Thursday, July 16, 2015

PENGANGKUTAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)

July 16, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
KLASIFIKASI ILMIAH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)
Menurut sistematika yang dikemukakan Bleeker dan sudah diperbaiki oleh Sunier, Weber dan de Beaufort, maka ikan gurami dapat diklasifikaskan sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Labirinthici
Sub Ordo : Anabantoidei
Family : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy
Bila dirunut dari famili Anabantidae maka akan kita dapatkan berbagai jenis ikan yang sekalipun berbeda bentuk dan ukurannya namun sama-sama mempunyai keistimewaan seperti gurami, yaitu mampu hidup ditempat yang tergenang. Sebutan gurami tidak terbatas untuk Osphronemus gouramy, tapi juga untuk beberapa jenis ikan lain dari family anabantidei, terutama yang bentuk fisiknya mirip gurami. Anabantidae sebagai induk marga terdiri dari sekitar 20 genus. Beberapa genus dari marga tersebut mendapat sebutan gurami, misalnya  jenis ikan dari genus Holeostoma (tambakan), dan Trichogaster (sepat), Colisa (faskiata) yang merupakan kerabat dekat gurami.
Sepat biru atau sepat jawa (Trichogaster trichopterus) misalnya lazim disebut three spot gourami atau blue gurami. Sepat mutiara atau sepat leri disebut pearl gourami, sepat siam disebut snake-skined gourami. Tambakan yang berwarna hijau disebut green kisser gourami dan yang kuning disebut kissing gourami. Ikan dari genus Colisa seperti lalia disebut dwarf gourami , Colisa chuna disebut honey gourami, labiosa (Colisa labiola) disebut the spiick-lipped gourami. Nama-nama gurami sperti itu banyak ditemukan dalam buku dan katalog ikan hias.
SARANA DAN FASILITAS PEMBENIHAN
Tata letak kolam pembenihan merupakan syarat penting dalam pembenihan. Hal ini erat kaitannya dengan kapasitas produksi dan teknologi yang akan diterapkan. Tata letak ini harus disesuaikan dengan fungsi dan urutan kerja. Bangunan sarana pokok harus dipisahkan dari bangunan penunjang. Sarana pokok meliputi :
Kolam penyimpanan induk
Kolam pemijahan
Kolam pendederan
Kolam pemeliharaan
Kolam pemberokan
Kolam penyimpanan induk paling strategis terletak dekat rumah sehingga ikan terkontrol perkembangannya. Maksud penyimpanan induk di kolam ini untuk mempersiapkan kematangan telur dan membina kesehatan induk. Kedalaman kolam penyimpanan  induk sekitar 50 cm. Jika luasnya sekitar 10 m2  kolam induk ini bisa diisi 10 ekor jantan dan 20 ekor betina. Agar ikan tidak meloncat keluar, pada bagian pemasukan air ditutup anyaman bambu yang agak renggang.
Secara teknis kolam pemijahan mempunyai syarat-syarat:
Dasar dinding kolam harus kedap air dan kuat menahan air.
Kolam mudah diisi air dan dikeringkan dalam waktu singkat.
Pintu air bentuk munik baik dari papan maupun paralon
Dasar kolam  bisa tanah atau tembok
Mudah dibersihkan
Persiapan kolam pemijahan
Urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam melakukan persiapan pada kolam pemijahan adalah sebagai berikut:
Kolam harus dikeringkan selama beberapa hari.Tujuan pengeringan kolam ini adalah memetikan bibit penyakit atau hama-hama ikan kecil yang secara tidak sengaja masuk kedalam kolam.
Tanggul atau pematang diperbaiki, karena bila ada kebocoran dapat menyebabkan benih terbawa air melalui bagian yang bocor. Sekalipun kita selalu berusaha memindahkan telur hasil pemijahan pasangan gurami sebelum mereka menetas menjadi burayak.
Pemasukan dan pengeluaran air diperiksa dengan seksama, kalau ada yang rusak segera diganti dengan yang baru.
Pemupukan dasar kolam. Pemupukan pertama dilakukan pada waktu kolam selesai di jemur dengan pupuk kandang. Untuk 100 m2 kolam dibutuhkan 7,5 kg pupuk kandang. Dibiarkan selama lima hari.
Setelah pemupukan, dasar kolam dapat ditanami ganggang buntut anjing (Hydrilla verticiillata) sebanyak mungkin. Ganggang ini dapat berfungsi sebagai penyaring air.
