Perkembangan
budidaya sidat d Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1990-an, namun hasilnya
belum sesuai dengan harapan. Di Jepang, budidaya sidat telah dimulai sejak
tahun 1894 dengan spesies Anguilla japonica dan memproduksi sekitar 24.000
ton/tahun (Usui, 1974). Tingkat keberhasilan budidaya sidat di Indonesia
tergolong rendah karena disamping minimnya pengetahuan masyarakat tentang sidat
(sidat tidak sepopuler ikan mas, nila atau lele) juga belum adanya teknologi
standar/ baku yang menjadi petunjuk pelaksanaan budidaya sidat.
Kegiatan budidaya sidat yang
dikembangkan saat ini masih mengandalkan benih dari alam. Pada kegiatan
budidaya pembesaran sidat ini diarahkan kepada pembesara di area tambak.
Tujuan kegiatan pengembangan
budidaya pembesaran sidat adalah untuk mengetahui padat tebar yang ideal untuk
pertumbuhan sidat di petak pembesaran dan diharapkan dapat menjadi bahan acuan
bagi pengembangan budidaya sidat di Indonesia.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan
budidaya pembesaran sida
Metode
kerja
a.
Persiapan
Kegiatan pengembangan budidaya
pembesaran sidat ini dimulai dengan mempersiapkan lahan tambak yang akan
digunakan untuk proses budidaya. Jumlah petakan tambak yang digunakan sebanyak
3 petak dengan luas 5.000 m2/petak dan berbentuk persegi panjang.
Tahapan persiapan lahan tambak
budidaya pembesaran sidat adalah sebagai berikut :
1. Kolam
dikeringkan selama 2 – 3 hari sampai tanah dasar relatif kering (kadar
air 15 – 20 %).
2. Melakukan pengupasan tanah dasar
sedalam 5 – 10 cm dengan menggunakan cangkul.
3. Melakukan pengangkatan tanah hasil
kupasan ke atas pematang, hal ini bertujuan untuk meninggikan tanggul.
4. Melakukan perataan dan pemadatan dasar
kolam budidaya.
5. Kolam dikeringkan selama 5 – 7 hari,
hal ini bertujuan agar gas-gas berbahaya yang terkandung dalam tanah dapat
keluar.
6. Melakukan pengukuran kualitas tanah
dasar kolam budidaya.
7. Selama pengeringan dilakukan pembuatan
jembatan ancho yang bertujuan sebagai sarana dalam pemberian pakan.
8. Membuat pagar biosecurity (fencing)
yang bertujuan untuk menjaga sanitasi dan menghindari hama dan penyakit ke
dalam kolam.
Persiapan
air media budidaya
Pengisian air media pada tambak
pembesaran budidaya sidat dimulai dengan pengisian air. Tahap persiapan air
media adalah :
1. Pengisian air kedalam petakan tambak
setinggi ± 100 – 150 cm dengan menggunakan pompa submersible 10 inchi. Air
media budidaya yang digunakan berasal dari tandon yang terlebih dahulu diukur
kualitas airnya.
2. Dilakukan pemberantasan hama
menggunakan saponin dengan dosis 20 – 25 ppm.
3. Melakukan pengukuran kualitas air
dengan tujuan untuk memastikan kesesuaian kualitas air media dengan standar
budidaya.
c.
Penebaran benih
Langkah awal sebelum benih ditebar
adalah dengan melakukan proses aklimatisasi. Benih yang baru tiba terlebih
dahulu dihitung dan ditimbang kemudian diaklimatisasi pada bak ukuran 3 m x 5 m
selama 3 – 5 hari. Selanjutnya dilakukan pemberian garam (dosis 200 ppm) ke
dalam bak yang bertujuan untuk membunuh parasit yang menempel pada tubuh sidat.
Proses penebaran sidat dilakukan secara perlahan-lahan agar tidak melukai tubuh
sidat dan menghindari terjadinya stress.
Untuk melihat pertumbuhan optimal
benih sidat dilakukan penebaran benih dengan ukuran berat yang berbeda. Jumlah
padat tebar yang digunakan pada petakan tambak disajikan pada.
Pemeliharaan
Pemberian
pakan
Untuk mempercepat proses tumbuh
sidat dilakukan pemberian pakan. Pakan yang digunakan adalah pakan berbentuk
pellet dan tidak dicampur dengan antibiotik atau obat-obatan terlarang lainnya.
