Thursday, June 16, 2016

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA KEPITING BAKAU

June 16, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 1 comment
Kepiting bakau (Scylla serrata) yang dikenal juga kepiting lumpur banyak juga dijumpai diperairan Indonesia, terutama perairan payau yang banyak ditumbuhi oleh tanaman bakau. Jenis kepiting ini disenangi masyarakat  mengingat rasanya yang lezat dengan kendungan nutrisi sejajar dengan crustacea lain seperti halnya udang,  Oleh karena itu kepiting ini banyak diminati baik dipasaran dalam negeri maupun luar negeri.
Berkembangnya pangsa kepiting bakau (Scylla serrata) baik di dalam maupun di luar negeri adalah suatu tantangan untuk meningkatkan produksi secara berkesinambungan. Dengan mengandalkan produksi semata dari alam/tangkapan, jelas tidak sepenuhnya dapat diharapkan kesinambungan produksinya. Untuk itu perlu adanya usaha budidaya bagi jenis crustacea yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Di sisi lain produksi kepiting selama ini secara keseluruhan masih mengandalkan dari penangkapan di alam, yang kesinambungan prodsuksinya tidak dapat dipertahankan. Oleh karena itu sudah saatnya dilakukan usaha yang lebih rasional yaitu melalui sistem budidayanya. 
II.    DESKRIPSI KEPITING BAKAU
2.1.    Klasifikasi Kepiting Bakau
Penggolongan kepiting bakau secara lengkap berdasarkan ilmu taksonomi hewan (system pengelompokan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifatsifatnya) dapat dipaparkan sebagai berkut :
Phyllum    :  Arthopoda
Class    :  Crustacea
Ordo    :  Decapoda
Familia    : Portunidae
Genus    : Scylla
Species    : Scyllaserrata
2.2.    Morfologi Kepiting Bakau
Ukuran kepiting yang ada di alam bervariasi tergantung wilayah dan musim. Misalnya diperairan bakau Ujung Alang, terdapat kepiting bakau dengan kisaran panjang karapas (kerangka luar) 18,80 mm-142,40 mm. Sedangkan diperairan bakau Segara Anakan didapatkan kepiting bakau dengan kisaran panjang karapas 19,20 mm-116,70  mm.
Berdasarkan lebar karapasnya, tingkat perkembangan kepiting dapat di bagi menjadi tiga kelompok :
    Kepiting juwana, lebar karapas 20 mm-80  mm
    Kepiting menjelang dewasa, lebar karapas 70 mm-150  mm Kepiting dewasa, lebar karapas 150 mm-200  mm
2.3. Tingkah Laku dan Kebiasaan Kepiting Bakau
Secara umum tingkah laku dan kebiasaan kepiting bakau yang dapat diamati adalah sebagai berikut :
    Suka berendam dalam lumpur sering berada didasar (bentic) dan membuat lubang pada dinding atau pematang tambak pemeliharaan. Dengan mengetahui kebiasaan ini, maka kita dapat merencanakan atau mendesain tempat pemeliharaan sedekimian rupa agar kemungkinan lolosnya kepiting yang dipelihara sekecil mungkinmerugikan usaha penanganan hidup dan budidayanya. Karena sifatnya yang saling menyerang ini akan menyebabkan kelulusan hidup rendah dan menurunkan produktifitas tambak. Sifat kanibalisme yang paling dominan ada pada kepiting jantan, oleh karena itu budidaya monokultur pada produksi kepiting akan memberikan kelangsungan hidup lebih baik.
    Moulting atau berganti kulit. Sebagaiman jenis crustacea, maka kepiting juga mempunyai sifat seperti crustacean yang lain, yaitu moulting atau berganti kulit. Setiap berganti kulit kepitig akan mengalami pertumbuhan besar karapas maupun beratnya. Umumnya pergantian kulit akan terjadi  sekitar 18 kali mulai dari stadia awal sampai dewasa. Selama proses ganti kulit, kepiting memerlukan energi dan gerakan yang cukup kuat, maka bagi kepiting dewasa yang mengalami perlu tempat yang cukup luas.
    Pertumbuhan akan terlihat lebih pesat pada saat masih muda, hal ini berkaitan dengan frekuensi pergantian kulit pada saat stadia awal tersebut.Periode dan tipe ganti kulit penting artinya dalam melakukan pola usaha budidaya yang terkait dengan desain dan kontruksi wadah, tipe budidaya dan pengelolaannya.
    Kepekaan terhadap polutan. Kualitas air sangat berpengaruh terhadap ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi karena kelebihan sisa pakan yang membusuk, bahan pencemar, serta adanya bahan-bahan logam berat, dll. Bila kondisi kepiting lemah, misalnya tidak cepat memberikan reaksi bila dipegang dan perutnya kosong bila dibelah, kemungkinan ini akibat dari menurunya mutu air. Untuk menghindari akibat 4 yang lebih buruk lagi, selekasnya pindahkan kepiting ke tempat pemeliharaan lain yang kondisi airnya masih segar.