Air diisikan setinggi 5 cm. Pupuk buatan TSP dan Urea (perbandingan 1:1) disebarkan sebayak 500 gram untuk 100 m2 kolam. Biarkan selama seminggu. Kemudian isi air sampai ketinggian 75 cm
Sediakan ijuk yang halus sebagai bahan baku pembuatan sarang gurami. Pilih ijuk yang seratnya halus dan panjang-panjang. Ijuk ditempatkan menggantung dalam kolam. Sehingga untuk tujuan tersebut ijuk dapat dijepit dengan bambu belah yang dipasang dipinggiran kolam.
Sediakan tempat sarang. Wujut tempat untuk membuat sarang dapat berupa lubang-lubang yang digali sepanjang pematang. Diameter lubang berkisar antar 20 -30 cm. Kedalam lubang kurang lebih 25 cm dengan bentuk horizontal dengan letak kurang lebih 20 cm dibawah permukaan air.
Selain lubang pada pematang , untuk membuat sarang dapat bisa juga disediakan pengki yang diberi tangkai bambu atau ranting tanaman kering. Pengki bambu dan ranting tanaman ini cukup ditempatkan disepanjang pinggir kolam dengan kedalam 20 cm dibawah permukaan air.
PENANGANAN DAN PEMILIHAN INDUK
Pada ikan gurami perbedaan kelamin jantan dengan kelamin betina bisa dilihat dari perbedaan bentuk dahi, warna dasar sirip, warna dagu dan kepekatan pangkal ekor. Pada induk jantan terlihat tanda-tanda: dahi terdapat penonjolan, dasar sirip dada keputihan. dagu berwarna kuning. Ikan jika diletakkan pada tempat yang datar ekornya akan naik keatas, bila dipencet perlahan kelaminnya akan mengeluarkan cairan seperti susu. Sedangkan ikan betina pada dahi tidak tampak tonjolan, melengkung biasa. Dasar sirip dada berwarna gelap atau kehitaman , dagunya keputihan sedikit coklat dan bila betina diletakkan pada tempat yang datar pangkal ekor tidak akan bergerak.
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk lebih memberikan jaminan keberhasilan pembenihan. Induk yang baik adalah induk yang mempunyai tanda tanda:
Induk jantan telah berumur 3-7 tahun. Induk jantan yang terlalu muda belum biasanya belum mahir menyusun sarang, sekalipun sudah matang kelamin. Induk jantan yang siap dikawinkan mempunyai badan yang lebih gelap dengan perut yang terlihat lancip dibagian anus. Badan dalam keadaan masih sehat dan masih lengkap bagian-bagian tubuhnya. Gerakannya gesit dan kelihatan agak garang.
Induk betina umur telah mencapai tiga tahun dan maksimal 7 tahun. Semakin besar induk gurami semakin banyak telur yang dihasilkan. Betina yang siap dipijahkan terlihat perutnya membulat dan relatif lebih panjang, lubang dubur terlihat putih kemerah-merahan dengan perut akan terasa lembek apabila diraba. Warna badannya terang dan kelihatan badannya tidak cacat atau luka. Sisik-sisiknya lengkap dan, tidak ada bagian yang hilang dan susunannya rapi.
Tanda-tanda induk gurami yang siap memijah
Jantan
Betina
Kedua belah rusuknya bagian perut membentuk sudut tumpul     Bagian perut belakang sirip dada kelihatan menggembung
Tingkahnya sangat agresif     Sisik-sisik agak terbuka
Ikan diberi pakan secara teratur agar siap memijah. Ikan dapat diberi pakan utama berupa pellet daun-daunan dan pakan tambahan berupa dedak halus yang telah diseduh air panas. Perbandingan antara induk jantan dengan betina berkisar antara 1-4:1. Dengan harapan selama pemijahan berlangsung seekor jantan mampu mengawini kurang lebih 1-4 ekor betina. Apabila induk jantan lebih jumlahnya sebanyak induk betina dikhawatirkan akan terjadi persaingan dalam memperebutkan pasangan diantara sesama jantan. Kepadatan penebaran induk adalah kurang lebih 20 m2 per pasang induk, sehinggga jika kolam pemijahan yang digunakan  seluas 300 m2 bisa ditebar sebnyak 15 ekor gurami jantan dan antara 15-60 ekor gurame betina.
