Saturday, May 21, 2016

TEKNIS PEMIJAHAN IKAN MAS (Cyprinus Carpio) YANG SEDERHANA

May 21, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan mas selama ini dikenal sebagai komoditi dengan nilai ekonomi tinggi. Persebarannya melingkupi hampir semua wilayah di Indonesia. Ikan yang juga dikenal dengan nama Karper (Latin: Cyprinus Carpio). Di Indonesia sendiri, budidaya ikan mas mulai gencar sejak tahun 1920. Bibit awal ikan mas diimpor dari Eropa, Taiwan, Cina dan Jepang. Hingga saat ini, setidaknya dikenal 10 jenis ikan yang dibedakan berdasar pada karakter morfologi ikan mas itu sendiri. Lebih cermatnya, silahkan simak uraian berikut ini.
Klasifikasi Ikan Mas
Sebelum mengurai ciri morfologi ikan mas, ada baiknya jika kita mencermati klasifikasinya dalam ilmu biologi sebagai berikut:
 Kerajaan    : Animalia
 Filum        : Chordata
 Kelas        : Actinopterygii
 Ordo        : Cypriniformes
 Famili        : Cyprinidae
 Genus        : Cyprinus
 Spesies    : Cyprinus carpio
Ciri Morfologi Ikan Mas Di habitat aslinya, ikan mas memijah di awal musim hujan. Proses pemijahan ikan mas dirangsang oleh bau tanah kering yang tersiram air hujan. Dalam budidaya pembenihan, ikan mas bisa dipijahkan sepanjang tahun tidak mengenal musim.
Kali ini alamtani akan mengulas hal-hal yang harus disiapkan sebelum melakukan pemijahan ikan mas, meliputi ciri indukan matang gonad, penyiapan kolam pemijahan, proses pemijahan dan penetasan telur. Sedangkan untuk cara memilih dan memelihara calon indukan ikan mas serta merawat benih hasil pemijahan, silahkan baca budidaya pembenihan ikan mas.
Ciri indukan matang gonad
Indukan betina dan jantan harus dipelihara di kolam terpisah sebelum dipijahkan. Pemeliharaan dilakukan hingga indukan memasuki masa matang gonad. Indukan matang gonad adalah indukan ikan yang telah masuk masa subur dan siap untuk melakukan pembuahan.
Secara umum indukan ikan mas betina yang ideal untuk dipijahkan berumur 1,5-2 tahun dengan bobot tubuh 2-3 kg. Sedangkan untuk ikan mas jantan lebih cepat memasuki masa matang gonad, yaitu pada umur 10-12 bulan dengan bobot tubuh 0,6 kg.
Ciri-ciri indukan ikan mas betina matang gonad:
 Perut bagian bawah lunak, bentuknya buncit dan membulat.
 Alat genital kemerahan dan mengembang agak terbuka.
 Bagian anus terlihat menonjol seperti membengkak
Ciri-ciri indukan jantan ikan mas matang gonad:
 Bila perut bagian bawah ditekan akan mengeluarkan sperma, cairan berwarna putih.
 Tubuh ramping dan gesit.
Pemberokan indukan ikan
Sebelum dipijahkan lakukan pemberokan pada indukan jantan dan betina. Pemberokan yang dimaksud adalah pemeliharaan indukan jantan dan betina dalam kolam terpisah, tanpa diberi makan selama 1-2 hari. Tujuan pemberokan untuk menghilangkan lemak disekitar kantong telur. Lemak yang menyelubungi kantong telur akan menghambat pelepasan sel telur ketika memijah.
Selain itu pemberokan juga bertujuan untuk menahan sementara keinginan memijah indukan. Dengan begitu saat waktunya dipijahkan kedua indukan saling tertarik dan melakukan pembuahan.
Menyiapkan kolam pemijahan
Kolam tanah paling cocok untuk melakukan pemijahan ikan mas. Persiapan yang harus dilakukan adalah penjemuran kolam, pengolahan tanah, pengapuran, pemupukan dan pengairan. Untuk mengetahui lebih lanjut silahkan baca persiapan kolam tanah untuk budidaya ikan.
Setiap indukan betina yang akan memijah membutuhkan luasan kolam 6 m2 per kg bobot tubuh, dengan kedalaman air kolam 60-80 cm. Misalnya, untuk indukan seberat 5 kg dibutuhkan kolam seluas 30 m2. Jadi, kolam seluas 100 m2 kira-kira bisa diisi oleh 3 indukan.
Hal lain yang harus dipersiapkan adalah kakaban. Fungsi kakaban dalam pemijahan ikan mas memberikan tempat untuk meletakkan telur-telur yang telah dibuahi. Kakaban dibuat dari ijuk yang dijepit dengan bilah bambu dan dikasih pemberat agar tenggelam dalam air.
Lebar kakaban biasanya 40 cm, panjangnya bervariasi bisa dibuat 1-2 meter. Cara membuat kakaban adalah sebagai berikut:
 Ijuk disisir rapi dengan sisir kawat, diletakkan berjejer hingga sepanjang panjang kakaban.
 Kemudian siapkan dua bilah bambu untuk menjepit ijuk tersebut. Bagian yang dijepit adalah tengah, lihat gambar dibawah.
 Paku kedua bilah bambu tersebut agar menjepit ijuk dengan kuat.
cara pemijahan ikan mas
Bentuk kakaban dari Ijuk.
Kebutuhan kakaban untuk pemijahan ikan mas tergantung pada ukuran dan jumlah indukan. Untuk kakaban berukuran 40×100 cm dibutuhkan 5-6 kakaban per kg induk ikan mas. Misalnya, indukan sebesar 5 kg membutuhkan 25-30 kakaban.
Selanjutnya pasang kakaban di dasar kolam. Ikatkan kakaban pada patok yang menancap ke dasar kolam sehingga kakaban dalam posisi melayang. Tidak mengapung di atas air sekaligus juga tidak tenggelam di dasar kolam. Kira-kira berada dibawah permukaan air sekitar10-25 cm.
Pemijahan ikan mas
Secara umum terdapat dua cara pemijahan ikan mas, yakni dengan proses alami dan proses buatan. Proses pemijahan alami yaitu mengawinkan indukan dengan meletakkan ikan jantan dan betina dalam satu kolam, sehingga mereka melakukan perkawinan sendiri. Sedangkan proses buatan yaitu indukan betina dibuahi dengan bantuan manusia dengan cara penyuntikan hipofisa atau hormon dan pembuahan dilakukan secara in vitro.
Pemijahan buatan dengan penyuntikan hipofisa atau hormon dilakukan pada ikan-ikan yang sulit memijah. Ikan mas merupakan ikan yang mudah memijah. Pemijahan ikan mas buatan biasanya dilakukan oleh petani pembenihan yang menyediakan benih ikan secara kontinyu dan jumlahnya banyak.
Pada kesempatan kali ini yang dibahas hanya pemijahan ikan mas secara alami. Ada berbagai teknik pemijahan ikan mas secara alami. Biasanya masing-masing daerah punya kekhasan tersendiri. Salah satu yang terkenal adalah cara Sunda. Cara ini banyak dilakukan para pembudidaya di daerah Jawa Barat. Berikut ini langkah-langkahnya:
 Kakaban ijuk dipasang melayang dalam air, sekitar 10-15 cm dibawah permukaan air. Ikat kakaban pada patok yang menancap kuat agar tidak bergeser oleh aktivitas ikan saat memijah.
 Masukkan indukan betina dan jantan bersama-sama. Perbandingan bobot indukan betina dan jantan 1:1, sedangkan dari jumlahnya bisa 2:1 atau 3:1.
 Pelepasan induk biasanya berlangsung pada sore hari sekitar pukul 16.00-17.00. Proses pemijahan akan berlangsung dini hari sekitar pukul 01.00-06.00. Ditandai dengan ikan saling berkejaran dan bau amis menyelimuti air kolam.
 Amati kakaban setelah 24 jam sejak indukan dilepaskan di kolam pemijahan. Dalam tempo ini seharusnya kakaban sudah dipenuhi telur yang menempel. Kakaban yang sudah berisi telur digoyang-goyangkan agar bersih dari lumpur. Kemudian diangkat untuk dipindahkan ke kolam penetasan atau hapa. Kolam atau tempat penetasan harus sudah disiapkan setidaknya sehari sebelum proses pemijahan.
Selain cara Sunda ada berbagai cara lain dalam memijahkan ikan mas. Beberapa yang terkenal yaitu cara Cimindi, Rancapaku, Magek, Kantong, Dubisch dan Hofer.
cara pemijahan ikan mas
Kolam pemijahan ikan mas
Penetasan telur
Penetasan telur hasil pemijahan ikan mas bisa dilakukan di berbagai tempat atau wadah. Tempat yang biasa digunakan adalah bak semen, kolam terpal, akuarium, bak fiber atau kolam. Apabila kita ingin menetaskan telur di kolam, misalnya di kolam pemijahan harus dilengkapi dengan hapa.
Hapa adalah jaring halus berukuran 1 mm atau lebih kecil dari ukuran telur yang diletakkan di dalam kolam. Bentuk hapa seperti jaring apung yang ada di waduk-waduk.
Setelah proses pemijahan selesai, segera pindahkan kakaban yang dipenuhi telur ke tempat pemijahan. Bersihkan terlebih dahulu kakaban dari lumpur dengan digoyang-goyangkan secara lembut. Kemudian angkat dan pindahkan ke kolam penetasan atau ke dalam hapa. Tempat penetasan sebaiknya terlindung dari air hujan dan panas yang berlebihan.
Untuk mencegah tumbuhnya jamur, air di kolam penetasan bisa diberikan methylen blue.  Sedangkan untuk penetasan di hapa, kakaban bisa rendam terlebih dahulu dalam air yang sudah dicampur methylen blue. Kemudia letakan kakaban sekitar 5-10 cm dibawah permukaan air.
Pada suhu ideal yaitu 28-30oC, telur akan menetas dalam 1-3 hari. Setelah menetas menjadi larva, tidak perlu langsung dikasih pakan. Karena larva masih membawa nutrisi yang terdapat dalam kuning telur. Setelah berumur 2-3 hari, larva bisa diberi pakan.
Salah satu jenis pakan yang bisa diberikan untuk larva adalah kuning telur yang telah direbus. Kemudian dilumat, satu butir kuning telur dicampur dengan satu liter air lalu diberikan ke benih ikan. Pemberian makan sehari dua kali setiap pagi dan sore.
Pemeliharaan di kolam penetasan berlangsung sampai larva berumur satu minggu. Ukuran larva mencapai 1-2 cm. Selanjutnya larva dipindahkan ke kolam pendederan untuk proses pembesaran benih. Proses selanjutnya bisa dibaca di sini.
—-
Referensi
    Kamus pertanian umum. 2013. Penebar Swadaya, Jakarta
    Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas. Diakses 27 Agustus 2014.
    Gusrina. 2008. Budidaya ikan, jilid 1. Buku ajar kelas X SMK. Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
    Budi Santoso. 1993. Petunjuk praktis budidaya ikan mas. Kanisius, Yogyakarta

Friday, May 20, 2016

MENJAGA KELSTARIAN EKOLOGI PERAIRAN BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

