Monday, January 3, 2011

MONITORING BERBAGAI JENIS PLANKTON

January 03, 2011 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments




Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.
Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.
Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu.
Ekosistem danau dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu benthal merupakan zona substrat dasar dibagi menjadi zona litoral      dan zona profundal. Litoral merupakan bagian dari zona benthal yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari, sedangkan zona profundal merupakan bagian dari zona benthal di bagian perairan yang dalam dan tidak dapat ditembus cahaya matahari. Zona perairan bebas sampai ke wilayah tepi merupakan habitat nekton dan plankton yang disebut zona pelagial. Selanjutnya dikenal zona pleustal, yaitu zona permukaan perairan yang merupakan habitat bagi kelompok neuston dan pleuston.  Berdasarkan daya tembus cahaya matahari ke dalam lapisan air, dapat dibedakan antar zona fotik di bagian atas, yaitu zona yang dapat ditembus cahaya matahari dan zona afotik di bagian bawah yang tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari (Barus, 2004. hlm: 102).
Menurut Soegianto (2005, hlm: 96), danau memiliki tiga zona yang berbeda:
1)  zona  litoral,  dekat  pantai di  mana  tumbuhan  berakar  dapat  dijumpai,  2)  zona limnetik (lapisan permukaan perairan terbuka), sinar matahari mampu menembus zona ini, dan didominasi oleh fitoplankton dan ikan yang berenang bebas, dan 3) zona profundal yakni zona perairan dalam yang tidak dapat ditembus sinar matahari dan dihuni oleh organisma yang membuat liang di dasar perairan.
Meskipun di lapisan bawah beberapa danau tidak terdapat hewan, tetapi mungkin organisme anaerobik terdapat di semua dasar danau. Di dasar ini terdapat banyak  materi organik,  oleh karena  semua  organisme  yang  mati dari bagian atas perairan akan tenggelam ke dasar. Materi organik inilah yang kemudian digunakan sebagai makanan oleh saprovor (Soemarwoto, et al., 1990, hlm: 84).Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang, kerang, dan ikan paus.Konsep budidaya adalah untuk meningkatkan produksi melalui input teknologi budidaya ramah lingkungan (menggunakan sarana & prasarana produksi dan  teknologi yang tidak menimbulkan dampak)
Plankton adalah organisma baik tumbuhan maupun hewan yang umumnya berukuran relatif   kecil (mikro), hidup melayang-layang di air, tidak mempunyai daya gerak/walaupun ada daya gerak relatif lemah sehingga distribusinya sangat dipengaruhi oleh daya gerak air, seperti arus dan lainnya (Nybakken, 1992, hlm: 38). Plankton diaplikasikan untuk seluruh hewan dan tumbuhan yang hidup secara bebas di air karena keterbatasan pergerakannya atau secara pasif melawan arus perairan karena memiliki flagel (Heddy & Kurniati, 1996, hlm: 16-17).
Plankton merupakan organisma perairan pada tingkat  (tropik) pertama dan berfungsi sebagai penyedia energi. Secara umum plankton dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni: fitoplankton yang merupakan golongan tumbuhan umumnya mempunyai  klorofil  (plankton  nabati)  dan  zooplankton  (golongan  hewan)  atau plankton hewani (Wibisono, 2005, hlm: 155).
Berdasarkan daur hidupnya plankton dibedakan menjadi dua yakni plankton yang bersifat planktonik hanya pada sebagian daur hidupnya, misal embrio disebut meroplankton, sedangkan organisma seluruh daur hidupnya bersifat plankton disebut holoplankton (Nybakken, 1992, hlm: 38-39).Keberadaan plankton adalah mutlak di dalam budidaya ikan dan udang pada air tawar maupun air payau :
1.      Sebagai sumber makanan organisme kultivan
2.      Penyeimbang ekosistem tambak (menghasilkan oksigen (fotosintesa),  suhu, salinitas, pH)
Untuk dapat menumbuhan plankton di tambak atau dalam komplek usaha budidaya ada beberapa antara lain (tanah, air, intensitas cahaya, nutrien/unsur hara, pakan, pengelolaan). Plankton sebagai media hidup yang nyaman bagi udang/ikan