PROSES PEMIJAHAN
Dewasa ini ada 2 macam cara mengawinkan gurame yaitu pemijahan gurame secara monokultur yaitu pemijahan dengan menyediakan kolam khusus untuk induk-induk yang telah matang telur untuk memijah. Dan pemijahan gurami secara polikultur adalah dengan menempatkan pasangan-pasangan induk gurami didalam kolam yang juga dipakai untuk membesarkan ikan lain. Pemijahan secara mono kultur seekor betina memerlukan 20 m2   kolam dengan peredaran usaha 3 bulan sejak pemijahan sampai menjadi benih. Tiap peredaran usaha diperlukan perbandingan untuk satu induk jantan dengan dua induk betina.sedangkan pada pemijahan secar polikultur untuk seekor induk gurami betina membutuhkan 10 m2 luas kolam dengan peredaran usaha 4 bulan. Tiap peredaran usaha diperlukan perbandingan induk satu jantan dengan tiga induk betina
Pasangan induk gurami membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukan pemijahan. Induk jantan akan berenang memngelilingi kolam. Setelah menemukan tempat yang cocok induk jantan akan mulai membuat sarang. Kesibukan membuat sarang ini berlangsung biasanya setelah 15 hari sejak dilepaskan. Sarang yang dibuat oleh jantan rata-rata mempunyai garis tengah 30 cm. Bentuk sarang yang dibuat rata-rata sama antara bulat sampai bulat telur.
Setelah sarang selesai dibuat maka jantan akan segera menghampiri betina dan menggiringnya kearah sarang. Setelah beberapa saat maka betina akan mengeluarkan telur-telurnya dilubang kecil di mulut sarang, dan segera induk jantan akan mengeluarkan spermanya agar segera membuahi telur betina. Demikaian berlangsung berulang-ulang. Dengan tersedianya lubang yang tidak cukup besar, memang membawa akibat tidak semua telur yang dikeluarkan betina bisa masuk tepat kedalam sarang. Ada sebagian telur yang mau tidak mau jatuh kedasar kolam. Melihat hal ini jantan akan memunguti telur yang jatuh tersebut dengan mulutnya dan memasukkan kesarang. Selama pemijahan berlangsung, keselamatan sarang dari gangguan ikan lain dan penghuni air lainnya menjadi tanggung jawab induk jantan. Setelah pemijahan selesai, maka tanggung jawab penjagaan sarang diserahkan kepada induk betina . Induk betina akan setia menjaga sarangnya dengan terlebih dahulu menutup pintu sarang dengan bahan yang telah disediakan yaitu ijuk atau rumput-rumputan. Sedangkan induk jantan akan kembali membanguan sarang, dan memikat betina lain. Pemijahan gurami berlangsung lama kurang lebih 2-3 hari. Pada prinsipnya pemijahan gurami dikolam khusus dan campuaran adalah sama. Perbedaannya antara lain terletak pada jumlah induk dan siklus pada proses pemijahan.
PENETASAN TELUR
Pada pembenihan gurame tradisional telur gurame dibiarkan tetap berada dalam kolam pemijahan sampai telur menetas dengan sendirinya. Benih akan menetas dalam tempo 30-36 jam dalam penjagaan dan perawatan induknya. Pada tahap awal benih akan hidup dari persediaan kuning telur. Kuning telur yang menempel pada pada badan akan diserap selama beberapa hari sambil menunggu proses penyempurnaan alat pencernaannya.
Penetasan telur dikolam nilem
Cara lama ini sudah mentradisi sehingga masih tetap dipergunakan orang sampai sekarang. Hasil penetasan cukup memuaskan, sehingga dianggaplebih mudah, praktis, dan yang paling tidak menyita waktu. Penetasan telur gurami dilakukan pada kolam berukuran 100 m2 dengan kedalaman air 30-40 cm. Dikolam ini dapat ditempatkan telur gurami maksmal sampai 4 sarang. Air kolam dijaga agar terus menerus mengalir dengan debit 4l /detik. Pada pipa pengeluaran air dipasang saringan agar menjaga benih tidak hanyut keluar. Pada waktu proses penetasan telur gurami dan nilem, permukaan kolam diberi atap agar terjaga dari curahan air hujan.
