Wednesday, August 26, 2015

BERBISNIS IKAN BARONANG (Siganus canaliculatus (Park, 1797) )

August 26, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan baronang
Baronang (Siganus Sp.)adalah ikan laut yang termasuk famili Siginidae. Ikan beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda satu sama lain seperti di Pulau Seribu dinamakan kea-kea, di Jawa Tengah dengan namabiawas dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakan dengan sebutansamadar. Baronang ditemukan di perairan dangkal laguna di Indo-Pasifik dan timurMediterania. ikan ini dalam bahasa inggris disebut rabbitfish hal ini karena pemakan tumbuh-tumbuhan (rumput laut) yang rapi seperti dipangkas mesin rumput kecil. Baronang merupakan salah satu ikan yang menjadi favorit bagi para pemancing di laut.
Ciri-ciri
baronang angin
Ikan baronang termasuk herbivora , panjang tubuh ikan baronang dewasa mencapai 20-45 cm, tubuhnya membujur dan memipih lateral, dilindungi oleh sisik-sisik yang kecil, mulut kecil posisinya terminal. Rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi kecil. Punggungnya dilengkapi oleh sebuah duri yang tajam mengarah ke depan antara neural pertama dan biasanya tertanam di bawah kulit. Duri-duri ini dilengkapi dengan kelenjar bisa/racun pada ujungnya. Racun hewan ini tidak mematikan hidup manusia dewasa, tapi dapat menyebabkan sakit parah. meskipun duri ikan baronang beracun tetapi daging hewan ini aman untuk dikonsumsi.
A. Deskripsi dan Taksonomi  Ikan Baronang (Siganus Spp)
Ikan beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda satu sama lain seperti di Pulau Sribu dinamakan kea-kea, di Jawa Tengah dengan nama biawas dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakan dengan sebutan samadar.
Ikan beronang termasuk famili Siginidae dengan tanda-tanda khusus sebagai berikut tubuhnya membujur dan memipih latural, dilindungi oleh sisik-sisik yang kecil, mulut kecil posisinya terminal. Rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi kecil. Punggungnya dilengkapi oleh sebuah duri yang tajam mengarah ke depan antara neural pertama dan biasanya tertanam di bawah kulit. Duri-duri ini dilengkapi dengan kelenjar bisa/racun pada ujungnya.
Secara lengkap taksonomi ikan beronang adalah sebagai berikut.
Kingdom
: Animalia
Filum    
: Chordata
Kelas    
: Pisces
Sub kelas
: Teleostei
Ordo     
: Perciformes
Famili 
: Siganidae
Genus 
: Siganus
Spesies 
: S. canaliculatus (Park, 1797)
Nama Lokal
: Samadar, Muriat
B. Kebiasaan Makanan  Ikan Baronang (Siganus Spp)
Sesuai dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulutnya kecil, mempunyai gigi seri pada masing-masing rahang, gigi geraham berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya panjang dan mempunyai permukaan yang luas, ikan beronang termasuk pemakan tumbuh-tumbuhan, tetapi kalau dibudidayakan ikan beronang mampu memakan makanan apa saja yang diberikan seperti pakan buatan.
C. Pertumbuhan dan perkembangan  Ikan Baronang (Siganus Spp)
Variasi jumlah telur ikan baronang yang berukuran panjang 22-27 cm adalah antara 200.000-1.300.000 butir. Juwana baronang S. guttatus yang berukuran D35 dapat mencapai berat 5o g atau panjang total 12 cm dalam 115 hari. Sementara itu, baronang S. canaliculatus dapat mencapai berat 93 g/ekor selama 5 bulan pemeliharaan dari benih berukuran 25 g/ekor.Spesies yang dikenal
Baronang susu
Di Indonesia secara umum dikenalBaronang susu (Siganus canaliculatus), baronang tompel (Siganus guttatus) danbaronang angin (Siganus javus), dari ketiga jenis itu yang paling banyak ditemui adalah baronang susu. Selain itu terdapat baronang lada (Siganus stellatus), baronang batik (Siganus vermiculatus), baronang kalung (Siganus virgatus), baronang kunyit dll namun, lantaran populasinya sudah langka, jenis-jenis yang terakhir ini jarang.