Dosis pakan yang digunakan berkisar 1 – 2 % dari biomass. Pemberian pakan
dilakukan 2 (dua) kali sehari, yaitu pada pagi hari (pk. 07.00 – selesai) dan
sore (pk. 16.00 – selesai) dengan prosentase 40 % : 60 %. Pakan diberikan
dengan menggunakan ancho, hal ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan pakan
sidat.
Sampling
pertumbuhan dan kesehatan
Untuk mengetahui pertumbuhan dan
kesehatan sidat secara periodik dilakukan sampling. Sampling dilakukan 1 (satu)
bulan sekali dengan menggunakan ancho. Wadah ancho yang telah disiapkan
ditaburi pakan pellet kemudian dibenamkan ke dalam air (± 5 – 10 cm di bawah permukaan air),
diamkan beberapa saat. Dengan cara ini sidat akan naik ke dalam ancho. Setelah
sidat berkumpul, angkat ancho dan sidat dipindahkan ke wadah lain (sterofoam)
untuk kemudian diukur dan ditimbang. Pengukuran dilakukan terhadap sampel
dengan parameter panjang dan berat. Hasil pengukuran digunakan untuk menentukan
pertumbuhan (ADG), FCR, biomass dan penentuan kebutuhan pakan. Pada saat
bersamaan dilakukan juga monitoring terhadap kesehatan sidat, yaitu dengan
memperhatikan kelengkapan organ tubuh, keberadaan organisme penempel dan
tingkah laku sidat. Pengamatan dapat dilanjutkan dengan pemeriksan secara
mikroskopik di laboratorium.
Pengukuran
parameter kualitas air
Kontrol terhadap pemeliharaan
kondisi lingkungan adalah faktor yang sangat penting dalam keberhasilan
budidaya ikan termasuk budidaya sidat. Secara umum, dibawah suhu 120C, sidat
tidak bergerak aktif (inactive), sidat akan bersembunyi atau beristirahat di
bawah lumpur atau batu yang ada di dalam kolam dan tidak menunjukkan respon
terhadap pakan yang diberikan sehingga akan berdampak terhadap pertumbuhan yang
minim (Forrest, M. David, 1976).
Suhu air yang ideal dalam budidaya
sidat adalah 23 – 300C, pada suhu 260C dibutuhkan oksigen 2 ml/L dan pH 7,
sedangkan pada suhu 280C dibutuhkan oksigen sebesar 6 ml/L dan pH 9 (Usui
Atsushi, 1974).
Panen
Panen merupakan kegiatan akhir dalam
proses budidaya. Pada proses pemanenan sidat, dapat dilakukan secara total atau
bertahap (skimming) disesuaikan dengan permintaan pasar. Panen dilakukan pada
pagi hari disaat suhu air tidak terlalu tinggi. Proses pemanenan dimulai dengan
pengurangan volume air secara bertahap dengan membuka pintu pengeluaran dan
dibantu dengan pompa serta menutup pintu pemasukan air. Air yang mengalir pada
pintu pengeluaran (outlet) disaring dengan menggunakan kantong yang terbuat
dari saringan hitam. Selanjutnya sidat ditangkap dengan menggunakan alat
tangkap seperti sudu atau jaring kantong. Sidat hasil tangkapan selanjutnya
ditampung dalam drum atau blong. Setelah blong terisi penuh, segera bawa ke bak
pemberokan yang bertujuan untuk membersihkan isi perut agar selama pengangkutan
tidak mengeluarkan feses yang dapat menurunkan kualitas air media.
Pertumbuhan
Berdasarkan data pertumbuhan
budidaya pembesaran sidat selama masa pemeliharaan, menunjukkan persentase
kenaikan pertumbuhan pada petak DIV-1 lebih tinggi, yaitu 54.95 % disusul petak
BI-9 sebesar 33.33 % dan terendah petak BI-3 sebesar 13.41%. Perbedaan kenaikan
pertumbuhan ini cukup tinggi, diduga berat awal individu serta luasan area
budidaya yang digunakan mempengaruhi pertumbuhan. Kemungkinan pada ukuran yang
lebih kecil (100 gr) kecepatan pertumbuhan lebih optimal, dimana luasan lahan
dengan ukuran yang digunakan cukup ideal. Selain itu pakan yang diberikan,
diduga termanfaatkan secara optimal serta didukung oleh ketersediaan oksigen
dan parameter lingkungan lainnya yang layak bagi pertumbuhan sidat.
