Friday, December 9, 2016

PENGANGKUTAN IKAN HIDUP TEKNIK BASAH DAN KERING

December 09, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Proses pengangkutan hasil perikanan mempunyai arti sangat penting, pengangkutan dalam kondisi produk perikanan hidup dan kondisi mati, atau kondisi basah maupun kering.

Pada pasaran internasional saat ini terjadi suatu kecenderungan pergeseran suatu  permintaan pasar untuk komoditas perikanan yaitu dari bentuk mati (beku, olahan lain) ke  bentuk hidup. Dalam hal ini tentu saja menimbulkan banyak masalah karena pengangkutan ikan dalam kondisi hidup disamping mempunyai resiko tinggi juga biaya yang tinggi. Untuk  pengangkutan ikan ukuran konsumsi misalnya, sangat diharapkan dapat mempertahankan kualitas ikan melalui dari daerah pemanenan sampai daerah pemasaran.Ikan untuk ukuran konsumsi ukurannya yang biasa dipasarkan adalah 500 sampai 100 gram.Pada transportasi ikan ukuran konsumsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan ikan dalam air dan tanpa air atau dalam kondisi lembab (Martyshev,1983). Sedangkan untuk Transportasi benihmerupakan bagian penting dalam kegiatan budidaya ikan yang sangat menentukan keberhasilan usaha di tahap selanjutnya. Sesuai dengan namanya, transportasi ikan hidup bertujuan agar ikan yang ditransportasikan tetap dalam kondisi hidup hingga ikan tersebut ditebar di tempat tujuan. Kerusakan benih ikan,dapatsaja terjadi bila terjadi kesalahan dalam cara penanganan dalam proses transportasi benih.Dalam pengangkutan benih resiko kematiannya besar, karena pada waktu diangkut  benih masihdalam keadaan lemah. Perdagangan ikan hidup disebabkan karena harganya yang dapat mencapai tiga sampai empat kali lipat harga ikan mati. Teknologi transportasi ikan hidup yang sesuai dengan tuntutan komoditi dan kondisi sangat diperlukan. Keberhasilan transportasi ikan dapat ditentukan oleh kualitas kemasan yang digunakan. Kemasan berfungsi sebagai wadah,  pelindung, penunjang cara penyimpanan dan transportasi serta sebagai alat persaingan dalam  pemasaran. Kemasan yang digunakan untuk ikan hidup berfungsi untuk mendukung mempertahankan agar ikan tetap dalam keadaan pingsan. Selain itu kemasan juga berfungsi sebagai insulator panas yang dapat menahan distribusi panas dari luar kedalam kemasan. Salah satu penentu kualitas kemasan adalah bahan pengisi yang digunakan dalam kemasan itu sendiri. Bahan pengisi seperti serbuk gergaji, serutan kayu, kertas Koran, busa dan lain sebagainya berfungsi sebagai penahan ikan hidup agar tidak bergeser dalam kemasan,
Dalam pengangkutan ikan hidup perlu dilakukan teknik khusus, berbeda dengan ikan mati. Ikan yang sudah mati hanya diharapkan tetap segar untuk sampai ke tujuan namun untuk ikan hidup, ikan harus tetap hidup dan dalam keadaan sehat hingga sampai ke tempat tujuan.Teknik pengangkutan ikan hidup dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : yaitu teknik basah yang menyertakan media air; dan teknik kering, tanpa penyertaan air. Setiap teknik yang digunakan bergantung kepada jarak tempuh dan waktu tempuh yang dibutuhkan hingga sampai ke tempat tujuan.
Proses Pemingsanan/Imotilisasi meliputi 3 tahap :
Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam alat pernafasan suatu organisme
Difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pembius ke dalam darah
Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan substansi pembius ke seluruh tubuh
1.  Pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah
Pada pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah, ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu kandungan oksigen (O2), jumlah dan berat ikan, kandungan amoniak dalam air, karbondioksida (CO2), serta pH air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan tergantung jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat, ikan akan mengonsumsi O2 pada kondisi stabil, dan ketika kadar O2 menurun konsumsi ikan atas O2 akan lebih rendah. Sementara itu, nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis akibat perubahan kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, dan cara menanggulanginya yaitu dengan menstabilkan kembali pH air selama pengangkutan dengan larutan bufer.Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengangkutan ikan hidup menggunakan teknik basah yaitu pengangkutan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.