Reproduksi
S.canaliculatus jantan mencapai dewasa pada ukuran 11-14 cm dan betina 13-21 cm. Musim pemijahan S.canaliculatus berlangsung sekitar Januari hingga April dan puncaknya pada bulan Februari sampai Maret serta musim kedua pada bulan Juli hingga Oktober. Berdasarkan fase bulan, S. gutattus memijah sekitar fase seperempat bulan pertama di bulan Juni dan Juli, sedangkan S. canaliculatus dan S. spinus memijah sekitar fase bulan baru dari April sampai Juni dan dari bulan Mei sampai Juli (Harahap et al. 2001 dalam Munira 2010). Hal ini menunjukkan bahwa fase atau umur bulan adalah pemicu dalam aktivitas reproduksi bagi ikan Siganidae. 
Ciri Morfometrik
Karakter morfologis (morfometrik dan meristik) telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total dan panjang baku. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Tiap spesies mempunyai ukuran mutlak yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh umur, jenis kelamin dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan misalnya makanan, suhu, pH dan salinitas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan (Affandi et al. 1992 dalam Irwan 2008). 
Menurut Affandi et al. (1992) dalam Irwan (2008) ada 26 karakter morfometrik yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi ikan diantaranya panjang total, panjang ke pangkal cabang sirip ekor, panjang baku, panjang kepala, panjang bagian di depan sirip punggung, panjang dasar sirip punggung dan sirip dubur, panjang batang ekor, tinggi badan, tinggi batang ekor, tinggi kepala, lebar kepala, lebar badan, tinggi sirip punggung dan sirip dubur, panjang sirip dada dan sirip perut, panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang, panjang jari-jari keras dan jari-jari lemah, panjang hidung, panjang ruang antar mata, lebar mata, panjang bagian kepala di belakang mata, tinggi di bawah mata, panjang antara mata dengan sudut preoperkulum, tinggi pipi, panjang rahang atas, panjang rahang bawah, dan lebar bukaan mulut. 
1  Ekosistem Terumbu Karang
Salah satu ekosistem yang mempunyai produktivitas tinggi adalah terumbu karang. Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas di daerah tropis dan sering digunakan untuk menentukan batas lingkungan perairan tropis dengan subtropis  maupun kutub. Ekosistem terumbu karang  mempunyai sifat yang sangat menonjol yaitu mempunyai produktivitas dan keanekaragaman jenis biota yang tinggi. Besarnya produktivitas yang dimiliki terumbu karang disebabkan adanya pendaur ulang zat-zat hara melewati proses hayati secara efisien. Ekosistem terumbu karang ditandai dengan perairan yang hangat dan jernih, produktif dan kaya kalsium karbonat (CaCO3) (Nontji 1987).
Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik sangat tinggi. Dapat dianalogikan terumbu karang seperti oasis di padang pasir, yang memiliki keanekaragaman biota laut yang kaya. Terumbu karang selain berfungsi sebagai habitat bagi biota-biota laut, juga berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus. Terumbu karang juga merupakan salah satu komponen utama sumberdaya perairan laut (Nontji 1987). 
Ekosistem terumbu karang adalah unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, kedalaman, eutrofikasi dan cahaya. Perkembangan karang yang paling optimal terjadi di perairan yang rata-rata suhu tahunannya    23 – 25 ÂșC.Terumbu karang juga dibatasi oleh kedalaman, kebanyakan hewan karang tumbuh pada kedalaman 25 m atau kurang. Cahaya adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan karang. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan bersama dengan itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang (Nybakken 1992).
