Sunday, January 8, 2017

MENGENAL ALAT TANGKAP PAYANG

January 08, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Payang hampir dikenal di seluruh daerah perikanan laut Indonesia dengan nama yang berbeda-beda, antara lain: payang (Jakarta, Tegal, Pekalongan, Batang dan daerah lain di pantai utara Jawa), payang uras (Selat Bali dan sekitarnya), payang ronggeng (Bali Utara), payang gerut (Bawean), payang puger (daerah Puger), payang jabur (Padelengan/ Madura, Lampung), pukat nike (Gorontalo), pukat banting Aceh (Sumatera Utara, Aceh), pukat tengah (Sumatera Barat: Pariaman, Sungai Limau, Perairan Tiku), jala lompo (Kaltim, Sulsel), panja/pajala (Muna, Buton, Luwuk, Banggai), pukat buton (Air Tembaga, Gorontalo, Manokwari, Kupang, Kalabai, Kendari, Flores), jala uras (Sumbawa, Manggarai/Flores).
Konstruksi
Payang adalah pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri dari bagian kantong (bag), badan/ perut (body/belly) dan kaki/ sayap (leg/wing). Namun ada juga pendapat yang membagi hanya menjadi 2 bagian, yaitu kantong dan kaki. Bagian kantong umumnya terdiri dari bagian-bagian kecil yang tiap bagian mempunyai nama sendiri-sendiri. Namun bagian-bagian ini untuk tiap daerah umumnya berbeda-beda sesuai daerah masing-masing.
Besar mata mulai dari ujung kantong sampai dengan ujung kaki berbeda-beda, bervariasi mulai dari 1 cm (atau kadang kurang) sampai ± 40 cm. Berbeda dengan jaring trawl di mana bagian bawah mulut jaring (bibir bawah/underlip) lebih menonjol ke belakang, maka untuk payang justru bagian atas mulut jaring (upperlip) yang menonjol ke belakang. Hal ini dikarenakan payang tersebut umumnya digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagik yang biasanya hidup dibagian lapisan atas air atau kurang Iebih demikian dan mempunyai sifat cenderung lari ke lapisan bawah bila telah terkurung jaring. Oleh karena bagian bawah mulut jaring lebih menonjol ke depan maka kesempatan lolos menjadi terhalang dan akhirnya masuk ke dalam kantong jaring.
Pada bagian bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat. Sedangkan bagian atas pada jarak tertentu diberi pelampung. Pelampung yang berukuran paling besar ditempatkan di bagian tengah dan mulut jaring. Pada kedua ujung depan kaki/sayap disambung dengan tali panjang yang umumnya disebut tali selambar (tali hela/tali tarik).
Klasifikasi Berdasarkan FAO
Payang terbuat dari bahan jaring yang konstruksinya terdiri dari kantong, badan dan sayap, serta dilengkapi dengan pelampung dan pembertat serta tali penarik (selambar). Berdasarkan klasifikasi dari FAO, alat tangkap ini digolongkan sebagai jarring lingkar. Struktur alat tangkap ini adalah sebagai berikut:
a.    Sayap        : dua bagian sayap, yaitu sayap kiri dan kanan
b.    Badan        : terdiri atas 6 bagian
c.    Kantong (cod end) adalah merupakan tempat berkumpulnya ikan yang terjaring
d.    Tali ris atas
e.    Tali ris bawah
f.     Tali penarik (selambar)
g.    Pelampung
h.    Pemberat, terbuat dari bahan timah dan batu
Berdasarkan SNI yang dikeluarkan oleh BSN, alat tangkap paying baik yang berbadan panjang maupun pendek termasuk dalam klasifikasi jaring lingkar (surrounding nets) tanpa tali kerut, sesuai dengan International Standard Statistical Classification FishingGear – FAO, menggunakan singkatan LA dan berkode ISSCFG.01.2.0 (Wulan, 2011).
2.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010
Dalam Keputusan Menteri KP Nomor : KEP.06/MEN/2010 ditetapkan 10 (sepuluh) kelompok alat penangkap ikan. Penjelasan singkat untuk memudahkan pemahaman terhadap masing-masing kelompok alat tangkap dapat dijelaskan bagaimana uraian pada Bab III, mulai pasal 6 sampai dengan pasal 16 Peraturan Menteri KP Nomor PER.02/MEN/2011, sebagai berikut:
Alat penangkapan ikan di WPP-NRI menurut jenisnya terdiri dari 10 kelompok, yaitu:
a.    Jaring lingkar (surrounding nets)
b.    Pukat tarik (seine nets)
c.    Pukat hela (trawls)
d.    Penggaruk (dredges)
e.    Jaring angkat (lift nets)
f.     Alat yang dijatuhkan (falling gears)
g.    Jaring insang (gill nets and entangling nets)
h.    Perangkap (traps)
i.      Pancing (hooks and lines)
j.      Alat penjepit dan melukai (grappling and wounding)
Payang termasuk dalam pukat tarik berkapal (seine nets) (Pranoto, 2012).
