Thursday, July 23, 2015

MENJAGA KANDUNGAN GIZI IKAN LELE

July 23, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
KANDUNGAN GIZI IKAN LELE
Ikan lele adalah salah satu ikan yang berasal dari Taiwan dan pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1985 melalui sebuh perusahaan swasta di Jakarta (Suryanto, 1986). Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia, dalam habitatnya ikan lele sangat fleksibel, dapat dibudidayakan dengan padat penebaran tinggi, pertumbuhannya sangat pesat, dan dapat hidup pada lingkungan dengan kadar oksigen rendah.
Lele atau ikan keli atau catfish, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki “kumis” yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Lele, secara ilmiah, terdiri dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila lele di Nusantara mempunyai banyak nama daerah. Antara lain: ikan kalang (Sumatra Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia).
Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air. Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke pembuangan.
alam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya  di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan AIkan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan.
Banyak jenis lele yang merupakan ikan konsumsi yang disukai orang. Sebagian jenis lele telah dibiakkan orang, namun kebanyakan spesiesnya ditangkap dari populasi liar di alam. Lele dumbo yang populer sebagai ikan ternak, sebetulnya adalah jenis asing yang didatangkan (diintroduksi) dari Afrika.
Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk menjaga kualitas air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempat-tempat yang kotor harus diberok terlebih dahulu sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari dengan maksud untuk membersihkannya.
Kadangkala lele juga ditaruh di sawah karena memakan hama-hama yang berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk.
Ikhtisar Kandungan Gizi Ikan Lele
Lele (budidaya), 1 fillet (141.5g) (dimasak, panas kering) (5 oz.)
• Kalori: 217
• Protein: 26.7g
• Karbohidrat: 0.0g
• Total Fat: 11.5g
• Fiber: 0.0g
• Excellent sumber: Selenium (20.7mcg), dan Vitamin B12 (4mcg)
• Sumber yang baik: Kalium (459mg), dan Niacin (3.6mg)
Makanan yang merupakan “sumber yang sangat baik” dari nutrisi tertentu menyediakan 20% atau lebih dari nilai harian yang dianjurkan, berdasarkan Departemen Pertanian Amerika Serikat  (USDA) .
Ketika dimasak (panas kering), lele liar memberikan 0,333 gram omega-3 asam lemak, berasal dari EPA (0.1g), DHA (0.137g), dan ALA (0.096g), per 100 gram ikan lele liar. Ketika dimasak (panas kering), lele bertani memberikan 0,259 gram omega-3 asam lemak, berasal dari EPA (0.049g), DHA (0,128), dan ALA (0.082g), per 100 gram ikan lele bertani.
KANDUNGAN GIZI IKAN LELE
Ikan lele adalah salah satu ikan yang berasal dari Taiwan dan pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1985 melalui sebuh perusahaan swasta di Jakarta (Suryanto, 1986). Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia, dalam habitatnya ikan lele sangat fleksibel, dapat dibudidayakan dengan padat penebaran tinggi, pertumbuhannya sangat pesat, dan dapat hidup pada lingkungan dengan kadar oksigen rendah.
Lele atau ikan keli atau catfish, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki “kumis” yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Lele, secara ilmiah, terdiri dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila lele di Nusantara mempunyai banyak nama daerah. Antara lain: ikan kalang (Sumatra Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia).
Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air. Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke pembuangan.
alam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya  di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan AIkan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan.
Banyak jenis lele yang merupakan ikan konsumsi yang disukai orang. Sebagian jenis lele telah dibiakkan orang, namun kebanyakan spesiesnya ditangkap dari populasi liar di alam. Lele dumbo yang populer sebagai ikan ternak, sebetulnya adalah jenis asing yang didatangkan (diintroduksi) dari Afrika.
Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk menjaga kualitas air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempat-tempat yang kotor harus diberok terlebih dahulu sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari dengan maksud untuk membersihkannya.
Kadangkala lele juga ditaruh di sawah karena memakan hama-hama yang berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk.
Ikhtisar Kandungan Gizi Ikan Lele
Lele (budidaya), 1 fillet (141.5g) (dimasak, panas kering) (5 oz.)
• Kalori: 217
• Protein: 26.7g
• Karbohidrat: 0.0g
• Total Fat: 11.5g
• Fiber: 0.0g
• Excellent sumber: Selenium (20.7mcg), dan Vitamin B12 (4mcg)
• Sumber yang baik: Kalium (459mg), dan Niacin (3.6mg)
Makanan yang merupakan “sumber yang sangat baik” dari nutrisi tertentu menyediakan 20% atau lebih dari nilai harian yang dianjurkan, berdasarkan Departemen Pertanian Amerika Serikat  (USDA) .
Ketika dimasak (panas kering), lele liar memberikan 0,333 gram omega-3 asam lemak, berasal dari EPA (0.1g), DHA (0.137g), dan ALA (0.096g), per 100 gram ikan lele liar. Ketika dimasak (panas kering), lele bertani memberikan 0,259 gram omega-3 asam lemak, berasal dari EPA (0.049g), DHA (0,128), dan ALA (0.082g), per 100 gram ikan lele bertani.