Tiga hari kemudian telur gurami menetas. Tujuh hari kemudian benih dapat dihanyutkan kalau debit air yang masuk kolam diperbesar. Benih-benih yang hanyut ditampung dengan kain kasa. Kain kasa penampung benih berukuran 75×75 cm. Keempat ujung kain diikat pada patok. Sisi kain diikatkan pada pipa pengeluaran air dari kolam penetasan benih. Setelah pipa penampungan air pada tempat penampungan benih ditutup, sumbat pipa pengeluaran air dari kolam tersebut dibuka. Air kolam pun mengalir dan jatuh pada kain penampungan. Otomatis benih ikut mengalir kekain tersebut. Jika airnya habis, kolam penetasan diairi lagi. Setelah itu sumbat pipa pengeluaran dibuka kembali. Benih gurami yang masih tersisa dikolam dapat teralirkan lagi ke kain penampungan. Mengingat  penetasan cara ini sulit dikontrol dan kematian benih cukup tinggi maka perlu cara baru yang lebih baik yaitu penetasan terkontrol.
Penetasan dengan paso
Pertamakali yang perlu dipersiapkan adalah paso-paso yang bersih dan telah direndam diair beberapa hari. Selanjutnya disediakan peneduh yang terbuat dari anyaman daun kelapa yang diberikan tiang. Jika sudah terlihat lapisan minyak dan bau amis disatu bagian pinggir kolam itu menandakan ikan telah selesai memijah, segera kita terjun kesana untuk mengambil telur-telur beserta sarangnya. Pengangkatan sarang dilakukan dengan dua tangan.  Letak telur berada didalam sarang, sebagian kecil (1/3)nya telur ada dilapisan ijuk dan 2/3nya berada ditengah tengah sarang. Telur gurami berdiameter 2-3 mm. sarang yang telah diangkat dIbuka perlahan, lalu letakkan dalam paso yang yang telah diisi air setinggi 4/5 bagian dari paso. Diameter paso biasanya 50 cm dan tingginya 25 cm .Dipaso sarang ini kemudian kita uraikan agar bisa dikeluarkan telur-telurnya, telur dipisahkan perlahan –lahan agar tidak terjadi kerusakan. Karena didalam sarang banyak lemak, telur yang sudah dimasukkan kedalam paso sedapat mungkin harus dipisah lagi kepaso lain yang berisi air bersih .Suhu air ideal untuk penetasan didalam paso adalah antara 22-260 C dan setiap hari harus tersentuh matahari pagi. Caranya adalah dengan membuka atap kurang lebih 450 kearah timur.
Selama dua hari dalam paso sofat telur akan berubah. Bentuknya tidak nundar lagi, melainkan sedikit memanjang. Pada bagian sebelah atas akan kelihatan ekornya. Hari ketiga larva(anak ikan) mulai bergerak pada permukaan air dengan perut menghadap keatas. Dihari keempat dan kelima benih mulai bergerak-gerak lebih leluasa. Pada hari keenam, ekor larva mulai membentang. Sehari kemudian kepala anak gurami tampak jelas dengan pundi-pundi cadangan pakan (kuning telur) terletak ke samping tubuh larva .Umur hari dipaso , benih gurami disebut sumerat. Posisi berenang larva gurami sudah normal. Perutnya sudah menghadap kebawah. Sampai lima hari berikutnya larva gurami tidak perlu diberi pakan. Dipundi-pundi perutnya masih tersisa pakan cadangan.
Selama proses penetasan air dalam paso harus selalu diganti sehari dua kali. Pada saat penggantian air telur tidak boleh dipindah. Cara pergantian air mempergunakan ayakan /saringan yang direndam kedalam paso. Air diciduk perlahan-lahan sehingga sisa air hanya mencapai 1/44 bagian paso. Selanjutnya air bersih dimasukkkan perlahan-lahan.   Diusahakan agar suhu air dalam paso dengan suhu air yang dimasukakan kedalam paso tidak jauh berbeda karena perubahan suhu yang mendadak akan mengakibatkan kematian telur.
Penetasan di aquariuam
Cara penetasan yang dianggap selangkah lebih maju dari pada penetasan dipaso. Pertama kali yang harus kita persiapkan adalah aquaraium. Aquaraium ditempatkan dan diatur sedemikan rupa sehingga memungkinkan mendapat sinar matahari pagi namun terbebas dari terik sinar matahari siang. Jika kita memakai aquarium bisa menggunakan air sumur yang sudah didiamkan sehari semalam. Ketinggian air 20 cm. Dengan aquaraium kita dapat menempatkan aerator sebagai sumber pensuplai oksigen.