2.4 .  Daerah Penyebaran
Daerah penyebaran kepiting bakau sangat luas, dari barat daya samudra fasifik hingga samudera hindia.  Sebagai mana dijelaskan diatas bahwa negara yang terkenal sebagai pembudidaya kepiting bakau adalah Malaysia, Taiwan, Hawai , Australia dan Filipina. 
III.  TEKNIK BUDIDAYA KEPITING BAKAU
3.1 .  Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi merupakan salah satu unsur penting dalam usaha budidaya kepiting bakau.Lokasi yang sesuai merupakan salah satu penenentu keberhasilan usaha budidaya kepiting.Hal ini tidak hanya memeberikan produksi yang maksimal, tetapi juga memberikan kemudahan dalam pengelolaannya.
Fakrtor utama yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi budidaya kepiting yaitu tersedianya sumber air baik syarat maupun jumlahnya, tipe dan struktur tanah yang baik, tersedianya pakan yang cukup, dekat dengan sarana dan prasarana produksi, pasar yang baik, dan tersedianya tenaga lapang yang terampil.
Tambak pemeliharaan kepiting diusahakan mempunyai kedalaman 0,8-1 , 0 meter. Sumber air yang cocok adalah air payau atau air asin, karena kepiting merupakan penghuni daerah pantai.Kadar garam yang dapat memberikan produksi tinggi yaitu berkisar antara 15-30 promil.Kisaran salinitas yang rentannya (15 point) memudahkan bagi petani dalam menemukan daerah yang sesuai.
Tanah yang cocok untuk budidaya kepiting adalah tanah yang memiliki fungsi terutama untuk penahan air, karena fungsi ini berhubungan dengan fungsi tanah dasar dan tanah pematang tambak. Tanah yang baik untuk penahan air adalah tanah berlumpur dengan tekstur liat berpasir (sandy clay) atau lempung berliat  (silty loam). Selain sebagai penahan air tanah tambak juga berfungsi sebagai tempat hidup dan sumber unsur hara bagi banyak organisme yang menjadi sumber pakan bagi kepiting.
3.2 .  Disain dan Kontruksi Tambak
Apabila perlakuan terhadap kepiting selama masa pemeliharaan kurang baik, seperti mutu air kurang diperhatikan, makanan tidak mencukupi maka pada saat kepiting tersebut mencapai kondisi  biologis matang telur akan berusaha meloloskan diri, dengan jalan memanjat dinding/pagar atau dengan cara membuat lubang pada pematang. Untuk menggindari hal tersebut, maka konstruksi  pematang dan pintun air pelu diperhatikan  secermat mungkin. Pada pematang dapat dipasang pagar kere bambu atau dari waring, hal ini mengurangi kemungkinan lolosnya kepiting.
Pemasangan pagar kere bambu atau waring pematang yang kokoh (lebar 2-4 meter) dilakukan diatas pematang bagian pinggir dengan ketinggian sekitar 60 cm.
Pada tambak  yang pematang tidak kokoh, pemasangan pagar dilakukan pada kaki dasar pematang dengan tinggi menimal 1 meter.
3.3.  PenebaranBenih Kepiting Bakau
Pada lokasi penghasil kepiting tangkapan dari alam, pada musim benih untuk budidaya tradisisonalpetani hanya mengandalakn benih kepiting yang masuk secara alami pada saat pasang surut air.Setelah beberapan bulan mulai dilakukan panen selektif dengan memungut kepiting yang siap jual.
Pada budidaya polikultur dengan ikan bandeng, ukuran benih kepiting dengan berat 20-50 gram dapat ditebar dengan kepadatan 1000-2000  e kor/Ha, dan ikan bandeng gelondongan yang berukuran berat 2-5  gram ditebar dengan kepadatan 2000-3000 ekor/Ha. Pada budidaya system monokultur benih kepiting dengan ukuran seperti tersebut diatas ditebar dengan kepadatan 5000-15000 ekor/Ha.
Metode yang digunakan untuk tujuan produksi kepiting bertelur ada dua macam yakni : dengan sistem kurungan dan sistem karamba apung.
A.    Sistem Kurungan
Kurungan dapat dibuat dari bahan bambu yang dibuat menjadi rangkaian. Lebar bilah bambu 1-2 cm dengan panjang 1,7 meter. Bilah-bilah bambu dirangkai secara teratur sehingga membentuk kere atau semacam pagar.Kere ini kemudian dipasang pada saluran tambak memanjang pada bagian pinggirnya, bila dipasang dalam tambak agar ditempatkan paada bagian yang relatip dalam dan mendapat pergantian air yang cukup.
Kere atau pagar bambu ditancapkan sedalam 30 meter dengan bagian bawah dibuat lebih rapat yang bertjuan agar kepiting tidak lolos.Untuk penempatan kurungan pada saluran tambak ukurannya disesuaiakan dengan lebar saluran tersebut agar tidak menggangu kelancaran aliran saluran tambak ytersebut. Untuk skala yang lebih besar dapat menggunakan petakan tambak dengan luasan antara 0,25-0 ,50 Ha dengan pagar keliling darin kere bambu ataupun waring.
