Pendahuluan
Kelautan yang di dalamnya terdapat sector perikanan (fishery) merupakan bagian dari sector ekonomi yang bertumpu pada hasil laut. Di Indonesia menganut asas Zona Ekonomi Eksklusif yaitu suatu upaya untuk mengatur pemanfaatan sumber daya kelautan yang dicetuskan dalam pertengahan dasawarsa 70-an, yang kemudian dikenal sebagai hak hukum nasional sampai 200 mil laut dari garis pantai.
Produk periklanan Indonesia yang dimanfaatkan sebagai komoditi ekspor terdiri atas beberapa jenis, yaitu perikanan darat dan periklanan laut. Hasil periklanan darat berasal dari empang dan tambang. Sedangkan hasil dari perikanan laut meliputi udang laut, tuna, fillet kakap dan lainnya. Dan hasil laut selain perikanan adalah perhiasan seperti mutiara dan marjan. [1]
Al-Qur’an secara jelas memberikan peluang kepada manusia untuk menikmati kekayaan laut. Dari 6.236 ayat dalam al Qur’an sedikitnya ada 32 ayat yang membicarakan tentang laut dalam berbagai dimensinya; ada sebagai metafor keluasan ilmu-Nya, ada yang menunjukkan kewilayahan dalam aktivitas dan tempat yang penuh resiko bagi yang ada di dalamnya kecuali dengan penguasaan dari Allah swt. Dan beberapa ayat yang secara khusus mengisayaratkan untuk pemanfaatannya, demi kemakmuran penduduk negeri.[2]
Tak cuma itu, akurasi Alquran dalam membahas soal lautan juga terlihat dari perbandingan jumlah ayat. Dalam Alquran terdapat 32 ayat yang menyebut kata 'laut'. Sedang kata 'darat' terkandung dalam 13 ayat Alquran. Jika dijumlahkan, keduanya menjadi 45 ayat. Angka 32 itu sama dengan 71,11 persen dari 45. Sedang 13 itu identik dengan 28,22 persen dari 45. Berdasar ilmu hitungan sains, ternyata memang 71,11 persen bumi ini berupa lautan dan 28,88 persen berupa daratan.[3]
Adapun kata laut yang digunakan al-Qur’an di antaranya abharin disebutkan satu kali dalam QS. Lukman:27; gabungan bahra, bahri, bahru sebanyak 33 kali; bahrani satu kali yaitu QS. Fatir: 12; bahrayni empat kali dan biharu dua kali. Ayat yang menjelaskan laut dalam arti kekayaan alam sebagai sumber daya ekonomi telah dijelaskan dalam QS. an-Nahl:14, QS. al-Isra’:66, dan QS. Fatir:12.2015 adalah tahun yang luar biasa terkait lautan dunia. Seorang ahli kelautan Douglas McCauley mempersembahkan kejadian-kejadian penting terkait laut tersebut.
QS. Al Isra [17] : 66
Manusia melihat bukti-bukti kekuasaan Allah di daratan dan lautan bahwa Allah-lah yang memperlayarkan bahtera untuknya. Sehingga ia dapat memindahkan rezeki dan makanan-makanannya ke tempat yang jauh. Namun demikian, ternyata manusia kufur terhadap nikmat Allah. Apabila ia ditimpa bahaya, dia berdoa pada TuhanNya, tetapi bila bahaya itu telah aman, maka ia berpaling daripadaNya, lalu menyembah pada patung-patung dan berhala-berhala. Apakah manusia itu merasa aman tak ditelan oleh bumi, atau tak dikirimkan padanya angin keras yang membawa batu-batu dari darat, atau angina topan di laut yang menenggelamkannya karena kekafirannya. Dan apakah manusia telah lupa bahwa ia telah dilebihkan oleh Allah atas semua makhlukNya yang lain,dan telah diluakan baginya rezekimu. Kenakah tidak menyembah kepada Allah saja dan tunduk kepadaNYa sebagai imbalan dari nikmat-nikmat yang dianugerahkan kepada silih berganti.
Douglas McCauley memulai karir sebagai nelayan sebelum menekuni ilmu kelautan. Sekarang, dia menjabat sebagai asisten profesor di University of California, Santa Barbara dan Sloan Research Fellow di bidang Ilmu Kelautan. McCauley mempelajari fungsi ekosistem laut dan bagaimana sebaiknya menjaga kelestarian laut. Awal tahun ini, ia dan beberapa rekannya memberikan ulasan menarik mengenai laut yang terangkum dalam the past and future of marine life in the global oceans.