Sarang sarang ijuk yang telah terisi telursebelum dimasukkan kedalam aquarium bisa dimasukkan duu kedalam ember plastik untuk diuraikan dan dikeluarkan isinya. Telur yang sudah terlepas dari ijuk dibilas dengan air kolam yang bersih. Demikian dilakukan dua tiga kali hingga lapisan minyaknya terbuang, kemudian telur-telur tersebut kita pindahkan kedalam aquarium yang  berisi air bersih yang sudah mengendap sehari semalam. Sekalipun telah dilengkapi dengan aerator namun penggantian air secara rutin harus tetap dilakukan.
PEMELIHARAAN LARVA
Telur ikan yang tidak dibuahi dengan mudah dapat dibedakan karena segera akan berubah warna dari jernih atau transparan menjadi pucat kusam atau gelap karena sudah mati. Telur yang mati akan cepat diserang cendawan berwarna putih yang disebut Saprolegnia. Telur yang diserang cendawan akan mengalami pembusukan dan proses ini akan mengganggu telur yang lain. Sedangkan telur yang menetas akan menjadi larva. bentuk larva berbeda dengan induknya dan masih belum memiliki kelengkapan seperti induknya.
Ketersediaan pakan alami sangat penting bagi kelangsungan hidup larva ikan gurami. Kekurangan pakan alami dapat ditanggulangi dengan memberikan pemberian pupuk dan pakan tambahan atau buatan dalam bentuk bubuk atau tepung halus. Pakan untuk larva ini harus dalam ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan bukaan mulut larva. lebar bukaan mulut larva gurami sekitar 0,25 mm. Untuk memperoleh bentuk dan ukuran pakan sesuai dengan lebar bukaan mulut larva, pakan hidup diberikan sebelum larva mencapai dewasa sedangkan untuk pakan buatan diberikan dengan jalan menghaluskan pakan pellet terlebih dahulu. Jenis pakan alami yang umum diberikan yaitu: Moina ,Daphnia, Chironomus, dan Tubifek.
Untuk meningkatkan ketahanan atau kekebalan tubuh benih terhadap hama dan penyakit tertentu larva ikan gurame perlu diberikan vaksinasi. Vaksinasi dapat dilakukan pada benih gurame yang berumur lebih dari 2 minggu. Jenis vaksin yang dapat digunakan misalnya Septicaemia haemorrhagica yang memberikan kekebalan aktif terhadp penyakit bercak merah yang disebabkan Aeromonas hydropila. Caranya benih gurame direndam dalam larutan vaksin selam 30 menit dengan dosis 1 ml vaksin dicampur dalam 10 l air untuk 150 ekor benih. Vaksinasi ini mampu memberikan kekebalan selama 4 bulan dengan masa inkubasi 15 hari.
Faktor hama dan penyakit yang dapat menyerang larva dapat diantisipasi dan ditanggulangi dengan penggunaan sumber air seperti mata air, sumur  bor, atau air hujan yang relatif bebas hama. Gangguan hama ini juga dapat dikurangi dengan penggunaan air media kultur yang telah disaring atau difilter. Larva dan anak ikan sangat peka terhadap kekurangan oksigen. Kondisi tersebut disebabkan alat pernafasan yang belum terbentuk sempurna dan juga dipengaruhi gerakan yang masih lamban. Untuk meningkatkan kandungan oksigen yang terlarut dalam air dilakukan proses aerasi yaitu dengan cara memasukkan udara kedalam air atau melemparkan butiran air keudara. Untuk memasukkan udara kedalam air dapat dilakukan dengan menggunakan aerator, blower, atau injektor. Faktor cuaca seperti angin , suhu dan curah hujan sangat menentukan keberhasilan hidup larva dan benih. Suhu tubuh ikan selalu menyamai suhu air disekitarnya yaitu sekitar 50 C lebih tinggi kemampuan ikan mengatur suhu tubuh mempunyai batas maksimum dan minimum. Dalam waktu yang singkat , perubahan suhu lingkungan yang dapat diikuti oleh suhu tubuh ikan maksimum 50 C. Atas dasar kemampuan tubuh ikan inilah maka perbedaan suhu lingkungan antara minimum dan maksimum tidak boleh melebihi 50 C. Adapun usaha untuk mengantisipasi perbedaan suhu yang terlalu besar didaerah tropika adalah dengan mempergunakan peneduh atau atap , sedangkan didaerah subtropika atau dingin dipakai penutup.
