Sunday, May 15, 2016

PENINGKATAN KUALITAS PAKAN IKAN NILA BERBAHAN BAKU BUNGKIL BIJI KARET

May 15, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
PENDAHULUAN
Penggantian tepung ikan dalam akuakultur diet dengan protein nabati diinginkan ekonomis, tetapi efek dari sumber protein alternatif pada mikrobiota usus dan kesehatan ikan yang kurang dipahami. Kami memeriksa microbiome usus dari 108 rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) makan dengan diet termasuk bahan-bahan tanaman (kacang polong, kedelai, kanola) pada dua tingkat pengolahan (makan, berkonsentrasi), atau makan ikan (FM) diet kontrol. Profil komunitas mikroba ditentukan dengan menggunakan pyrosequencing dari cpn60 PCR 16S rRNA produk dan DGGE. Profil Mikroba ikan diberi diet FM berubah selama penelitian dengan penurunan kekayaan dan keragaman spesies dan karena itu evaluasi efek dari diet eksperimental dicapai melalui perbandingan masing-masing dengan kontrol diet FM bersamaan nya. Tanaman bahan diet dikaitkan dengan Firmicutes lebih tinggi: rasio Proteobacteria dibandingkan kontrol. Kedua DGGE dan pyrosequencing data menunjukkan bahwa microbiomes ikan berbasis makan makan diet lebih dibedakan dari microbiomes kontrol FM daripada para microbiomes ikan makan diet protein konsentrat. Perubahan dalam diet FM profil terkait bisa menjadi hasil dari perubahan fisiologis yang berkaitan dengan usia ikan ini atau efek jangka panjang dari perubahan lingkungan dari luar fasilitas akuakultur ke fasilitas re-sirkulasi dalam ruangan. Apapun alasannya, pengamatan ini memiliki implikasi yang signifikan untuk evaluasi masa depan diet dan bahan-bahan. Kami juga menunjukkan perubahan dalam microbiome usus yang dapat menyebabkan hasil kesehatan negatif ketika diet mengandung protein makan tanaman. Perubahan-perubahan dalam struktur microbiome dapat diminimalkan dengan proses tambahan bahan-bahan tanaman.Budidaya ikan air tawar menempatkan biaya pakan sebagai komponen biaya produksi dalam kegiatan budidaya (Hardy, 2010). Biaya pakan tersebut dipengaruhi oleh bahan baku. Bahan baku pakan yang umum digunakan sebagai sumber protein yaitu tepung bungkil kedelai dan tepung ikan yang diimpor dari luar negeri. Ketergantungan terhadap bahan pakan impor berdampak pada ketersediaan pakan, sehingga perlu adanya inovasi penggunaan bahan baku lokal alternatif yang mampu menggantikan peranan tepung bungkil kedelai sebagai sumber protein nabati utama dalam pakan.
Biji karet merupakan salah satu kandidat bahan baku alternatif yang potensial dalam pembuatan pakan ikan (Suprayudi et al., 2014a). Keberadaan biji karet di Indonesia cukup melimpah dan merupakan biji yang disia-siakan atau belum dimanfaatkan. Selain itu, biji karet memiliki nutrisi cukup baik yaitu kandungan protein sebesar 21,9%; karbohidrat sebesar 61,5%; lemak 15,8%, dan kadar abu 2,3% (Oyewusi et al., 2007). Biji karet mengandung zat antinutrien  yaitu asam sianida (HCN), tetapi HCN ini dapat dihilangkan melalui pengukusan selama 30 menit (Rahmawan & Mansyur, 2008), serta melalui pemanasan (steam physical activity) (Sun & Jiang, 2010).
Penggunaan biji karet sebagai bahan baku pakan telah dilaporkan oleh Alim (2013) yang menunjukkan bahwa tepung biji karet yang difermentasi cairan rumen domba mampu menyumbang hingga 50% dari total protein pakan ikan nila Oreochromis niloticus. Penggunaan cairan rumen domba digunakan sebagai bahan untuk hidrolisis tepung biji karet dikarenakan memiliki enzim-enzim pendegradasi partikel makanan (Suprayudi et al., 2014b). Kandungan nutrisi biji karet yang difermentasi cairan rumen domba yaitu protein 39,57%; lemak 13,92% dan karbohidrat 40,44%. Enzim-enzim pada cairan rumen dapat menurunkan serat kasar pada biji karet dari 10,16% hingga 7,04% (Alim, 2013). Namun penggunaan biji karet lebih dari 50% pada pakan mengakibatkan penurunan pertumbuhan ikan nila. Hal ini disebabkan oleh kandungan lisin yang rendah, sehingga dilakukan suplementasi lisin untuk meningkatkan kualitas protein tepung biji karet. 
