Budidaya ikan Mas aatu tombro di desa Talun, kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, dilakukan secara polikultur dengan bandeng air tawar bersama ikan nila juga Patin. Untuk budidaya yang dilakukan mempergunakan pupuk Urea dan pupuk SP-36 dengan dosis per Ha kisaran 750 Kg s/d 1000 Kg.
Pemupukan dengan Urea yang kandunganya N cukup tinggi merupakan unsur pembentuk protein. Penyusunan
pakan ikan yang dapat memenuhi kebutuhan standar maupun produksi didukung oleh
pemenuhan sumber protein dan energinya. Kandungan risi ikan mas yang baik untuk
protein adalah 30 - 38%, kandungan lemak 4 -%, dan karbohidrat 30-40 %.
Protein
merupakan sumber energi yang paling ktif dan efisien yang digunakan untuk
pertumbuhan dibandingkan karbohidrat akeuchi
et al. 2002).
Menurut Furuichi (1988)
dari beberapa studi
kadar timum karbohidrat pakan untuk golongan ikan karnivora adalah
10-20% dan longan omnivore adalah 30-40%. Karbohidrat dalam pakan digunakan
sebagai tein sparring effet untuk memenuhi kebutuhan energi metabolisme basal
dan intenance. Sedangkan, protein pakan dapat dipergunakan sepenuhnya untuk pertumbuhan.
Pengetahuan
kebutuhan ikan budidaya sangat diperlukan guna mencapai rtumbuhan yang optimal
dan keberlangsungan sebagai industri. Protein adalah ah satu nutrien yang
sangat diperlukan oleh ikan. Menurut Webster & Lim 2002) menyatakan bahwa
kebutuhan protein harian untuk maintanance ikan mas alah 1g/ kg berat badan,
sedangkan untuk memperoleh retensi protein optimal da tubuhnya
membutuhkan protein 12
g/kg berat badan.
Protein yang butuhkan proses
pertumbuhan adalah 7-8 g protein per berat badan per hari. butuhan ikan akan
protein dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain jenis n, umur
ikan, ukuran ikan,
kualitas protein, pakan,
kecernaan pakan, dan ndisi lingkungan. Asam amino esensial
yang wajib ada pada komposisi pakan n adalah lisin (Furuichi 1988).
Kebutuhan
energi ikan mas dalam pakan lebih rendah daripada hewan rat. Ikan
mempunyai kebutuhan energi
lebih rendah sebab
ikan tidak mpertahankan suhu
tubuh secara tetap, juga ikan relatif memerlukan energi yang kurang
untuk mempertahankan posisi dan
bergerak dalam air dibanding mamalia dan
burung. Pakan yang dikonsumsi ikan akan menyediakan energi yang bagian besar
digunakan untuk metabolisme yang meliputi energi untuk hidup kok, energi untuk
aktivitas, energi untuk pencernaan makanan dan energi untuk rtumbuhan,
sedangkan sebagian yang lainnya dikeluarkan dalam bentuk feses n bahan ekskresi
lainnya (Webster & Lim 2002). Sumber energi lain yang peran sebagai protein sparring effect
selain karbohidrat adalah lemak. Lemak mpunyai peranan penting bagi ikan karena
berfungsi sebagai sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara bentuk dan
fungsi membran atau jaringan ng penting bagi organ tubuh tertentu, membantu
dalam penyerapan vitamin ng larut dalam lemak dan untuk mempertahankan daya apung tubuh (NRC 93). Ikan
mas dapat secara
efektif memanfaatkan lemak
dan karbohidrat agai sumber
energi non-protein. Energi
untuk seluruh aktivitas
tersebut harapkan sebagian besar
berasal dari nutrien
non protein (lemak
dan rbohidrat). Apabila sumbangan energi dari bahan non protein tersebut
rendah, ka protein akan
didegradasi untuk menghasilkan
energi, sehingga fungsi tein sebagai nutrien pembangun
jaringan tubuh akan berkurang. Menurut Shiau Huang (1990); Peres & Teles
(1999), menyatakan bahwa, protein sparing effect h karbohidrat
dan lemak dapat
menurunkan biaya produksi
(pakan) dan ngurangi pengeluaran
limbah nitrogen ke lingkungan.
Kebutuhan
vitamin dan mineral pada pakan ikan mas, dipengaruhi oleh bagai faktor
seperti ukuran ikan,
temperatur media pemeliharaan, dan mposisi
pakan. Pada pembuatan
pakan komersial pemberian
vitamin dan neral dapat
dilebihkan menjadi dua hingga lima kali dari kebutuhan dasar. Hal dikarenakan
pada proses pembuatan pellet, mengalami tekhnik extrution yang nggunakan suhu
tinggi, sehingga memungkinkan vitamin dan mineral rusak n larut, (Takeuchi et
al. 2002).
