Saturday, November 7, 2015

Perubahan Kandungan Antioksidan Anggur Laut (Caulerpa racemosa) Akibat Pengolahan

November 07, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia terdiri dari 70 persen laut dengan pantai yang kaya akan sumber hayati. Lingkungan yang sangat potensial dapat menunjang keberhasilan di sektor perikanan. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup terus dilakukan untuk keseimbangan alam dan tercapainya lingkungan yang serasi (Aslan, 1998).
Rumput laut atau seaweed merupakan jenis tumbuhan laut yang tergolong makro alga yang hidup melekat di dasar perairan. Rumput laut ini tidak bisa dibedakan antara akar, batang, dan daun. Seluruh bagian tumbuhan disebut tallus sehingga dimasukkan ke dalam tumbuhan tingkat rendah (Soerjani dkk., 2004).  Daerah perairan Indonesia yang  cukup luas dengan panjang pantai kurang lebih 81000 km, merupakan wilayah pantai yang subur dan dapat dimanfaatkan bagi kepentingan produksi rumput laut.
Pada zaman dahulu, rumput laut hanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan manusia. Dengan adanya kemajuan sains dan teknologi, pemanfaatan rumput laut telah meluas di berbagai bidang, seperti bidang pertanian, rumput laut digunakan oleh negara barat sebagai bahan pertanian organik dan salah satu media tumbuh dalam kultur jaringan. Di bidang farmasi digunakan dalam pembuatan suspensi, zat pengemulsi, tablet, plester, dan filter; di bidang kedokteran digunakan sebagai media kultur bakteri; di bidang industri lainnya dalam pengolahan produksi, rumput laut digunakan sebagai bahan aditif seperti pada industri tekstil, kertas, keramik, insektisida, fungisida, dan pelindung kayu ( Winarno,  1996).
AGROTROP, VOL. 2, NO. 1 (2012)
Budidaya rumput laut memiliki peranan penting dalam usaha meningkatkan produksi perikanan, memenuhi kebutuhan pangan, gizi, memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan serta menjaga kelestarian sumber hayati perairan (Hidayat, 1994). Adanya peluang ekspor rumput laut nasional belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh para petani maupun pengusaha rumput laut di negara kita. Salah satu penyebab belum terpenuhinya pasar rumput laut adalah karena petani kita hanya mengandalkan produksi melalui pengumpulan tanpa disertai kegiatan pembudidayaan. Untuk memenuhi kebutuhan rumput laut yang semakin meningkat, baik dalam maupun luar negeri dilakukan melalui budidaya rumput laut (Aslan, 1999). Rumput laut dibudidayakan dengan fragmentasi dalam media tumbuh yang direkayasa menyerupai habitat alaminya.
Tujuan penelitian ini adalah menemukan kondisi yang paling baik untuk kultur in-vitro rumput laut jenis C. lentilifera, menentukan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut dalam kultur in-vitro dan mengidentifikasi jenisjenis mikroba yang berasosiasi dengan rumput laut dalam kultur in-vitro.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Marine Tech dan Laboratorium Biologi Kelautan Kampus Unud Denpasar. Pengambilan sampel dilakukan di pantai Benoa. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pipa plastik, net dengan ukuran lubang 5 cm x 5 cm (plastik) dan 2 cm x 2 cm (metalik), tali plastik, tangki, stoples (tempat
86
pembiakan), selang kecil untuk sirkulasi udara, kertas saring, autoklaf, inkubator, mikroskop cahaya, pengukur waktu otomatis, lampu neon, gelas ukur, pipet, botol semprot, alat vakum udara, gunting, pisau lab, kaca preparat, dan cawan Petri. Bahan yang digunakan antara lain: bibit rumput laut yang berasal dari  pantai Benoa, air laut, PES (Provasoli of enriched sea water ). Komposisi 1 liter PES: NaNO3 14 g, Fe- EDTA 0,754 g, Tris 209 g, DW 1000 ml, dan kertas tissu.
Penelitian ini merupakan penelitian nonparametrik yang dilakukan pada inkubator dan tangki dengan masing-masing empat perlakuan.
