Friday, December 18, 2015

MANFFAT EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP KESEHATAN MANUSIA

December 18, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan gabus dikenal dengan beberapa nama lain,
misalnya: haruan, kocolan, bogo, licingan, kutuk/ kotes (Jawa), common snakehead (Inggris), dan Ophiocephalus striatus (Latin). Ikan ini termasuk dalam golongan ordo Labyrinthici, dengan ciri khas pada kepalanya terdapat rongga-rongga guna menyimpan persediaan udara untuk pernafasan sehingga dapat hidup di air dengan kadar oksigen yang rendah. Bersifat karnivora, gabus adalah pemakan hewan-hewan lain yang lebih kecil seperti cacing, anak ikan, udang, ketam dll.
Bentuk ikan gabus kepalanya
menyerupai ular, badannya hampir
bulat, panjang, dan makin ke belakang makin menjadi gepeng, punggungnya cembung dan perutnya rata. Panjang tubuhnya dapat mencapai 100 cm, dan hidupnya di muara-muara sungai dan danau-danau.
Ikan gabus tergolong sebagai ikan air tawar yang bernilai ekonomi. Jenis ikan gabus ini selalu diperdagangkan dalam keadaan segar sebagai ikan yang sudah mati maupun yang masih hidup di pasar ikan di kota maupun di pasar desa pada hari pekan. Akan tetapi ada kalanya ada juga yang diperdagangkan sudah menjadi ikan asin. Ikan ini sangat digemari masyarakat karena rasa dagingnya yang lezat maupun gurih.
Walaupun tekanan ekologis terhadap lahan rawa-rawa di daerah Riau sangat tinggi sehingga dapat mengganggu tempat bereproduksi ikan gabus ini, akan tetapi mereka masih dapat melakukan pemijahan di anak-anak sungai yang masih diliputi oleh vegetasi air. Di daerah Riau spesies ikan gabus ini dapat dijumpai di perairan sungai dan anak sungai, danau (oxbow), waduk, suak, tasik, kanal, saluran irigasi, genangan air dan sawah.
Deskripsi dan klasifikasi
Bentuk tubuh ikan memanjang, permukaan tubuh dan kepala ditutupi oleh sisik tebal dan permukaannya kasar. Sirip punggung panjang yang dasarnya mencapai pangkal ekor, permulaan sirip ini di atas atau sedikit di belakang sisip dada. Kepala berbentuk seperti kepala ular. Pada tulang mata bajak dan langit-langit lebih dari 2 baris gigi kecil dan tidak bertaring. Antara dasar sirip punggung dan linea lateralis terdapat 4 - 5 baris sisik, D 38 - 43, A 23 - 27, Linea lateralis (Lt) 52 - 57. TL = 900 mm. Pada sisi badan mempunyai pita warna berbentuk > mengarah ke depan. Sirip dada lebih pendek dari pada bagian kepala di belakang mata. Umumnya bagian punggung tubuh berwarna gelap dan bagian perut (abdominal) berwarna putih. Sirip ekor berbentuk bundar (rounded) (Saanin, 1986; Pulungan et al., 1986; Kottelat et al., 1993 dan Pulungan 2000).
Klasifikasi ikan berdasarkan Saanin (1986) bahwa ikan gabus tergolong ke dalam filum Chordata, sub filum Vertebrata, super kelas Pisces, kelas Teleostei, ordo Labyrinthyci, famili Ophiocephalidae dan genus Ophiocephalus. Akan tetapi Kottelat et al. (1993) mengelompokkan spesies ikan gabus ini ke dalam ordo Perciformes, sub ordo Channoidei, famili Channidae, genus Channa dan spesies Channa striatus.
Beberapa daerah di Riau mengenal jenis ikan gabus ini dengan sebutan sebagai ikan bocek. Sedangkan secara internasional dikenal juga dengan sebutan ikan "snake head" dan "murrel". Penyebaran jenis ikan ini di dunia terdapat di daerah paparan Sunda, pulau Sulawesi, Lesser Sundas, Moluccas, India, Indochina dan China (sebagai hasil introduksi) (Kottelat et al., 1993).
Ikan gabus yang terdapat di rawa-rawa sekitar desa Teratak Buluh dekat aliran sungai Kampar Kanan, Riau pertama kalinya mencapai matang gonad untuk ikan jantan pada ukuran 165 mm dan ikan betina 162 mm (Ahmad et al., 1983). Dengan nilai fekunditas pada ikan yang berukuran 165 - 360 mm berkisar antara 1.190 - 11.307 butir.