Mikroflora
Saluran Pencernaan Ikan
Mikroflora merupakan
mikroorganisme yang umum
ditemukan pada uran pencernaan
hewan terrestrial pemakan tumbuhan. Jenis mikroflora yang ing ditemukan adalah
bakteri, fungi, protozoa dan flagelata. Mulai dari hewan ng berukuran kecil
seperti rayap, hingga hewan vertebrata tingkat tinggi seperti sapi, domba,
dan kuda. Pada
hewan air, tipe fermentasi
mikroba yang mirip ngan hewan darat tidak dikenal kecuali
hanya pada ikan herbivore yaitu dari mily
Kyposidae. Jenis ikan
ini merupakan ikan pemakan rumput (Browser) ng
tidak memiliki suatu mekanisme penumbukan atau penghancuran secara
kanik pada bahan makanan yang
dikonsumsi. Mekanismenya adalah potongan makanan yang tercabik akan ditelannya,
proses pencernaan selanjutnya
rlangsung dikantung-kantung caeca
pada usus bagian
belakang. Di tempat ebut fermentasi secara mikroba
berlangsung secara intensif yang melibatkan bagai jenis bakteri, flagelata dan
protozoa bersilia, (Affandi dkk. 2009).
Komponen
sel tumbuhan yang relatif sulit untuk dicerna adalah dinding, hal ini
dikarenakan dinding sel tumbuhan tersusun oleh komponen selulosa n lignin
(polisakarida). Komponen tersebut di dalam saluran pencernaan hanya pat dihidrolisis oleh
enzim selulase. Pada
umumnya ikan tidak
dapat mproduksi selulase.
Enzim selulase biasa
diproduksi oleh mikroflora yang up bersimbiosis di dalam saluran
pencernaan, sebagaimana yang ditemukan da ikan mas koki, Carasius auratus,
(Migita & Hashimoto 1995) dan ikan mas, prinus carpio (Scherbina &
Kazlaushene 1994). Menurut Clarke & Bouchop 977) menyimpulkan bahwa
aktivitas selulase ada
hubungannya dengan biasaan ikan
mengkonsumsi detritus.
Pada
saluran pencernaan, mikroflora yang berkembang biak bukan saja kretor enzim
selulase, tetapi juga dapat menghasilkan berbagai jenis enzim dari lompok enzim
protease, lipase dan amylase. Berbagai enzim yang dihasilkan anjutnya akan
berperan dalam pencernaan ekstraseluler pada
lumen saluran ncernaan. Jenis mikroflora pada saluran pencernaan sangat
beragam, sebagai ntoh mikroflora dari
kelompok bakteri dapat terdiri dari:
Lactobacillus sp, brio sp,
Pseudomonas sp, Aeromonas sp, Bacillus sp, Flavobacterium sp, dan trobacter sp.
Mikroflora berperan dalam proses pencernaan (penghasil berbagai is enzim), juga
berperan sebagai penghambat pertumbuhan mikroba pathogen ik yang hidup di
saluran pencernaan maupun di media hidup biota air tersebut.
Faktor yang
sangat berpengaruh pada
pertumbuhan mikroorganisme alah
suhu. Pencernaan ikan memiliki sifat efisiensi pencernaan 5 sampai 10 kali ih
tinggi pada suhu 250C di bandingkan
pada suhu 500C. Dengan demikian, pada berapa isolasi mikrob saluran
pencernaan ikan digunakan suhu 250C, (Clarke n Bouchop, 1977).
Pertumbuhan mikroba
pada media kultur
menurut Gurmmings (2004), pat dibedakan menjadi 4 model
pertumbuhan; (a) Fase lag, selama tahap ini kteri beradaptasi dengan lingkungan
pertumbuhan. Periode ini merupakan tahap matangan bakteri dan belum dapat
membelah diri. Pada siklus pertumbuhan lag ase, sintesis RNA, enzyme dan molekul
lain terjadi, (b) Fase Log (eksponential ase), pada fase ini dicirikan dengan
terjadinya penggandaan sel, jumlah dari kteri yang baru bermunculan per unit
waktu yang proporsional dengan populasi al. Jika pertumbuhan tidak dibatasi ,
maka penggandaan sel akan terus terjadi gga lajunya konstan, sehingga
perbanyakan sel dan populasinya menjadi dua kali lipat seiring berurutan waktu.
Pada fase ini merupakan fase pertumbuhan esifik, pertambahan sel per unit
waktu. Fase ini tidak dapat terjadi secara terus nerus, karena lama-kelamaan
nutrien media akan berkurang dan terjadi numpukan sisa metabolism, (c) Fase stationer, pada fase ini terjadi rtumbuhan yang lamban karena
kekurangan nutrien pada media dan akumulasi oduk toksik.
Fase ini dicapai
ketika bakteri sudah
kehabisan energi untuk menuhi nutrisi dari media hidupnya.
