Tuesday, December 15, 2015

EFEK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP BUMI DAN MANUSIA

December 15, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Perubahan iklim global pada prinsipnya disebabkan naiknya gas-gas karbon dioksida, gas metan, dan gas-gas lain pada beberapa dekade ini. Gas-gas ini dikenal dengan sebutan gas rumah kaca (GRK) karena berfungsi seperti kaca yang meneruskan cahaya matahari, tetapi menangkap energi panas dari dalamnya. Sekarang semakin tebal konsentrasi gasnya, sehingga dampaknya semakin banyak panas bumi yang tertahan sehingga meningkatkan suhu udara yang dekat dengan permukaan bumi.Perubahan iklim global sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang baru, karena secara alami iklim di bumi selalu berubah dari jutaan tahun lalu. Sebagai buktinya adalah sebagian besar wilayah bumi yang saat ini lebih hangat, sebenarnya merupakan tutupan es pada jutaan tahun lalu, dan beberapa abad belakangan ini suhu bumi rata-rata telah naik turun secara musiman, sebagai akibat fluktuasi radiasi matahari atau akibat letusan gunung berapi secara berkala. Namun, di luar kejadian alami tersebut, saat ini perubahan iklim global lebih cepat terjadi akibat peningkatan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia, seperti pembakaran hutan dan penggunaan secara besar-besaran bahan bakar fosil.
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke Bumi:
25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
25% diserap awan
45% diserap permukaan bumi
10% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
Walaupun telah dilakukan usaha besar-besaran untuk menurunkan produksi karbon dioksida, konsenterasi di atmosfer hanya akan berkurang sedikit sekali, karena molekul karbon dioksida bertahan selama 100 tahun di udara sebelum akhirnya diambil oleh proses geokimia. Dengan demikian, kadar karbon dioksida di udara semakin meningkat sejalan dengan adanya kebakaran yang sangat besar dan pertambahan kendaraan bermotor di seluruh dunia.
Dampak Pemanasan Global
Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Meskipun belum dapat dipastikan seberapa besar dampak bahaya yang akan ditimbulkan, beberapa dampak yang diperkirakan akan sangat signifikan adalah kenaikan suhu udara, perubahan cuaca terutama peningkatan curah hujan, kenaikan permukaan laut, krisis pangan, dan pengaruh pada keanekaragaman bahari.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan UNDP Indonesia (United Nation Development Program), perubahan iklim di Indonesia juga memiliki dampak besar terhadap rakyat miskin yang berprofesi sebagai petani dan nelayan, masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan pemukim perkotaan. Perubahan pola curah hujan, kelembapan dan kesuburan tanah akibat perubahan iklim menyebabkan produktivitas menurun, bahkan banyak petani ikan di daerah pesisir mengalami kegagalan panen akibat banjir dan kenaikan permukaan air laut.
Gelombang tinggi dan badai yang sering terjadi saat ini menyebabkan para nelayan tidak dapat berlayar untuk mencari ikan. Perubahan iklim itu sendiri telah menyebabkan penurunan jumlah populasi ikan di laut, yang disebabkan kerusakan terumbu karang akibat peningkatan suhu permukaan laut, sehingga produktivitas hasil perikanan selalu menurun. Kenaikan muka air laut juga dapat menggenangi tambak-tambak ikan dan udang di Jawa, Aceh, dan Sulawesi.
Perubahan iklim juga berpotensi memberi dampak negatif bagi masyarakat yang hidup di wilayah pesisir. Kenaikan satu meter saja dapat menenggelamkan 405.000 hektare wilayah pesisir dan menenggelamkan 2.000 pulau yang terletak dekat permukaan laut beserta kawasan terumbu karang. Kenaikan permukaan air laut antara 8-30 cm juga akan berdampak parah pada kota-kota pesisir, seperti Jakarta dan Surabaya. Gelombang tinggi, badai dan banjir rob laut menjadi ancaman bagi kota-kota tersebut.
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga berakibat kepada beberapa pulau kecil tenggelam di negara kepulauan , yang membawa dampak perubahan yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Mitigasi dan Adaptasi
Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menjadi suatu hal yang mutlak perlu kita lakukan untuk menghadapi perubahan iklim global. Mitigasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah, menahan, atau memperlambat gas-gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama pemanasan global. Sementara itu, adaptasi adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim yang memang telah terjadi dan kita rasakan saat ini. Meskipun demikian, mitigasi saja tidaklah cukup tanpa adanya upaya adaptasi, karena dampak perubahan iklim tetap dan akan terus kita rasakan. Oleh karena itu, adaptasi menjadi hal yang terpenting dilakukan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim global. Dari sektor perikanan, kelautan, dan pesisir, kegiatan adaptasi dapat dilakukan dengan cara:
Adaptasi pada lahan tambak untuk mengurangi dampak dan kerugian akibat banjir rob dilakukan dengan cara membuat tanggul, memasang jaring atau waring disekeliling tambak, peninggian tanggul, pembuatan saluran air penghubung antar kolam tambak.
Penanaman serta perawatan tananaman bakau untuk  mencegah abrasi lebih lanjut.
Budidaya ikan beralih  menggunakan keramba jaring apung
Pembuatan Batu Pelindung (tanggul) untuk mencegah serta mengurangi Erosi pantai yang sedang terjadi.
Menggunakan sistem tertutup pada budidaya ikan untuk mengatur  suhu agar tetap stabil.
Menggunakan system resirkulasi untuk meningkatkan produksi.
Melakukan kegiatan seleksi ikan unggul (Selective breeding) merupakan satu usaha/kegiatan untuk memperbaiki genetika ikan hasil budidaya dengan harapan ikan yang dilakukan seleksi dapat menghasilkan produktivitas ikan unggul.
Melakukan Transplantasi Spermatogonia untuk mendapatkan jenis ikan unggul (strain baru).
Kesimpulan
Global warming merusak tatanan alam secara umum dan perikanan khususnya.
Perlu kreatifitas dan evolusi bagi usaha di bidang perikanan dalam menangani cuaca dan lingkungan yang tidak lagi bersahabat.
Perlu adanya kesadaran masyarakat dalam menangani permasalahan global tersebut.
Daftar Pustaka
Darumaya, 2011, Pemodelan Genangan Banjir Rob Untuk Menaksir Kerugian Petani Tambak Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Skripsi. Fakultas Geografi,Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Freddy, N., 2007. Perubahan Iklim. Implikasinya Terhadap Kehidupan Di Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Jereon, A., David, CM., Malcolm JB., Piet D., Marfai MA., 2009. Connecting Delta Cities. Coastal Cities, Flood Risk Management and Adaptation To Climate Change. VU University Press. Amsterdam.
Murtidjo, B.A., 1989. Tambak Air Payau Budidaya Udang dan Bandeng.Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

0 comments:

Post a Comment