Alat penangkapan ikan di WPP-NRI menurut jenisnya terdiri dari 10 (sepuluh) kelompok, yaitu:
a. jaring lingkar (surrounding nets);
b. pukat tarik (seine nets);
c. pukat hela (trawls);
d. penggaruk (dredges);
e. jaring angkat (lift nets);
f. alat yang dijatuhkan (falling gears);
g. jaring insang (gillnets and entangling nets);
h. perangkap (traps);
i. pancing (hooks and lines); dan
j. alat penjepit dan melukai (grappling and wounding).
(1)        Alat penangkapan ikan pukat tarik (seine nets), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, terdiri dari:
a. pukat tarik pantai (beach seines); dan
b. pukat tarik berkapal (boat or vessel seines).
(2)        Pukat tarik berkapal (boat or vessel seines) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:
a. dogol (dainess seines);
b.  scottish seines;
c.  pair seines;
d. payang;
e. cantrang; dan
f. lampara dasar.
( Fadel, 2011 ).
2.2.3 Spesifikasi Alat Tangkap
Payang adalah pukat kantong yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Secara garis besar payang terdiri dari bagian kantong (bag), badan/ perut (body) dan kaki/ sayap (leg/ wing). Bagian kantong umumnya terdiri dari bagian – bagian kecil yang tiap bagiannya memiliki nama sendiri – sendiri. Besarnya mata jaring mulai dari ujung kantong sampai dengan ujung kaki berbeda – beda, mulai dari 1 cm (atau kurang) sampai ±40 cm. Bagian mulut bawah jaring lebih panjang dari bagian mulut atas jaring, karna jenis ikan pelagic yang biasanya hidup dibagian atas air memiliki sifat cenderung lari lapisan bawah bila terkurung jaring (Nugroho Ardi Cahyono, 2011).
Menurut Diktat Manajemen Penangkapan Ikan (2004), alat tangkap payang terbuat dari berbagai bahan, jaring berbahan PVC (Polyvinileclorine), pelampungnya adalah plastik berbentuk bola dan pemberatnya adalah batu.
a.    Bagian Kantong
-          Panjang : 5-6 meter
-           Mesh size : 0,3-0,6 cm
-          Bahan : PVC ( Polyvinileclorine )
-          Warna : Hijau
b.    Bagian Badan
-          Panjang : 25 meter
-          Mesh size : 1,6-8 cm
-          Bahan : PE (Polyethilene)
-          Warna : Coklat
c.    Bagian Sayap
-          Panjang : 90 meter
-          Mesh size : 10-30 cm
-          Bahan : PE (Polyethilene)
-          Nomor benang : 400 D/15
d.    Pelampung
-          Berat : 2 ons
-          Diameter : 15 cm
-          Bahan : Plastik berbentuk bola
-          Jumlah : 12 buah per sayap
-          Jarak antar pelampung : 1,5 meter
e.    Pemberat
-          Bahan : Batu
-          Berat : 2 kg
-          Jumlah : 10 buah per sayap
-          Jarak antar pemberat : 8 meter
Alat tangkap ini terdiri dari dua sayap. Biasanya terbuat dari jaring yang bahannya dari bahan sintetis jenis nylon multifilament. Sebagai contoh, alat tangkap paying yang dioperasikan di Teluk Mandar, mesh size sayapnya masing-masing berukuran 80, 50, 30, dan 20 cm. Ukuran sayap semakin kecil kea rah kantong. Untuk memberikan daya apung maka pada bagian sayap diberikan pelampung. Supaya sayap tersebut terentang dalam air makan diberikan pemberat. Fungsi sayap adalah menakut-nakuti ikan agar masuk ke dalam kantong.
Panjang jaring keseluruhan bervariasi dari puluhan meter sampai ratusan meter. Mesh size pada kantong berkisar 1,5 – 5 cm. Ujung kedua sayap dihubungkan dengan tali penarik, pada bagian sebelah kanan diberi pelampung tanda, sedangkan pada tali penarik lainnya diikatkan di kapal (Sudirman, 2004).
Metode dan Teknik Pengoperasian Alat Tangkap
Cara pengoperasian payang yaitu dengan melingkari gerombolan ikan dan kemudian pukat kantong tersebut ditarik ke arah kapal. Kedua sayap yang terdapat di kanan dan kiri badan jaring berguna untuk menakut – nakuti atau mengejutkan serta menggiring ikan agar masuk sedalam kantong jaring. Penangkapan dengan payang dapat dilakukan baik dengan perahu layar maupun dengan kapal motor. Penggunaan tenaga berkisar antara enam orang untuk payang berukuran kecil dan enam belas orang untuk payang berukuran besar (Nugroho Ardi Cahyono, 2011).