Tuesday, July 21, 2015

MENGENAL SEKILAS BUDIDAYA IKAN MANFISH (Pterophyllum scalare)

July 21, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Asal Ikan Manfish
Manfish atau yang dikenal juga dengan istilah ‘Angel fish’ berasal dari perairan Amazon. Manfish (Pterophyllum scalare) tergolong ke dalam famili Cichlidae, mempunyai ciri-ciri morfologis bentuk tubuh pipih dengan tubuh seperti anak panah, memiliki warna dan jenis yang bervariasi, sirip perut dan sirip punggungnya membentang lebar ke arah ekor sehingga tampak sebagai busur, dan pada bagian dadanya terdapat dua buah sirip yang panjangnya menjuntai sampai ke bagian ekor.
ikan manfish Diamond (Berlian), Imperial, Marble, Black-White.
Jenis – Jenis Ikan Manfish
Beberapa jenis ikan Manfish yang dikenal dan telah berkembang di Indonesia antara lain adalah:
Diamond (Berlian)
Imperial
Marble
Black-White.
Habitat Ikan Manfish
Ia hidup di perairan air tawar (pH 6 – 8) yang tenang arus airnya dan punya banyak tanaman air. Suhu air ideal untuk Manfish berkisar 24 – 30 oC. Ukuran ikan Manfish bisa mencapai panjang 7,5 cm (di kepustakaan ada yang menyatakan panjangnya bisa lebih dari 25 cm). kan ini dapat menerima pakan seperti blood worm, jentik nyamuk, cacing kering, dan pelet.
Klasifikasi Ikan Manfish
Klasifikasi angelfish menurut Schultze (1823) sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Superclass : Osteichthyes
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Cichlidae
Genus : Pterophyllum
Species : Pterophyllum scalare
Budidaya Ikan Manfish
Ikan manfish dapat dijadikan induk setelah umurnya mencapai 7 bulan dengan ukuran panjang ± 7,5 cm. Induk jantan dicirikan dengan ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan induk betina. Kepala induk jantan terlihat agak besar dengan bagian antara mulut ke sirip punggung berbentuk cembung, serta bentuk badan lebih ramping dibandingkan dengan ikan betina. Sementara induk betina dicirikan oleh ukuran tubuh yang lebih kecil dan bentuk kepalanya yang lebih kecil dengan bagian perut yang lebih besar/gemuk serta terlihat agak menonjol.
Ikan manfish akan menempelkan telurnya pada substrat yang halus, misalnya potongan pipa PVC yang telah disiapkan/ditempatkan dalam akuarium pemijahan. Karena ikan manfish cenderung menyukai suasana yang gelap dan tenang, maka pada dinding akuarium dapat ditempelkan kertas atau plastik yang berwarna gelap.
Induk manfish akan memijah pada malam hari. Induk betina menempelkan telurnya pada substrat dan diikuti ikan jantan yang menyemprotkan spermanya pada semua telur, sehingga telur-telur tersebut terbuahi. Jumlah telur yang dihasilkan setiap induk berkisar antara 500-1000 butir.Manfish atau yang dikenal juga dengan istilah 'Angel fish' berasal dari perairan Amazon, Amerika Selatan.  Manfish (Pterophyllum scalare) tergolong ke dalam famili Cichlidae, mempunyai ciri-ciri morfologis dan kebiasaan sebagai berikut:
Memiliki warna dan jenis yang bervariasi
Bentuk tubuh pipih, dengan tubuh seperti anak panah
Sirip perut dan sirip punggungnya membentang lebar ke arah ekor, sehingga tampak sebagai busur yang berwarna gelap transparan
Pada bagian dadanya terdapat dua buah sirip yang panjangnya menjuntai sampai ke bagian ekor.
Menjaga dan melindungi keturunannya.
Bersifat omnivorus
Tergolong mudah menerima berbagai jenis makanan dalam berbagai bentuk dan sumber.
Beberapa jenis ikan Manfish yang dikenal dan telah berkembang di Indonesia antara lain adalah: Diamond (Berlian), Imperial, Marble dan Black-White.
Diamond (Berlian) berwarna perak mengkilat sampai hijau keabuan.  Pada bagian kepala atas terdapat warna kuning hingga coklat kehitaman yang menyusur sampai bagian punggung.  Manfish Imperial mempunyai warna dasar perak, tetapi tubuhnya dihiasi empat buah garis vertikal berwarna hitam/coklat kehitaman.  Manfish Marble memiliki warna campuran hitam dan putih yang membentuk garis vertikal.  Sedangkan manfish Black-White mempunyai warna hitam menghiasi separuh tubuhnya bagian belakang, dan warna putih menghiasi separuh bagian depan termasuk bagian kepala.