May 20, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
A.  PENGERTIAN UMUM EKOLOGI PERAIRAN
Menurut Ernest haeckel (1869)
Oikos : rumah (tempat tinggal)
Logos : ilmu pengetahuan
Jadi ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik atau interaksi antara mahluk hiup dengan lingkungannya.
Tingkatan organisme mahluk hidup:
Protoplasma-> sel-> jaringan-> organ-> sistem organ-> organisme-> populasi-> komunitas-> ekosistem
Ekosistem perairan dibagi menjadi dua:
lingkungan abiotik        : fisika & kimia
lingkungan biotik          : tumbuhan, hewan, dan bakteri
pengertian lingkungan:
adalah semua unsur dan kekuatan-kekuatan diluar mahluk hidup yang mempengaruhi kehidupan organisme tersebut. (baik buruknya lingkungan abiotik akan mempengaruhi lingkungan biotik).
Yang dibutuhkan oleh tumbuhan adalah: air, cahaya matahari, mineral, C02, (air sebagai pelarut yang baik / universal sulfent, sehinggga mudah tercemar atau terkontaminasi)
PEMBAGIAN EKOLOGI:
1. Menurut bidang kajiannya:
-  Autoteknologi: yang mempelajari suatu spesies atau jenis organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya. Biasanya ditentukan oleh aspek tempat hidupnya, adaptasi terhadap lingkungannya, sifat parasitis/non parasitis.
-  Sin teknologi: ekologi yng mengkaji sekelompok atau kelompok organisme sebagai satu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Contohnya ekologi populasi, ekologi komunitas, ekologi ekosistem.. 9akan terjadi rantai makanan, dan rantai energi)
2. Menurut habitat (tempat tinggal)
3. Menurut taksonominya.
a. Tumbuhan, hewan dan mikroba.
ASAS ASAS EKOLOGI:
Ekosistem terbagi menjadi tiga:
a. Tumbuahn/ekosistem/autotrof
b. Hewan/konsumen/togotrof
c. Dekomposer/sapropof(bakteri dan jamur)
Sapropof adalah organisme yang dapat mensintesa bahan organik menjadi bahan anorganik . contoh proses fotositesis: 6CO₂+6H₂OàC6H12O6+6O₂
Saprotof (dekomposer ) mempunyai 3 fungsi:
a.  Mineralisasi bahan-bahan organik dari organisme yang telah mati
b.  Menghasilkan makanan utuk organisme lain.
c.  Menghasilkan zat kimia yang disebut hormon lingkungan
B.  ORGANISME DALAM AIR/PERAIRAN
1. Plankton dibagi menjadi dua yaitu fitoplankton dan zooplankton
Zooplankton dibagi mnjadi 2 yaitu haloplankton: plakton yang mulai dari menetas sampai mati menjadi plankton, sedangkan mesoplankton yaitu organisme yang menjadi plankton saat masih menjadi larva saja.
-  Netplankton adalah plankton yang tertangkap dengan planktonet nomor 25
-  Nanoplankton: plankton yag lolos dengan planktonet no 25
2. Neuston: adalah organisme yang hidup dipermukaan atas atau permukaa air.
3. Peryphyton (teritip/sesil): organisme baik tumbuhan atau hewan yang hidupnya menempel pada benda lain hidup atau mati (contoh lumut dan tiram)
4. Benthos ; organisme baik hewan atau tumbuhan yang hidup didasar permukaan (kerang siput) epibentik: tanah dasar. Inbentik: dalam tanah
5. Nekton (ikan): semua organisme yang aktif bergerak dalam air.
6. Makrofita:
EKOLOGI PERAIRAN
Ekologi perairan merupakan cabang ilmu mengenai lingkungan yang fokus mempelajari interaksi atau hubungan timbal balik antara organisme di perairan dengan lingkungannya. Lingkungan sangat berpengaruh sebab ia memegang peranan dalam menciptakan kenyamana hidup organisme di perairan. Faktor-faktor yang ada di lingkungan adalah faktor fisika mencakup kecerahan, suhu, arus dan lain-lain. Faktor kimia antara lain pH, Do, sementara itu faktor biologi antara lain sifat plankton, substrat dan masih banyak lagi lainnya. Seseorang yang mempelajari ekologi perairan diharapkan bisa dan mampu mengidentifikasi hubungan timbal balik lingkungan dan organisme di perairan.
Ekologi perairan ini mencakup banyak lingkup antara lain ekologi perairan tawar, ekologi perairan laut, ekologi perairan kolam, ekologi perairan tambak dan semua ekosistem yang melibatkan air sebagai komponen abiotik. Di dalam ekosistem perairan baik itu tawar, pesisir maupun lautan, ada beragam jasad hidup atau biotik juga abiotik yang tak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Mereka saling terkait dan memungkinkan terjadinya pertukaran zat atau energi di antara kedua komponen tersebut. Hampir 70% bumi ini merupakan wilayah perairan, dengan demikian, mempelajari ekologi perairan adalah hal yang sangat penting sebab dengan mengidentifikasi komponen abiotik dan biotik tersebut manusia bisa memperoleh manfaat yang optimal dari perairan tersebut.
Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya
Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali disampaikan oleh Ernest Haeckel (zoologiwan Jerman, 1834-1914).
Ekologi adalah cabang ilmu biologi yangbanyak memanfaatkan informasi dari berbagai ilmu pengetahuan lain, seperti : kimia, fisika, geologi, dan klimatologi untuk pembahasannya. Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di antaranya adalah penggunaan kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama guna meningkatkan produktivitas.
Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan lingkungannya. Pengamatan ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang terkandung dalam hubungan timbal balik tersebut.
Dalam studi ekologi digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada komponen-kornponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Faktor Biotik
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.
Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistemyang menunjukkan kesatuan. Secara lebih terperinci, tingkatan organisasi makhluk hidup adalah sebagai berikut.
A. Individu
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, seti jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang atau melakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi.
Ada bermacam-macam adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu: adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku.
1. Adaptasi morfologi
Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Contoh adaptasi morfologi, antara lain sebagai berikut.
a. Gigi-gigi khusus
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya. Lihat Gambar 6.5.
b. Moncong
Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga.
c. Paruh
Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya. Perhatikan Gambar 6.7
d. Daun
Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap. Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan.
e. Akar
Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas.
2. Adaptasi fsiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut.
a. Kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busukdengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya.
b. Kantong tinta
Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita.
c. Mimikri pada kadal
Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya.
3. Adaptasi tingkah laku
Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya sebagai berikut :
a. Pura-pura tidur atau mati
Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.
b. Migrasi
Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai tujuh tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan betinanya. Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar. Setelah menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut.
B. Populasi
Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi Misalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada tahun 1989 berjumlah 2552 batang.
Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi. Misalnya, tahun 1980 populasi Pinus di Tawangmangu ada 700 batang. Kemudian pada tahun 1990 dihitung lagi ada 500 batang pohon Pinus. Dari fakta tersebut kita lihat bahwa selama 10 tahun terjadi pengurangan pohon pinus sebanyak 200 batang pohon. Untuk mengetahui kecepatan perubahan maka kita membagi jumlah batang pohon yang berkurang dengan lamanya waktu perubahan terjadi :
700 - 500 = 200batang
1990-1980 10 tahun
= 20 batang/tahun
Dari rumus hitungan di atas kita dapatkan kesimpulan bahwa rata-rata berkurangnya pohon tiap tahun adalah 20 batang. Akan tetapi, perlu diingat bahwa penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada berbagai hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik iniantara lain : kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas danmortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan populasi.
Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnyahewan dan manusia. Imigrasi adalahperpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.
Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme, sehingga populasi akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi hewan atau tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertambahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama.
C. Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
D. Ekosistem
Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme).
Faktor Abiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut.
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
b. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
c. Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
e. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
f. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
g. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi antarorganisme,antarpopulasi, dan antarkomunitas.
A. Interaksi antar organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.
Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.
a. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
b. Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.
c. Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.
contoh : Plasmodium dengan manusia
d. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
e. Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.
B. Interaksi Antarpopulasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut.
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
C. Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat. Lihat Gambar 6.16.
D. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.
Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dariluar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru.
Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem klimaks disebut suksesi. Terjadinya suksesi dapat kita amati pada daerah yang baru saja mengalami letusan gunung berapi. Rangkaian suksesinya sebagai berikut.
Mula-mula daerah tersebut gersang dan tandus. Setelah beberapa saat tanah akan ditumbuhi oleh tumbuhan perintis, misalnya lumut kerak. Tumbuhan perintis ini akan menggemburkan tanah, sehingga tanah dapat ditumbuhi rumput-rumputan yang tahan kekeringan. Setelah rumput-rumput ini tumbuh dengan suburnya, tanah akan makin gembur karena akar-akar rumput dapat menembus dan melapukan tanah, juga karena rumput yang mati akan mengundang datangnya dekomposer (pengurai) untuk menguraikan sisa tumbuhan yang mati. Dengan semakin subur dan gemburnya tanah maka biji-biji semak yang terbawa dari luar daerah itu akan tumbuh, sehingga proses pelapukkan akan semakin banyak. Dengan makin gemburnya tanah, pohon-pohon akan mulai tumbuh. Kehadiran pohon-pohon akan mendesak kehidupan rumput dan semak sehingga akhirnya tanah akan didominasi oleh pepohonan. Sejalan dengan perubahan vegetasi, hewan-hewan yang menghuni daerah tersebut juga mengalami perubahan tergantung pada perubahan jenis vegetasi yang ada. Ada hewan yang datang dan ada hewan yang pergi. Komunitas klimaks yang terbentuk dapat berupa komunitas yang homogen, tapi dapat juga komunitas yang heterogen. Contoh komunitas klimaks homogen adalah hutan pinus, hutan jati. Contoh komunitas klimaks yang heterogen misalnya hutan hujan tropis.

MENGENAL PERSIAPAN PEMIJAHAN IKAN MAS (Cyprinus Carpio)