PENDEDERAN
Maksud pendederan adalah untuk membersihkan benih yang telah habis kuning telurnya. Pendederan ini dilakukan dalam kolam  yang sudah dipersiapkan untuk mendapatkan benih yang ukurannya lumayan besar. Pendederan biasanya terdiri dari beberapa tingkat, misalnya pendederan I, pendederan II, pendederan III. Waktunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi misalnya kesuburan kolam dan jenis ikan. Sebelum penebaran benih perlu dilakukan persiapan teradap kolam yang akan ditebar yaitu: Kolam harus dikeringkan terlebih dahulu dengan tujuan untuk mematikan hama dan penyakit sekaligus menaikan pH tanah. Bila tanah dirasakan terlalu asam, bisa juga pada saat pengeringan ini dilakukan pengapuran kolam. Kapur yang digunakan adalah kapur tohor dengan dosis pengapuran 1,5 kg untuk setiap 100 m2  luas kolam. Kapur disebarkan merata pada dasar kolam. Selain kapur  air kolam juga harus dipupuk dengan pupuk kandang atau kotoran atau bekas makanan hewan sebagai bahan utama penumbuh makanan alami ikan. Pupuk yang dipakai boleh kotoran ayam itik ,sapi , kerbau kambing, dan bisa juga kita menggunakan pupuk kimia seperi TSP, Urea
Ketinggian air dalam kolam pendederan biasanya berkisar 30-40 cm, untuk kolam  seluas 2500 m2, ada juga yang mengisi air kolam ini secara bertahap yang biasanya dilakukan pada kolam yang relatif sempit (25-50 m2). Mula-mula air dimasukan  hanya setinggi 10 cm kemudian secara bertahap ketinggiannya daitambah. Benih dimasukan seminggu atau 10 hari sejak air dimasukkan, dengan harapan pupuk sudah terurai dan kolam sudah tersedia makan alami bagi benih . Pendederan pertama bisa ditebarkan benih sebanyak 20-40 ekor/m2 luas kolam . Jika kolam yang dipakai 250 m2 maka untuk tahaf awal bisa ditebarkan sebanyak 5000-10000 ekor benih. Jika kolam yang dipakai hanya seluas 50 m2 maka kapasitas benih hanya berkisar anatar 1000-2000 ekor pada kolam yang hanya 50 m2 Pertama kali tinggi air pada tahap penebaran benih hanya 10 cm. Setelah 10-14 hari ketinggian air ditambah hingga 20 cm, dan pada jangka waktu yang sama ditambah lagi ketinggiannya hingga mencapai 30-40 cm. Penambahan air disesuaikan dengan tingkat pertumbuah  benih. Selama pendederan benih pertama ini benih gurami bisa diberi makanan tambahan berupa rayap atau telur semut merah. Penambahan makanan biasanya diberikan setelah benih 2 minggu berada dikolam pendederan. Bisa juga ikan diberikan makanan tambahan berupa remah yaitu pellet yang dihancurkan dengan mesin/alat pencetak pellet. Selama pendederan pemasukan air bukanlah suatu keharusan. Pendederan kedua bisa dilakukan pada kolam yang lebih luas atau yang ukurannya sama dengan ukuran kolam pendederan yang pertama. Dengan pendederan kedua diharapkan dalam jangka waktu 3 bulan benih yang semula panjannya hanya 2-3 cm  mampu tumbuh hingga mencapai ukuran 5-8 cm. Pada pendederan kedua bisa di berikan pakan seperti matalele, daun keladi, daun pepaya, dan daun lainnya. Bisa juga diberikan remah, bungkil dan dedak.
PEMANENAN
Pemanenan benih dengan terlebih dahulu mengurangi air kolam. sehari sebelumnya kita turun kekolam untuk menaikkan lumpur yang tidak sengaja masuk mendangkalkan kemalir. Dengan menggunakan kaki kiri dan kanan secara bergantian maka lumpur yang menutupi bagian dalam kemalir kita singkirkan keatas kiri dan kanan kemalir. Pada saat air surut maka kemalir sudah cukup dalam dan tidak berlumpur lagi. Benih ditangkap dengan menggunakan seser, (tangguk). Benih yang tertangkap dimasukkkan kedalam paso atau tahang kayu yang telah berisi air selanjutnya benih dipindah kekolam pemberokan. Kolam pemberokan ditutup atasnya agar benih terlindung dari sengatan panas matahari.CARA MENDISTRIBUSIKAN HASIL PRODUKSI PEMBIBITAN IKAN GURAME
Salah satu kendala dalam budidaya ikan gurame khususnya pembibitan dalaha untuk mengirim/distibusi hasil kegiatan pembibitan tersebut. Proses pengangkutan bibit ikan dilakukan secermat mungkin untuk meminimalkan tingkat gangguan yang mungkin timbul akibat pengaruh perubahan lingkungan yang tiba-tiba atau karena proses pemuatan yang kurang hati-hati  yang dapat menyebabkan bibit ikan menjadi stress.
