Friday, November 7, 2014

PENGOLAHAN BANDENG (Channos channos Forsk) DURI LUNAK

November 07, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Salah satu produk perikanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat adalah ikan bandeng. Ikan bandeng merupakan suatu komoditas perikanan yang memiliki rasa cukup enak dan gurih sehingga banyak digemari masyarakat. Selain itu, harganya juga terjangkau oleh segala lapisan  masyarakat.  Ikan bandeng    digolongkan  sebagai  ikan berprotein  tinggi  dan berkadar lemak rendah.
Pada umumnya ikan bandeng diolah secara tradisional antara lain dengan cara pengasapan, penggaraman dan pemindangan. Cara pengolahan tersebut hanya merubah komposisi daging, rasa serta tekstur ikan, tetapi tidak dapat melunakkan tulang yang banyak terdapat dalam daging ikan bandeng. Untuk mengatasi gangguan tulang – tulang ini, ada suatu cara pengolahan khusus yang produknya disebut bandeng duri lunak.
Menurut Astawan (2004), salah satu upaya untuk mengatasi hambatan dalam pemanfaatan ikan bandeng adalah mengolah ikan bandeng secara duri lunak. Di Indonesia, produk bandeng duri lunak mulai dikenal walaupun jumlah produksinya masih dibawah ikan asin maupun  ikan pindang,  tetapi pada masa yang akan datang pengolahan  ikan Bandeng secara duri lunak cukup cerah prospeknya. Cita rasa yang dimiliki pun jauh lebih enak dibandingkan dengan ikan yang diolah secara diasin maupun dengan cara lainnya.
Pengertian Bandeng Duri Lunak
Salah  satu  hasil  olahan  ikan  bandeng  adalah  bandeng  duri  lunak.  Mempunyai  ciri hampir sama dengan pindang bandeng, dengan kelebihan yakni tulang, duri dari ekor hingga kepalanya  cukup  lunak,  sehingga  dapat  dimakan  tanpa  menimbulkan  gangguan  duri  pada mulut (Arifudin, 1988).
Menurut SNI No: 4106.1-2009, bandeng presto/duri lunak adalah produk olahan hasil perikanan   dengan  bahan  baku  ikan  utuh  yang  mengalami   perlakuan   sebagai  berikut: penerimaan bahan baku, sortasi, penyiangan, pencucian, perendaman, pembungkusan, pengukusan, pendinginan, pengepakan, pengemasan, penandaan, dan penyimpanan.
Bandeng duri lunak merupakan salah satu jenis diversifikasi pengolahan hasil perikanan  terutama  sebagai  modifikasi  pemindangan  yang memiliki  kelebihan  yaitu tulang dan duri dari ekor sampai kepala lunak sehingga dapat dimakan tanpa menimbulkan gangguan duri pada mulut (Arifudin, 1988).
Dalam pengolahan  bandeng  duri lunak dapat dilakukan  dengan 2 cara yaitu secara tradisional dan modern. Pada pengolahan bandeng duri lunak secara tradisional, wadah yang digunakan untuk memasak biasanya berupa drum yang dimodifikasi atau dandang berukuran besar. Pengolahan  bandeng  duri lunak secara tradisional  menggunakan  prinsip pengolahan ikan pindang.
Pengolahan  bandeng  duri  lunak  secara  tradisional  dilakukan  dengan  menggunakan prinsip  pemindangan.  Dalam proses  pemindangan,  ikan  diawetkan  dengan  cara  mengukus atau   merebusnya   dalam   lingkungan   bergaram   dan  bertekanan   normal,   dengan   tujuan menghambat aktivitas atau membunuh bakteri pembusuk maupun aktivitas enzim (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
Secara  modern,  pengolahan   bandeng  duri  lunak  menggunakan   autoclave   untuk memasak. Prinsip penggunaan autoclave pada pemasakan bandeng duri lunak adalah dengan cara menggunakan  tekanan  tinggi,  sekitar  1 atmosfer.  Dengan  tekanan  yang tinggi proses pemasakan  bandeng  duri  lunak  dengan  autoclave  akan  lebih  cepat  matang  dengan  lama sekitar 2 jam dan tulang ikan dapat segera lunak daripada menggunakan drum atau dandang. Menurut Arifudin (1983), pengolahan bandeng duri lunak merupakan salah satu usaha diversifikasi.  Proses  pengolahan  menggunakan  suhu  yang  tinggi  (115  -  121°C),  dengan tekanan satu atmosfir. Suhu dan tekanan yang tinggi ini dicapai dengan menggunakan  alat pengukus bertekanan tinggi (autoclave) atau dalam skala rumah tangga dengan  alat pressure cooker.
