarto, Sandjaja. 1994. Program Televisi Pendidikan Sekolah, Depdiknas, Jakarta.
Wahyudi, J.B. 1994. Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, Gramedia, Jakarta.
Wardwell, Douglas, 1981. Television Production Handbook, Tab Book Inc, USA.
Widodo, S dan Nuraeni. I. 2006. Media Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta
0 comments:
Post a Comment