Jenis-jenis plankton yang hidup di tambak maupun kolam :
Plankton : adalah organisme renik yang hidup melayang dalam kolom air dan bergerak aktif mengikuti arus ( fitoplankton dan zooplankton ) Menurut Basmi (1995, hlm: 23-25), pengelompokkan plankton berdasarkan beberapa hal berikut:
a.   Nutrien pokok yang dibutuhkan, terdiri atas:
1. Fitoplankton, yakni plankton nabati  (> 90% terdiri dari algae) yang mengandung klorofil yang mampu mensintesa nutrien-nutrien anorgaik menjadi zat organik melalui proses fotosintesis dengan energi yang berasal dari sinar surya.
2. Saproplankton, yakni kelompok tumbuhan (bakteri dan jamur) yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis, dan memperoleh nutrisi dan energi dari sisa- sisa organisme lain yang telah mati.
3. Zooplankton, yakni plankton hewani yang makanannya sepenuhnya tergantung pada   organisme   lain   yang   masih   hidup   maupun   partikel-partikel   sisa organisme seperti detritus. Disamping  itu plankton itu  juga  mengkonsumsi fitoplankton.
b.   Berdasarkan lingkungan hidupnya terdiri atas:
1.   Limnoplankton, yakni plankton yang hidup di air tawar.
2.   Haliplankton, yakni plankton yang hidup dilaut.
3.   Hipalmyroplankton, yakni plankton yang hidupnya di air payau.
4.   Heleoplankton, yakni plankton yang hidupnya di air kolam.
c.   Berdasarkan ada tidaknya sinar di tempat mereka hidup, terdiri atas:
1.   Hipoplankton, yakni plankton yang hidupnya di zona afotik.
2.   Epiplankton, yaitu plankton yang hidupnya di zona eufotik.
3.   Bathiplankton, yaitu plankton yang hidupnya dekat dasar perairan yang juga umumnya tanpa sinar.
d.   Berdasarkan asal usul plankton, dimana ada plankton yang hidup dan berkembang dari perairan itu sendiri dan ada yang berasal dari luar, terdiri atas:
1.   Autogenetik plankton, yakni plankton yang berasal dari perairan itu sendiri
2.   Allogenetik plankton, yakni plankton yang datang dari perairan lain (hanyut terbawa oleh sungai atau arus).
Berdasarkan ukuran tubuhnya plankton dapat dibedakan menjadi lima yaitu: megaplankton (organisme planktonik yang besarnya lebih dari 2 mm), makroplankton (memiliki ukuran antara 0,2 mm - 2,0 mm), mikroplankton (memiliki ukuran antara 20 µm - 0,2 mm), nanoplankton (organisme planktonik yang sangat kecil yang berukuran 2 µm – 20 µm) dan ultraplankton (organisme planktonik yang berukuran kurang dari 2 µm). Nanoplankton dan ultraplankton tidak dapat ditangkap oleh jaring-jaring plankton baku (Nybakken, 1992, hlm: 37).
Fitoplankton antara lain :
1.      Chlorophyta    : Chlorella, Scenedesmus, Closterium dll.
2.      Cyanophyta     : Spirulina, Oscillatoria, Lyngbia, Gloecotheca dll.
3.      Diatom                        : Skeletonema, Cyclotella, Rhizosolenia, Navicula, Amphora, Pleurosigma, Nitzschia, Gyrosigma, Scenedesmus dll.
4.      Dinoflagellata : Prorocentrum, Peridinium, Gymnodinium, Gonyaulax dll
Zooplankton antara lain :
1.      Ciliata/Protozoa          : Tintinnopsis dll
2.      Rotifera                       : Brachionus, Lecane dll
3.      Mollusca                      : Hidrobia dll
4.      Polychaeta                   : Nereis dll
5.      Copepoda                    : Acartia, Cyclops dll
6.      Custacea                      : Artemia
Jenis-jenis plankton yang dibudidayakan yakni :
1.       Chlorophyceae : Chlorella, Nannochloris
2.       Prasinophyceae : Tetraselmis
3.       Haptophyceae : Isochrysis, Pavlova
4.       Eustigmatophyceae : Nannochloropsis, Ellipsoidion
5.       Bacillariophyceae: Chetoceros, Skeletonema
6.       Rotatoria : Brachionus
7.       Copepoda : Acartia
8.       Crustacea : Artemia
Jenis yang umum :
1.      Larva udang : Skeletonema, Chetoceros, Tetraselmis, Artemia
2.      Larva ikan : Chlorella, Tetraselmis, Brachionus, Artemia
3.      Larva kerang-kerangan : Nitzchia
4.      Larva kepiting : Chlorella, Brachiomus, Artemia
Kultur massal plankton :
1.      Bibit diperoleh dari kultur di laboratorium
2.      Dilakukan di luar ruangan (umumnya) dengan wadah berupa fiberglass atau bak semen dengan volume 100 liter s/d 300 ton