Proses pengolahan bandeng duri lunak dengan uap air panas bertekanan tinggi menyebabkan tulang dan duri menjadi lunak. Selain itu uap air panas yang bertekanan tinggi ini  sekaligus  berfungsi  menghentikan  aktifitas  mikroorganisme  pembusuk  ikan,  kerasnya tulang ikan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik pada tulang. Bahan anorganik meliputi  unsur-unsur  kalsium,  phosphor,  magnesium,  khlor  dan  flour  sedangkan  bahan organik adalah serabut-serabut kolagen. Tulang menjadi rapuh dan mudah hancur bila bahan organik yang terkandung di dalamnya larut (Soesetiadi, 1977).
3. Bahan – bahan yang digunakan
Ada beberapa jenis bahan yang digunakan pada proses pembuatan bandeng duri lunak antara lain:
a. Ikan Bandeng
Menurut Ghufron (1994), ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dapat tumbuh hingga mencapai 1,8 m, anak ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) yang biasa disebut nener yang biasa ditangkap di pantai panjangnya sekitar 1 -3 cm, sedangkan gelondongan berukuran 5-8 cm.
Ikan  yang  digunakan  sebagai  bahan  baku  pembuatan  bandeng  duri  lunak  harus memiliki tingkat kesegaran yang tinggi sehingga produk bandeng duri lunak yang dihasilkan memiliki  mutu yang lebih baik. Mutu produk yang dihasilkan  tergantung  dari bahan baku maupun proses pengolahan yang dilakukan. Berikut adalah ciri-ciri ikan segar yang bermutu tinggi maupun yang bermutu rendah.
Bumbu
Bumbu memegang peranan penting karena menentukan cita rasa produk akhir. Selain itu daya awet ikan Bandeng duri lunak juga dapat ditunjang oleh penggunaan bumbu dalam proses pengolahannnya.   Ada 2 macam bumbu yang digunakan dalam pembuatan Bandeng duri  lunak,  yaitu  bumbu  rendam  dan  bumbu  urap.  Istilah  tersebut  mengacu  pada  cara perlakuan  pada waktu memberikan  bumbu, ada yang digunakan  untuk merendam  bandeng dan ada yang diurapkan ke seluruh tubuh bandeng. Bahkan ada juga yang langsung merebus bandeng  dalam  larutan  garam.  Cara  terakhir  ini  biasanya  digunakan  dalam  pembuatan bandeng duri lunak secara tradisional, yang memakan waktu sekitar 6 sampai 7 jam (Purnomowati, 2006).
Komposisi  bumbu yang digunakan  untuk merendam  ikan bandeng  yang akan dibuat bandeng duri lunak adalah sebagai berikut:
Komposisi bumbu yang digunakan untuk merendam ikan bandeng untuk  1 kg ikan (ukuran 5 ekor per kg)
Jenis Bahan     Komposisi Bumbu
Bawang Merah : 20 gram
Bawang Putih : 10 gram
Jahe : 5 gram
Kunyit : 5 gram
Lengkuas : 5 gram
Ketumbar : 0,5 sendok teh
Kemiri : 1-2 buah
Air : 0,5 gelas belimbing
Daun Jeruk Purut        1 lembar Daun Salam 2 lembar Garam Dapur            20 gram Cabai, Asam (tanpa biji) dan Penyedap Rasa secukupnya
Alat yang digunakan
Dalam proses pembuatan bandeng duri lunak ada beberapa alat yang digunakan antara
a.  Pengolahan secara tradisional
           Drum-drum perebusan
          Pisau
           Timbangan roti
           Keranjang plastic
          Munthu
           Keranjang bamboo
          Kompor
           Blung
           Ember plastik kecil
           Daun pisang
           Kranjang stainless steel
          Baskom
           Ember plastik
Pengolahan secara modern
          Autoclave
          Pisau
           Timbangan electric
           Baskom besar
          Munthu
           Wadah plastic
           Rak besi
           Kompor gas
          Sarangan
          Blung
          Baskom
           Baskom kecil
           Kipas angin
           Ruang pendingin
Penerimaan bahan baku
Ikan bandeng dari tambak ditempatkan di keranjang-keranjang plastik kapasitas 10 kg dengan pemberian  es secara selang-seling  agar kesegaran  ikan tetap terjaga. Perbandingan banyaknya es curai dengan ikan yang digunakan adalah 3:2 agar ikan terjaga kesegarannya. Ikan bandeng kemudian langsung disiangi dan segera diolah untuk menghindari pembusukan. Selain itu, ikan bandeng yang sudah disiangi juga dapat disimpan di ruang pendingin sebagai stock  pada temperature  -20ºC  s/d -30ºC.  Jika akan diolah,  ikan bandeng  dikeluarkan  dari ruang pendingin kemudian didiamkan dalam ruangan terbuka kurang lebih 5 jam sampai ikan bandeng sudah tidak keras lagi tetapi masih tetap dingin (Aditya, 2008).