Cara kerja kultur in-vitro pada incubator adalah: kultur in-vitro pada inkubator dengan menggunakan air laut yang disaring dengan kertas filter, bibit rumput laut sebelum diletakkan dalam media kultur diletakkan dalam air laut yang telah disaring lalu dicuci bersih. Pada stoples yang telah berisi media air laut dan PES dimasukkan  bibit rumput laut dengan ukuran 10-15 cm masingmasing dua potong. Wadah dimasukkan dalam incubator dan dipasangi alat sirkulasi udara yang diberi penyaring.  Adapun perlakuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1,  sebagai berikut:
Cara kerja kultur in-vitro pada tangki adalah: tangki yang sudah bersih diisi dengan air laut yang tidak disaring dan tidak disteril, kemudian dipasangi alat sirkulasi udara dan alat pengukur suhu. Bagian atas tangki diberi penyinaran dengan lampu neon. Bibit rumput laut sepanjang 5-10 cm dibersihkan dari kotoran yang menempel kemudian diletakkan dalam tangki dalam dua cara yaitu diikat pada tali yang ukurannya 100 cm sebanyak 6 buah untuk metode tali dan disebarkan memenuhi permukaan net untuk metode net. Permasalahan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh radikal bebas dapat diatasi dengan mengkonsumsi antioksidan. Salah satu sumber antioksidan alami yang telah diteliti adalah anggur laut (Caulerpa racemosa). Anggur laut (Caulerpa racemosa) merupakan salah satu spesies yang belum banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang usaha pemanfaatan anggur laut dengan beberapa jenis pengolahan. Pengolahan yang dapat dilakukan pada anggur laut adalah pengeringan, pembuatan manisan, dan pembuatan acar. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari cara pengolahan produk anggur laut dan mempelajari pengaruh cara pengolahan terhadap kandungan antioksidan produk anggur laut. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap meliputi persiapan dan pengolahan anggur laut, analisis kadar air, nilai pH, kadar gula total manisan, TPC, total kapang-khamir, uji organoleptik, ekstraksi dengan etil asetat serta uji antioksidan dengan metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). Bahan baku anggur laut diambil dari Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Kadar air rata-rata dari anggur laut segar, anggur laut kering, manisan anggur laut, dan acar anggur laut, yaitu 93,48%; 19,48%; 81,91%; dan 84,57%. Nilai pH rata-rata dari anggur laut segar, anggur laut kering, manisan anggur laut, dan acar anggur laut, yaitu 7,20; 6,72; 7,18; dan 6,78. Kadar gula total rata-rata manisan anggur laut adalah 78,39 mg/g. Nilai TPC anggur laut segar, anggur laut kering, manisan anggur laut, dan acar anggur laut adalah 1,0x104 koloni/gram; 9,9x102 koloni/gram; 2,0x106 koloni/gram; dan 3,1x103 koloni/gram. Nilai total kapang-khamir anggur laut segar, anggur laut kering, manisan anggur laut, dan acar anggur laut, yaitu 2,0x101koloni/gram; 0; 5,5x101koloni/gram; dan 1,5x101koloni/gram. Data hasil uji organoleptik skala hedonik menunjukkan penilaian rata-rata panelis terhadap penampakan anggur laut segar, anggur laut kering, manisan anggur laut, dan acar anggur laut, yaitu 5,93; 4,05; 4,62; dan 4,78. Warna anggur laut segar, anggur laut kering, manisan anggur laut, dan acar anggur laut, yaitu 6,15; 4,23; 5,10; dan 4,75. Aroma anggur laut segar, anggur laut kering, manisan anggur laut, dan acar anggur laut, yaitu 4,07; 4,87; 3,87; dan 3,95. Rasa anggur laut segar, anggur laut kering, manisan anggur laut, dan acar anggur laut, yaitu 4,57; 4,18; 5,82; dan 4,32. Tekstur anggur laut segar, anggur laut kering, manisan anggur laut, dan acar anggur laut, yaitu 5,37; 3,90; 5,23; dan 4,70. Panelis cenderung lebih menyukai anggur laut segar dan kurang menyukai anggur laut kering. Rendemen ekstrak anggur laut segar, anggur laut kering, manisan anggur laut, dan acar anggur laut, yaitu 0,085%; 1,00%; 0,09%; dan 0,06%. Nilai persentase penghambatan (IC50) BHT, anggur laut segar, anggur laut kering, manisan anggur laut, dan acar anggur laut, yaitu 13,90 ppm; 1.115,94 ppm; 2.716,20 ppm; 2.271,98 ppm; dan 3.369,10 ppm.

0 comments:

Post a Comment