Berakhirnya ikan dari laut?
Untuk tahun pertama dalam sejarah, masyarkat dunia lebih lebih banyak ikan yang dibudidayakan ketimbang ikan yang ditangkap dari lautan, ini berdasarkan laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB.
Kehati-hatian tetap diperlukan agar pergeseran baru ini tidak mengartikan bahwa lautan kehilangan kemampuan untuk menyediakan wilayah yang aman bagi ikan untuk mejelajah.
Akuakultur ikan salmon di Kepulauan Faroe. Photo: Erik Christensen
2. Demam emas dasar laut
Pada 2015, perusahaan-perusahaan dari berbagai negara menguasai kawasan pertambangan di lebih dari satu juta kilometer persegi ekosistem laut dalam di perairan internasional. Kontraktor dari Tiongkok, India, Inggris, Kepulauan Cook, dan Rusia melalukan ekspolorasi bawah laut, berharap mendapatkan emas, mangan, tembaga, dan logam rare-earth.
Tahun ini, sekelompok ilmuwan internasional menyerukan penghentian otorisasi kontrak pertambangan baru hingga jaringan kawasan perlindungan laut didirikan di sekitar daerah target pertambangan. Saran ini, sayangnya, diabaikan oleh International Seabed Authority, yang terus mengeluarkan kontrak baru.
3. Booming mega-park
Pada 2015, kawasan laut yang dilindungi lebih besar dibandingkan sebelumnya. Pemerintah dari berbagai belahan dunia mengumumkan akan melindungi area laut sekitar 2,5 juta km persegi.
Palau, salah satu negara terkecil di dunia, berkomitmen menjadikan 500.000 kilometer persegi lautnya sebagai kawasan lindung, dan begitu pula Chile yang mengumumkan niatnya untuk melindungi hampir satu juta kilometer persegi di sekitar Pulau Paskah dan Kepulauan Desventuradas.
Ikan di Pulau Paskah. Photo: Geografica, courtesy of the Pew Charitable Trusts.
Kawasan perlindungan laut yang baru diumumkan pada 2015 sekitar 650.000 kilometer persegi – dibandingkan dengan sekitar 1.000 kilometer persegi di tahun 2000. Tantangan besar berikutnya adalah menemukan strategi efektif untuk menegakkan langkah-langkah perlindungan kawasan laut yang besar tersebut, agar keuntungan konservasi laut besar ini benar-benar efektif.
4. Lautan plastik
Tumpukan plastik di pantai Hawaii. Foto: Photo by Susan White, U.S. Fish and Wildlife Service.
Penelitian baru yang dirilis 2015 menyoroti besarnya pengaruh global dari polusi plastik di lautan. Delapan juta metrik ton plastik memasuki lautan setiap tahun. Ini berarti, untuk setiap 0.5 kg ikan tuna yang kita ambil dari laut, kita menggantinya dengan memasukkan 1 kg plastik ke laut. Rasio yang mengerikan.
5. Memerangi pelanggaran hukum di laut lepas
Tahun ini, PBB membuat komitmen yang pertama untuk menegosiasikan perjanjian internasional yang mengikat secara hukum untuk melindungi keanekaragaman hayati di laut lepas. Ini langkah besar kehidupan laut bagi 64 persen lautan yang berada di luar yurisdiksi nasional.
6. Genetik ikan
Salmon yang telah mengalami rekayasa genetik. Foto: AquaBounty Technologies
Pada 2015, Amerika Serikat menyetujui hewan pertama di dunia yang dimodifikasi secara genetik untuk dikonsumsi manusia. Hewan tersebut adalah salmon triploid yang merupakan bagian salmon Atlantik (Salmo salar), bagian dari Chinook salmon (Oncorhynchus tshawytscha), dan bagian Zoarces americanus, ikan yang sepintas mirip belut. GMO salmon ini dilaporkan tumbuh dua kali lebih cepat dari salmon Atlantik alami.
7. Pemutihan karang global
Pemutihan karang global yang ketiga dalam sejarah dinyatakan terjadi tahun ini oleh US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Badan ini memprediksi suhu laut yang tinggi akan menyebabkan pemutihan massal dan hilangnya terumbu karang hingga tahun depan. Pada penutupan 2015, NOAA memperkirakan hampir 95 persen dari terumbu karang di AS akan terkena kondisi yang menyebabkan karang memutih.