May 20, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan mas selama ini dikenal sebagai komoditi dengan nilai ekonomi tinggi. Persebarannya melingkupi hampir semua wilayah di Indonesia. Ikan yang juga dikenal dengan nama Karper (Latin: Cyprinus Carpio). Di Indonesia sendiri, budidaya ikan mas mulai gencar sejak tahun 1920. Bibit awal ikan mas diimpor dari Eropa, Taiwan, Cina dan Jepang. Hingga saat ini, setidaknya dikenal 10 jenis ikan yang dibedakan berdasar pada karakter morfologi ikan mas itu sendiri. Lebih cermatnya, silahkan simak uraian berikut ini.
Klasifikasi Ikan Mas
Sebelum mengurai ciri morfologi ikan mas, ada baiknya jika kita mencermati klasifikasinya dalam ilmu biologi sebagai berikut:
 Kerajaan    : Animalia
 Filum        : Chordata
 Kelas        : Actinopterygii
 Ordo        : Cypriniformes
 Famili        : Cyprinidae
 Genus        : Cyprinus
 Spesies    : Cyprinus carpio
Ciri Morfologi Ikan Mas Di habitat aslinya, ikan mas memijah di awal musim hujan. Proses pemijahan ikan mas dirangsang oleh bau tanah kering yang tersiram air hujan. Dalam budidaya pembenihan, ikan mas bisa dipijahkan sepanjang tahun tidak mengenal musim.
Kali ini alamtani akan mengulas hal-hal yang harus disiapkan sebelum melakukan pemijahan ikan mas, meliputi ciri indukan matang gonad, penyiapan kolam pemijahan, proses pemijahan dan penetasan telur. Sedangkan untuk cara memilih dan memelihara calon indukan ikan mas serta merawat benih hasil pemijahan, silahkan baca budidaya pembenihan ikan mas.
Ciri indukan matang gonad
Indukan betina dan jantan harus dipelihara di kolam terpisah sebelum dipijahkan. Pemeliharaan dilakukan hingga indukan memasuki masa matang gonad. Indukan matang gonad adalah indukan ikan yang telah masuk masa subur dan siap untuk melakukan pembuahan.
Secara umum indukan ikan mas betina yang ideal untuk dipijahkan berumur 1,5-2 tahun dengan bobot tubuh 2-3 kg. Sedangkan untuk ikan mas jantan lebih cepat memasuki masa matang gonad, yaitu pada umur 10-12 bulan dengan bobot tubuh 0,6 kg.
Ciri-ciri indukan ikan mas betina matang gonad:
 Perut bagian bawah lunak, bentuknya buncit dan membulat.
 Alat genital kemerahan dan mengembang agak terbuka.
 Bagian anus terlihat menonjol seperti membengkak
Ciri-ciri indukan jantan ikan mas matang gonad:
 Bila perut bagian bawah ditekan akan mengeluarkan sperma, cairan berwarna putih.
 Tubuh ramping dan gesit.
Pemberokan indukan ikan
Sebelum dipijahkan lakukan pemberokan pada indukan jantan dan betina. Pemberokan yang dimaksud adalah pemeliharaan indukan jantan dan betina dalam kolam terpisah, tanpa diberi makan selama 1-2 hari. Tujuan pemberokan untuk menghilangkan lemak disekitar kantong telur. Lemak yang menyelubungi kantong telur akan menghambat pelepasan sel telur ketika memijah.
Selain itu pemberokan juga bertujuan untuk menahan sementara keinginan memijah indukan. Dengan begitu saat waktunya dipijahkan kedua indukan saling tertarik dan melakukan pembuahan.
Menyiapkan kolam pemijahan
Kolam tanah paling cocok untuk melakukan pemijahan ikan mas. Persiapan yang harus dilakukan adalah penjemuran kolam, pengolahan tanah, pengapuran, pemupukan dan pengairan. Untuk mengetahui lebih lanjut silahkan baca persiapan kolam tanah untuk budidaya ikan.
Setiap indukan betina yang akan memijah membutuhkan luasan kolam 6 m2 per kg bobot tubuh, dengan kedalaman air kolam 60-80 cm. Misalnya, untuk indukan seberat 5 kg dibutuhkan kolam seluas 30 m2. Jadi, kolam seluas 100 m2 kira-kira bisa diisi oleh 3 indukan.
Hal lain yang harus dipersiapkan adalah kakaban. Fungsi kakaban dalam pemijahan ikan mas memberikan tempat untuk meletakkan telur-telur yang telah dibuahi. Kakaban dibuat dari ijuk yang dijepit dengan bilah bambu dan dikasih pemberat agar tenggelam dalam air.
Lebar kakaban biasanya 40 cm, panjangnya bervariasi bisa dibuat 1-2 meter. Cara membuat kakaban adalah sebagai berikut:
 Ijuk disisir rapi dengan sisir kawat, diletakkan berjejer hingga sepanjang panjang kakaban.
 Kemudian siapkan dua bilah bambu untuk menjepit ijuk tersebut. Bagian yang dijepit adalah tengah, lihat gambar dibawah.
 Paku kedua bilah bambu tersebut agar menjepit ijuk dengan kuat.
cara pemijahan ikan mas
Bentuk kakaban dari Ijuk.
Kebutuhan kakaban untuk pemijahan ikan mas tergantung pada ukuran dan jumlah indukan. Untuk kakaban berukuran 40×100 cm dibutuhkan 5-6 kakaban per kg induk ikan mas. Misalnya, indukan sebesar 5 kg membutuhkan 25-30 kakaban.
Selanjutnya pasang kakaban di dasar kolam. Ikatkan kakaban pada patok yang menancap ke dasar kolam sehingga kakaban dalam posisi melayang. Tidak mengapung di atas air sekaligus juga tidak tenggelam di dasar kolam. Kira-kira berada dibawah permukaan air sekitar10-25 cm.
Pemijahan ikan mas
Secara umum terdapat dua cara pemijahan ikan mas, yakni dengan proses alami dan proses buatan. Proses pemijahan alami yaitu mengawinkan indukan dengan meletakkan ikan jantan dan betina dalam satu kolam, sehingga mereka melakukan perkawinan sendiri. Sedangkan proses buatan yaitu indukan betina dibuahi dengan bantuan manusia dengan cara penyuntikan hipofisa atau hormon dan pembuahan dilakukan secara in vitro.
Pemijahan buatan dengan penyuntikan hipofisa atau hormon dilakukan pada ikan-ikan yang sulit memijah. Ikan mas merupakan ikan yang mudah memijah. Pemijahan ikan mas buatan biasanya dilakukan oleh petani pembenihan yang menyediakan benih ikan secara kontinyu dan jumlahnya banyak.
Pada kesempatan kali ini yang dibahas hanya pemijahan ikan mas secara alami. Ada berbagai teknik pemijahan ikan mas secara alami. Biasanya masing-masing daerah punya kekhasan tersendiri. Salah satu yang terkenal adalah cara Sunda. Cara ini banyak dilakukan para pembudidaya di daerah Jawa Barat. Berikut ini langkah-langkahnya:
 Kakaban ijuk dipasang melayang dalam air, sekitar 10-15 cm dibawah permukaan air. Ikat kakaban pada patok yang menancap kuat agar tidak bergeser oleh aktivitas ikan saat memijah.
 Masukkan indukan betina dan jantan bersama-sama. Perbandingan bobot indukan betina dan jantan 1:1, sedangkan dari jumlahnya bisa 2:1 atau 3:1.
 Pelepasan induk biasanya berlangsung pada sore hari sekitar pukul 16.00-17.00. Proses pemijahan akan berlangsung dini hari sekitar pukul 01.00-06.00. Ditandai dengan ikan saling berkejaran dan bau amis menyelimuti air kolam.
 Amati kakaban setelah 24 jam sejak indukan dilepaskan di kolam pemijahan. Dalam tempo ini seharusnya kakaban sudah dipenuhi telur yang menempel. Kakaban yang sudah berisi telur digoyang-goyangkan agar bersih dari lumpur. Kemudian diangkat untuk dipindahkan ke kolam penetasan atau hapa. Kolam atau tempat penetasan harus sudah disiapkan setidaknya sehari sebelum proses pemijahan.
Selain cara Sunda ada berbagai cara lain dalam memijahkan ikan mas. Beberapa yang terkenal yaitu cara Cimindi, Rancapaku, Magek, Kantong, Dubisch dan Hofer.
cara pemijahan ikan mas
Kolam pemijahan ikan mas
Penetasan telur
Penetasan telur hasil pemijahan ikan mas bisa dilakukan di berbagai tempat atau wadah. Tempat yang biasa digunakan adalah bak semen, kolam terpal, akuarium, bak fiber atau kolam. Apabila kita ingin menetaskan telur di kolam, misalnya di kolam pemijahan harus dilengkapi dengan hapa.
Hapa adalah jaring halus berukuran 1 mm atau lebih kecil dari ukuran telur yang diletakkan di dalam kolam. Bentuk hapa seperti jaring apung yang ada di waduk-waduk.
Setelah proses pemijahan selesai, segera pindahkan kakaban yang dipenuhi telur ke tempat pemijahan. Bersihkan terlebih dahulu kakaban dari lumpur dengan digoyang-goyangkan secara lembut. Kemudian angkat dan pindahkan ke kolam penetasan atau ke dalam hapa. Tempat penetasan sebaiknya terlindung dari air hujan dan panas yang berlebihan.
Untuk mencegah tumbuhnya jamur, air di kolam penetasan bisa diberikan methylen blue.  Sedangkan untuk penetasan di hapa, kakaban bisa rendam terlebih dahulu dalam air yang sudah dicampur methylen blue. Kemudia letakan kakaban sekitar 5-10 cm dibawah permukaan air.
Pada suhu ideal yaitu 28-30oC, telur akan menetas dalam 1-3 hari. Setelah menetas menjadi larva, tidak perlu langsung dikasih pakan. Karena larva masih membawa nutrisi yang terdapat dalam kuning telur. Setelah berumur 2-3 hari, larva bisa diberi pakan.
Salah satu jenis pakan yang bisa diberikan untuk larva adalah kuning telur yang telah direbus. Kemudian dilumat, satu butir kuning telur dicampur dengan satu liter air lalu diberikan ke benih ikan. Pemberian makan sehari dua kali setiap pagi dan sore.
Pemeliharaan di kolam penetasan berlangsung sampai larva berumur satu minggu. Ukuran larva mencapai 1-2 cm. Selanjutnya larva dipindahkan ke kolam pendederan untuk proses pembesaran benih. Proses selanjutnya bisa dibaca di sini.
—-
Referensi
    Kamus pertanian umum. 2013. Penebar Swadaya, Jakarta
    Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas. Diakses 27 Agustus 2014.
    Gusrina. 2008. Budidaya ikan, jilid 1. Buku ajar kelas X SMK. Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
    Budi Santoso. 1993. Petunjuk praktis budidaya ikan mas. Kanisius, Yogyakarta

Thursday, May 19, 2016

ANALISA KELAYAKAN INDUSTRI FILLET IKAN PATIN BEKU

May 19, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Aspek teknis teknologis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan industri secara teknis dan operasi setelah industri itu dibangun (Husnan dan Suwarsono, 1997). Ditambahkan oleh Sutojo (1993), evaluasi aspek teknis teknologis meliputi penentuan kapasitas produksi ekonomis proyek, jenis teknologi yang paling cocok serta penggunaan mesin dan peralatan. Di samping itu perlu diteliti dan diajukan saran tentang tempat dan tata letak pabrik. Dari hasil analisa aspek teknologis maka dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Pelaksanaan dari evaluasi aspek teknologis seringkali tidak memberikan keputusan yang  baku, atau dengan kata lain masih tersedia berbagai alternatif jawaban. Karenanya sangat perlu diperhatikan suatu atau beberapa pengalaman pada  proyek lain yang serupa dilokasi lain dengan menggunakan teknik dan teknologi serupa. Keberhasilan penggunaan teknologi serupa di tempat lain sangat membantu dalam pengambilan keputusan akhir, setidaknya memperhatikan pengalaman di tempat lain tidak dapat begitu saja ditinggalkan (Husnan dan Suwarsono, 1997).
a. Pemilihan Teknologi
Biasanya suatu produk tertentu dapat diproses dengan lebih dari satu cara. Ketepatan pemilihan teknologi yang sesuai menggunakan kriteria derajat mekanisasi yang diinginkan, manfaat ekonomi yang diharapkan, bahan mentah yang digunakan, keberhasilan penerapan teknologi sejenis di tempat lain, kemampuan tenaga kerja dalam  pengoperasiannya, dan pertimbangan kemungkinan teknologi lanjutan.
b. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal, dengan mengkombinasikan faktor internal dengan faktor eksternal perusahaan. Faktor eksternal adalah pangsa pasar yang mungkin diraih, sedangkan faktor internal adalah usaha pemasaran yang dilakukan dan variabel teknik yang berkaitan langsung dengan proses produksi (Husnan dan Suwarsono, 1997).
8 Faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan kapasitas produksi adalah : 1.
Batasan permintaan, yang telah diketahui dalam dalam  penghitungan pangsa pasar. 2.
Tersedianya kapasitas mesin yang dibatasi oleh kapasitas teknis atau kapasitas ekonomis. 3.
Jumlah dan kemampuan tenaga kerja 4.
Kemampuan finansial dan manajemen 5.
Antisipasi terhadap kemungkinan perubahan teknologi.c.
Penentuan Lokasi
Lokasi penting bagi perusahaan, karena mempengaruhi kedudukan  perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup  perusahaan tersebut. Penentuan lokasi yang kurang tepat merupakan salah satu penyebab perusahaan beroperasi secara tidak efisien dan efektif, sehingga biaya operasi menjadi tinggi. Oleh karena itu dalam  penentuan lokasi suatu industri diperlukan suatu pengkajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dari industri tersebut. Lokasi suatu industri sangat dipengaruhi oleh strategi pemerintahan, letak sumber bahan baku, daerah pemasaran, serta faktor lingkungan (Sutojo, 1993). Menurut Husnan dan Suwarsono (1997), variabel yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi proyek dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer akan  berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan produksi dan distribusi dari proyek yang akan didirikan. Faktor primer tersebut adalah : 1.
Ketersediaan bahan baku 2.
Letak pasar yang dituju 3.
Tenaga listrik dan air 4.
Ketersediaan tenaga kerja 5.