Spesies ikan gabus ini terkenal sebagai ikan karnivor yang buas dan juga dikenal sebagai hama pada kolam-kolam ikan penduduk. Hasil pengamatan Januar (1999) bahwa jenis makanan ikan gabus yang terdapat di sekitar sungai Tangun dan rawa-rawa di sekitarnya yang merupakan anak sungai Kampar Kanan adalah berupa anak ikan : betok (Anabas testudineus), selincah/kopar (Belontia hasseltii), sepat rawa (Trichogaster trichopterus), laga (Betta sp.), paweh (Osteochilus hasseltii) dan pantau (Rasbora sp.). Jenis anak ikan yang paling digemari oleh ikan gabus adalah anak ikan dari genus Rasbora.
Ikan Gabus Untuk Program Kemanusiaan
Adalah Florentinus Nurtitus, S.Si.T, seorang ahli gizi (dietician) di Rumah Sakit Elizabeth Semarang, yang berhasil memproduksi dan memasarkan ekstrak ikan gabus sebagai suplemen makanan tambahan bergizi tinggi di Kota Semarang. Meskipun bukan pionir untuk penemuan ini, namun tekadnya yang kuat untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi ikan patut diacungi jempol.
Produk ekstrak gabus berguna membantu meningkatkan kesehatan serta mempercepat kesembuhan dan pemulihan penderita: kekurangan albumin, protein, haemoglobin, zat besi, penyakit stroke, diabetes mellitus, kanker, lupus, parkinson, jantung, penyakit hati, ginjal, asma, pasca operasi, lanjut usia, dan lain-lain.
Awalnya Florentinus tidak berminat, namun dokter rekan sekerjanya terus mendesaknya
untuk menemukan sejenis makanan tambahan dengan harga murah dan mudah didapat. Rekan kerjanya menegaskan bahwa makanan tambahan ini sangat penting untuk kemanusiaan. Sebagai contoh, ketika kadar albumin seseorang rendah dan memerlukan penanganan medis di rumah sakit, maka akan diperlukan sedikitnya 6 pak infus albumin dengan harga sekitar Rp. 1.500.000,dan ini dinilai memberatkan pasien. Bandingkan dengan produk serupa yaitu Sari Mina yang hanya Rp.55.000 perpak dengan kemasan 50 cc,yang setara dengan 1 pak infus. Jika
diperlukan 6 pak berarti hanya Rp.330.000.
Fenomena ikan gabus bermula dari penelitian khusus oleh Prof Dr. In Eddy Suprayitno MS, Guru Besar Ilmu Biokimia Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya tahun 2003, dengan judul'Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) sebagai Makanan Fungsional Mengatasi Permasalahan Gizi Masa Depan". Penelitian tersebut membahas tentang gangguan sintesis albumin yang biasanya terjadi pada pengidap penyakit hati kronis, ginjal serta kekurangan gizi. Lebih lanjut, Dr. Eddy Suprayitno bekerjasama dengan dokter bedah digestif melakukan perbandingan antara Human Serum Albumin (HSA) yang harganya sangat mahal dengan Fish Albumin Ikan Gabus yang berharga jauh lebih murah. Terbukti suplemen ikan gabus dapat mempercepat penyembuhan luka hingga 30% (dari rerata 10 hari menjadi 7 hari).
Dalam penelitiannya, Dr. Eddy Suprayitno menjelaskan bahwa kandungan protein ikan gabus cukup tinggi bila dibandingkan ikan yang lain yaitu 25,2 g / 100 g daging ikan gabus segar. Ikan gabus juga mengandung 6,2 % albumin dan 0,001741% Zn dengan asam amino esensial yaitu treonin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin, histidin, dan arginin serta asam amino non esensial seperti asam aspartat, serin, asam glutamat, glisin, alanin, sistein, tiroksin, hidroksilisin, amonia, hidroksiprolin, dan prolin.
Penelitian manfaat ikan gabus untuk mempercepat perbaikan status gizi juga dilakukan oleh Dr.dr. Sri Adiningsih,MS,MCN, akademisi dari Universitas Airlangga dan Prof DR. dr Nurpudji A. Taslim, MPH, SpGK, ahli gizi dari Universitas Hasanudin. Untuk meningkatkan asas kepraktisan pengkonsumsian ikan gabus, Dr. Nurpudji bahkan telah mengembangkan supplemen tersebut dalam bentuk kapsul.
Sari Mina, Ekstrak Ikan Gabus Bentuk Cair
Sari Mina adalah produk olahan ikan gabus dalam bentuk ekstrak filtrasi beku yang telah diproduksi dengan sistem tertentu sehingga nilai gizinya sama dalam setiap kemasannya. Sari Mina dipasarkan dalam ukuran 5o cc /bungkus yang dikemas dalam kantung plastik dan disimpan dalam kondisi beku (< -10 derajat celcius) agar tahan lama dan dalam kondisi stabil (maksimal 3 bulan sejak diproduksi). Produk tersebut telah banyak digunakan pasien rawat inap maupun rawat jalan sejak awal tahun 2004 di RS Elisabeth Semarang.
