Sunday, August 13, 2017

MANFAAT PEMBERIAN KAPUR PADA KOLAM BUDIDAYA IKAN

August 13, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Air sebagai sumberdaya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumberdaya air harus ditanamkan pada segenap penggunaan air (Fuad Cholik, 1986).
Kolam merupakan salah satu perairan tawar yang bersifat menggenang atau lentic water yang sengaja diciptakan dan dirancang sedemikian rupa untuk kegiatan budidaya perairan. Jenis biota yang dibudidayakan di dalam kolam dapat berupa ikan maupun udang. Kegiatan budidaya yang biasa dilakukan dapat berupa pembenihan maupun pembesaran.
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas yang diinginkan sesuai fungsi peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisis alamiahnya. Adapun yang dapat dilakukan dalam mengelola kualitas ais suatu perairan pengelolaan tanah dasar, pengapuran, dan pemupukan. Banyak hal yang dapat dilakukan namun ketiga inilah hal mendasar yang wajib dilakukan.
Pemberian kapur selain dapat membunuh hama dan parasit ikan juga dapat menaikan pH dasar kolam. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan fitoplankton sebagai makanan zooplankton maupun ikan (Fuad Cholik, 1986).
Tujuan penggunaan kapur adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian CaCO3 dalam suatu sampel untuk meningkatkan pH sehingga mendekati pH normal.   
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan keasaman (pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit. Jenis kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya adalah kapur pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2 dan kapur  tohor/kapur aktif (CaO). Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah kapur karbonat yaitu kapur yang bahannya dari batuan kapur tanpa lewat proses pembakaran tapi langsung digiling. Kapur pertanian ada dua yaitu kalsit dan Dolomit. Kalsit bahan bakunya lebih banyak mengandung karbonat, magnesiumnya sedikit (CaCO3), sedangkan dolomit bahan bakunya banyak mengandung kalsium karbonat dan magnesium karbonat [CaMg(CO3)]2. Dolomit merupakan kapur karbonat yang dimanfaatkan untuk mengapuri lahan bertanah masam. Kapur tohor adalah kapur yang pembuatannya lewat proses pembakaran. Kapur ini dikenal dengan nama kapur sirih, bahannya adalah batuan tohor dari gunung dan kulit kerang (Bowles, 1991).
Dosis kapur yang akan ditebarkan harus tepat karena jika berlebihan kapur akan menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam akan menyebabkan tanah dasar kolam menjadi asam. Peningkatan kandungan alkalinitas total pada kolam pemeliharaan ikan dapat digunakan kapur pertanian. Kolam pemeliharaan ikan sebelum digunakan dilakukan proses pengapuran dengan menggunakan beberapa jenis batu kapur yang disesuaikan dengan kualitas tanah dasar kolam pemeliharaan (Suriadi, 2000).
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan. Penulisan 0.000001 (bayangkan kalau pH 14) terlalu panjang maka orang melogaritmakan angka tersebut sehingga menjadi -6. Tanda “-“ (negatif) dibelakang angka tersebut yang dinilai kurang praktis, maka mengalikannya lagi dengan tanda - (minus) sehingga diperoleh angka positif 6. pH diartikan sebagai "-(minus) logaritma dari konsenstrasi ion H".
pH = - log (H+)
Perlu diperhatikan adalah bahwa selisih satu satuan angka pH itu artinya perbedaan kosentrasinya adalah 10 kali lipat. Apabila selisih angkanya adalah 2 maka perbedaan konsentrasinya adalah 10x10 = 100 kali lipat. Sebagai contoh pH 5 menunjukkan konsentrasi H sebanyak 0.00001 atau 1/100000 (seperseratus ribu) sedangkan pH 6 = 0.000001 atau 1/1000000 (sepersejuta). Penurunan pH dari 6 ke 5 artinya kita meningkatkan kepekatan ion H+ sebanyak 10 kali lipat. Kalau kita misalkan pH itu gula, maka dengan menurunkan pH dari 6 ke 5, sama artinya bahwa larutan tersebut sekarang 10 kali lebih manis dari pada                sebelumnya (Sucipto, 2008).
Semua mahluk tidak dapat bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisma yang unik agar perubahan tidak tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. Sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an.
pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air, selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka.
Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral. Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap gangguan terhadap pengubahan pH. Menaikkan pH dapat dilakukan dengan memberikan aerasi yang intensif, melewatkan air melewati pecahan koral, pecahan kulit kerang atau potongan batu kapur. Penambahan dekorasi berbahan dasar kapur seperti tufa, atau pasir koral atau dengan melakukan penggantian air (Afrianto, 1991).
Reaksi tanah yang akan digunakan untuk media budidaya harus netral atau basa dan tidak bereaksi asam. Tanah yang baik untuk dijadikan media budidaya harus mempunyai pH kurang lebih 6,5-8,5. Potter (1977) menggolongkan tingkat keasaman tanah menjadi 3 kelompok, yaitu :
Tanah bersifat agak basa
Tanah yang produktif untuk dijadikan media budidaya adalah yang mempunyai pH netral sampai basa. Tanah demikian kaya akan garam nutrien yang dapat merangsang pertumbuhan klekap menjadi cepat. Klekap dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai kisaran pH antara 6,6-7,5. karena pada kisaran pH demikian, unsur hara dan kandungan phospor mencapai tingkat yang terbaik untuk pertumbuhan klekap (Mintardja, 1985).
Tanah asam juga dapat terbentuk sebagai hasil pengendapan senyawa-senyawa tertentu. Proses pembentukan tanahnya sering di ikuti dengan terakumulasinya pyrit (FeS2), yaitu senyawa yang dapat menyebabkan keasaman tanah. Tanah yang mempunyai pH rendah akan menghasilkan pH air yang rendah pula. terjadinya efek pencucian yang menyebabkan pH tanah menjadi asam. Akibat yang timbul bila tanah terlalu asam adalah :
1. pH air menjadi rendah (berkisar 3-4)
2. Terjadi efek pencucian besi (Fe) dan Aluminium (Al)
3. Terjadi pengikatan unsur phospor (P) oleh besi dan aluminium sehingga pemupukan dengan phospor tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan kesuburan tanah.
Cara mengatasi tanah asam sulfat ialah dengan pemberian kapur. Fungsi pengapuran tersebut adalah :
1. Meningkatkan pH tanah dan air.
2. Membakar jasad-jasad renik penyebab penyakit dan hewan liar.
3. Mengikat dan mengendapkan butiran lumpur halus.
4. Memperbaiki kualitas tanah
5. Kapur yang berlebihan dapat mengikat phospat yang sanagt dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton.
Hubungan antara keasaman tanah dan tekstur tanah dengan jumlah kapur (CaO) yang dibutuhkan pada proses pengapuran (Kisto, 1985):
Hasil pengapuran akan lebih baik jika dikombinasikan dengan alumunium [Al2(SO2)3. H2O]. Pemberian pupuk dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak ada angin, agar gumpalan-gumpalan yang telah terbentuk tidak lepas lagi. Pengapuran akan menjadikan susunan tanah menjadi lebih baik sehingga proses pertukaran dan peredaran udara di dalam tanah dapat berlangsung dengan baik. Pengapuran dapat merangsang aktivitas organisme tanah sehingga akan meningkatkan fungsi bahan organik dan nitrogen di dalam tanah. Jumlah kapur (CaO) yang ditaburkan pada proses pengapuran tanah dasar tambak tergantung dari tingkat kemasaman tanah (Bambang, 1985).

0 comments:

Post a Comment