Wednesday, May 18, 2016

BERBAGAI TEKNIS PENGOLAHAN DENGAN FILLET IKAN PATIN

May 18, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Kebutuhan untuk mengkonsumsi ikan semakin meningkat seiring dengan tingginya kesadaran masyarakat akan pangan berprotein tinggi dan menyehatkan. Hal ini ikut mendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar. Berdirinya unit pengolahan fillet ikan patin tersebut sebagai upaya pengoptimalan nilai tambah ikan patin sebagai komoditas perikanan utama di Indonesia. Diharapkan dengan adanya UPI fillet patin tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan patin. Target kedepan tidak hanya mampu memproduksi fillet ikan patin berkualitas, namun mampu membuat bahan baku pakan ikan.
Untuk mendukung peningkatan kualitas sumberdaya manusia, asupan makanan berg izi menjadi salahsatu unsur penting. Ikan dikenal sebagai bahan pangan yang bergizi tinggi karena memiliki kandungan protein tinggi, vitamin dan mineral penting yang dibutuhkan manusia. Daging ikan memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tingkat tinggi seperti EPA (Elcosapentaenoic Acid) dan DHA (Docosahexaenoic Acid) yang dikenal sebagai Omega 3. EPA berfungsi untuk memperlancar aliran darah dan mencegah penyakit pada otak. Sedangkan DHA mempengaruhi perkembangan sistem syaraf otak terutama mempertinggi fungsi pembelajaran pada janin.  Manfaat lain yang didapatkan dari rutin mengkonsumsi ikan yaitu terhindar dari serangan stroke, dapat menurunkan kolesterol dan tekanan darah, nutrisi bagi otak serta menekan risiko kanker.
Kandungan Gizi Ikan Patin
Kandungan gizi protein hewani yang terkandung pada ikan patin lebih tinggi dibandingkan protein dari ikan tawar jenis lain. Data menunjukkan,iIkan patin memiliki kandungan protein sebanyak 159 gr, fillet ikan patin sebesar 24,7 gr. Nilai protein daging patin mencapi 16,58%. Kandungan lemak sebesar 1,03%, abu 0,74% dan air 82,22%. Selain itu, ikan patin juga mengandung dua asam lemak essensial DHA sebesar 4,74% dan EPA sebesar 0,31%. Kedua jenis omega 3 ini biasanya dihasilkan dari jenis ikan yang hidup di air dingin seperti ikan salmon, ikan tuna, dan ikan sarden.
Mengenal Fillet Ikan
Fillet ikan adalah daging ikan yang disajikan tanpa kulit dan tulang. Daging ikan patin yang berwarna putih sangat cocok untuk difillet. Ikan patin segar diseleksi/disortir sesuai ukuran. Kemudian dengan cara membelah ikan patin dan diambil bagian sisi samping serta dipisahkan dari tulang dan kepala. Sebelumnya  pisahkan kulit ikan patin dengan mesin pemisah kulit. Selanjutnya memisahkan daging berwarna merah kecoklatan yang masih menempel, dipilih daging yang berwarna putih. Setelah permukaan daging diratakan tahapan selanjutnya adalah proses pembekuan dengan freezer dan siap dikemas.
Masakan Fillet Ikan Patin
Memasak lebih berkreasi dengan fiilet ikan patin yang bisa diolah menjadi Steak fillet patin, Botok Fillet Patin, Mangut Patin , Fillet Patin Goreng Tepung dan masih banyak lagi
kebutuhan fillet ikan patin dalam negri yang diperkirakan mencapai 700 ton per bulan, saat iki hanya dapat dipasok sebanyak 200 ton per bulan saja dari tujuh produsen fillet ikan patin di Indonesia. Ke depan, produsen fillet patin didorong untuk meningkatkan produksinya. Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut P Hutagalung mengatakan, produksi fillet patin dalam negeri diharapkan terus meningkat. Pihaknya menargetkan, produksi pada 2014 mencapai 600 ton per bulan. KKP berupaya mendorong produsen untuk menggenjot produksi, karena pasarnya sudah tersedia.
“Target kami adalah memenuhi pasar lokal dulu. Ekspor akan kami upayakan setelah pasar lokal terpenuhi,” ujar dia di sela pembukaan festival perikanan Nusantara di Jakarta, Sabtu, (25/8).
Dia menjelaskan, sejak tahun lalu, KKP telah menghentikan izin impor fillet patin. Jika di pasaran ditemukan fillet patin impor berarti produk selundupan.
Selain mendorong produksi di hilir, KKP memacu produksi budidaya ikan patin. Sebab, untuk memproduksi 200 ton fillet patin dibutuhkan 600 ton ikan patin hidup.
“Ini memerlukan pasokan ikan patin dalam jumlah besar. Selain dagingnya dimanfaatkan untuk fillet, bagian yang lain dapat dimanfaatkan, seperti kepala untuk gulai atau sup. Sekarang yang sedang kami pelajari adalah minyak dan kulitnya,” jelas Saut.
Saat ini, fillet patin baru untuk memenuhi kebutuhan hotel dan katering. Ke depan, jika produksinya meningkat, pasar fillet patin ditargetkan makin meluas.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Cahaya Purnama mengatakan, upaya pemerintah mendorong konsumsi ikan perlu dibarengi dengan menjaga kualitas agar tidak tercemar bahan-bahan berbahaya, seperti merkuri. Saat ini, lanjut dia, tren dunia sedang beralih dari konsumsi daging merah (daging sapi) ke daging putih (ikan).
(sumber : suarapembaruan)
analisa usaha budidaya ikan air tawar
Artikel Terkait
 Cara Pembenihan Ikan Patin Pasupati ala BBAT Mandiangin
 Ikan Patin Dapat Dibudidayakan di Kolam Terpal
 1 Hektar Kolam Hasilkan 64 Ton Ikan Patin Sekali Panen
 Penanganan Hama dan Penyakit Ikan Patin
 Industri dan Daya Saing Budidaya Ikan Patin
 Harga Cenderung Stabil, Budidaya Ikan Patin Menjadi Primadona Baru
 Budidaya Ikan Patin – Seleksi Induk Siap Pijah
 Pemerintah Perketat Impor – Pasar Ritel Buru Ikan Patin Lokal
 Cara Panen dan Penanganan Pasca Panen Ikan Patin
 Berawal Dari 35 Ribu Larfa Ikan Patin, Abdullah Berpenghasilan 7 Juta / Bulan
In: Patin Tags: benih ikan patin, bibit ikan patin, budidaya ikan patin, cara budidaya patin, fillet ikan patin, jual benih patin, olahan ikan patin

Tuesday, May 17, 2016

BUBU ALAT TANGKAP YANG RAMAH LINGKUNGAN

May 17, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap
Alat tangkap yang ramah lingkungan, tidak bertentangan dengan peraturan menteri no 2 Tahun 2015. Bubu adalah alat tangkap yang umum dikenal dikalangan nelayan, yang berupa jebakan, dan bersifat pasif. Bubu sering juga disebut perangkap “ traps “ dan penghadang “guiding barriers”. Alat ini berbentuk kurungan seperti ruangan tertutup sehingga ikan tidak dapat keluar. Bubu merupakan alat tangkap pasif, tradisional yang berupa perangkap ikan tersebut dari bubu, rotan, kawat, besi, jaring, kayu dan plastik yang dijalin sedemikian rupa sehingga ikan yang masuk tidak dapat keluar. Prinsip dasar dari bubu adalah menjebak penglihatan ikan sehingga ikan tersebut terperangkap di dalamnya, alat ini sering diberi nama ftshing pots atau fishing basket.(Brandt, 1984).
Bubu adalah perangkap yang mempunyai satu atau dua pintu masuk dan dapat diangkat ke beberapa daerah penangkapan dengan mudah, dengan atau tanpa perahu (Rumajar, 2002). Menurut Martasuganda, (2005)Teknologi penangkapan menggunakan bubu banyak dilakukan di negara­negara yang menengah maupun maju. Untuk skala kecil dan menengah banyak dilakukan di perairan pantai, hampir seluruh negara yang masih belum maju perikanannya, sedangkan untuk negara dengan sistem perikanan yang maju pengoperasiannya dilakukan dilepas pantai yang ditujukan untuk menangkap ikan-ikan dasar, kepiting, udang yang kedalamannya 20 m sampai dengan 700 m. Bubu skala kecil ditujukan untuk menagkap kepiting, udang, keong, dan ikan dasar di perairan yang tidak begitu dalam.
Subani dan Barus (1989), menyatakan bahwa Bentuk dari bubu bermacam-macam yaitu bubu berbentuk lipat, sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjakan (kubus), atau segi banyak, bulat setengah lingkaran dan lain-lainnya. Secara garis besar bubu terdiri dari badan (body), mulut (funnel) atau ijeb dan pintu. Badan bubu berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. Mulut bubu (funnel) berbentuk corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tapi tidak dapat keluar dan pintu bubu merupakan bagaian temapat pengambilan hasil tangkapan.
Menurut Brandt (1984), mengklasifikasi bubu menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Berdasarkan sifatnya sebagai tempat bersembunyi / berlindung :
    Perangkap menyerupai sisir (brush trap);
    Perangkap bentuk pipa (eel tubes);
    Perangkap cumi-cumi berbentuk pots (octoaupuspots).
2. Berdasarkan sifatnya sebagai penghalang :
    Perangkap yang terdapat dinding / bendungan;
    Perangkap dengan pagar-pagar (fences);
    Perangkap dengan jeruji (grating);
    Ruangan yang dapat terlihat ketika ikan masuk (watched chambers).
3. Berdasarkan sifatnya sebagai penutup mekanis bila tersentuh
    Perangkap kotak (box trap);
    Perangkap dengan lengkungan batang (bend rod trap);
    Perangkap bertegangan (torsion trap).
4. Berdasarkan dari bahan pembuatnya
    Perangkap dari bahan alam (genuine tubular traps);
    Perangkap dari alam (smooth tubular);
    Perangkap kerangka berduri (throrrea line trap).
5. Berdasarkan ukuran, tiga dimensi dan dilerfgkapi dengan penghalang
    Perangkap bentuk jambangan bunga (pots);
    Perangkap bentuk kerucut (conice);
    Perangkap berangka besi.
Klasifikasi Bubu Menurut Cara Operasinya
Dalam operasionalnya, bubu terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1.) Bubu Dasar (Ground Fish Pots).: Bubu yang daerah operasionalnya berada di dasar perairan. Untuk bubu dasar, ukuran bubu dasar bervariasi, menurut besar kecilnya yang dibuat menurut kebutuhan. Untuk bubu kecil, umumnya berukuran panjang 1m, lebar 50-75 cm, tinggi 25-30 cm. untuk bubu besar dapat mencapai ukuran panjang 3,5 m, lebar 2 m, tinggi 75-100 cm. Hasil tangkapan dengan bubu dasar umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, udang kualitas baik, seperti Kwe (Caranx spp), Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap ( Lutjanus spp), kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji (Diagramma spp), Lencam (Lethrinus spp), udang penaeld, udang barong, kepiting, rajungan, dll (Anonim. 2007).
2.) Bubu Apung (Floating Fish Pots): Bubu yang dalam operasional penangkapannya diapungkan. Tipe bubu apung berbeda dengan bubu dasar. Bentuk bubu apung ini bisa silindris, bisa juga menyerupai kurung-kurung atau kantong yang disebut sero gantung. Bubu apung dilengkapi dengan pelampung dari bambu atau rakit bambu yang penggunaannya ada yang diletakkan tepat di bagian atasnya. Hasil tangkapan bubu apung adalah jenis-jenis ikan pelagik, seperti tembang, japuh, julung-julung, torani, kembung, selar, dll. Pengoperasian Bubu apung dilengkapi pelampung dari bambu atau rakit bambu, dilabuh melalui tali panjang dan dihubungkan dengan jangkar. Panjang tali disesuaikan dengan kedalaman air, umumnya 1,5 kali dari kedalaman air, (Anonim. 2007).
3.) Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots) : Bubu yang dalam operasional penangkapannya dihanyutkan. Bubu hanyut atau “ pakaja “ termasuk bubu ukuran kecil, berbentuk silindris, panjang 0,75 m, diameter 0,4-0,5 m. Hasil tangkapan bubu hanyut adalah ikan torani, ikan terbang (flying fish). Pada waktu penangkapan, bubu hanyut diatur dalam kelompok-kelompok yang kemudian dirangkaikan dengan kelompok-kelompok berikutnya sehingga jumlahnya banyak, antara 20-30 buah, tergantung besar kecil perahu/kapal yang digunakan dalam penangkapan (Anonim. 2007).
Operasi penangkapan dilakukan sebagai berikut :
1. Pada sekeliling bubu diikatkan rumput laut;
2.  Bubu disusun dalam 3 kelompok yang saling berhubungan melalui tali penonda      (drifting line).
Penyusunan kelompok (contohnya ada 20 buah bubu) : 10 buah diikatkan pada ujung tali penonda terakhir, kemudian kelompok berikutnya terdiri dari 8 buah dan selanjutnya 4 buah, lalu disambung dengan tali penonda yang langsung diikatkan dengan perahu penangkap dan diulur sampai ± antara 60 -150 m (Anonim. 2007).
Disamping ketiga bubu yang disebutkan di atas, terdapat beberapa jenis bubu yang lain seperti :
1.  Bubu Jermal : Termasuk jermal besar yang merupakan perangkap pasang surut           (tidal trap);
2.  Bubu Ambai : Disebut juga ambai benar, bubu tiang, termasuk pasang surut ukuran kecil;
3. Bubu Apolo :Hampir sama dengan bubu ambai, bedanya ia mempunyai 2 kantong,      khusus menangkap udang rebon.
Bubu Ambai
Bubu ambai termasuk perangkap pasang surut berukuran kecil, panjang keseluruhan antara 7-7,5 m. bahan jaring yaitu terbuat dari nilon (polyfilament). Jaring ambai terdiri dari empat bagian menurut besar kecilnya mata jaring, yaitu bagian muka, bagian tengah, bagian belakang dan bagian kantung. Mulut jaring ada yang berbentuk bulat, ada juga yang berbentuk empat persegi berukuran 2,6 x 4,7 m. pada kanan-kiri mulut terdapat gelang, terbuat dari rotan maupun besi yang jumlahnya 2-4 buah. Gelang- gelang tersebut dimasukkan dalam banyaknya jaring ambai dan dipasang melintang memotong jurusan arus. Satu deretan ambai terdiri dari 10-22 buah yang merupakan satu unit, bahkan ada yang mencapai 60-100 buah/unit. Hasil tangkapan bubu ambai bervariasi menurut besar kecilnya mata jaring yang digunakan. Namun, pada umumnya hasil tangkapannya adalah jenis-jenis udang (Subani dan Barus, 1989).
Bubu Apolo
Bahan jaring dibuat dari benang nilon halus yang terdiri dari bagian mulut, bagian badan, kaki dan bagian kantung. Panjang jaring keseluruhan mencapai 11 m. Mulut jaring berbentuk empat persegi dengan lekukan bagian kiri dan kanan. Panjang badan 3,75 m, kaki 7,25 m dan lebar 0,60 m. pada ujug kaki terdapat mestak yang diikuti oleh adanya dua kantung yang panjangnya 1,60 m dan lebar 0,60 m. Hasil tangkapan bubu apolo sama dengan hasil tangkapan dengan menggunakan bubu ambai, yakni jenis-jenis udang (Subani dan Barus, 1989).
Konstruksi Bubu
Menurut Subani dan Barus. (1999), Bentuk bubu bervariasi. Ada yang seperti sangkar (cages), silinder (cylindrical),gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran, dll. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu (bamboo`s splitting or-screen). Secara umum, bubu terdiri dari bagian-bagian badan (body), mulut (funnel) atau ijeh, pintu.
-    Badan (body): Berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung.
-    Mulut (funnel): Berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tidak  dapat keluar.
-    Pintu : Bagian tempat pengambilan hasil tangkapan.
Daerah Penangkapan
1.) Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan (Anonim, 2006)
2.) Bubu Apung (Floating Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu apung dihubungkan dengan tali yang disesuaikan dengan kedalaman tali, yang biasanya dipasang pada kedalaman 1,5 kali dari kedalaman air (Anonim, 2006).
3.) Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu hanyut ini sesuai dengan namanya yaitu dengan menghanyutkan ke dalam air (Anonim, 2006).
4.) Bubu Jermal dan Bubu Apolo
Dalam operasi penangkapan, kedua bubu di atas diletakkan pada daerah pasang surut (tidal trap). Umumnya dioperasikan di daerah perairan Sumatera (Anonim, 2006).
5.) Bubu Ambai
Lokasi penangkapan dengan bubu ambai dilakukan pada jarak antara 1-2 mil dari pantai (Anonim, 2006).
Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Bubu
Menurut BPPI (1996), alat tangkap bubu lebih cocok dioperasikan di perairan dangkal, berkarang clan berpasir dengan keadalaman 2-7 m karena umumnya terbuat dari bambu. Bubu diletakkan pada celah karang untuk menghadang ikan yang keluar dari celah karang clan posisi mulutnya harus menghadap ke hilir mudik ikan yang berada di perairan karang.
Metode pengoperasian untuk semua jenis bubu biasannya sama, yaitu dipasang di daerah penangkapan yang sudah diperkirakan adanya stok ikan seperti ikan dasar, udang, kepiting, keong, cumi-cumi dan biota lainnya yang bisa ditangkap oleh bubu. Pemasangan bubu ada yang dipasa       secara tunggal dan juga ada yang beruntai (seperti pemasangan, rawai). Ditambahkan menurut Direktorat Jendral Perikanan (1997), cara pengoperasiaan bubu dapat dimulai antara lain pemberian umpan, selanjutnya perahu berangkat menuju daerah operasi (fishing Xrouncl) sambil mengamati kondisi perairan. Bubu dipasang di perairan karang dan merupakan habitat ikan karang. Kemudian pengangkatan bubu harus dilakukan dengan perlahan-lahan untuk memberikan kesempatan ikan dalam beradaptasi terhadap perbedaan tekanan air dalam perairan. Cara pertama, bubu dipasang secara terpisah (umumnya bubu berukuran besar), satu bubu dengan satu pelampung. Cara kedua dipasang secara bergandengan (umumnya bubu ukuran kecil sampai sedang) dengan menggunakan tail utama, sehingga cara ini dinamakan "longline trap". Untuk cara kedua ini dapat dioperasikan beberapa bubu sampai puluhan bahkan ratusan bubu. Biasanya dioperasikan dengan menggunakan kapal yang bermesin serta dilengkapi dengan katrol. Tempat pemasangan bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara pemasangan bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan.
Menurut Martasuganda (2002), waktu pemasangan (setting) dan pengangkatan (hauling) ada yang dilakukan pagi hari, siang hari, sore hari, sebelum matahari tenggelam. Lama perendaman bubu di perairan ada yang hanya direndam beberapa jam, ada yang direndam satu malam, ada juga yang direndam tiga sampai dengan empat hari.
Sumber :  http://makaira-indica.blogspot.com/2011/11/v-bubu.html
Gambar : https://lh6.googleusercontent.com/-Sh5PtHS92ag/TXDPsmY7wXI/AAAAAAAAAnI/mzk2hzkzZfY/s1600/alat+tangkap+ikan.JPG

