I. PENDAHULUAN
Ikan Kakap Putih mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch), merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang penting. Sebagai salah satu komoditas ekspor, permintaan jenis ikan ini cukup tinggi dipasar luar negeri. Budidaya ikan Kakap Putih telah menjadi suatu usaha yang bersifat komersial (dalam budidaya) untuk dikembangkan,karena pertumbuhannya yang relatif cepat, mudah dipelihara dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga menjadikan ikan Kakap Putih cocok untuk usaha budidaya skala kecil maupun besar, selain itu telah terbukti bahwa ikan Kakap Putih dapat dibudidayakan di tambak air tawar maupun laut euryhaline (Chan, 1982). Badannya memanjang, kokoh, moncong di bawah lubang hidung dengan alur horizontal, rahang atas dan rahang bawah hamper sama. Rahang atas tidak bersisik, selaput sirip punggung dan sirip dubur tanpa sisik. Terdapat lingkar gigi pada kedua rahang, memiliki gigi taring yang terdapat di depan. Maxilla tanpa sisik dan memanjang vertical melalui garis tepi yang licin. Lengkungan insang pertama berkisar 7-11 buah melekat pada bagian atas dan pada oto bagian bawah 11-15 buah dengan total kisaran 18-26 buah. Sirip punggung keras dan sirip punggung lemah bersambung tetapi terdapat sedikit lekukan yang tidak terlalu dalam. Sirip ekor bercabang dua berbentuk forked (bercagak). Sirip punggung dengan jari-jari keras berkisar 10-2 buah, jari-jari sirip punggung lemah berkisar 6-10 buah, sirip dada berkisar 15-17 buah dan garis rusuk (linea lateralis) berjumlah 50-53 buah. Badan berwarna hijau gelap atau biru abu-abu, sirip-siripnya kuning atau ungu (Allen,2001)
Klasifikasi A. virescens Valenciennes, 1830 menurut Saanin (1968 dan 1984) adalah sebagai berikut:
Ikan Kakap Putih mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch), merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang penting. Sebagai salah satu komoditas ekspor, permintaan jenis ikan ini cukup tinggi dipasar luar negeri. Budidaya ikan Kakap Putih telah menjadi suatu usaha yang bersifat komersial (dalam budidaya) untuk dikembangkan,karena pertumbuhannya yang relatif cepat, mudah dipelihara dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga menjadikan ikan Kakap Putih cocok untuk usaha budidaya skala kecil maupun besar, selain itu telah terbukti bahwa ikan Kakap Putih dapat dibudidayakan di tambak air tawar maupun laut euryhaline (Chan, 1982). Badannya memanjang, kokoh, moncong di bawah lubang hidung dengan alur horizontal, rahang atas dan rahang bawah hamper sama. Rahang atas tidak bersisik, selaput sirip punggung dan sirip dubur tanpa sisik. Terdapat lingkar gigi pada kedua rahang, memiliki gigi taring yang terdapat di depan. Maxilla tanpa sisik dan memanjang vertical melalui garis tepi yang licin. Lengkungan insang pertama berkisar 7-11 buah melekat pada bagian atas dan pada oto bagian bawah 11-15 buah dengan total kisaran 18-26 buah. Sirip punggung keras dan sirip punggung lemah bersambung tetapi terdapat sedikit lekukan yang tidak terlalu dalam. Sirip ekor bercabang dua berbentuk forked (bercagak). Sirip punggung dengan jari-jari keras berkisar 10-2 buah, jari-jari sirip punggung lemah berkisar 6-10 buah, sirip dada berkisar 15-17 buah dan garis rusuk (linea lateralis) berjumlah 50-53 buah. Badan berwarna hijau gelap atau biru abu-abu, sirip-siripnya kuning atau ungu (Allen,2001)
Klasifikasi A. virescens Valenciennes, 1830 menurut Saanin (1968 dan 1984) adalah sebagai berikut:
Filum
|
:
|
Chordata
|
Sub filum
|
:
|
Vertebrata
|
Kelas
|
:
|
Pisces
|
Sub kelas
|
:
|
Teleostei
|
Ordo
|
:
|
Percomorphi
|
Sub ordo
|
:
|
Percoidea
|
Divisi
|
:
|
Perciformes
|
Family
|
:
|
Lutjanidae
|
Spesies
|
:
|
Aprion virescens
|
Nama umum
|
:
|
Green jobfish
|
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pembangunan perikanan, khususnya dalam membantu para petani ikan
Jaya et al.,
dan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengusaha yang berminat menanamkan modalnya ke dalam kegiatan budidaya ikan. Laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan Kakap Putih selama masa budidaya dapat dijadikan acuan untuk lebih mengoptimalkan kelestarian yang berkelanjutan akan Sumber Daya Alam Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch), sehingga dapat diperoleh hasil panen yang maksimal.
II. BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober – 23 November 2011 di Laboratorium Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung yang berlokasi di Desa Hanura, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung Selatan, Propinsi Lampung. Bahan yang digunakan meliputi Benih Ikan Kakap Putih ukuran 7-8 cm, Pakan Pellet KRA, Cargil, Hi Pro Vite, Turbo Feed, Kaporit. Alat yang digunakan meliputi Akuarium, Seser/Serok, Selang sifon, Timbangan Analitik, Gunting, Alat Tulis, pH Meter, Termometer, Hand Refractometer, DO Meter, Aerasi, Penggaris (ketelitian 1 mm).
Prosedur penelitian
Prosedur ini mengacu pada Sari et al. (2009). Parameter uji utama pada penelitian ini adalah penghitungan laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch).
1) Pengukuran pertumbuhan ikan dilakukan setiap 10 hari sekali dengan cara menimbang bobot tubuh setiap individu ikan. Ikan ditimbang dari setiap wadah akuarium percobaan dari awal sampai akhir penelitian.
2) Penghitungan kelangsungan hidup pada ikan Kakap Putih dilakukan pada awal dan akhir penelitian.
Persiapan akuarium dan air media pemeliharaan. 58 Maspari Journal Volume 5, Nomor 1, Januari 2013:56-63
Masa pemeliharaan ikan diawali dengan penyiapan wadah, pakan buatan (pellet) dan ikan. Penyiapan wadah meliputi pembersihan akuarium, pengaturan letak wadah, penyiapan aerasi, selang output, dan penyiapan air. Wadah yang digunakan dalam penelitian ini berupa 12 buah akuarium yang berkapasitas 80 liter.
Akuarium yang digunakan berukuran 50x40x40 cm yang dicuci dengan air tawar kemudian disterilkan terlebih dahulu dengan kaporit 10 ppm dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran bakteri dan jamur yang menempel pada dinding akuarium (Subyakto dan Cahyaningsih, 2003).
Setelah itu pembilasan dan pengeringan lalu pengisian air. Akuarium di keringkan selama 24 jam agar bau kaporit hilang kemudian akuarium diisi air laut sebanyak 50 liter.
Persiapan ikan uji
Penyiapan ikan meliputi penimbangan berat ikan dan pengukuran panjang ikan, agar didapatkan ikan yang seragam. Benih ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) berumur 60 hari, dengan panjang antara 7-8 cm dan berat antara 5-7 gr, berjumlah 120 ekor, dalam tiap-tiap akuarium 10 ekor benih ikan yang sehat dan tidak terserang penyakit. Penebaran benih ke dalam akuarium dilakukan pada kegiatan sore hari dengan adaptasi terlebih dahulu selama 3 hari tidak diberi pakan.
Cara Penimbangan benih Ikan
Penimbangan ikan dilakukan dengan cara mengambil wadah kecil yang telah diberi air laut dan ditimbang terlebih dahulu, setelah itu baru ikan di masukan ke dalam wadah dan ditimbang lagi. Ikan ditimbang menggunakan timbangan analitik. Hasil berat ikan yang di dapat yaitu berat timbangan akhir dikurangi dengan berat timbangan awal. Pengukuran panjang ikan dilakukan dengan dengan menggunakan penggaris (ketelitian 1 mm).