Pencucian
Ikan yang  sudah  disiangi,  langsung  dicuci  dengan  air bersih  (air PAM  yang  telah diendapkan atau air sumur) yang mengalir sebanyak 4-5 kali sampai kotoran yang menempel pada  tubuh  ikan  hilang.  Ikan  yang  sudah  dicuci  bersih  ditempatkan  dalam  ember  untuk persiapan proses pelumuran bumbu.
Pencucian   pada  ikan  bandeng   bertujuan   agar  kotoran,   darah,  dan  lendir  yang menempel pada permukaan tubuh ikan hilang.  Menurut Irawan (1997), tujuan pencucian juga bertujuan untuk membebaskan  ikan dari bakteri pembusuk. Ikan yang sudah disiangi harus dicuci  sampai  bersih  karena  sisa  lendir  maupun  kotoran  lain  yang  ada  pada  ikan  dapat mempercepat proses pembusukan.
Pelumuran bumbu
Pada  pengolahan  bandeng  duri  lunak  secara  modern  dilakukan  proses  pelumuran bumbu. Pelumuran  bumbu dilakukan  apabila ikan sudah dicuci dan bersih. Bumbu-bumbu yang digunakan untuk bagian dalam ikan bandeng hampir sama, yaitu bawang putih, jahe, kunyit dan garam. Sisa garam digunakan persiapan bumbu untuk dioleskan bagian luar tubuh ikan. Untuk mempertegas warna dan kenampakan bandeng duri lunak dapat dilakukan penambahan pewarna food grade.
Bumbu–bumbu tersebut dihaluskan dengan menggunakan cobek atau blender. Penambahan bumbu-bumbu dalam proses pembuatan bandeng duri lunak bertujuan untuk mempertegas  rasa  dan  aroma  dan  apabila  tidak  ditambahkan  kunyit  dalam  bumbu  warna bandeng duri lunak akan terlihat pucat dan kurang menarik. Kunyit merupakan zat pewarna alami karena mengandung kurkumin yang akan memberikan warna kuning.
Sedangkan  jahe  maupun  serai  yang  pada  proses  pembuatan  bandeng  duri  lunak direndam dalam air yang terletak pada dasar autoclave.
Pada  pengolahan  bandeng  duri  lunak  secara  tradisional  tidak  dilakukan  proses pelumuran bumbu tetapi ikan bandeng langsung disusun pada drum-drum.
Penyusunan ikan
Pemasakan  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan  drum-drum               perebusan  (secara tradisional)             maupun           autoclave         (secara             modern).          Pada    proses pemasakan       dengan menggunakan  drum-drum  (secara  tradisional)  perebusan  dilakukan  dengan  cara ikan yang sudah dibumbui disusun dalam keranjang segi empat dari stainless steel yang sudah dilapisi dengan   daun   pisang   disekelilingnya.   Hal   ini   dimaksudkan   agar   ikan   tidak   langsung bersentuhan dengan keranjang stainless steel sehingga ikan bandeng tidak lengket ketika akan diangkat selain itu bau yang akan dihasilkan setelah proses perebusan akan terasa lebih sedap.