Fase ini memiliki nilai yang konstan, laju rtumbuhan bakteri sama dengan
tingkat kematian bakteri, pada fase ini mikroba nderung memproduksi senyawa metabolit
sekunder seperti enzim, antibiotik n lain sebagainya dan (d) Fase
kematian (death phase), pada fase ini, bakteri habisan nutrien dan mati.
Mikroba yang
mengalami fase lethal,
akan lisis dan dapat dijadikan mber protein bagi inang. Model
pertumbuhan mikroba pada media kultur dapat mati pada Gambar 1. Berdasarkan
kebutuhan akan oksigen, mikroorganisme pat
dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu aerob,
anaerob dan fakultatif. ikroba aerob
adalah, mikroorganisme yang dapat tumbuh jika terdapat oksigen
lingkungannya. Oksigen diperlukan
karena energi hanya
dapat diperoleh lalui respirasi
aerobik, seperti halnya hewan dan manusia. Kelompok kedua alah mikroba anaerob,
yaitu mikroorganisme yang tidak membutuhkan oksigen tuk pertumbuhannya,
pertumbuhannya akan terhambat dengan adanya oksigen hkan diantaranya ada yang
sangat sensitive dan akan mati. Mikroorganisme ini ndapat energi dengan
respirasi anaerobik. Kelompok ketiga adalah mikroba ultatif, yaitu
mikroorganisme yang dapat tumbuh tanpa atau dengan adanya sigen. Kebutuhan
energi dapat dipenuhi dengan bergantung pada kondisi gkungan sekitar, (Waluyo
2008).
Daya
Kerja Antibiotik
Salah satu
jenis zat antimikroba
disebut dengan antibiotik.
Antibiotik alah suatu substansi
(zat kimia) yang
diperoleh dari atau
dibentuk dan hasilkan oleh
mikroorganisme. Kelebihan dari
antibiotik adalah, meskipun lam jumlah yang sedikit mempunyai daya hambat kegiatan mikroorganisme
n. Antibiotika memiliki beberapa sifat antara
lain; menghambat atau membunuh bakteri pathogen, dapat bersifat
bakterisidal dan bakteriostatik, rspektrum luas, tetap aktif
dalam plasma, cairan badan atau eksudat, dan larut alam air. Ada beberapa mekanisme kerja antibiotik antara lain;
(1) mpengaruhi dinding sel
seperti; amphisilin, sikloserin
dan vankomisin, (2) mpengaruhi
fungsi membran sel seperti; polimiksin, kolistin dan nistatin, (3) nghambat
sintesis protein seperti; streptomisin, tetrasiklin dan kloramphenikol,
menghambat sintesis asam
nukleat seperti; novobiosin,
sulfonamide dan metoprim (Waluyo
2008).
Penelitian lain
menyebutkan bahwa penggunaan
jenis antibiotik tertentu mpu menurunkan populasi mikroba
serta aktivitas enzim selulase dan protease. tivitas selulase berhubungan
dengan kebiasaan makanan pada ikan, termasuk ikan mas
sebagai ikan omnivora
yang memiliki kecenderungan ke herbivora. lulase diproduksi oleh mikroflora
usus. Selulase mikroflora pada usus ikan mas ah ditemukan oleh Scherbina &
Kazlauskene (1971). Das & Tripatih (1991) laporkan aktivitas enzim selulase
pada ikan grass carp (Cyprinus sp) menurun tika diberi pakan yang mengandung tetrasiklin.
Jenis ikan Cherac adricarinatus yang diberi pakan mengandung 100 IU/mL
penicilin dan 100 /L streptomycin per kg pakan selama 8 hari, menunjukkan
penurunan aktivitas zim selulase pada saluran pencernaan sebanyak 40% dan
populasi mikroflora % lebih rendah dibandingkan kontrol.
Penggunaan
senyawa antibiotik untuk sub terapeutik (prophylactic) seperti ncegahan
penyakit dan memacu
pertumbuhan ternak terrestrial
dan akuatik us meningkat
menyebabkan tekanan selektif
pada mikroba serta
memacu nculnya resistensi pada
berbagai bakteri, sehingga
untuk sejumlah kasus nyakit pengendaliannya
menjadi lebih sulit (WHO 1998). Penggunaan
tibiotik pada panti pembenihan Pecten maximus berhasil menurunkan populasi
kteri Vibrio sp secara
signifikan, tetapi 1 dari 21
strain yang ada
terbukti njadi resisten terhadap
khloramfenikol (Irianto 2003).
Permasalahan tidak nya karena
terbentuknya dan berkembangnya
bakteri-bakteri yang resisten elah terpapar antibiotik tersebut,
tetapi juga terjadinya transfer gen-gen resisten bakteri lainnya
yang sebelumnya tidak
pernah terpapar antibiotik
tersebut hite et al, 1999). Berdasarkan kekahwatiran tersebut,
alternative pengendalian nyakti telah dilakukan, antara lain penggunaan vaksin
dan immunostimulan n-spesifik (WHO 1998).
Mantul
ReplyDelete