Pemeliharaan Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch)
Pemeliharaan benih ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) dilakukan di akuarium. Jenis pakan yang diberikan adalah pakan buatan berbentuk pellet kering yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan. Pakan buatan (pellet) diberikan selama 40 hari, pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Pengukuran pertumbuhan ikan dilakukan setiap 10 hari sekali dengan cara menimbang bobot tubuh setiap individu ikan Kakap Putih. Ikan ditimbang dari setiap wadah akuarium percobaan.
Selama penelitian pakan benih yang diberikan terdiri dari pakan utama (kontrol) (A) yaitu pemberian pakan buatan (Pellet) KRA; Perlakuan 1 (B) pemberian pakan buatan (Pellet) Cargil; Perlakuan 2 ( C ) pemberian pakan buatan (Pellet) Hi Provite;
Perlakuan 3 (D) pemberian Pakan buatan
(Pellet) Turbo Feed.
Pembersihan akuarium dapat dilakukan dengan cara menyikat atau menyemprot dengan air bertekanan tinggi. Kematian ikan selama penelitian dicatat, sampel ikan pada awal dan akhir penelitian diambil.
Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 10 hari pemeliharaan, meliputi pengukuran suhu, pH, oksigen terlarut, amoniak dan salinitas. Dari awal hingga akhir penelitian.
Pengumpulan Data
Penelitian ini diperlukan pengukuran beberapa kualitas air yang digunakan dalam wadah sampel maupun pengukuran pada hewan uji; pengukuran kualitas air terdiri dari pengukuran salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut dan amoniak, sedangkan pengukuran hewan uji meliputi pangukuran berat dan panjang, digunakan alat penggaris dengan ketelitian 1 mm dan timbangan analitik untuk mengukur berat. Pengukuran ini dilakukan setiap 10 hari sekali.
Analisis Data
Laju Pertumbuhan Harian atau
Specific Grow Rate( SGR )
Penghitungan laju pertumbuhan harian digunakan rumus yang dikemukakan oleh
Hariati (1989), sebagai berikut :
eterangan :
SGR = Laju Pertumbuhan Harian ( % )
Wt = Bobot rata-rata ikan di akhir pemeliharaan ( ekor )
W0 = Bobot rata-rata ikan di awal pemeliharaan ( ekor )
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak digunakan untuk menghitung pertambahan panjang ikan selama pemeliharaan, dengan menggunakan rumus, sebagai berikut :
Keterangan :
TL1 = Panjang total pada akhir pemeliharaan ( cm )
TL0 = Panjang total pada awal pemeliharaan
( cm )
Lm = Pertumbuhan panjang mutlak ( cm )
Survival Rate ( SR )
Survival Rate (SR) yaitu persentase jumlah benih ikan Kakap Putih yang masih hidup, setelah diberi pakan. Penghitungan SR dilakukan pada akhir penelitian. Penghitungan kelangsungan hidup dirumuskan oleh
(Mudjiman, 2005) sebagai berikut :
Keterangan :
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan
N0 = Jumlah ikan yang hidup pada awal pemeliharaan
Rancangan Acak Lengkap ( RAL)
Rancangan acak lengkap syaratnya adalah hanya ada satu peubah bebas
(independent variable) yang disebut perlakuan, jadi tidak ada peubah lain selain perlakuan yang mempengaruhi respons hasil penelitian (dependent variable), berikut rumus-rumus perhitungannya :
a. Jumlah Kuadrat Total
Jaya et al., Laju Pertumbuhan dan Tingkat ........ 59
b. Jumlah Kuadrat Perlakuan
c. Jumlah kuadrat Galat
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
Parameter uji pertama pada penelitian ini adalah laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch). Pertumbuhan meliputi pertumbuhan berat tubuh dan pertumbuhan panjang tubuh.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi pakan
Kandungan komposisi pakan buatan (pellet) ikan Kakap Putih pada saat pemeliharaan ikan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel 1. Kandungan komposisi pakan buatan
(pellet) ikan Kakap Putih
Keterangan :
A : Pakan Pellet Merk KRA ( kontrol )
B : Pakan Pellet Merk Cargil
C : Pakan Pellet Merk Hi Pro Vite
D : Pakan Pellet Merk Turbo Feed
Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa kandungan pakan buatan (pellet) pada saat penelitian yang terdiri dari protein, lemak, kadar air, serat kasar, dan abu. Kandungan protein yang paling tinggi terdapat pada pakan A dengan persentase 50%, sedangkan pakan yang paling rendah proteinnya adalah pakan D dengan persentase 16 %.