Berdasarkan kebutuhan akan cahaya, karang di bagi dua kelompok besar yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik. Karang hermatipik menghasilkan terumbu (reef) sedangkan karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu (Nybakken 1992). Kemampuan menghasilkan terumbu ini disebabkan oleh adanya sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis di dalam jaringan karang hermatipik. Sel-sel tumbuhan ini dinamakan zooxanthellae. Zoonxanthellae mempengaruhi laju penumpukan zat kapur oleh polip karang (Thamrin 2006).
Terumbu karang menyediakan berbagai manfaat langsung maupun tidak langsung. Menurut Nontji 1987 sebagai sumberdaya hayati terumbu karang dapat pula menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomis yang penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, kerang mutiara. Bersama dengan ekosistem pesisir lainnya menyediakan makanan dan merupakan tempat berpijah bagi berbagai jenis biota laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
2  Ekosistem Padang Lamun
Padang lamun merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi perairan wilayah pesisir. Secara taksonomi lamun termasuk kelompok Angiospermae yang hidupnya terbatas pada lingkungan laut dan umumnya hidup diperairan dangkal pesisir. Lamun tumbuh dan berkembang di lingkungan perairan pesisir  mulai dari daerah pasang surut sampai kedalaman 40 meter (Kiswara 1997). Tumbuhan lamun memiliki struktur morfologis yang terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.
Lamun juga memiliki sistem perakaran yang nyata, dedaunan, berbunga, dan sistem transportasi internal untuk gas dan nutrien, serta stomata yang berfungsi dalam pertukaran gas dan nutrien. Akar pada tumbuhan lamun tidakberfungsi penting dalam pengambilan air, karena daun dapat menyerap secara langsung nutrien dari dalam air laut. Tumbuhan lamun dapat menyerap nutrient dan melakukan fiksasi nitrogen melalui tudung akar (McKenzie & Yoshida 2009). 
Lamun mempunyai bentuk tanaman yang sama halnya seperti rumput di daratan, yaitu mempunyai bagian tanaman seperti rimpang yang menjalar, tunas tegak, seludang atau pelepah daun, helaian daun, bunga dan buah. Bentuk vegetatif lamun mempunyai keseragaman yang tinggi. Hampir semua jenis lamun mempunyai rimpang yang berkembang baik dan bentuk helaian daun yang memanjang (linear) atau bentuk sangat panjang seperti pita dan ikat pinggang, kecuali pada marga Halophila yang umumnya berbentuk bulat telur atau lonjong (Lanyon 1986 dalam Kiswara 2009).
Den Hartog (1970); Phillips dan Menez (1988) menyatakan bahwa tumbuhan lamun memiliki beberapa sifat yang memungkinkan dapat berhasil hidup di laut, antara lain :
1. Mampu hidup di media asin.
2. Mampu berfungsi normal di bawah permukaan air.
3. Mempunyai sistem berkembang biak.
4. Mampu melaksanakan daur generatif dalam air.
5. Mampu berkompetisi dengan organisme lain dalam lingkungan air laut.
Kemampuan adaptasi lamun yang cukup baik tersebut menyebabkan lamun memiliki penyebaran yang luas. Komunitas lamun umumnya terdapat pada daerah mid-interidal sampai kedalaman 50-60 m, dan biasanya sangat melimpah di daerah sublitoral. Lamun dapat hidup pada semua tipe substrat, mulai dari lumpur sampai batu-batuan, tetapi lamun yang luas dijumpai pada substrat lunak (Nybakken 1997).
Menurut Nybakken (1988), fungsi ekologis padang lamun adalah : (1) sumber utama produktivitas primer, (2) sumber makanan bagi organisme dalam bentuk detritus, (3) penstabil  dasar  perairan  dengan  sistem  perakarannya   yang  dapat  sebagai perangkap sedimen  (trapping  sediment),  (4) tempat  berlindung  bagi  biota  laut,  (5) tempat perkembangbiakan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground), serta sumber makanan  (feeding  ground)  bagi  biota-biota  perairan  laut, (6) pelindung  pantai dengan  cara  meredam  arus,   
(7) penghasil  oksigen  dan  mereduksi  CO2  di  dasar perairan.

0 comments:

Post a Comment