8. El Nino Godzilla
Inilah salah satu yang terkuat El Niño dalam sejarah, dimana suhu permukaan laut naik tajam di kawasan Samudera pasifik. “Godzilla El Nino” ini membuat ular-laut dan penyu air hangat bepergian jauh sepanjang garis pantai dingin seperti di California.
El Niño sebesar ini sangat mengganggu pola produktivitas laut dan cuaca global. El Niño 2015 berkontribusi terhadap rekor tertinggi jumlah hewan laut yang terdampar seperti singa laut di California, karena berkurangnya ketersediaan pangan. Juga makin banyaknya jumlah ikan paus yang terjerat dalam alat tangkap nelayan, karena kondisi oseanografi yang tidak biasa membuat paus lebih sering menghabiskan waktu di pesisir.
Perbandingan permukaan temperatur di Samudera Pasifik tahun 1997 dan 2015. Sumber: NOAA Climate Prediction Center
Pembangkit listrik di laut
Konstruksi dimulai tahun ini di lepas pantai Rhode Island, yaitu pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai pertama di Amerika Serikat, yang menggunakan lima turbin. Tahun 2015, kita juga melihat dua proyek pembangkit listrik tenaga gelombang laut terbesar di dunia, yang terletak di Inggris, hampir selesai.
Lautan yang kurang panas dan asam di masa depan
2015 adalah tahun terpanas yang tercatat sejarah baik di darat maupun laut. 195 negara meresponnya dengan memutuskan Perjanjian Paris yang disepakati di penghujung 2015, menyatakan dunia ingin lautan lebih panas dan lebih asam – dan bahwa dunia akan berusaha untuk mengontrol emisi, menghentikan peningkatan suhu global di bawah dua derajat Celsius adalah kesepakatannya.
Negara-negara kecil di Pasifik yang akan sangat terpengaruh oleh pemanasan laut, pengasaman, dan kenaikan permukaan laut berperan kuat dalam dialog tersebut.
Artikel asli: 2015’s top 10 developments for the ocean. Mongabay.com. Diterjemahkan oleh: Akhyari Hananto
Kelautan yang di dalamnya terdapat sector perikanan (fishery) merupakan bagian dari sector ekonomi yang bertumpu pada hasil laut. Di Indonesia menganut asas Zona Ekonomi Eksklusif yaitu suatu upaya untuk mengatur pemanfaatan sumber daya kelautan yang dicetuskan dalam pertengahan dasawarsa 70-an, yang kemudian dikenal sebagai hak hukum nasional sampai 200 mil laut dari garis pantai.
Produk periklanan Indonesia yang dimanfaatkan sebagai komoditi ekspor terdiri atas beberapa jenis, yaitu perikanan darat dan periklanan laut. Hasil periklanan darat berasal dari empang dan tambang. Sedangkan hasil dari perikanan laut meliputi udang laut, tuna, fillet kakap dan lainnya. Dan hasil laut selain perikanan adalah perhiasan seperti mutiara dan marjan. [1]
Al-Qur’an secara jelas memberikan peluang kepada manusia untuk menikmati kekayaan laut. Dari 6.236 ayat dalam al Qur’an sedikitnya ada 32 ayat yang membicarakan tentang laut dalam berbagai dimensinya; ada sebagai metafor keluasan ilmu-Nya, ada yang menunjukkan kewilayahan dalam aktivitas dan tempat yang penuh resiko bagi yang ada di dalamnya kecuali dengan penguasaan dari Allah swt. Dan beberapa ayat yang secara khusus mengisayaratkan untuk pemanfaatannya, demi kemakmuran penduduk negeri.[2]
Tak cuma itu, akurasi Alquran dalam membahas soal lautan juga terlihat dari perbandingan jumlah ayat. Dalam Alquran terdapat 32 ayat yang menyebut kata 'laut'. Sedang kata 'darat' terkandung dalam 13 ayat Alquran. Jika dijumlahkan, keduanya menjadi 45 ayat. Angka 32 itu sama dengan 71,11 persen dari 45. Sedang 13 itu identik dengan 28,22 persen dari 45. Berdasar ilmu hitungan sains, ternyata memang 71,11 persen bumi ini berupa lautan dan 28,88 persen berupa daratan.[3]
Adapun kata laut yang digunakan al-Qur’an di antaranya abharin disebutkan satu kali dalam QS. Lukman:27; gabungan bahra, bahri, bahru sebanyak 33 kali; bahrani satu kali yaitu QS. Fatir: 12; bahrayni empat kali dan biharu dua kali. Ayat yang menjelaskan laut dalam arti kekayaan alam sebagai sumber daya ekonomi telah dijelaskan dalam QS. an-Nahl:14, QS. al-Isra’:66, dan QS. Fatir:12.2015 adalah tahun yang luar biasa terkait lautan dunia. Seorang ahli kelautan Douglas McCauley mempersembahkan kejadian-kejadian penting terkait laut tersebut.