Prinsip pengoperasian alat tangkap payang adalah melingkari gerombolan ikan. Pada saat terdapat gerombolan ikan yang terlihat, kapal mendekati gerombolan ikan tersebut dan kemudian menurunkan jaring pada jarak dan waktu yang tepat sehingga pada waktu jaring melewati gerombolan ikan, jaring dapat membuka dengan maksimal sehingga kemungkinan ikan untuk lolos kecil. Pada saat setelah jaring diturunkan, tali selambar/ tali hela ditarik sehingga jaring tertarik kearah gerombolan ikan. Hasil penangkapan dapat dipengaruhi oleh kecepatan membuka jaring, timing pelepasan jaring dan kondisi laut saat pelepasan jaring (Diktat Manajemen Penangkapan Ikan, 2004).
Setelah alat tangkap ini telah tersusun dengan baik diatas kapal maka tiba di fishing ground. Jika menggunakan alat bantu rumpon , terlebih dahulu harus ditangani dengan memperhatikan arah arus, karena arah ikan pada rumpon akan berlawanan dengan arah arus. Jika arah arus dari barat, maka posisi ikan berada pada sisi timur rumpon.
Setelah itu, jaring diturunkan yang dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, mengelilingi rumpon, penauran jaring dilakukan sampai semua jaring turun ke laut dan selanjutnya mengambil kedua tali sayap, kemudian jaring ditarik ke atas perahu. Sebagian awak kapal tetao bertugas pada rumpon sehingga tetap seperti semula. Operasi penangkapan dianggap selesai jika kantong jaring telah tiba di atas perahu (Sudirman, 2004).
Alat Bantu Penangkapan
Penangkapan dengan menggunakan payang dapat dilakukan baik pada malam ataupun siang hari. Untuk malam hari terutama pada hari – hari gelap dapat dengan alat bantu lampu petromaks untuk mengetahui letak ikan berkupul serta menarik perhatian ikan. Sedangkan penangkapan pada siang hari dapat menggunakan alat bantu rumpon/ payaos untuk memancing perhatian ikan agar ikan berkumpul disekitar rumpon. Pengguna rumpon sebagai alat bantu penangkapandengan payang meliputi 95% lebih (Nugroho Ardi Cahyono, 2011).
Pengoperasian alat tangkap payang dapat menggunakan alat bantu berupa lampu petromaks yang digunakan pada malam hari dan alat bantu rumpon untuk pengumpul ikan. Pada malam hari penggunaan lampu petromaks dapat menarik ikan supaya menggerombol disekitar lampu sehingga alat tangkap payang dapat digunakan secara efisien. Beguti juga dengan rumpon yang banyak digunakan oleh nelayan – nelayan Indonesia. Pengguna rumpon sebagai alat bantu penangkapan dengan payang meliputi 95% lebih (Diktat Manajemen Penangkapan Ikan).             
Dalam operasi penangkapannya banyak dilakukan dengan menggunakan alat bantu rumpon, dimana ikan-ikan yang ada pada rumpon digiring masuk ke dalam kantong paying walaupun dalam operasi penangkapannya tidak selalu menggunakan rumpon. Alat bantu tangkap ini banyak digunakan di Perairan Selat Makassar, terutama di Teluk Mandar (Sudirman, 2004).
Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Daerah penangkapan untuk alat tangkap payang ini pada perairan yang tidak jauh dari daerah pantai atau daerah yang subur yang tidak terdapat karang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh komposisi hasil tangkapan payang yaitu ikan Ayam – ayam (Aluterus Monoceros) 88%, ikan Tongkol (Auxis sp) 3.80%, ikan Teri (Stolephorus sp) 2.60%, ikan Kembung (Rastrelliger sp) 25%, Cumi – cumi (Loligo sp) 1.70%, ikan Selar (Caranx sp) 1.50% dan ikan Bawal Hitam (Formio Niger) 0.40% (Intan Herwindra, 2010).
Hasil tangkap dari alat tangkap payang adalah ikan – ikan permukaan. Terutama ikan – ikan pelagis kecil, yaitu ikan Layang, Selar, Kembung, Lemuru, Tembang, Japuh dan lain – lain. Hasil tangkapan alat tangkap payang untuk tahun 1986 berjumlah 152. 782 ton, sedang produksi perikanan laut secara nasional sebanyak 1. 922.781 ton (Diktat Manajemen Penangkapan Ikan, 2004).
Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkap payang adalah laying (decapterus sp), kembung (rastralliger sp), sunglir (eeuthynnus sp), selar (caranx sp), sunglir (elagatis sp), bawal hitam (formio sp). Jadi, umumnya yang tertangkap adalah ikan-ikan yang senang berada di daerah rumpon. Ikan laying merupakan hasil tangkapan yang dominan (Sudirman, 2004).

0 comments:

Post a Comment