Sunday, May 15, 2016

PENINGKATAN KUALITAS PAKAN IKAN NILA BERBAHAN BAKU BUNGKIL BIJI KARET

May 15, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
PENDAHULUAN
Penggantian tepung ikan dalam akuakultur diet dengan protein nabati diinginkan ekonomis, tetapi efek dari sumber protein alternatif pada mikrobiota usus dan kesehatan ikan yang kurang dipahami. Kami memeriksa microbiome usus dari 108 rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) makan dengan diet termasuk bahan-bahan tanaman (kacang polong, kedelai, kanola) pada dua tingkat pengolahan (makan, berkonsentrasi), atau makan ikan (FM) diet kontrol. Profil komunitas mikroba ditentukan dengan menggunakan pyrosequencing dari cpn60 PCR 16S rRNA produk dan DGGE. Profil Mikroba ikan diberi diet FM berubah selama penelitian dengan penurunan kekayaan dan keragaman spesies dan karena itu evaluasi efek dari diet eksperimental dicapai melalui perbandingan masing-masing dengan kontrol diet FM bersamaan nya. Tanaman bahan diet dikaitkan dengan Firmicutes lebih tinggi: rasio Proteobacteria dibandingkan kontrol. Kedua DGGE dan pyrosequencing data menunjukkan bahwa microbiomes ikan berbasis makan makan diet lebih dibedakan dari microbiomes kontrol FM daripada para microbiomes ikan makan diet protein konsentrat. Perubahan dalam diet FM profil terkait bisa menjadi hasil dari perubahan fisiologis yang berkaitan dengan usia ikan ini atau efek jangka panjang dari perubahan lingkungan dari luar fasilitas akuakultur ke fasilitas re-sirkulasi dalam ruangan. Apapun alasannya, pengamatan ini memiliki implikasi yang signifikan untuk evaluasi masa depan diet dan bahan-bahan. Kami juga menunjukkan perubahan dalam microbiome usus yang dapat menyebabkan hasil kesehatan negatif ketika diet mengandung protein makan tanaman. Perubahan-perubahan dalam struktur microbiome dapat diminimalkan dengan proses tambahan bahan-bahan tanaman.Budidaya ikan air tawar menempatkan biaya pakan sebagai komponen biaya produksi dalam kegiatan budidaya (Hardy, 2010). Biaya pakan tersebut dipengaruhi oleh bahan baku. Bahan baku pakan yang umum digunakan sebagai sumber protein yaitu tepung bungkil kedelai dan tepung ikan yang diimpor dari luar negeri. Ketergantungan terhadap bahan pakan impor berdampak pada ketersediaan pakan, sehingga perlu adanya inovasi penggunaan bahan baku lokal alternatif yang mampu menggantikan peranan tepung bungkil kedelai sebagai sumber protein nabati utama dalam pakan.
Biji karet merupakan salah satu kandidat bahan baku alternatif yang potensial dalam pembuatan pakan ikan (Suprayudi et al., 2014a). Keberadaan biji karet di Indonesia cukup melimpah dan merupakan biji yang disia-siakan atau belum dimanfaatkan. Selain itu, biji karet memiliki nutrisi cukup baik yaitu kandungan protein sebesar 21,9%; karbohidrat sebesar 61,5%; lemak 15,8%, dan kadar abu 2,3% (Oyewusi et al., 2007). Biji karet mengandung zat antinutrien  yaitu asam sianida (HCN), tetapi HCN ini dapat dihilangkan melalui pengukusan selama 30 menit (Rahmawan & Mansyur, 2008), serta melalui pemanasan (steam physical activity) (Sun & Jiang, 2010).
Penggunaan biji karet sebagai bahan baku pakan telah dilaporkan oleh Alim (2013) yang menunjukkan bahwa tepung biji karet yang difermentasi cairan rumen domba mampu menyumbang hingga 50% dari total protein pakan ikan nila Oreochromis niloticus. Penggunaan cairan rumen domba digunakan sebagai bahan untuk hidrolisis tepung biji karet dikarenakan memiliki enzim-enzim pendegradasi partikel makanan (Suprayudi et al., 2014b). Kandungan nutrisi biji karet yang difermentasi cairan rumen domba yaitu protein 39,57%; lemak 13,92% dan karbohidrat 40,44%. Enzim-enzim pada cairan rumen dapat menurunkan serat kasar pada biji karet dari 10,16% hingga 7,04% (Alim, 2013). Namun penggunaan biji karet lebih dari 50% pada pakan mengakibatkan penurunan pertumbuhan ikan nila. Hal ini disebabkan oleh kandungan lisin yang rendah, sehingga dilakukan suplementasi lisin untuk meningkatkan kualitas protein tepung biji karet. 
Suplementasi asam amino merupakan strategi dalam pemenuhan keseimbangan asam amino pada pakan dan meningkatkan kualitas protein (Furuya & Furuya 2010; Dalibard et al. 2014). Suplementasi asam amino dilaporkan pada beberapa penelitian. Palavesam et al.  (2008), menyatakan bahwa pemberian lisin 0,5% pada pakan berprotein 35% dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan Etroplus suratensis. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi peningkatan kualitas pakan dengan tepung bungkil biji karet yang difermentasi dengan cairan rumen domba (TBBKF) melalui suplementasi asam amino untuk ikan nila O. niloticus.
BAHAN DAN METODE
Pembuatan pakan uji
Biji karet yang digunakan berasal dari perkebunan karet rakyat di Padang Sidempuan, Sumatera Utara. Biji karet dikupas atau dipisahkan dengan cangkangnya kemudian dilakukan proses penepungan menggunakan discmill. Selanjutnya biji karet dipress dengan menggunakan alat pengepress hidrolik dengan suhu 80 °C, kemudian dikukus pada suhu 90–105 °C selama 30 menit (Rahmawan & Mansyur, 2008).  Tepung biji karet direndam dengan hexane dengan perbandingan 3:1 kemudian dikeringanginkan selama 24 jam. Setelah itu tepung biji karet dibilas dengan alkohol 70% dan dikeringkan selama 24 jam. Setelah kering, tepung biji karet difermentasi menggunakan crude enzim cairan domba dengan dosis 200 mL/kg bahan (Suprayudi et al., 2011). Tepung biji karet kemudian dianalisis proksimat dan hasil analisis proksimat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tepung biji karet hasil fermentasi cairan rumen domba (TBBKF) ini kemudian digunakan dalam pembuatan pakan ikan dengan persentase sumbangan protein total sebesar 0% (kontrol), 50% dan 75% TBBKF tanpa lisin serta 50% dan 75% TBBKF dengan suplementasi lisin. Formulasi dan hasil proksimat pakan uji disajikan pada Tabel 2.
Pemeliharaan ikan
Ikan nila yang digunakan memiliki bobot rata-rata 6,29+0,12 g yang berasal dari Balai Pengembangan Budidaya Ikan Nila dan Mas (BPBINM) Wanayasa, Jawa Barat. Ikan dipelihara selama 40 hari di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan dilakukan dengan menggunakan 15 akuarium berukuran 100×40×50 cm3 dengan volume air sebanyak 175 L/akuarium dan padat penebaran ikan sebanyak 15 ekor/akuarium. Pemberian pakan dilakukan secara sekenyangnya dengan frekuensi sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB.
Tabel 1. Komposisi proksimat tepung bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen domba (% bobot kering)
Parameter    Tepung bungkil biji karet fermentasi (TBBKF)
Protein    40 , 36
Lemak    6 , 03
Kadar abu    5 , 86
Serat kasar     8 , 90
BETN    38 , 85
BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen
Selama masa pemeliharaan, kualitas air dijaga dalam kisaran yang layak untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yaitu suhu berkisar 28–31 °C, kandungan oksigen terlarut berkisar 5,8–4,75 mg/L, pH berkisar 5,44–7,35 dan total ammonia nitrogen (TAN) berkisar 0,25–0,94 mg/L. Kualitas air dijaga dengan cara melakukan penyifonan setiap hari, serta melakukan pergantian air sebanyak 30% setiap tiga hari sekali. Pengukuran suhu air dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari, sedangkan pengukuran pH, oksigen terlarut, dan TAN dilakukan tiga kali selama pemeliharaan yaitu pada awal pemeliharaan, hari ke-15 dan hari ke-30.
Analisis proksimat pada pakan uji dilakukan sebelum pemeliharaan ikan. Pada awal dan akhir pemeliharaan dilakukan penimbangan bobot tubuh ikan dan analisis proksimat pada tubuh ikan uji diantaranya kadar air, protein, lemak, serat kasar, abu dan BETN (bahan ekstrak tanpa nitrogen). Analisis kadar air dilakukan dengan metode gravimetrik, protein dengan metode Kjeldhal, lemak dengan metode Soxhlet, kadar abu dengan metode gravimetrik dan serat kasar dengan metode Vansus. Analisis proksimat ini sesuai dengan prosedur AOAC (1995). Sebelum analisis, ikan terlebih dahulu dihaluskan dengan cara dicincang hingga rata kemudian dilakukan analisis proksimat.
Analisis data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Parameter pertumbuhan dan komposisi kimia tubuh dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) menggunakan program SPSS 16.0. Perbedaan nyata antar perlakukan diuji lanjut dengan uji lanjut Tukey.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Suplementasi lisin memberikan pengaruh terhadap bobot tubuh akhir (Bt), rasio efisiensi protein (PER) dan rasio konversi pakan (FCR) seperti disajikan pada Tabel 3. Suplementasi lisin pada 50% TBBKF tidak memberikan pengaruh terhadap bobot tubuh akhir, tetapi suplementasi lisin pada 75% TBBKF meningkatkan bobot tubuh akhir jika dibandingkan dengan 75% TBBKF tanpa lisin namun lebih kecil dibandingkan kontrol (P<0 4.="" 50="" 75="" abu="" air="" akhir="" analisis="" bahwa="" berbeda="" berpengaruh="" betn.="" br="" dan="" dengan="" dibandingkan="" disajikan="" fcr="" hal="" hasil="" ikan="" jika="" juga="" kadar="" kasar="" kontrol.="" lemak="" lisin.="" lisin="" maupun="" memberikan="" menunjukkan="" nbsp="" nilai="" nyata="" pada="" pengaruh="" per="" perlakuan="" proksimat="" protein="" sama="" serat="" signifikan="" suplementasi="" tabel="" tanpa="" tbbkf="" terhadap="" tetapi="" tidak="" tubuh="">Pembahasan