QS. Al Isra [17] : 66
Manusia melihat bukti-bukti kekuasaan Allah di daratan dan lautan bahwa Allah-lah yang memperlayarkan bahtera untuknya. Sehingga ia dapat memindahkan rezeki dan makanan-makanannya ke tempat yang jauh. Namun demikian, ternyata manusia kufur terhadap nikmat Allah. Apabila ia ditimpa bahaya, dia berdoa pada TuhanNya, tetapi bila bahaya itu telah aman, maka ia berpaling daripadaNya, lalu menyembah pada patung-patung dan berhala-berhala. Apakah manusia itu merasa aman tak ditelan oleh bumi, atau tak dikirimkan padanya angin keras yang membawa batu-batu dari darat, atau angina topan di laut yang menenggelamkannya karena kekafirannya. Dan apakah manusia telah lupa bahwa ia telah dilebihkan oleh Allah atas semua makhlukNya yang lain,dan telah diluakan baginya rezekimu. Kenakah tidak menyembah kepada Allah saja dan tunduk kepadaNYa sebagai imbalan dari nikmat-nikmat yang dianugerahkan kepada silih berganti.
Douglas McCauley memulai karir sebagai nelayan sebelum menekuni ilmu kelautan. Sekarang, dia menjabat sebagai asisten profesor di University of California, Santa Barbara dan Sloan Research Fellow di bidang Ilmu Kelautan. McCauley mempelajari fungsi ekosistem laut dan bagaimana sebaiknya menjaga kelestarian laut. Awal tahun ini, ia dan beberapa rekannya memberikan ulasan menarik mengenai laut yang terangkum dalam the past and future of marine life in the global oceans.
Berakhirnya ikan dari laut?
Untuk tahun pertama dalam sejarah, masyarkat dunia lebih lebih banyak ikan yang dibudidayakan ketimbang ikan yang ditangkap dari lautan, ini berdasarkan laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB.
Kehati-hatian tetap diperlukan agar pergeseran baru ini tidak mengartikan bahwa lautan kehilangan kemampuan untuk menyediakan wilayah yang aman bagi ikan untuk mejelajah.
Akuakultur ikan salmon di Kepulauan Faroe. Photo: Erik Christensen
2. Demam emas dasar laut
Pada 2015, perusahaan-perusahaan dari berbagai negara menguasai kawasan pertambangan di lebih dari satu juta kilometer persegi ekosistem laut dalam di perairan internasional. Kontraktor dari Tiongkok, India, Inggris, Kepulauan Cook, dan Rusia melalukan ekspolorasi bawah laut, berharap mendapatkan emas, mangan, tembaga, dan logam rare-earth.
Tahun ini, sekelompok ilmuwan internasional menyerukan penghentian otorisasi kontrak pertambangan baru hingga jaringan kawasan perlindungan laut didirikan di sekitar daerah target pertambangan. Saran ini, sayangnya, diabaikan oleh International Seabed Authority, yang terus mengeluarkan kontrak baru.
3. Booming mega-park
Pada 2015, kawasan laut yang dilindungi lebih besar dibandingkan sebelumnya. Pemerintah dari berbagai belahan dunia mengumumkan akan melindungi area laut sekitar 2,5 juta km persegi.
Palau, salah satu negara terkecil di dunia, berkomitmen menjadikan 500.000 kilometer persegi lautnya sebagai kawasan lindung, dan begitu pula Chile yang mengumumkan niatnya untuk melindungi hampir satu juta kilometer persegi di sekitar Pulau Paskah dan Kepulauan Desventuradas.
Ikan di Pulau Paskah. Photo: Geografica, courtesy of the Pew Charitable Trusts.