B.    Keramba apung
Selain menggunakan kerungan, untuk budidaya kepiting betelur dapat juga menggunakan keramba apung. Karamba apung dibuat dari rangkain bilah bamboo seperti pada pembuatan kere,kemudian kere yang sudah jadi dirangkai menjadi kotak yang ukurannya disesuaikan dengan lokasi dimana karamba apung akan ditempatkan.
Selanjutnya pada sisi panjang yang berlawanan dipasang pelampung yang dibuat dari potongan bambu yang masih utuh atau  dari bahan lainnya.
9
Penempatan karamba apung ini pada temapt bergantian airnya, seperti pada saluran, tepi sungai dan tempat lainnya yang memenuhi syarat diatas.
Proses produksi kepiting bertelur paling lama berlangsung sekitar 5-14 hari atau tergantung ukuran awal penebaran. Singkatnya masa pemeliharaan ini juga dimungkinkan karena kepiting betina yang ditebar dengan berat sekitar 150 gram biasanya sudah mengandung telur.
3.4 . Pakan
Pakan yang baik adalah pakan yang sesuai dengan perkembangan kepiting.Masing-masing tahp perkembangan (stadia) kepiting, memerlukan jenis pakan yang berbeda.Untuk lebih mudahnya dalam penyediaan pakan kepiting dibagi menjadi dua tahap perkembangan hidup. Pertama larva seperti benih,  kedua benih sampai ukuran konsumsi/induk
Pada stadium larva kepiting cenderung sebagai pamakan plankton.Semakin besar ukurannya, kepiting manjadi omnivora atau pemakan segala.Sesuai dengan kebiasaan makannya di alam, jenis pakan yang disukai antara lain chlorella, ikan kecil ataupun anak ikan dan udang-udangan seperti rotifera (Brachianus plicatilis) dan artemia.
Berbagai jenis pakan seperti : ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dan lain-lain. Dari jenis pakan tersebut, ikan rucah segar lebih baik ditinjau dari fisik maupun kimiawi dan peluang untuk segera dimakan lebih cepat karena begitu ditebar akan tenggelam. Hal ini berkaitan erat dengan kebiasaan kepiting yang biasa makan didasar.
Pemberian pakan pada usaha pembesaran hanya bersipat suplemen dengan dosis sekitar  5 %. Lain halnya pada usaha kepiting bertelur dan usaha penggemukan, pemberian pakan harus diperhatikan dengan dosis antara 5-10 % dari berat kepiting yang dipelihara. Kemauan makan kepiting muda lebih besar, karena pada periode ini dibutuhkan sejumlah makanan yang cukup banyak untuk pertumbuhan dan proses ganti kulit.
Pakan buatan atau pakan yang diramu sendiri juga bisa digunakan untuk pembesaraan kepiting. Kelebihan pakan buatan dibanding pakan segar, yakni dapat dibuat dan digunakan setiap waktu sehingga ketersediaannya lebih terjamin. Selain itu kandungan gizinya dapat diatur sendiri dan biayanya bisa disesuaikan dengan keadaan modal.
3.5 . Pemanenan
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa pemanenan kepiting dapat dilakukan secara selektif, dimana pemanenan ini dilakukan dengan jalan memilih kepiting yang ukurannya telah mencapai ukuran konsumsi. Selain itu pemanenan jug dapat dilakukan dengan jalan pemanenan sekaligus yaitu kepiting dipanen secara sekaligus (dilakukan pengeringan air tambak/wadah budidaya) kepiting. 
IV.  PENYAKIT KEPITING BAKAU
Penyakit yang sering menyerang kepiting bakau selama ini diketahui bahwa denagn kematian yang tinggi terjadi pada stadium yang ebrbedfa terutama pada tingkat-tingkat zoea awal, akhir, dan megalopa, salah satu factor penyebabnya adalah jamur.
Adapun  timbulnya jamur tersebut akibat kondisi lingkungan media pemeliharaan yang tidak stabil, misalnya temperatur naik cuup tinggi pada siang hari dan turun dastis pada malam hari dan kadar oksigen terlarut yang rendah sehingga menyebabkan kepiting tersebut menjadi stress serta memudahkan patogen untuk menyerang.
No    Jenis Penyakit    Gejala    Pengobatan pencegahan           
            Bahan Kimia    Bahan Alami
1    Jamur
(Legenidium sp
dan Fusarium sp)    Terdapat bintik putih pada bagian yang di serangnya.    Direndam dalam larutan Erithromycyn dengan dosis 1,3 ppm, Herbisida treplan 0,02 ppm dan Furazolidon 1  ppm dilakukan setiap 3 hari sekali berselang-seling.    Dengan ekstrak daun sambiloto dan daun miana dengan dosis 1015  mg/lt air setiap  hari,
karena bersifat antibiotic dan antiseptic yang dapat menolak/mencegah timbulnya jamur.