Penyusunan  ikan selain berselang-seling,  pada tiap lapisan ikan ditambahkan  garam sampai ikan tertutup dengan tebal lapisan garam 0,5 cm untuk setiap lapisnya. Setelah ikan tersusun rapi, pada tiap keranjang diberi penutup kertas koran. Penambahan garam pada tiap lapisan ikan bertujuan agar ikan dapat terendam larutan garam selama proses pemasakan. Hal ini karena garam bersifat menarik air dari tubuh ikan.
Sedangkan proses pengolahan dengan menggunakan autoclave (secara modern) adalah sebagai  berikut  sebelum  ikan  disusun  dalam  autoclave,  air  bersih  dimasukkan  ke  dalam autoclave sebanyak 1-2 liter.  Ikan yang telah dibumbui dibungkus daun pisang sebanyak satu lembar satu persatu kemudian dimasukkan ke dalam autoclave. Ikan disusun berlapis-lapis. Lapisan pada penyusunan ikan terdiri dari 4 - 5 lapisan.  Jika lapisan dasar posisi kepala ikan berada dalam satu sisi, maka lapisan diatasnya harus di sisi yang berlawanan. Demikian seterusnya sampai panci penuh dan padat. Perlakuan seperti itu dimaksudkan agar ikan teratur rapi sehingga autoclave dapat menampung ikan lebih banyak dan mengurangi kerusakan fisik ikan.
Kapasitas  autoclave  yang digunakan  dapat bermacam-macam  tergantung  kebutuhan anatara lain 5 kg, 10 kg, 15 kg dan lain-lain. Autoclave yang digunakan harus dalam keadaan bersih dan kering. Bagian terpenting dari autoclave terletak pada kekuatan alat pengunci dan kelenturan tangkainya untuk menahan tekanan di dalam alat tersebut sehingga sebelum digunakan harus diteliti terlebih dahulu agar tidak terjadi gangguan selama pengolahan.  Di bagian penutup yang dilengkapi dengan karet harus dikontrol kerapatannya. Posisi karet harus melingkar dan lekat tak terpisahkan dengan komponen penutup lainnya. Karet harus utuh dan keras namun kenyal (elastis). Bagian pengunci harus terpasang dengan baik. Demikian pula stik harus tegak dan kuat, tidak bisa digerak-gerakkan (tidak goyah).
Pemasakan
Pemasakan  bandeng duri lunak dengan menggunakan  drum maupun autoclave  juga terdapat   perbedaan.   Pemasakan   dengan   menggunakan   drum  (secara   tradisional)   dapat dilakukan  dengan  drum  yang  akan  digunakan  diperiksa  terlebih  dahulu  apakah  masih berfungsi dengan baik dan tidak ada bagian-bagian yang sudah rusak. Setelah itu, air bersih secukupnya ke dalam drum. Air dipanaskan selama setengah jam sampai air mendidih atau sampai  suhunya  mencapai  100oC,  baru kemudian  keranjang  stainless  steel dimasukkan  ke dalam drum dengan menggunakan katrol. Agar keranjang stainless steel tetap terendam air, tiap  keranjang  stainless  steel  diberi  pemberat.  Kemudian  drum  ditutup  dan  ikan  direbus selama 10 jam.
Selama perebusan, suhu dipertahankan agar tidak turun dari suhu 100oC yaitu dengan cara menjaga nyala api agar tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga bandeng duri lunak matang dengan baik.
Proses  pemasakan  dengan  autoclave  (secara  modern)  setelah  ikan  tersusun  rapi, autoclave ditutup rapat. Cara menutup autoclave adalah pengunci diputar searah jarum jam dengan  tang  dan  pengunci  yang  berlawanan  arahnya  juga  ikut  diputar  bersamaan  sampai terasa berat atau tidak dapat diputar lagi kemudian stick penyangga dirapatkan dengan tangkai penutup  dan  dikunci  dengan  cara  ditekan  sampai  berbunyi  klik.  Hal  ini  didasarkan  pada pendapat  Djarijah  (1995),  bahwa           ketika  dipakai  pengunci  dan  stik  berfungsi  secara bersamaan. Stik berfungsi sebagai penyangga tangkai penutup, sementara pengunci berfungsi sebagai penekannya. Dengan demikian kerapatan badan autoclave (pressure cooker) dan penutupnya menjadi kuat saat disatukan.