Hasil pemeliharaan selama 40 hari menunjukkan bahwa suplementasi lisin pada penggunaan sumbangan protein sebesar 75% TBBKF meningkatkan bobot tubuh akhir, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap FCR pada ikan nila (Tabel 3). Penggunaan 75% TBBKF tanpa lisin menunjukkan bobot tubuh paling rendah dibandingkan perlakuan lainya, namun meningkat setelah suplementasi lisin dari 13,21 g hingga 14,91 g (meningkat 12,8%). Kenaikan bobot tubuh akhir pada 75% TBBKF masih lebih rendah dibandingkan dengan kontrol atau tanpa penggunaan TBBKF.
Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas pakan melalui suplementasi lisin. Lisin berperan dalam penyedia energi, pertumbuhan tulang dan pembentukan otot. Pada proses penyediaan energi, lisin merupakan prekursor sintesis karnitin. Karnitin merupakan senyawa pembawa asam lemak rantai panjang dalam menembus membran mitokondria untuk proses β-oksidasi asam lemak. Penambahan lisin ke dalam pakan dapat meningkatkan terbentuknya karnitin sehingga terjadi peningkatan proses β-oksidasi untuk produksi energi dan pertumbuhan ikan meningkat  (Li et al., 2008).
Lisin berperan dalam membantu penyerapan kalsium yang dibutuhkan dalam pembentukan tulang untuk pertumbuhan (Ovie & Eze, 2013). Menurut Li et al. (2008), bahwa suplementasi asam amino dapat memperbaiki nilai nutrisi pada pakan sehingga memengaruhi pada peningkatan pertumbuhan ikan. Hal ini dibuktikan oleh Yang et al.  (2010) melaporkan bahwa suplementasi lisin dan metionin dapat meningkatkan bobot tubuh akhir dan menurunkan FCR pada ikan grass carp Ctenopharyngodon idella. Ovie dan Eze (2013) juga melaporkan bahwa suplementasi lisin dapat meningkatkan biomassa akhir, rasio efisiensi pakan, PER, dan laju pertumbuhan harian (LPH) pada ikan nila. Salama et al. (2013) juga melaporkan bahwa penambahan lisin dan metionin+sistin dapat meningkatkan bobot tubuh, laju pertumbuhan spesifik pada larva ikan sea bass Dentarshus laborax.
Kualitas protein dapat ditinjau dari PER. Pada perlakuan 75% TBBKF tanpa suplementasi lisin menunjukkan PER paling rendah, hal ini disebabkan oleh ketersediaan lisin rendah
Tabel 2. Komposisi da n hasil analisis
sehingga lisin merupakan asam amino pembatas pada TBBKF. Alim (2013) dan Gatlin et al. (2007) menyebutkan bahwa, lisin merupakan asam amino pembatas pada tepung biji karet, sehingga peningkatan penggunaan tepung biji karet pada pakan mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Keberadaan asam amino pembatas pada pakan akan mempengaruhi efisiensi sintesis protein yang mengakibatkan protein yang disimpan rendah dan pertumbuhan rendah (Conde Aguilera et al., 2013; Hu et al., 2013; Vaverde et al., 2013; Wu et al., 2013; Dalibard
        Sumbangan Protein TBBKF   
    0%    50%     50% + lisin    75%    75 % + lisin
Bahan baku (%) Tepung ikan    1,4    2    2    1,4    1 , 4
Meat bone meal    12    11    11    8,2    8 , 2
Tepung kedelai    36    1,3    1,3    0    0
TBBKF    0    40    40    60    60
Pollard    44    39    39    21    21
Minyak ikan    1    1    1    1    1
Minyak jagung    1    1    1    1    1
Tepung tapioka    2    2    2    2    2
Lisin    0    0    0,15    0    0 , 30
Binder    0,2    0,2    0,2    0,2    0 , 2
Premix    3,97    3,97    3,97    3,97    3 , 97
Proksimat pakan (% bobot ke ring)               
Protein    33,93    31,87    33,28    33,79    34 , 14
Lemak    7,10    10,14    10,37    10,66    10 , 81
Abu    10,89    10,34    9,94    9,59    9 , 75
Serat kasar    4,12    8,05    5,01    7,25    4 , 72
BETN    43,97    39,59    41,42    38,71    40 , 57
TBBKF = tepung bungkil biji karet fermentasi. BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen.   
Tabel 3. Bobot tubuh awal (Bo), bobot tubuh akhir (Bt), rasio efisiensi protein (PER) dan  ( FCR) pada ikan nila    rasio konversi pakan
Sumbangan Protein TBBKF Parameter
    0%    50%     50% + lisin    75%    75 %+lisin
Bo (g/ekor)    6,41±0,99a    6,24±0,19a    6,22±0,04a    6,25±0,14a    6 ,33±0,01a
Bt (g/ekor)    16,95±0,77a    16,68±0,53a    17,50±0,17a    13,21±0,22c    14 ,91±0,19b
PER    1,78±0,16a    1,63±0,06ab    1,96±0,07a    1,15±0,17c    1 ,35±0,14bc
FCR    1,67±0,16bc    1,93±0,07bc    1,54±0,05bc    2,61±0,40a    2 ,18±0,22ab
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0 baku.="" br="" dan="" merupakan="" nilai="" rata-rata="" simpangan="" tertera="" yang="">Tabel 4. Hasil analisis proksimat tubuh ikan pada awal dan akhi r penelitian (% bobot basah)
Sumbangan Protein TBBKF
Parameter    Awal
        0%    50%    50%+lisin    75%    75 %+lisin
Kadar air    79,82    76,25±0,55a    75,72±0,91a    75,75±0,95a    75,33±0,26a    75 ,74±0,58a
Protein    10,19    13,47±0,56a    13,88±0,18a    13,74±0,81a    13,22±0,36a    13 ,95±0,23a
Lemak    1,68    3,45±0,08a    4,10±0,57ab    4,72±0,41bc    5,01±0,38bc    5 ,13±0,12d
Kadar abu    6,52    5,17±0,45a    4,66±0,23a    5,04±0,25a    4,75±0,44a    4 ,37±0,37a
Serat kasar    0,75    0,89±0,05a    0,85±0,09a    0,58±0,34a    0,70±0,40a    0 ,34±0,37a
BETN    1,04    0,77±0,36a    0,79±0,21a    0,44±0,21a    0,98±0,15a    0 ,47±0,24a
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0 baku.="" br="" dan="" merupakan="" nilai="" rata-rata="" simpangan="" tertera="" yang=""> et al., 2014; Nunes et al., 2014; Wu, 2014; Chia et al., 2015). Lisin merupakan asam amino esensial yang keberadaanya sangat dibutuhkan oleh ikan. Nunes et al. (2014) menyatakan bahwa suplementasi lisin pada pakan yang rendah lisin dapat memperbaiki kualitas protein. Hal ini ditandai dengan meningkatnya PER pada 75% TBBKF setelah suplementasi lisin. Hal sama juga dilaporkan oleh Ovie dan Eze (2013), bahwa PER meningkat pada ikan nila yang diberi pakan dengan suplementasi lisin. Sardar et al. (2009) juga melaporkan bahwa peningkatan kualitas protein pakan berbahan dasar kedelai melalui penambahan lisin dan metionin terbukti dapat meningkatkan PER pada ikan rohu Labeo rohita.
Komposisi biokimia tubuh ikan pada penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan lisin tidak berpengaruh signifikan terhadap kandungan protein tubuh ikan (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan penelitian Ovie dan Eze (2013) bahwa penambahan level lisin yang diberikan pada ikan nila tidak menunjukkan perbedaan signifikan tetapi cenderung meningkatkan protein tubuh ikan nila.  Palavesam et al. (2008) juga melaporkan bahwa penambahan lisin pada pakan berprotein berbeda meningkatkan kandungan protein tubuh ikan Etropus suratensis. Hal yang sama juga dilaporkan pada ikan gilthead seabream (Peres & Oliva-Teles, 2009) dan ikan grass carp (Yang et al., 2010). Peningkatan kadar protein tubuh mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan penyimpanan protein pada tubuh. Suplementasi lisin juga tidak mempengaruhi pada kadar air, lemak dan kadar abu pada tubuh juvenil ikan cobia (Zhou et al., 2007). Suplementasi lisin juga tidak berpengaruh terhadap komposisi kimia tubuh gibel carp (Hu et al., 2008). Hal sama juga yang dilaporkan oleh Ghomi & Alizadehnajd (2012) bahwa suplementasi lisin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan protein, lemak, abu dan kadar air pada tubuh juvenil ikan Abramis brama orientalis.
KESIMPULAN
Kualitas pakan dengan sumbangan protein 75% dari tepung biji karet fermentasi cairan rumen domba meningkat setelah penambahan lisin, tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan 50% tepung biji karet fermentasi cairan rumen domba dan tepung kedelai sebagai sumber protein pada pakan ikan nila Oreochromis niloticus.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 1995. Official methods of analysis of AOAC international. 16th Edition. USA: Association of Analytical Communities, Arlington.
Alim S. 2013.  Evaluasi tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis difermentasi cairan rumen domba sebagai sumber protein pakan ikan nila Oreochromis niloticus. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Chia MA, Lombardi AT, Melão MDGG, Parrish CC. 2015. Combined nitrogen limitation and cadmium stress stimulate total carbohydrates, lipids, protein, and amino acid accumulation in Chlorella vulgaris (Trebouxiophyceae). Aquatic Toxicology 160: 87–95. Conde-Aguilera JA, Cobo-Ortega C, Tesseraud S, Lessire M, Mercier Y, Van Milgen J. 2013. Changes in body composition in broilers by a sulfur amino acid deficiency during growth. Poultry Science 92: 1.266–1.275.
Dalibard P, Hess V, Tutour LL, Peisker M, Peris S, Gutierrez AP, Redshaw M. 2014. Amino acids in animal nutrition. Belgium: Fevana Publication with Compliments from Evonik
Industries. 
Furuya WM, Furuya VRB. 2010. Nutritional innovations on amino acids supplementation in Nile tilapia diets. Revista Brasileira de Zootecnia 39: 88–94.
Gatlin III DM, Barrows FT, Brown P, Dabrowski K, Gaylord TG, Hardy RW, Herman E, Hu G, Krogdahl Å, Nelson R, Overturf K, Rust