Produk ekstrak gabus berguna membantu meningkatkan kesehatan serta mempercepat kesembuhan dan pemulihan penderita: kekurangan albumin, protein, haemoglobin, zat besi, penyakit stroke, diabetes mellitus, kanker, lupus, parkinson, jantung, penyakit hati, ginjal, asma, pasca operasi, lanjut usia, dan lain-lain.
Dosis yang dianjurkan untuk penyembuhan adalah 100 - 150cc per hari atau 2 - 3 bungkus (@ 5occ) per hari, dapat diminum langsung setelah ditiriskan dengan cara kemasan direndam dalam air hangat (tidak panas) pada waktu pagi dan sore, atau tergantung kebutuhan. Apabila Sari Mina digunakan untuk menjaga kondisi tubuh maka dosis bisa diatur antara 1-2 kali per hari saja atau cukup 1-2 bungkus (@ 5o cc) per harinya. Menurut Florentinus, kandungan albumin 1 pak kemasan Sari Mina setara dengan 20 butir putih telur.
Filtrat Sari Mina bisa langsung
diminum bagi pasien yang sadar atau
bisa dicampurkan ke dalam makanan lewat pipa (sonde) bila kondisi pasien sangat lemah sehingga tidak mampu makan atau kesulitan menelan atau
dalam kondisi tidak sadar. Apabila albumin pasien di dalam darah terlalu rendah dan diinstruksikan oleh dokter untuk ditambahkan albumin melalui pembuluh darah/infus maka pemberian/konsumsi Sari Mina bisa dihentikan dahulu dan apabila pemberian albumin telah selesai maka pemberian/konsumsi Sari Mina bisa dilanjutkan. Pemberian Sari Mina bisa juga tetap dijalankan walaupun ditambahkan albumin melalui infus dengan mempertimbangkan asupan total protein yang masuk disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi serta penyakit.
Gabus Tangkap Kandungan Proteinnya Lebih Tinggi
Ikan gabus yang diolah oleh Florentinus bukan dari sembarang tempat, ia hanya mengambil ikan dari perairan Rawa Pening Semarang. Pertimbangannya karena airnya tenang, luas dan masih alamiah. Menurut Florentinus, ikan gabus yang hidup dengan karakter air seperti ini mempunyai kadar protein yang lebih tinggi dibanding tempat lain. Sementara menurut penelitian Prof Dr. Eddy Suprayitno, kandungan albumin ikan gabus air payau lebih tinggi, 4,76 % dibanding gabus air danau yaitu o,8 %. Selain itu, gabus jantan kadar albuminnya 6,7 %, lebih rendah dibanding betina yang mencapai 8,2 %.
Ikan gabus yang akan diolah sebaiknya berukuran 1 kg atau lebih, karena jika beratnya belum mencapai 1 kg maka dari segi produksi kurang optimal karena kadar protein yang dihasilkan dari ikan yang beratnya di bawah 1 kg lebih rendah. Kadar
protein yang diperoleh dari 1 ekor gabus ukuran 1 kg, masih lebih tinggi daripada yang diperoleh dari 2 ekor ukuran 500 gram. Dalam satu kali produksi (biasanya 2 minggu sekali) dibutuhkan 70-100 kg ikan gabus, dan 1 kg ikan akan menghasilkan 170-200 cc ekstrak ikan gabus. Dalam melakukan proses produksinya, Florentinus dibantu oleh 6 orang pegawai.
Ketika awal-awal produksi, ekstrak gabusnya masih berbau sangat amis dan dikhawatirkan belum dapat diterima oleh setiap orang. Atas saran dari istrinya, maka Florentinus menambahkan esen aroma jeruk wangi pada ekstrak ikan gabusnya agar baunya tidak terlalu menyengat dan lebih dapat diterima oleh banyak orang.
Mengingat karakter ikan gabus yang cenderung cepat busuk dibanding dengan ikan lain karena kadar proteinnya yang sangat tinggi, maka ikan yang datang harus segera diolah. Permasalahan saat ini adalah ukuran pasokan ikan yang didapat seringkali kurang dari 1 kg. Namun Florentinus enggan mengambil gabus dari hasil budidaya atau gabus laut, karena gabus liar di perairan umum dinilai mempunyai kandungan protein paling tinggi.
Proses pembuatan ekstrak gabus Sari Mina :
1. Cuci dan bersihkan.
2. Sayat secara vertikal di sepanjang punggung dan seluruh badannya
3. Kukus ikan hingga minyaknya keluar.
4. Tampung minyak yang keluar dan takar sesuai ukuran
5. Tuang ke dalam kemasan plastik dan masukkan kedalam mesin pembeku.

0 comments:

Post a Comment