60 Maspari Journal Volume 5, Nomor 1, Januari 2013:56-63
Jumlah protein yang dibutuhkan ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : ukuran ikan, suhu air, jumlah pakan yang dimakan, kesediaan dan kualitas pakan alami dan protein. Lingkungan juga sangat mempengaruhi protein yang dibutuhkan (Sudjiharno, 1999). Beberapa Pustaka menyebutkan bahwa tingkat protein optimum dalam pakan untuk pertumbuhan ikan berkisar antara 25-50% (Lovell, 1989). Menurut Wong dan Chou (1989) dalam Akbar (1991) , kebutuhan protein ikan Kakap Putih pada masa pendederan dan penggelondongan sebesar 45-50%. Kandungan lemak pada pakan berkisar antara 4-13%, kandungan lemak yang paling tinggi terdapat pada pakan D yaitu dengan presentase 13%, sedangkan kandungan lemak yang paling rendah terdapat pada pakan C dengan persentase 4%.
Keberadaan lemak dalam pakan sebagai sumber asam lemak dan energi yang sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, terutama ikan daerah tropis. Selain itu, lemak berfungsi pula dalam membantu penyerapan vitamin yang larut dalam lemak. Lemak berperan pula dalam struktur biologis membran serta mempengaruhi aroma dan tekstur pakan.
IV. KESIMPULAN
Laju pertumbuhan harian yang paling tinggi adalah pakan KRA yaitu 22.18% dan Laju pertumbuhan harian yang paling rendah adalah pakan Turbo Feed yaitu 8.82 %, sedangkan tingkat kelangsungan hidup pada pakan KRA, Hi Pro Vite, Turbo Feed selama penelitian sebesar 100% dan pakan Cargil sebesar 99.2%. Analisa Sidik Ragam laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup menyatakan bahwa perlakuan pemberian pakan buatan (pellet), menyebabkan terjadinya perbedaan tidak nyata terhadap laju pertumbuhan benih ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch ) pada skala laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S., 1991. Dietary Nutrient Requirement Review for Seabass (Lates calcarifer Bloch) and Groupers (Epinephelus spp). Institute of Aquaculture Stirling, University of Stirling Scotland-United Kingdom.
Asikin. 1985. Budidaya Ikan Kakap. Penebar Swadaya, Jakarta
Chan. W.L., 1982. Management of The Nursery of Seabass Fry in : Report of Training Course on Seabass Spawning and Larval Rearing.
SCS/GEN/82/39. South China SeaFisheries Development and
Jaya et al., Laju Pertumbuhan dan Tingkat ........ 63
Coordinating Programme, Manila,
Philiphina.
Dunstan, D.J. 1959, The barramundi in
Queensland waters. Technical Paper
Division of Fisheries and
Oceanography CSIRO Australia, No 5 , 22 P.
Hariati, A. M. 1989. Makanan Ikan.UNIBRAW / LUW / Fishries Product Universitas Heemstra, P.C. and J.E. Randall. 1993. Groupers of The World. FAO Species Cataloque. Food and Agriculture.
Madinawati, Serdiati N, Yoel. 2011. Pemberian
Pakan yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
Media Litbang Sulteng. Vol. IV. No. 2 :
83-87.
Sari, W. P, Agustono, Cahyoko, D. 2009. Pemberian Pakan Dengan Energi Yang
Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih
Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis).
Jurnal Penelitian Budidaya Perikanan Universitas Hang tuah. Surabaya. 18 hlm.
Subyakto, S. dan S Cahyaningsih. 2003. Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sudjiharno. 1999. Budidaya Ikan Kakap Putih
(Lates calcarifer, Bloch) di Keramba Jaring
Apung. Departemen Pertanian
Direktorat Jenderal Perikanan Balai Budidaya Laut Lampung. 65 hlm.
0 comments:
Post a Comment