Berdasarkan data yang diperoleh
dapat juga dilihat, bahwa semakin besar berat awal yang digunakan, semakin
kecil kenaikan pertumbuhan. Hal ini, diduga akibat persaingan dalam perolehan
pakan. Petakan dengan jumlah biomass yang lebih besar, tentunya membutuhkan
pakan yang jauh lebih banyak dibandingkan petakan dengan jumlah biomass yang
lebih kecil. Hal ini mengakibatkan pada DIV-3 dan DIV-9 pertumbuhan sidat lebih
rendah.
Sintasan
(%)
Berdasarkan data yang disajikan pada
tabel 5, menunjukkan nilai sintasan pada petak DIV-1 sebesar 86.9 %. Estimasi
nilai sintasan melalui sampling perbulan belum dapat dilakukan karena belum
ditemukan teknik sampling yang akurat dalam budidaya. Nilai sintasan dapat
diketahui setelah melalui proses panen. Oleh karena itu, estimasi nilai
sintasan paad petak DIV-3 dan DIV-9 belum diketahui karena proses panen belum
dilakukan dan belum ditemukan kematian sidat.
Produksi
Berdasarkan data produksi budidaya
pembesaran sidat selama masa pemeliharaan, menunjukkan produksi yang dihasilkan
oleh petak budidaya DIV-1 terdiri atas 2 ukuran , yaitu 4 ekor/kg dan 3 ekor/kg
dengan masing-masing nilai produksi 717 kg dan 630.41 kg. Sampai dengan laporan
tahunan budidaya pembesaran ini dibuat, produksi pada petak tambak budidaya
DIV-3 dan DIV-9 belum diketahui karena panen belum dilakukan dan sidat masih
berada pada lokasi tambak budidaya.
Kualitas
air
Hasil
pengukuran terhadap kualitas air budidaya pembesaran sidat pada petak tambak
budidaya DIV-1, DIV-3 dan DIV-9 menunjukkan kisaran yang masih layak bagi
pertumbuhan sidat. Meskipun nilai kisaran DO dan pH sedikit berada dibawah
standar namun dapat dikatakan tidak menghambat proses tumbuh karena nilai
kualitas air yang sesuai standar lebih mendominasi hasil pengukuran selama masa
budidaya.
Monitoring
kesehatan
Selama masa pemeliharaan, monitoring
kesehatan sidat dilakukan dengan memperhatikan respon pada saat pemberian pakan
dan pada saat sampling. Hasil pengamatan dilanjutkan dengan analisa
parasitologi (secara miktoskopis) di laboratorium Tambak Pandu Karawang.
Berdasarkan hasil analisa parasitologi tidak ditemukan parasit baik pada lendir
maupun insang sidat.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1. Persentase pertumbuhan tertinggi pada
budidaya pembesaran sidat dengan menggunakan variabel berat awal yang berbeda
dihasilkan oleh petak DIV-1, yaitu 54.95 % disusul petak DIV-9 sebesar 33.33 %
dan terendah pada petak DIV-9 yaitu 13.41 %.
2. Nilai sintasan yang diperoleh pada
petak DIV-1 adalah 86.9 %.
3. Produksi yang dihasilkan oleh DIV-1
terdiri dari 2 (dua) ukuran, yaitu 3 kg/ekor dan 4 kg/ekor dengan masing-masing
nilai produksi 630.41 kg dan 717 kg, sedangkan produksi pada petak DIV-3 dan
DIV-9 belum diketahui.
4. Pertumbuhan optimal, sintasan (%) dan
produksi dari ke-3 petak tambak (petak
DIV-1, DIV-3 dan DIV-9) belum dapat dibandingkan secara akurat karena panen
tidak dilakukan secara serentak (panen dapat dilakukan kapan saja, tergantung
permintaan pasar terhadap ukuran sidat tertentu).
5. Hasil pengukuran kualitas air pada
media air budidaya pembesaran sidat masih berada pada kisaran kelayakan bagi
pertumbuhan sidat.
5.2. Saran
1. Waktu (masa panen) budidaya pembesaran
sidat perlu dilakukan secara bersamaan untuk melihat pertumbuhan optimal sidat.
2. Perlu dilakukan kajian lebih dalam
tentang budidaya sidat sperti teknik sampling dan sistem budidaya yang baik dan
tepat.
0 comments:
Post a Comment