Suplementasi asam amino merupakan strategi dalam pemenuhan keseimbangan asam amino pada pakan dan meningkatkan kualitas protein (Furuya & Furuya 2010; Dalibard et al. 2014). Suplementasi asam amino dilaporkan pada beberapa penelitian. Palavesam et al.  (2008), menyatakan bahwa pemberian lisin 0,5% pada pakan berprotein 35% dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan Etroplus suratensis. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi peningkatan kualitas pakan dengan tepung bungkil biji karet yang difermentasi dengan cairan rumen domba (TBBKF) melalui suplementasi asam amino untuk ikan nila O. niloticus.
BAHAN DAN METODE
Pembuatan pakan uji
Biji karet yang digunakan berasal dari perkebunan karet rakyat di Padang Sidempuan, Sumatera Utara. Biji karet dikupas atau dipisahkan dengan cangkangnya kemudian dilakukan proses penepungan menggunakan discmill. Selanjutnya biji karet dipress dengan menggunakan alat pengepress hidrolik dengan suhu 80 °C, kemudian dikukus pada suhu 90–105 °C selama 30 menit (Rahmawan & Mansyur, 2008).  Tepung biji karet direndam dengan hexane dengan perbandingan 3:1 kemudian dikeringanginkan selama 24 jam. Setelah itu tepung biji karet dibilas dengan alkohol 70% dan dikeringkan selama 24 jam. Setelah kering, tepung biji karet difermentasi menggunakan crude enzim cairan domba dengan dosis 200 mL/kg bahan (Suprayudi et al., 2011). Tepung biji karet kemudian dianalisis proksimat dan hasil analisis proksimat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tepung biji karet hasil fermentasi cairan rumen domba (TBBKF) ini kemudian digunakan dalam pembuatan pakan ikan dengan persentase sumbangan protein total sebesar 0% (kontrol), 50% dan 75% TBBKF tanpa lisin serta 50% dan 75% TBBKF dengan suplementasi lisin. Formulasi dan hasil proksimat pakan uji disajikan pada Tabel 2.
Pemeliharaan ikan
Ikan nila yang digunakan memiliki bobot rata-rata 6,29+0,12 g yang berasal dari Balai Pengembangan Budidaya Ikan Nila dan Mas (BPBINM) Wanayasa, Jawa Barat. Ikan dipelihara selama 40 hari di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan dilakukan dengan menggunakan 15 akuarium berukuran 100×40×50 cm3 dengan volume air sebanyak 175 L/akuarium dan padat penebaran ikan sebanyak 15 ekor/akuarium. Pemberian pakan dilakukan secara sekenyangnya dengan frekuensi sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB.
Tabel 1. Komposisi proksimat tepung bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen domba (% bobot kering)
Parameter    Tepung bungkil biji karet fermentasi (TBBKF)
Protein    40 , 36
Lemak    6 , 03
Kadar abu    5 , 86
Serat kasar     8 , 90
BETN    38 , 85
BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen
Selama masa pemeliharaan, kualitas air dijaga dalam kisaran yang layak untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yaitu suhu berkisar 28–31 °C, kandungan oksigen terlarut berkisar 5,8–4,75 mg/L, pH berkisar 5,44–7,35 dan total ammonia nitrogen (TAN) berkisar 0,25–0,94 mg/L. Kualitas air dijaga dengan cara melakukan penyifonan setiap hari, serta melakukan pergantian air sebanyak 30% setiap tiga hari sekali. Pengukuran suhu air dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari, sedangkan pengukuran pH, oksigen terlarut, dan TAN dilakukan tiga kali selama pemeliharaan yaitu pada awal pemeliharaan, hari ke-15 dan hari ke-30.