Agar mempercepat proses pemasakan bandeng duri lunak dapat dilakukan dengan memanfaatkan suhu tinggi untuk meningkatkan tekanan. Untuk memaksimalkan panas yang dihasilkan oleh kompor gas, ditambah beberapa saluran gas untuk menyemprotkan api lebih besar sehingga tekanan dapat meningkat sesuai yang diinginkan dengan waktu yang singkat. Jika tekanan sudah mencapai 1,5 atm, saluran gas tambahan dimatikan agar tekanan stabil.
Selama pemasakan api kompor gas harus terus dikontrol jangan sampai api menjadi kecil maupun membesar. Nyala api yang digunakan adalah sedang, dijaga agar tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlalu kecil, apabila nyala api terlalu besar kemungkinan penguapan air terlalu cepat sehingga air habis sebelum waktunya sedangkan ikan belum lunak (Djariyah,
1995).
Pendinginan
Bagi  pemasakan  yang  menggunakan  drum (secara  tradisional),  proses  pendinginan dapat dilakukan dengan cara kompor gas dimatikan dan tutup drum dibuka. Uap air panas akan keluar. Kemudian keranjang stainless steel dikeluarkan dengan menggunakan katrol dan ditiriskan.
Ikan  didinginkan  dengan  cara  diangin-anginkan  pada  suhu  ruangan.  Setelah  agak dingin keranjang stainless steel tersebut ditutup dengan menggunakan tutup yang bersih agar bandeng duri lunak tidak terkena debu atau kotoran lain. Pendinginan  dalam ruangan yang tidak terjamin  kebersihannya  akan menyebabkan  kontaminasi  karena itu perlu adanya alat pelindung.
Sedangkan proses pendinginan dengan menggunakan autoclave (secara modern) pada proses  pemasakannya  dilakukan  dengan  cara  autoclave  didiamkan  selama  setengah  jam sampai  tidak mengeluarkan suara mendesis agar uap yang ada di dalam panci keluar semua dan tekanan dalam panci turun. Hal ini dilakukan untuk mencegah rusaknya karet katup pengaman panas.
Setelah  dingin  ikan  diangkat  satu  persatu  dengan  hati-hati  kemudian  di  letakkan berjajar di atas rak besi untuk diangin-anginkan pada suhu ruangan.
Pengemasan
Daya awet ikan bandeng tergantung dari proses pengemasan bandeng duri lunak. Ada pengolah  yang  hanya  menggunakan  palstik  ada juga  yang  menggunakan  plastic  dan juga kertas karton. Bahkan untuk memperlama daya awet ikan dilakukan dengan cara proses pemvakuman  pada kemasan  ikan. Bandeng duri lunak yang dikemas tanpa divakum dapat bertahan selama 2 hari apabila disimpan di ruangan dan dapat bertahan hingga 5 hari apabila disimpan  di suhu dingin. Tetapi apabila bandeng duri lunak disimpan  dengan cara vakum dapat bertahan hingga 1 bulan.
Kantong palstik yang digunakan adalah jenis kantong plastic polyethylene. Sedangkan kertas yang digunakan adalah kertas karton dengan berbgai macam ukuran tergantung satuan produk yang akan dikemas.
Pada  kemasan  bandeng  duri  lunak  sebaiknya  memuat  komposisi  bumbu,  alamat tempat  pengolahan,  nomor  Depkes,  dan  nama  dagang  produk,  karton  pengemasan  selain untuk   memberikan   informasi   bagi   konsumen   tetapi   juga   dapat   menarik   konsumen. Penggunaan  plastik  polyethylene   sudah  benar  karena  polyethylene  bersifat  tahan  panas, penahan air yang baik selain juga murah (Buckle et al., 1987).
Mutu produk bandeng duri lunak mempengaruhi terhadap tingakt pemenuhan gizi bagi konsumen  maupun  dalam harga jual produk  bandeng  duri lunak. Berikut  adalah  beberapa parameter mutu bandeng duri lunak.