Hasil kultur massal dapat diberikan langsung kepada larva
Metode kultur plankton melalui beberapa tahapan:
1.      Pembersihan wadah
2.      Pengisian air (kadar garam disesuaikan)
3.      Sterilisasi air
4.      Pemupukan
5.      Penebaran bibit
6.      Pemanenan
Cara kerja pembuatan planton :
1.      Pembersihan wadah    : Dicuci, dijemur, dibilas dengan chlorin
2.      Pengisian air                : Air laut yang sudah melewati proses filtrasi
3.      Sterilisasi air                : Dengan kaporit atau chlorin 60 ppm selama 24 jam kemudian dinetralkan dengan Na thio sulfat.
Pemupukan sesuai dengan jenis yang dikultur
            Chlorella
                        Urea  …. 30 – 40 ppm
                        ZA …..    80 – 100 ppm
                        SP 36 ----    10 – 15 ppm
                        FeCl3 ….. 1-5 ppm
Skeletonema
KNO3 …………. 60 – 80 ppm         
Na2HPO4 ……… 20 ppm
Na2SiO3………… 10 ppm
EDTA …………     10 ppm
FeCl3 …………… 1 – 5 ppm
Kultur zooplankton
1.      Rotifer (Brachionus sp)merupakan jenis yang banyak dikultur untuk pakan larva ikan
2.      Brachionus dikultur dengan pakan Chlorella atau Tetraselmis, sehingga sebelum melakukan kultur Brachionus, Chlorella atau Tetraselmis harus tersedia terlebih dahulu
Prospek:yang akan datang
1.      Konsumsi manusia ( Chlorella, Sipulina)
2.      Zat – zat antibacterial, antiviral
3.      Asam lemak (EPA, DHA) dll
Warna air yang relatif aman dalam budidaya adalah warna hijau kecoklatan (plankton jenis Chlorophyta dan Diatomae pada kondisi seimbang, namun warna air ini sulit dipertahankan.Yang terpenting adalah menjaga agar populasi plankton stabil.
Biasanya musim hujan warna air cenderung coklat (Diatomae) dan musim kemarau warna air kecoklatan didominasi oleh Chlorophyta.
Warna yang lebih tahan lama adalah warna air hijau, dengan upaya memanipulasi jenis dan kepadatannya.
Teknik pemupukan plankton Pemupukan  ( setelah persiapan tanah tambak):
Dalam petak pemeliharaan
a.       organik (pupuk kandang : 100 – 200 kg/ha)
b.      anorganik : nutrien pokok adalah nitrogen (N), phosphor (P), potassium (K)
c.       (NPK) dosis 50 – 60 kg/ha 16:20:4) (kolam air tawar)
d.      Urea 50 kg/ha
e.       SP.36    60 kg/ha,
f.       Bila diperlukan diberi Na2SiO3 (12 %, teknis) 5 – 10 ppm
g.      Pupuk susulan (sesuai kebutuhan)
Dalam petak tandon sampai dengan airmenjadi hidup
Keberhasilan pemupukan sangat dipengaruhi oleh :
1.      Kondisi tanah/lingkungan
2.      metoda pemupukan
3.      Pengalaman
4.      Cahaya,suhu,salinitas
Saat ini cara yang praktis adalah dengan inokulasi (dari tambak lain/ tandon atau dari kultur massal di bak kultur) jenis plankton
(Chlorella) :
1.      Untuk menambah keberagaman jenis
2.      Untuk pengendalian dan keseimbangan lingkungan
3.      Jenis plankton yang mudah beradaptasi
4.      Aplikasi 10 m3 biomasa plankton untuk 1000 m3 vol air media (kepadatan biomasa 20 juta sel/ml) Sistem monitoring:
Kualitatif dan kuantitatif melalui identifikasi dan penghitungan
Populasi planton dapat ditentukan dari beberapa segi :
1.      Kualitatif -----> menggunakan seishi dish (antara 30- 40 cm, kurang dari 30 cm menandakan plankton sangat padat, lebih  dari 40 cm menandakan miskin plankton).
2.      Kuantitatif ----> menggunakan sedgwich raffter caunting cell dan mikroskop
3.      Frekuensi pengamatan : rutin ataupun pada saat terjadi perubahan warna yang mendadak.
4.      Alat sampling: plankton net T 200 (mesh size < 10 mikron).
Untuk mengantisipasi keberadaan plankton agar tetap stabil dapat dilakukan upaya sebagai berikut:
1.      Air media sebaiknya diganti bila memungkinkan pada waktu air pasang tinggi (sistem sederhana)
2.      Pada budidaya sistem tertutup (close system) menyiapkan air hidup pada tandon
Pada budidaya intensiv/semi intensiv, manajemen pakan harus tepat dosis dan tepat waktu (sisa pakan sebagai input nutrisi), menjaga kedalaman dan sirkulasi air konstan



0 comments:

Post a Comment