Analisis proksimat pada pakan uji dilakukan sebelum pemeliharaan ikan. Pada awal dan akhir pemeliharaan dilakukan penimbangan bobot tubuh ikan dan analisis proksimat pada tubuh ikan uji diantaranya kadar air, protein, lemak, serat kasar, abu dan BETN (bahan ekstrak tanpa nitrogen). Analisis kadar air dilakukan dengan metode gravimetrik, protein dengan metode Kjeldhal, lemak dengan metode Soxhlet, kadar abu dengan metode gravimetrik dan serat kasar dengan metode Vansus. Analisis proksimat ini sesuai dengan prosedur AOAC (1995). Sebelum analisis, ikan terlebih dahulu dihaluskan dengan cara dicincang hingga rata kemudian dilakukan analisis proksimat.
Analisis data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Parameter pertumbuhan dan komposisi kimia tubuh dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) menggunakan program SPSS 16.0. Perbedaan nyata antar perlakukan diuji lanjut dengan uji lanjut Tukey.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Suplementasi lisin memberikan pengaruh terhadap bobot tubuh akhir (Bt), rasio efisiensi protein (PER) dan rasio konversi pakan (FCR) seperti disajikan pada Tabel 3. Suplementasi lisin pada 50% TBBKF tidak memberikan pengaruh terhadap bobot tubuh akhir, tetapi suplementasi lisin pada 75% TBBKF meningkatkan bobot tubuh akhir jika dibandingkan dengan 75% TBBKF tanpa lisin namun lebih kecil dibandingkan kontrol (P<0 4.="" 50="" 75="" abu="" air="" akhir="" analisis="" bahwa="" berbeda="" berpengaruh="" betn.="" br="" dan="" dengan="" dibandingkan="" disajikan="" fcr="" hal="" hasil="" ikan="" jika="" juga="" kadar="" kasar="" kontrol.="" lemak="" lisin.="" lisin="" maupun="" memberikan="" menunjukkan="" nbsp="" nilai="" nyata="" pada="" pengaruh="" per="" perlakuan="" proksimat="" protein="" sama="" serat="" signifikan="" suplementasi="" tabel="" tanpa="" tbbkf="" terhadap="" tetapi="" tidak="" tubuh="">Pembahasan
Hasil pemeliharaan selama 40 hari menunjukkan bahwa suplementasi lisin pada penggunaan sumbangan protein sebesar 75% TBBKF meningkatkan bobot tubuh akhir, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap FCR pada ikan nila (Tabel 3). Penggunaan 75% TBBKF tanpa lisin menunjukkan bobot tubuh paling rendah dibandingkan perlakuan lainya, namun meningkat setelah suplementasi lisin dari 13,21 g hingga 14,91 g (meningkat 12,8%). Kenaikan bobot tubuh akhir pada 75% TBBKF masih lebih rendah dibandingkan dengan kontrol atau tanpa penggunaan TBBKF.
Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas pakan melalui suplementasi lisin. Lisin berperan dalam penyedia energi, pertumbuhan tulang dan pembentukan otot. Pada proses penyediaan energi, lisin merupakan prekursor sintesis karnitin. Karnitin merupakan senyawa pembawa asam lemak rantai panjang dalam menembus membran mitokondria untuk proses β-oksidasi asam lemak. Penambahan lisin ke dalam pakan dapat meningkatkan terbentuknya karnitin sehingga terjadi peningkatan proses β-oksidasi untuk produksi energi dan pertumbuhan ikan meningkat  (Li et al., 2008).
Lisin berperan dalam membantu penyerapan kalsium yang dibutuhkan dalam pembentukan tulang untuk pertumbuhan (Ovie & Eze, 2013). Menurut Li et al. (2008), bahwa suplementasi asam amino dapat memperbaiki nilai nutrisi pada pakan sehingga memengaruhi pada peningkatan pertumbuhan ikan. Hal ini dibuktikan oleh Yang et al.  (2010) melaporkan bahwa suplementasi lisin dan metionin dapat meningkatkan bobot tubuh akhir dan menurunkan FCR pada ikan grass carp Ctenopharyngodon idella. Ovie dan Eze (2013) juga melaporkan bahwa suplementasi lisin dapat meningkatkan biomassa akhir, rasio efisiensi pakan, PER, dan laju pertumbuhan harian (LPH) pada ikan nila. Salama et al. (2013) juga melaporkan bahwa penambahan lisin dan metionin+sistin dapat meningkatkan bobot tubuh, laju pertumbuhan spesifik pada larva ikan sea bass Dentarshus laborax.