Saturday, May 14, 2016

CARA MENGEMBANGKAN BELUT (Monopterus albus)

May 14, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Belut sawah, moa, atau lindung (Monopterus albus) adalah sejenis ikan anggota suku Synbranchidae (belut), ordo Synbranchiiformes, yang mempunyai nilai ekonomi dan ekologi. Ikan ini dapat dimakan, baik digoreng, dimasak dengan saus pedas asam, atau digoreng renyah sebagai makanan ringan. Secara ekologi, belut dapat dijadikan indikator pencemaran lingkungan karena hewan ini mudah beradaptasi. Lenyapnya belut menandakan kerusakan lingkungan yang sangat parah telah terjadi.
Belut adalah predator ganas di lingkungan rawa dan sawah. Makanannya ikan kecil, cacing, krustasea. Ia aktif di malam hari. Hewan ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu hidup berbulan-bulan tanpa air, asalkan lingkungannya tetap basah. Hewan ini bahkan mampu menyerap oksigen lewat kulitnya. Kebiasaaannya adalah bersarang di dalam lubang berlumpur dan menunggu mangsa yang lewat. Walaupun berasal dari daerah tropika, belut sawah diketahui dapat bertahan hidup melewati musim dingin dengan suhu sangat rendah. Kombinasi sifat-sifat yang dimiliki belut membuatnya menjadi hewan yang dianggap berbahaya bagi lingkungan yang bukan habitatnya.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:     Animalia
Filum:     Chordata
Kelas:     Actinopterygii
Ordo:     Synbranchiformes
Famili:     Synbranchidae
Genus:     Monopterus
Spesies:     M. albus
Nama binomial
Monopterus albus
Ukuran maksimum adalah 1m, meskipun yang banyak dikonsumsi paling panjang 40 cm. Tidak memiliki sirip, kecuali sirip ekor yang memanjang. Bentuk tubuhnya menyerupai tabung dengan tubuh licin, tanpa sisik. Warna bervariasi, namun biasanya kecoklatan hingga kelabu.
Belut merupakan hewan hermaprodit, dimasa muda merupakan belut betina dan bersarang di lubang untuk meletakkan telur-telurnya pada busa-busa di air yang dangkal. Jika telur menetas, keluarlah belut muda yang semuanya betina. Dalam usia lebih tua perkembangan berikutnya, akan menjadi belut jantan.
Belut sawah berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara barat. Belut sekarang bahkan dilaporkan telah menghuni rawa-rawa di Hawaii, Florida, dan Georgia di Amerika Serikat dan dianggap sebagai hewan invasif.
Hermaprodit
Belut merupakan jenis ikan yang bisa berubah kelamin (hermaprodit) yaitu dimasa usia muda berjenis kelamin betina, dimasa berikutnya yaitu jika sudah usia tua akan berubah menjadi berjenis kelamin jantan.Pakan alami merupakan kebutuhan utama untuk perkembangan belut. Pakan alami yang sering dipergunakan saat ini diantaranya adalah : cacing, belatung, bekicot, dan kecebong. Semuanya bisa dibudidayakan sehingga bisa menekan biaya selama proses produksi dan bisa diperoleh dalam jumlah besar.
Cacing tanah bisa dikembangbiakkan di dalam kotak kayu atau terpal berukuran 0.5 meter persegi. Masukkan media berupa kotoran sapi, sisa-sisa sayuran yang tidak terpakai/telah membusuk, tanah, dan serbuk gergaji. Masukkan bibit cacing, sekitar 1 ons. Dalam waktu 1—2 minggu, cacing sudah dapat berkembang biak dalam jumlah banyak.
Belatung bisa dikembangbiakkan dengan menggunakan media campuran dedak halus, tepung ikan asin, cincangan eceng gondok, dan urea. Semua media dimasukkan ke dalam wadah berupa toples atau kaleng, diamkan selama tiga hari. Tutup wadah dengan kain basah. Satu hari kemudian, belatung akan bermunculan.
Keong mas bisa dibudidayakan di dalam kolam. Letakkan tanaman air di atasnya. Masukkan keong mas dewasa. Dalam beberapa waktu, keong mas sudah berkembang biak.
Adapun kecebong, bisa dibudidayakan dengan memasukkan beberapa pasang katak jantan dan betina ke dalam kolam budi daya belut. Mereka akan kawin dan bertelur. Telur yang menetas akan menjadi kecebong.
Budi daya pakan alami sebaiknya sudah dimulai 1—2 bulan sebelum budi daya belut dilakukan, kecuali kecebong. Tujuannya, agar terhindar dari kekurangan pakan. Banyaknya pakan yang dibudidayakan harus disetarakan dengan besarnya skala budi daya belut agar stok pakan alami dapat terus terjaga selama pemeliharaan belut.
Selain pakan alami, ada resep suplemen rahasia yang mampu mempercepat pertumbuhan belut hingga 10 kali lebih berat dari suplemen belut biasa. Resep ini telah dibuktikan oleh peternak belut yang sukses. Selain mempercepat pertumbuhan, suplemen ini  berfungsi meningkatkan ketahanan terhadap serangan penyakit dan menambah nafsu makan. Jika biasanya belut dipanen dalam waktu 6 bulan, dengan memberikan suplemen ini, belut dapat dipanen lebih cepat 3 bulan dengan bobot yang sama memuaskan.
A.  Aplikasi Pakan Belut
Belut merupakan hewan karnivora yang membutuhkan pakan mengandung protein sekitar 65—70%. Namun, pakan yang dimaksud bukan apa yang diberikan sebagai rutinitas dengan memberikan pelet setiap hari, tapi harus diselingi dengan pemberian pakan hidup, misalnya aneka jenis ikan atau bekicot. Hal ini berguna untuk menghindari pengaruh produktivitas belut yang tidak maksimal akibat pemberian jenis pakan tertentu secara terus-menerus.
Di dalam media budi daya juga bisa diletakkan beberapa pakan hidup seperti kecebong, cacing, larva ikan, dan belatung. Selain itu, untuk kegiatan pembesaran, belut juga dapat diberi pakan mati berupa cincangan bangkai ayam atau cincangan bekicot. Namun, pakan bangkai tersebut sebaiknya telah direbus dahulu sebelum diberikan ke belut agar belut terhindar dari penularan penyakit atau mikroorganisme yang menjangkiti hewan tersebut.
Adapun jumlah pakan yang diperlukan untuk menambah berat badan belut disebut nilai ubah atau convertion rate (FCR) ialah sebagai berikut :
FCR = Jumlah pakan yang dimakan selama interval waktu tertentu 
Pertambahan berat badan selama interval waktu tersebut
Ini berarti, semakin kecil rasio konversi pakan, semakin cocok makanan tersebut untuk menunjang pertumbuhan belut. Sebaliknya, semakin besar rasio konversi pakan, kemungkinan besar pakan yang digunakan tidak efektif dalam memacu pertumbuhan belut.
Perbandingan antara 1 kg berat daging belut dengan jumlah berat pakan yang dibutuhkan disebut koefisien konversi berat. Jadi, untuk menambah berat 1 kg daging belut dibutuhkan 2 kg pakan, ini berarti koefisien konversi berat pakan adalah 0.5. Apabila koefisien konversi berat itu dikalikan dengan 100%, akan diperoleh efisiensi konversi berat.
B. Pakan Hidup yang Bisa Dibudidayakan
1. Cacing Sutra
Cacing sutra (Tubifek sp.) umumnya berwarna merah darah dengan panjang 10-30 mm. Cacing ini biasa hidup di dalam selokan atau saluran-saluran dangkal yang banyak mengandung zat organik. Mereka biasa hidup berkoloni atau bergerombol.
2. Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
Cacing tanah biasanya terdapat di tanah humus, tempat pembuangan sampah, atau tepian sungai yang bercampur dengan sisa sampah.
Cara membudidayakan cacing sebenarnya cukup mudah, cukup dengan menyiapkan kotoran sapi secukupnya, sisa sayuran atau sampah yang membusuk, tanah, dan serbuk gergaji. Semua bahan tersebut dicampur menjadi satu. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan disusul dengan memasukkan benih cacing. Dalam beberapa minggu, biasanya cacing sudah berkembang biak.
3. Bekicot
Bekicot di alam sering menjadi musuh bagi petani karena memakan tanaman padi atau sayuran. Padahal, daging bekicot sebenarnya dapat digunakan sebagai pakan belut karena mengandung protein yang cukup tinggi.
Untuk budi daya bekicot, buatlah wadah kandang berupa rumah-rumahan atau gedek dari bambu berukuran 1 x 1 cm dan tinggi 60--70 cm. Selanjutnya, masukkan limbah sayur-mayur, cincangan batang pisang, dan batang pepaya, diamkan selama 1 minggu. Setelah bahan-bahan tersebut membusuk, masukkan bibit bekicot sebanyak 20 indukan. Bekicot akan bertelur setelah satu bulan. Agar bekicot tetap hidup, jangan lupa untuk memberikan cincangan batang pisang dan limbah sayur mayur setiap hari.
4. Keong Mas
Daging keong sawah dan keong mas sebenarnya bisa digunakan untuk pakan belut, asalkan jangan terbawa masuk dengan cangkangnya. Jadi sebelumnya daging keong mas dilepaskan dulu dari cangkangnya satu per satu, selanjutnya daging keong mas dicincang terlebih dulu sebelum diberikan kepada belut. Keong sawah dan keong mas mudah ditemukan di sawah-sawah. Untuk kebutuhan yang lebih besar, kita bisa dengan mudah membudidayakannya sendiri.
5. Kutu Air ,  
Daphnia dan Moina termasuk kutu air dari jenis udang renik. Sering dijumpai di perairan yang mengandung banyak bahan organik. Selain hidup sebagai platonic, kutu air juga banyak menghuni tempat-tempat yang lembab seperti danau, waduk, kolam dan genangan air lainnya.
Makanan utamanya adalah tumbuhan renik (fitoplankton), hewan renik (zooplankton), dan detritus.
6. Belatung
Belatung sebenarnya merupakan larva dari lalat. Untuk mencarinya memang tidak mudah, tetapi belatung bisa dihadirkan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan yang bisa mengundang lalat, misalnya ampas tahu, pupuk urea, dedak halus, cincangan eceng gondok, dan tepung ikan asin. Bahan-bahan tersebut dicampur menjadi satu dan diaduk rata. Setelah itu, diamkan selama beberapa hari di tempat yang agak terbuka, lalu tutup dengan kain yang basah. Beberapa hari kemudian belatung akan tumbuh subur di wadah tersebut.
7. Kecebong atau Berudu
Kecebong merupakan bahan pakan yang baik bagi belut. Kecebong dapat diperoleh dengan cara mengembangbiakkan katak. Caranya, masukkan beberapa pasang ekor katak jantan dan betina. Biarkan hingga katak hijau tersebut berkembang biak di kolam. Telur katak yang berhasil menetas akan menjadi kecebong, dan kecebong tersebut disukai belut.