Pengangkutan dengan sistem terbuka biasanya hanya dilakukan jika jarak waktu dan jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dan menggunakan wadah yang terbuka. Sistem ini mudah diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka tergantung efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan jenis ikan. Sementara itu, pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup dilakukan menggunakan wadah tertutup dan memerlukan suplai oksigen yang cukup. Karena itu, perlu diperhatikan beberapa faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pengangkutan yaitu kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, serta kepadatan dan aktivitas ikan.
2.  Pengangkutan ikan hidup dengan teknik kering
Dalam pengangkutan teknik kering, media yang digunakan bukanlah air. Namun,  ikan harus dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah (dipingsankan) sehingga konsumsi ikan atas energi dan oksigen juga rendah. Semakin rendah metabolisme ikan, semakin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan begitu, ketahanan hidup ikan untuk diangkut di luar habitatnya semakin besar. Terdapat tiga cara pemingsanan yang dapat dilakukan pada ikan, yaitu
• Penggunaan suhu rendah,
• Pembiusan dengan zat kimia, dan
• Penyetruman dengan arus listrik.
Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penurunan suhu secara langsung dan penurunan suhu secara bertahap. Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara langsung dilakukan dengan cara ikan dimasukkan dalam air bersuhu 10-15oC sehingga ikan pingsan seketika. Sementara, Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara bertahap dapat dialkuakn dengan cara penurunan suhu air sebagai media ikan secara bertahap sampai ikan pingsan.Pembiusan dengan ikan zat kimia dilakukan dengan menggunakan bahan anestasi (pembius). Bahan anestasi yang digunakan untuk pembiusan ikan yaitu MS-222, Novacaine, Barbital sodium, dan bahan lainnya tergantung berat dan jenis ikan. Selain bahan-bahan anestasi sintetik, pembiusan juga dapat dilakukan  dengan zat cauler pindan cauler picin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp.
IMOTILISASI  IKAN
Bahan alami:
minyak cengkeh,
ekstrak tembakau,
ekstrak biji karet,
Rumput laut (caulerpa) dll.
Proses Pemingsanan/Imotilisasi meliputi 3 tahap :
Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam alat pernafasan suatu organisme
Difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pembius ke dalam darah
Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan substansi pembius ke seluruh tubuh
Bahan anestesi yang masuk ke dalam tubuh secara langsung atau tidak langsung akan mengganggu kesetimbangan ionik dalam otak ikan.
Terjadi penurunan konsentrasi K+ dan peningkatan kation Na+, Fe³+ dan Ca²+. Gangguan ini mempengaruhi syaraf motorik dan pernapasan.   
Fase pingsan yang dianjurkan adalah fase pingsan ringan (deep sedation), yaitu:
Reaktivitas terhadap rangsangan luar tidak ada kecuali dengan tekanan kuat.
Pergerakkan operculum lambat.
A.    Latar Belakang
Jenis ikan
 Cara pemingsanan
Waktu (menit)
Suhu
( ºC )
Ikan mas
(Cyprinus carpio)
Pendinginan bertahap
Pendinginan cepat
         30
         10
    6  - 7
    6  - 7
Ikan kakap
(Lates calcarifer)
Pendinginan bertahap
Pendinginan cepat
         25
         10
  10 - 11
  10 - 11
Kepiting
(Scylla serrata)
Pendinginan bertahap
Pendinginan cepat
         30
         20
  15 - 17
  15 - 17

Pembiusan dengan MS-222 (Tricaine metanosulfonat) untuk induk ikan adalah 5 ppm (5 gr dalam 100 l air).  Induk ikan dimasukkan dalam larutan pembius selama 15-20 menit akan pingsan.
Pembiusan lobster dengan MS-222 pada konsentrasi 100 ppm selama 15-20 menit, kelulusan hidup 100% selama 24 jam dalam kemasan tanpa air menggunakan serbuk gergaji dingin 14ºC.
Keuntungan pada ikan yang dipingsankan pada transportasi ikan hidup:
Tidak memerlukan wadah transportasi yang besar.
Resiko kematian akibat kelelahan/stress karena pengaruh getaran, cahaya dan kebisingan mendekati nol.
Ikan tidak membuang kotoran, karena selama pingsan tidak melakukan aktivitas makan.
Sumber:
Efendi R (2013). Pengangkutan Ikan Hidup.
Dr. Mala Nurilmala, S.Pi, M.Si Dept. of Aquatic Product Technolgy Bogor Agricultural University

0 comments:

Post a Comment