Kualitas protein dapat ditinjau dari PER. Pada perlakuan 75% TBBKF tanpa suplementasi lisin menunjukkan PER paling rendah, hal ini disebabkan oleh ketersediaan lisin rendah
Tabel 2. Komposisi da n hasil analisis
sehingga lisin merupakan asam amino pembatas pada TBBKF. Alim (2013) dan Gatlin et al. (2007) menyebutkan bahwa, lisin merupakan asam amino pembatas pada tepung biji karet, sehingga peningkatan penggunaan tepung biji karet pada pakan mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Keberadaan asam amino pembatas pada pakan akan mempengaruhi efisiensi sintesis protein yang mengakibatkan protein yang disimpan rendah dan pertumbuhan rendah (Conde Aguilera et al., 2013; Hu et al., 2013; Vaverde et al., 2013; Wu et al., 2013; Dalibard
        Sumbangan Protein TBBKF   
    0%    50%     50% + lisin    75%    75 % + lisin
Bahan baku (%) Tepung ikan    1,4    2    2    1,4    1 , 4
Meat bone meal    12    11    11    8,2    8 , 2
Tepung kedelai    36    1,3    1,3    0    0
TBBKF    0    40    40    60    60
Pollard    44    39    39    21    21
Minyak ikan    1    1    1    1    1
Minyak jagung    1    1    1    1    1
Tepung tapioka    2    2    2    2    2
Lisin    0    0    0,15    0    0 , 30
Binder    0,2    0,2    0,2    0,2    0 , 2
Premix    3,97    3,97    3,97    3,97    3 , 97
Proksimat pakan (% bobot ke ring)               
Protein    33,93    31,87    33,28    33,79    34 , 14
Lemak    7,10    10,14    10,37    10,66    10 , 81
Abu    10,89    10,34    9,94    9,59    9 , 75
Serat kasar    4,12    8,05    5,01    7,25    4 , 72
BETN    43,97    39,59    41,42    38,71    40 , 57
TBBKF = tepung bungkil biji karet fermentasi. BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen.   
Tabel 3. Bobot tubuh awal (Bo), bobot tubuh akhir (Bt), rasio efisiensi protein (PER) dan  ( FCR) pada ikan nila    rasio konversi pakan
Sumbangan Protein TBBKF Parameter
    0%    50%     50% + lisin    75%    75 %+lisin
Bo (g/ekor)    6,41±0,99a    6,24±0,19a    6,22±0,04a    6,25±0,14a    6 ,33±0,01a
Bt (g/ekor)    16,95±0,77a    16,68±0,53a    17,50±0,17a    13,21±0,22c    14 ,91±0,19b
PER    1,78±0,16a    1,63±0,06ab    1,96±0,07a    1,15±0,17c    1 ,35±0,14bc
FCR    1,67±0,16bc    1,93±0,07bc    1,54±0,05bc    2,61±0,40a    2 ,18±0,22ab
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0 baku.="" br="" dan="" merupakan="" nilai="" rata-rata="" simpangan="" tertera="" yang="">Tabel 4. Hasil analisis proksimat tubuh ikan pada awal dan akhi r penelitian (% bobot basah)
Sumbangan Protein TBBKF
Parameter    Awal
        0%    50%    50%+lisin    75%    75 %+lisin
Kadar air    79,82    76,25±0,55a    75,72±0,91a    75,75±0,95a    75,33±0,26a    75 ,74±0,58a
Protein    10,19    13,47±0,56a    13,88±0,18a    13,74±0,81a    13,22±0,36a    13 ,95±0,23a
Lemak    1,68    3,45±0,08a    4,10±0,57ab    4,72±0,41bc    5,01±0,38bc    5 ,13±0,12d
Kadar abu    6,52    5,17±0,45a    4,66±0,23a    5,04±0,25a    4,75±0,44a    4 ,37±0,37a
Serat kasar    0,75    0,89±0,05a    0,85±0,09a    0,58±0,34a    0,70±0,40a    0 ,34±0,37a
BETN    1,04    0,77±0,36a    0,79±0,21a    0,44±0,21a    0,98±0,15a    0 ,47±0,24a
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0 baku.="" br="" dan="" merupakan="" nilai="" rata-rata="" simpangan="" tertera="" yang=""> et al., 2014; Nunes et al., 2014; Wu, 2014; Chia et al., 2015). Lisin merupakan asam amino esensial yang keberadaanya sangat dibutuhkan oleh ikan. Nunes et al. (2014) menyatakan bahwa suplementasi lisin pada pakan yang rendah lisin dapat memperbaiki kualitas protein. Hal ini ditandai dengan meningkatnya PER pada 75% TBBKF setelah suplementasi lisin. Hal sama juga dilaporkan oleh Ovie dan Eze (2013), bahwa PER meningkat pada ikan nila yang diberi pakan dengan suplementasi lisin. Sardar et al. (2009) juga melaporkan bahwa peningkatan kualitas protein pakan berbahan dasar kedelai melalui penambahan lisin dan metionin terbukti dapat meningkatkan PER pada ikan rohu Labeo rohita.