Kawasan perlindungan laut yang baru diumumkan pada 2015 sekitar 650.000 kilometer persegi – dibandingkan dengan sekitar 1.000 kilometer persegi di tahun 2000. Tantangan besar berikutnya adalah menemukan strategi efektif untuk menegakkan langkah-langkah perlindungan kawasan laut yang besar tersebut, agar keuntungan konservasi laut besar ini benar-benar efektif.
4. Lautan plastik
Tumpukan plastik di pantai Hawaii. Foto: Photo by Susan White, U.S. Fish and Wildlife Service.
Penelitian baru yang dirilis 2015 menyoroti besarnya pengaruh global dari polusi plastik di lautan. Delapan juta metrik ton plastik memasuki lautan setiap tahun. Ini berarti, untuk setiap 0.5 kg ikan tuna yang kita ambil dari laut, kita menggantinya dengan memasukkan 1 kg plastik ke laut. Rasio yang mengerikan.
5. Memerangi pelanggaran hukum di laut lepas
Tahun ini, PBB membuat komitmen yang pertama untuk menegosiasikan perjanjian internasional yang mengikat secara hukum untuk melindungi keanekaragaman hayati di laut lepas. Ini langkah besar kehidupan laut bagi 64 persen lautan yang berada di luar yurisdiksi nasional.
6. Genetik ikan
Salmon yang telah mengalami rekayasa genetik. Foto: AquaBounty Technologies
Pada 2015, Amerika Serikat menyetujui hewan pertama di dunia yang dimodifikasi secara genetik untuk dikonsumsi manusia. Hewan tersebut adalah salmon triploid yang merupakan bagian salmon Atlantik (Salmo salar), bagian dari Chinook salmon (Oncorhynchus tshawytscha), dan bagian Zoarces americanus, ikan yang sepintas mirip belut. GMO salmon ini dilaporkan tumbuh dua kali lebih cepat dari salmon Atlantik alami.
7. Pemutihan karang global
Pemutihan karang global yang ketiga dalam sejarah dinyatakan terjadi tahun ini oleh US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Badan ini memprediksi suhu laut yang tinggi akan menyebabkan pemutihan massal dan hilangnya terumbu karang hingga tahun depan. Pada penutupan 2015, NOAA memperkirakan hampir 95 persen dari terumbu karang di AS akan terkena kondisi yang menyebabkan karang memutih.
8. El Nino Godzilla
Inilah salah satu yang terkuat El Niño dalam sejarah, dimana suhu permukaan laut naik tajam di kawasan Samudera pasifik. “Godzilla El Nino” ini membuat ular-laut dan penyu air hangat bepergian jauh sepanjang garis pantai dingin seperti di California.
El Niño sebesar ini sangat mengganggu pola produktivitas laut dan cuaca global. El Niño 2015 berkontribusi terhadap rekor tertinggi jumlah hewan laut yang terdampar seperti singa laut di California, karena berkurangnya ketersediaan pangan. Juga makin banyaknya jumlah ikan paus yang terjerat dalam alat tangkap nelayan, karena kondisi oseanografi yang tidak biasa membuat paus lebih sering menghabiskan waktu di pesisir.
Perbandingan permukaan temperatur di Samudera Pasifik tahun 1997 dan 2015. Sumber: NOAA Climate Prediction Center
Pembangkit listrik di laut
Konstruksi dimulai tahun ini di lepas pantai Rhode Island, yaitu pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai pertama di Amerika Serikat, yang menggunakan lima turbin. Tahun 2015, kita juga melihat dua proyek pembangkit listrik tenaga gelombang laut terbesar di dunia, yang terletak di Inggris, hampir selesai.
Lautan yang kurang panas dan asam di masa depan
2015 adalah tahun terpanas yang tercatat sejarah baik di darat maupun laut. 195 negara meresponnya dengan memutuskan Perjanjian Paris yang disepakati di penghujung 2015, menyatakan dunia ingin lautan lebih panas dan lebih asam – dan bahwa dunia akan berusaha untuk mengontrol emisi, menghentikan peningkatan suhu global di bawah dua derajat Celsius adalah kesepakatannya.
Negara-negara kecil di Pasifik yang akan sangat terpengaruh oleh pemanasan laut, pengasaman, dan kenaikan permukaan laut berperan kuat dalam dialog tersebut.
Artikel asli: 2015’s top 10 developments for the ocean. Mongabay.com. Diterjemahkan oleh: Akhyari Hananto
0 comments:
Post a Comment