Selain itu untuk menghindari tingkat stress yang lebih tinggi maka pemindahan bibit ikan dari lokasi kolam pemeliharaan sedapat mungkin tidak dilakukan pada saat kondisi terik sinar matahari. Pemindahan bibit ikan hanya dilakukan pada pagi atau sore hari  dan disaat kondisi cuaca masih cukup bagus (tidak hujan). Mengingat jumlah bibit ikan yang dikirim kali ini cukup besar maka proses pengiriman pun dilaksanakan dalam beberapa tahap dimana dalam setiap tahap pengiriman dapat berlangsung 1 atau 2 kali pengangkutan. Pengiriman tahap pertama terdiri dari 2,5 kwintal bibit ikan gurame berukuran 3 - 4 ekor per kilogram yang kemudian  diteruskan dengan pengiriman 4000 ekor bibit gurame ukuran '3 jari' di tahap kedua dan 3000 ekor bibit gurame ukuran 'jempolan' (13-15 ekor/ kg) di tahap ketiga.
Seperti pengiriman bibit ikan sebelumnya, proses pengiriman kali ini pun dilakukan dengan menggunakan drum-drum plastik terbuka berisi air yang berasal dari masing-masing kolam tempat dimana bibit ikan gurame ini semula dipelihara. Untuk menjaga agar bibit ikan yang terkirim tetap dalam keadaan prima saat tiba di tempat tujuan maka kepadatan ikan dalam setiap drum perlu dibatasi. Masing-masing drum hanya diisi 60 - 70 ekor bibit ikan gurame (ukuran 3 - 4 ekor/ kg) sedangkan untuk yang berukuran '3 jari' dapat dimuat hingga 80 - 90 ekor per drum. Pada setiap drum perlu disertakan pula beberapa tanaman apung seperti kangkung air ataupun apu-apu yang dapat membantu menjaga tingkat kelembaban dan kesegaran air selama proses pengiriman.
Jenis tanaman air yang dimasukkan dalam setiap drum selalu disesuaikan dengan jenis tanaman yang ada lingkungan air kolam dimana bibit ikan berasal. Dengan demikian  diharapkan bibit ikan tetap merasa nyaman saat proses pemindahan dan pengangkutan  menuju lokasi kolam yang baru. Untuk mencegah kemungkinan adanya bibit ikan yang melompat keluar dari drum selama berlangsungnya proses pengiriman maka drum-drum plastik tersebut perlu diberi bahan penutup berupa jaring yang diatur sedemikian rupa sehingga permukaan air dalam setiap drum dapat terlindungi dengan baik namun masih dimungkinkan terjadinya pertukaran udara.
Setiba di lokasi tujuan, setiap drum berisi bibit ikan ukuran '3 jari' ini lantas ditimbang dan dicatat berat kotornya kemudian dibawa menuju kolam-kolam tebar yang telah disiapkan. Saat proses penebaran berlangsung jumlah bibit ikan yang dikeluarkan dari setiap drum kembali dicatat guna dicocokkan dengan data pengiriman. Masing-masing drum yang telah dikeluarkan bibit ikannya kemudian ditimbang kembali. Dengan demikian maka berat bibit ikan dalam setiap drum dapat diketahui dengan mengurangkan berat drum berikut air dan tanaman apungnya (setelah bibit ikan dikeluarkan) terhadap berat kotornya mula-mula. Demikian seterusnya hingga seluruh bibit ikan gurame ini selesai ditebarkan.
PUSTAKA
Susanto, Heru. 2003. Budidaya Ikan Gurame. Kanisius: Jakarta
Sitanggang,M.dan B,Suwarno.2003. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya: Jakarta
Jangkaru,Zulkifli.1999. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya: Jakarta

0 comments:

Post a Comment