Komposisi biokimia tubuh ikan pada penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan lisin tidak berpengaruh signifikan terhadap kandungan protein tubuh ikan (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan penelitian Ovie dan Eze (2013) bahwa penambahan level lisin yang diberikan pada ikan nila tidak menunjukkan perbedaan signifikan tetapi cenderung meningkatkan protein tubuh ikan nila.  Palavesam et al. (2008) juga melaporkan bahwa penambahan lisin pada pakan berprotein berbeda meningkatkan kandungan protein tubuh ikan Etropus suratensis. Hal yang sama juga dilaporkan pada ikan gilthead seabream (Peres & Oliva-Teles, 2009) dan ikan grass carp (Yang et al., 2010). Peningkatan kadar protein tubuh mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan penyimpanan protein pada tubuh. Suplementasi lisin juga tidak mempengaruhi pada kadar air, lemak dan kadar abu pada tubuh juvenil ikan cobia (Zhou et al., 2007). Suplementasi lisin juga tidak berpengaruh terhadap komposisi kimia tubuh gibel carp (Hu et al., 2008). Hal sama juga yang dilaporkan oleh Ghomi & Alizadehnajd (2012) bahwa suplementasi lisin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan protein, lemak, abu dan kadar air pada tubuh juvenil ikan Abramis brama orientalis.
KESIMPULAN
Kualitas pakan dengan sumbangan protein 75% dari tepung biji karet fermentasi cairan rumen domba meningkat setelah penambahan lisin, tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan 50% tepung biji karet fermentasi cairan rumen domba dan tepung kedelai sebagai sumber protein pada pakan ikan nila Oreochromis niloticus.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 1995. Official methods of analysis of AOAC international. 16th Edition. USA: Association of Analytical Communities, Arlington.
Alim S. 2013.  Evaluasi tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis difermentasi cairan rumen domba sebagai sumber protein pakan ikan nila Oreochromis niloticus. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Chia MA, Lombardi AT, Melão MDGG, Parrish CC. 2015. Combined nitrogen limitation and cadmium stress stimulate total carbohydrates, lipids, protein, and amino acid accumulation in Chlorella vulgaris (Trebouxiophyceae). Aquatic Toxicology 160: 87–95. Conde-Aguilera JA, Cobo-Ortega C, Tesseraud S, Lessire M, Mercier Y, Van Milgen J. 2013. Changes in body composition in broilers by a sulfur amino acid deficiency during growth. Poultry Science 92: 1.266–1.275.
Dalibard P, Hess V, Tutour LL, Peisker M, Peris S, Gutierrez AP, Redshaw M. 2014. Amino acids in animal nutrition. Belgium: Fevana Publication with Compliments from Evonik
Industries. 
Furuya WM, Furuya VRB. 2010. Nutritional innovations on amino acids supplementation in Nile tilapia diets. Revista Brasileira de Zootecnia 39: 88–94.
Gatlin III DM, Barrows FT, Brown P, Dabrowski K, Gaylord TG, Hardy RW, Herman E, Hu G, Krogdahl Å, Nelson R, Overturf K, Rust

0 comments:

Post a Comment