Friday, May 13, 2016

MENGENAL IKAN HIAS CUPANG (Betta splendens)

May 13, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 1 comment
Ciri khas ikan ini adalah sangat sensitif terutamanya ikan cupang jantan. Oleh karena itu, dalam pemeliharaan ikan ini biasanya di pisahkan satu persatu dengan ikan jantan lainnya untuk menghindari pertarungan. Berikut klasifikasi dan morfologi ikan cupang berdasarkan bentuk tubuh dan juga karakteristiknya.
Klasifikasi ikan cupang
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Superkelas : Gnathostomata
Kelas : Oesteochytes
Superkelas : Actinopterygii
Superordo : Achantopteri
Ordo : Perciformes
Subordo : Anabantoidei
Famili : Anabantidae
Subfamili : Ctenopinae
Genus : Betta
Spesies : Betta splendens.
Morfologi ikan cupang
Ikan cupang memiliki bentuk yang sangat langsing atau ramping, memiliki kepanjangan hingga 6-7 cm dan juga memiliki warna dasar kuning hingga sawo matang. Ikan ini memiliki jenis dan juga varietes yang sangat berbeda- beda, karena banyaknya persilangan. Ikan ini juga termasuk jenis famili ikan gurami, sepat dan juga lainnya.
Ikan ini memiliki sisik yang sangat halus, dan mengkilap. Sisik ikan ini memiliki bentuk persegi dengan ukuran 0,2 – 0,3 mm bahkan lebih kecil tergantung dengan ukuran tubuh dan varietesnya. Selain itu, memiliki tangkai dua di bagian depan berwarna kemerahan, kekuningan dan juga lainnya yang berukuran antara 0.6-1 cm tergantung pertumbuhan.
Ikan cupang ini memiliki warna yang sangat bervariasi dan juga beragam mulai dari warna merah pekat, warna kuning pekat, warna kebiruan dan juga warna lainnya. Namun, warna ini tergantung jenis dan juga varietesnya.
Ikan cupang juga memiliki sirip yang sangat bervariasi dan juga beragam mulai dari sirip yang berbentuk bulan, berbentuk kipas, berbentuk sisir dan juga ada yang berbentuk kain yang sangat tebal. Hal ini yang membuat ikan ini sangat menarik dan juga memiliki daya jual yang sangat tinggi.
Ikan cupang ini memiliki sifat yang sangat sensitif terhadap sejenis terutamanya ikan cupang jantan, berjumpa dengan ikan cupang jantan. Hal ini akan membuat ikan bertarung dan juga berkelahi apalagi jika dalam satu wadah. Oleh karena itu ikan ini sebaiknya di lakukan pemeliharaan dalam wadah berpisah.Ikan cupang merupakan ikan daerah tropis, penyebarannya melingkupi wilayah Asia Tenggara, Pasific hingga ke Afrika. Di alam bebas ikan ini hidup berkelompok, banyak ditemukan di rawa, danau, dan sungai yang arusnya tenang.
Ikan cupang menyukai perairan dangkal yang dinaungi tumbuhan air. Makanan cupang dihabitat aslinya adalah kutu air, jentik nyamuk, dan cacing serabut. Untuk pemeliharaan dalam akuarium bisa diberikan pakan buatan.
Ikan cupang sanggup hidup dalam lingkungan air yang kotor dan minim oksigen. Ikan ini bisa dipelihara dalam toples kecil sekalipun tanpa adanya aerator. Kemampuan ini didapat karena ikan cupang memiliki rongga labirin seperti pada paru-paru manusia. Labirin tersebut bisa membuatnya sanggup bertahan pada lingkungan miskin oksigen.
Jenis ikan cupang
Ragam dan jenis ikan cupang yang bisa dibudidayakan cukup banyak. Apalagi dengan banyaknya persilangan yang dikreasikan para peternak. Namun secara umum terdapat dua jenis ikan cupang budidaya, yakni cupang hias dan cupang aduan. Cupang hias dipelihara untuk dinikmati keindahan warna dan bentuknya. Siripnya indah mengembang, gerakannya anggun dengan warna-warni yang atraktif. Sedangkan cupang aduan dipelihara untuk perlombaan adu cupang atau sebatas kesenangan belaka.
Ikan cupang hias biasanya berasal dari jenis Betta splendens, sedangkan cupang aduan berasal dari spesies Betta imbillis dan Betta smaragdina. Selain itu terdapat juga cupang hias aduan yang berasal dari jenis Betta imbillis var. Malaysia, atau populer juga dengan nama cupang panca warna. Jenis cupang ini memiliki warna dan bentuk yang indah sekaligus sifat yang agresif.
Memilih bibit ikan cupang
Untuk mendapat hasil yang optimal baik jumlah maupun mutunya, pilih bibit ikan yang berkualitas. Secara umum bibit yang baik adalah dari keturunan unggul dan dalam kondisi bugar. Pastikan bibit yang akan digunakan sudah masuk dalam fase siap untuk dikawinkan.
Ciri-ciri ikan cupang jantan yang siap memijah:
•  Berumur setidaknya 4-8 bulan
•  Bentuk badan panjang
•  Siripnya panjang dan warnanya terang atraktif
•  Gerakannya agresif dan lincah
Ciri-ciri ikan cupang betina yang siap memijah:
•  Berumur setidaknya 3-4 bulan
•  Bentuk badan membulat menandakan, bagian perut sedikit buncit
•  Siripnya pendek dan warnanya kusam tidak menarik
•  Gerakannya lambat
Pemijahan ikan cupang
Setelah indukan jantan dan indukan betina siap untuk memijah, sediakan tempat berupa wadah dari baskom plastik atau akuarium kecil dengan ukuran 20x20x20 cm. Siapkan juga gelas plastik untuk tempat ikan cupang betina. Selain itu, sediakan juga tumbuhan air seperti kayambang.
Dalam satu kali perkawinan, ikan cupang bisa menghasilkan hingga 1000 butir telur. Telur tersebut akan menetas dalam waktu 24 jam setelah pembuahan. Berdasarkan pengalaman para peternak, tingkat kematian pembenihan ikan cupang cukup tinggi. Dan dalam satu kali kawin biasanya hanya dapat dipanen 30-50 ikan cupang hidup.
Indukan jantan bisa dikawinkan hingga 8 kali dengan interval waktu sekitar 2-3 minggu. Sedangkan indukan betina disarankan hanya dikawinkan satu kali saja. Karena pada perkawinan berikutnya akan terjadi penurunan keragaman jenis kelamin yang semakin didominasi anak cupang berkelamin betina.
Pemijahan ikan cupang bisa dibilang gampang-gampang susah. Perlu ketelitian dan ketelatenan agar ikan bisa kawin dengan sukses. Berikut ini langkah-langkah untuk meijahkan ikan cupang:
•  Isi tempat pemijahan dengan air bersih setinggi 10-15 cm. Seabagai catatan gunakan air tanah atau air sungai yang jernih. Endapkan terelebih dahulu air yang akan dipakai minimal setidaknya selama satu malam. Hindari penggunaan air dalam kemasan (AMDK) atau air PAM terutama yang berbau kaporit.
•  Tambahkan kedalam wadah tersebut tanaman air, sebagai tempat untuk burayak berlindung. Tapi penempatan tanaman air jangan terlalu padat, sekadarnya saja. Bila terlalu banyak, tanaman air berpotensi mengambil oksigen terlarut yang ada dalam air.
•  Masukkan ikan cupang jantan yang telah siap kawin. Biarkan ikan tersebut selama satu hari dalam wadah. Ikan cupang jantan tersebut akan membuat gelembung-gelembung udara. Gunanya untuk menyimpan telur yang sudah dibuahi. Untuk memancing ikan cupang jantan membuat gelembung, bisa juga dimasukkan ikan cupang betina tetapi dipisah. Caranya, ikan betina dimasukkan dalam gelas plastik bening (bekas gelas akua) dan benamkan kedalam wadah.
•  Setelah indukan jantan membuat gelembung, masukkan indukan betina. Waktu pemijahan ikan cupang biasanya terjadi di pagi hari sekitar pukul 7-10 atau sore hari sekitar pukul 4-6. Ikan cupang cukup sensitif ketika kawin, sebaiknya tutup wadah dengan koran atau letakkan di ruang yang terhindar dari hilir mudik orang dan suara bising.
•  Setelah terjadi pembuahan angkat segera indukan betina, karena yang bertanggung jawab membesarkan dan menjaga burayak adalah cupang jantan. Dengan mulutnya si jantan akan memunguti telur yang telah dibuahi dan meletakkannya pada gelembung-gelembung tadi. Apabila indukan betina tidak diangkat, maka telur-telur yang telah dibuahi akan dimakan si betina.
•  Setelah kurang lebih satu hari telur-telur tersebut akan menjadi burayak. Nah, selama 3 hari kedepan burayak kecil tidak perlu diberi pakan jarena masih ada nutrisi yang terbawa dalam telur. Ikan cupang jantan juga akan berpuasa selama menjaga burayak.
•  Setelah tiga hari dari telur menetas, berikan pakan berupa kutu air jenis Moina atau Daphnia. Pemberian pakan jangan lebih banyak dari burayak karena kutu air berpotensi akan mengotori air dan menyebabkan kematian pada burayak. Dalam satu kali perkawinan biasanya ikan cupang akan menghasilkan 400-1000 butir telur.
•  Indukan jantan baru diambil setelah burayak berumur 2 minggu terhitung sejak menetas. Pindahkan burayak tersbeut pada wadah yang lebih besar dan berikan kutu air yang lebih besar atau larva nyamuk.
•  Setelah 1,5 bulan, ikan sudah bisa dipilah berdasarkan jenis kelaminnya dan sudah bisa dinikmati keindahannya. Kemudian pisahkan ikan-ikan tersebut ke wadah pembesaran.
Pakan ikan cupang
Pakan favorit yang biasa diberikan pada ikan cupang adalah kutu air dan larva nyamuk. Beberapa ada yang memberikan cacing sutera atau cacing serabut lainnya. Pakan ikan cupang sebaiknya diberikan sesering mungkin. Bisa 3-4 kali sehari, semakin sering frekuensinya semakin baik. Sedikit-sedikit tapi sering lebih baik dari pada sekaligus banyak. Hal ini untuk mengurangi resiko kekanyangan dan penumpukan sisa pakan, yang bisa mengakibatkan penyakit dan kematian.
Pakan kutu air bisa didapatkan di selokan-selokan yang ada air tergenangnya, atau membelinya dari toko akuarium. Kalau tidak memungkinkan, kita bisa membudidayakan kutu air sendiri. Berikut adalah cara mengembangbiakkan kutu air jenis Moina dan Daphnia:
•  Buat kolam semen atau terpal berukuran 1x1x0,5 meter. Isi kolam tersebut dengan air bersih.
•  Siapkan pupuk kandang ayam kering sebanyak 1 kg. Bungkus dengan kain, lalu gantung dengan seutas tali dan celupkan bungkusan tersebut kedalam air.
•  Tebarkan bibit moina sebanyak 2 gram, atau bibit daphnia sebanyak 5 gram.
•  Setelah satu minggu moina sudah bisa dipanen, sedangkan untuk daphnia perlu hingga 3 minggu.
Perawatan ikan cupang
Tidak seperti jenis ikan hias lain, akuarium tempat ikan cupang tidak memerlukan aerator. Ikan ini tahan terhadap kondisi air yang minim oksigen. Tidak disarankan untuk memelihara ikan cupang yang telah dewasa dalam satu akuarium. Ikan-ikan tersebut bisa saling menyerang satu sama lain. Akibatnya, sirip-siripnya tidak mulus dan warnanya kurang keluar. Sebaiknya pelihara ikan cupang dalam wadah yang terpisah.
Khusus untuk ikan cupang aduan, kita bisa memasukannya kedalam toples kaca kecil. Agar ikan lebih agresif dan ganas, tempatkan di tempat yang gelap. Jangan meletakan toples-toples tempat menyimpan ikan secara berdekatan. Karena ikan cupang aduan akan terus dalam kondisi siap menyerang dan membenturkan dirinya kedalam kaca. Berikan sekat tidak tembus pandang diantara toples-toples tersebut.
Gantilah air yang terdapat dalam wadah secara berkala. Lihat apakah ada penumpukan kotoran dan sisa pakan pada dasar wadah. Penumpukan tersebut bisa menimbulkan penyakit bahkan kematian pada ikan karena pencemaran air.
sumber: http://www.alamtani.com/budidaya-ikan-cupang.html