Ikan  bandeng  duri  lunak  yang  baik  harus  memenuhi  kriteria  tertentu.  Cara  paling mudah untuk menilai mutu ikan bandeng duri lunak adalah dengan menilai mutu sensorisnya (Wibowo, 1996).
Keamanan Produk
Agar diperoleh produk dengan mutu yang mantap  dan stabil, proses pengolahan harus dilakukan secara rasional dan baku. Rasionalisasi dan standardisasi hendaknya dilakukan mulai dari bahan baku, bahan pembantu, proses pengolahan, sampai lingkungan pengolahan. Kondisi fisik dan  bakterial,  komposisi  kimia,  serta  kesegaran  bahan  baku  dan  bahan  pembantu  (Bahan Tambahan   Pangan-BTM),   harus   diketahui   untuk   memilih   proses   pengolahan   yang   tepat. Penggunaan  bahan  tambahan  berupa  zat  pengawet  atau  antibiotik  berisiko  tinggi  terhadap kesehatan dan keselamatan konsumen mengingat masih sulitnya mengontrol jenis dan dosis yang  digunakan,   terutama  pada  jenis  pengolahan   tradisional.   Dengan  standardisasi   maka konsumen akan mendapatkan produk yang sesuai dengan yang seharusnya. Kondisi ini juga akan membuka peluang pengembangan pemasaran  produk  olahan  tradisional,  termasuk  di  luar  negeri (Heruwati, 2002).
Ada beberapa  alternatif  bahan  tambahan  food grade yang digunakan  dalam proses pembuatan bandeng duri lunak. Para pengolah dapat menggunakan  bahan pengawet, bahan pewarna maupun bahan penyedap yang dijinkan dan tidak dilarang. Bahan pengawet yang dapat digunakan  oleh para pengolah ikan antara lain: chitosan, asap cair, bumbu-bumbuan yang dapat berfungsi  sebagai  pengawet  (Romadhon  et al., 2008).  Pewarna  alami  maupun sintesis yang dapat digunakan antara lain kunyit dan egg yellow. Bahan penyedap yang dapat digunakan antara lain Monosodium glutamat. Penggunaan bahan-bahan yang diijinkan akan membuat produk yang dihasilkan aman dikonsumsi oleh konsumen. Penggunaan bahan-bahan yang dilarang oleh pemerintah  akan menyebabkan  produk yang dihasilkan  tidak aman dan beresiko  menyebabkan  penyakit  bagi  konsumen  yang  memakannya.  Bahan-bahan  yang dilarang  digunakan  adalah  pewarna  jenis  methanil  yellow.  Methanil  yellow  umumnya digunakan sebagai pewarna tekstil dan cat serta sebagai indikator reaksi netralisasi asam-basa. Methanil yellow adalah senyawa kimia azo aromatik amin yang dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan atau jaringan kulit.
Selain itu pengolah bandeng duri lunak harus menerapkan standar sanitasi dan higiene sehingga produk yang dihasilkan akan aman dikonsumsi.  Sanitasi merupakan pengendalian yang  terencana   terhadap   lingkungan   produksi,   peralatan   dan  pekerja,  bertujuan   untuk mencegah  produk dari cemaran  yang merugikan  dan merusakkan  serta menghindari  kesan tidak estetis oleh konsumen. Cemaran yang dimaksud terutama yang membahayakan seperti cemaran yang mikroorganisme  yang dapat menimbulkan  adanya gangguan  kesehatan  pada manusia. Pelaksanaan sanitasi yang baik akan mendapatkan produk  yang tidak membahayakan konsumen, hasil yang lebih tahan lama karena tidak ada bahan cemaran yang mempercepat  pembusukan dan kemantapan hasil olahan. Sedangkan  hygiene (kebersihan) merupakan salah satu dasar untuk menjamin keamanan dan mutu pangan yang sudah dikenal di seluruh dunia. Menjaga kebersihan / hygiene menjadi tanggung jawab semua warga negara, tanpa memandang tingkatan ekonomi maupun taraf hidup terutama dalam bidang pengolahan bahan  makanan  termasuk  pada  pengolahan  bandeng  duri  lunak,  sehingga  produk  yang dihasilkan akan lebih aman dikonsumsi oleh konsumen.

0 comments:

Post a Comment