DAFTAR PUSTAKA
Amri, K.  2003 “Budidaya Udang Windu Secara Intensif (Kiat Mengatasi Permasalahan
Praktis)”, Agromedia Pustaka. Jakarta Dahuri.  2002 ”Koran Waspada Februari 2004 ”.
Nur, Syaripah.  2004 “Progam Pengembangan Udang Windu di Kabupaten Lampung Timur”, STPP Bogor
Ichsan M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kepiting Bakau Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor. 

1 comment:

  1. Pengakuan Kisah Nyata Ibu Ratnawati
    Tanpa Rekayasa Cerita Ini Benar Adanya

    Assalamualaikum Wr, Wb.
    sebelumnya saya minta maaf apabilah tulisan yang saya posting ini menyinggung hati para pecinta dunia maya, namun apa yang saya tulis ini bukanlah tapi kisah nyata yang saya alami dan rasakan saat ini, sebelum saya melanjutkan cerita ini perkenalkan nama lengkap saya Ibu Ratnawati Usia 44 tahun tinggal di Pohuwato propinsi Gorontalo, kisah saya mulai ketika saya dan suami membuka usaha pengepul rumput laut di daerah kami awalnya usaha kami sangat maju pesat dan ekonomi kami boleh di katakan sudah berkecukupan karna usaha yang mulai maju pesat itu akhirnya saya dana suami sepakat untuk membesarkan usaha kami dengan meminjam modal di dengan jaminan surat tanah dan rumah kami, saya dan suami mendapat pinjaman dari bank sebesar 1 Milyar kami pun memakai uang itu untuk mengepul semua hasil rumput laut di gorontalo, namun nasip berkata lain bukannya keuntungan yang kami dapat tapi malah musibah gudang tempat penyimpanan yang bersampingan dengan rumah kami ludes terbakar api semuanya musnah tanpa sisa barang uang perhiasan pun habis, saat itulah kami terpuruk dan jatuh miskin, keputusasaan melanda kami dan pada akhirnya saya dan suami memutuskan mencari jalan instan minta pesugihan pada awal maret kami berkunjung ke tanah jawa menjumpai seorang dukun di kota malang berbagai ritual sudah kami jalani tapi hasilnya nol. uang kami habis tapi kami tidak dapat apa-apa, lalu kami cari ke tempt lain dan kami bertemu dengan K.H. Abah Manzur, setelah kami mendengarkan penjelasan beliu awalnya kami sedikit ragu akan berhasil karna cara beliu ritual tidak pakai bahan apapun cuma pakai uang yg kami sisahkan itu, setelah menunggu 5jam lamanya allhamdulillah, mata saya tertujuh pada karung yg didalamnya penuh dengan uang pecahan 100 ribu, kemudian pak kyai memanggil kami dan menyampaikan itu uang anda ambillah "kata beliu" dengan sujud syukur kami mencium kaki beliu sambil menangis bahagia, lalu ke esokan harinya kami pulang ke gorontalo untuk meritis usaha lagi, berkat bantuan dana gaib 3 milyar dari abah manzur kini hidup kami sdh lebih baik dari sebelumnya, kepada saudaraku yang ingin mengubah nasib jangan pikir pikir lagi segeralah minta pertolongan beliu insyaallah beliu akan membantu kesusahan anda.
    Sedikit saya tambahkan bahwa ritual pesugihan abah tanpa tumbal dan resiko apapu di jamin aman dunia akhirat,

    Jika ingin merubah nasib segerah hubungi kyai abah manzur di nomor tlp 0853~2048~9499 atau Kunjungi Situs: https://ahlipesugihanislami.blogspot.com/

    ReplyDelete