Ikan merupakan bahan makanan
hewani yang memiliki kandungan protein yang tinggi, berkisar antara 12 - 20%
dari berat basah tubuh ikan. Kandungan protein ikan memiliki nilai gizi yang
lebih baik dari protein daging karena mudah dihancurkan oleh enzim proteolitik.
Sehingga ikan ini sangat baik dikonsumsi di segala usia manusia. Tetapi jangan
lupa bahwa ikan merupakan kelompok bahan makanan yang mudah rusak. Untuk itu
diperlukan proses pengawetan untuk memertahankan mutu ikan tersebut. Salah satu
cara termudah mengawetkan ikan adalah dengan mengurangi kadar air dalam tubuh
ikan, yaitu dengan proses penggaraman dan pengeringan. Dengan adanya proses
penggaraman dan pengeringan sebagai jalan mengawetkan ikan, pasti akan
memengaruhi kandungan protein dalam tubuh ikan yang sudah melalui proses
tersebut dibandingkan dengan kandungan protein ikan segar. Dalam tulisan
singkat ini akan dibahas bagaimana proses penggaraman dan pengeringan
memengaruhi kandungan protein ikan.
A. MENGENAL GARAM
Garam yang dipakai dalam pengawetan
ikan sebaiknya memakai garam murni. Garam murni terdiri dari NaCl, tetapi garam
perdagangan yang terbuat dari air laut yang diuapkan pada umumnya tidak terdiri
dari NaCl saja, tetapi juga mengandung Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Ca dan
Mg mempunyai sifat higrofis dan kadar air yang lebih tinggi sehingga dapat
menyebabkan garam menjadi kering. Makin kecil kadar Ca dan Mg, maka akan lebih
baik hasil penggaraman. Sebaliknya bila kadar Mg tinggi, dapat menyebabkan ikan
menjadi merah, tetapi bila kadar Ca yang tinggi, dapat menyebabkan warna ikan
menjadi keputih-putihan.
B. PRINSIP
PENGGARAMAN
Penggaraman merupakan proses pengawetan yang mudah dan murah.
Proses tersebut menggunakan garam sebagai media pengawet, baik yang berbentuk
kristal maupun larutan. Selama proses penggaraman, terjadi penetrasi
garam ke dalam tubuh ikan dan keluarnya cairan dari tubuh ikan karena perbedaan
konsentrasi. Cairan itu dengan cepat dapat melarutkan kristal garam atau
mengencerkan larutan garam. Bersamaan dengan keluarnya cairan dari dalam tubuh
ikan, partikel garam akan memasuki tubuh ikan. Lama kelamaan kecepatan
proses pertukaran garam dan cairan semakin lambat dengan menurunnya konsentrasi
garam di luar tubuh ikan dan meningkatnya konsentrasi garam di dalam tubuh
ikan. Bahkan pertukaran garam dan cairan tersebut berhenti sama sekali setelah
terjadi keseimbangan. Proses itu mengakibatkan pengentalan cairan tubuh
yang masih tersisa dan penggumpalan protein denaturasi serta pengerutan
sel - sel tubuh ikan sehingga sifat dagingnya berubah.
Ikan yang telah mengalami proses penggaraman sesuai dengan prinsip yang
berlaku, akan mempunyai daya simpan tinggi karena garam dapat berfungsi
menghambat atau membunuh bakteri yang terdapat di dalam tubuh ikan. Garam juga
menyerap cairan tubuh bakteri sehingga proses metabolisme bakteri terganggu
karena kekurangan cairan, akhirnya bakteri mengalami kekeringan dan mati. Garam
pada dasarnya tidak bersifat membunuh mikroorganisme (germisida). Konsentrasi
garam rendah (1 - 3%), justru membantu pertumbuhan bakteri halofilik.
Garam yang berasal dari tempat- tempat pembuatan garam di pantai
mengandung cukup banyak bakteri halofilik yang dapat merusak ikan kering.
Konsentrasi garam yang baik digunakan sebesar 15%.
C. PRINSIP PENGERINGAN
Penggaraman ikan biasanya
diikuti dengan pengeringan untuk menurunkan kadar air dalam daging ikan. Dengan
demikian, pertumbuhan bakteri semakin terhambat. Proses pengeringan ini
berlangsung menurut hukum osmosis.
D. DENATURASI PROTEIN
Denaturasi protein adalah proses perubahan struktur lengkap dan
karakteristik bentuk protein akibat dari gangguan interaksi sekunder, tersier,
dan kuaterner struktural seperti suhu, penambahan garam, enzim, dll. Hasil
denaturasi adalah hilangnya aktivitas biokimia yang terjadi didalam senyawa
protein itu sendiri. Denaturasi protein juga tidak mempengaruhi kandungan
struktur utama protein yaitu C, H, O, dan N. Meskipun beberapa protein
mengalami kemungkinan untuk kehilangan kandungan senyawa mereka karakteristik
struktural saat denaturasi. Namun, kebanyakan protein tidak akan mengalami hal
tersebut, hanya saja tidak menutup kemungkinan juga protein akan mengalami
perubahan struktur kecil di dalamnya saat proses denaturasi terjadi.
E. PENGARUH PENGGARAMAN
DAN PENGERINGAN PADA PROTEIN IKAN
Protein ikan yang telah mati cepat mengalami kerusakan, karena adanya
mikroorganisme yang dapat menguraikan protein. Terjadinya kerusakan
protein ditandai dengan timbulnya bau busuk karena asam amino yang mengandung
sulfur telah berubah menjadi hidrogen sulfida. Dengan dilakukannya perendaman
dengan garam, kadar protein terlarut semakin tinggi. Dengan dilakukannya
pengeringan, kecenderungan kelarutan protein semakin turun. Peningkatan larutan
protein akibat penggaraman disebabkan karena struktur protein mengalami
pemutusan ikatan sehingga mnghasilkan molekul – molekul yang lebih kecil yang
menyebabkan kelarutannya bertambah. Pada proses pengeringan menyebabkan
turunnya kelarutan protein. Hal ini terjadi karena terbentuknya ikatan silang
dari disulfida sehingga menyebabkan kelarutan protein menurun.
Penggunaan kadar garam yang tepat akan mengikat protein agar tidak terjadi
peningkatan kelarutan. Kadar garam yang digunakan sebesar 15% dapat menghalangi
kerusakan protein dalam proses penggaraman. Sehingga semakin besar konsentrasi
garam dan semakin tinggi temperatur pengeringan maka kadar protein terlarut
akan semakin berkurang.
0 comments:
Post a Comment