Pengelolaan Induk
Ikan manfish dapat dijadikan induk setelah umurnya mencapai 7 bulan dengan ukuran panjang ± 7,5 cm.  Untuk mencapai hasil yang optimal, induk harus dikelola dengan baik antara lain dengan pemberian pakan yang baik seperti jentik nyamuk, cacing Tubifex, atau Chironomous.  Selain itu karena induk ikan manfish sangat peka terhadap serangan penyakit, maka perlu diberikan perlakukan obat secara periodik  Obat yang biasa digunakan antara lain Oxytetracycline dan garam.
Sebelum dipijahkan, induk manfish dipelihara secara massal ( jantan dan betina ) terlebih dahulu dalam 1 akuarium besar (ukuran 100x60x60 cm3).  Setelah matang telur, induk manfish akan berpasangan dan memisahkan dari ikan lainnya.  Induk yang berpasangan tersebut sudah dapat diambil dan dipijahkan pada tempat pemijahan.
Selain itu dapat dilakukan, yaitu dengan memasangkan induk manfish secara langsung setelah mengetahui induk jantan dan betina.  Induk jantan dicirikan dengan ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan induk betina.  Kepala induk jantan terlihat agak besar dengan bagian antara mulut ke sirip punggung berbentuk cembung, serta bentuk badan lebih ramping dibandingkan dengan ikan betina.  Sementara induk betina dicirikan oleh ukuran tubuh yang lebih kecil dan bentuk kepalanya yang lebih kecil dengan bagian perut yang lebih besar/gemuk serta terlihat agak menonjol.
Teknik Pemijahan         
Pemijahan dilakukan di akuarium berukuran 60x50x40 cm3 dengan tinggi air ± 30 cm.  Ke dalam akuarium tersebut diberikan aerasi untuk menyuplai oksigen.
Ikan manfish akan menempelkan telurnya pada substrat yang halus, misalnya potongan pipa PVC yang telah disiapkan/ditempatkan dalam akuarium pemijahan.  Karena ikan manfish cenderung menyukai suasana yang gelap dan tenang, maka pada dinding akuarium dapat ditempelkan kertas atau plastik yang berwarna gelap.
Induk manfish akan memijah pada malam hari.  Induk betina menempelkan telurnya pada substrat dan diikuti ikan jantan yang menyemprotkan spermanya pada semua telur, sehingga telur-telur tersebut terbuahi.  Jumlah telur yang dihasilkan setiap induk berkisar antara 500-1000 butir.  Selama masa pemijahan tersebut, induk tetap diberi pakan berupa cacing Tubifex, Chironomous atau Daphnia.
Penetasan Telur Dan Pemeliharaan Larva          
Telur yang menempel pada substrat selanjutnya dipindahkan ke akuarium penmetasan telur (berukuran 60x50x40 cm3) untuk ditetaskan.  Pada air media penetasan sebaiknya ditambahkan obat anti jamur, antara lain Methyline Blue dengan dosis 1 ppm.  Untuk menjaga kestabilan suhu, maka ke dalam media penetasan telur tersebut digunakan pemanas air (water heater) yang dipasang pada suhu 27-28oC.
Telur manfish akan menetas setelah 2-3 hari, dengan derajat penetasan telur berkisar 70-90%.  Selanjutnya paralon tempat penempelan telur diangkat dan dilakukan perawatan larva hingga berumur ± 2 minggu.
Pakan yang diberikan selama pemeliharaan larva tersebut berupa pakan alami yang sesuai dengan bukaan mulut larva dan memiliki kandungan protein yang tinggi, antara lain nauplii Artemia sp.  Pakan tersebut diberikan 2 kali sehari ( pagi dan sore ) hingga larva berumur  ± 10 hari dan dilanjutkan dengan pemberian cacing Tubifex.
Pendederan dan Pembesaran
Setelah berumur ± 2 minggu, benih tersebut dapat dilakukan penjarangan untuk kemudian dilakukan pendederan sampai ikan berumur satu bulan.
Langkah berikutnya adalah memanen benih tersebut untuk dipindahkan ke dalam bak/wadah pembesaran.  Dalam hal ini dapat digunakan bak fiber atau bak semen, tergantung wadah yang tersedia.  Selama masa pembesaran, diupayakan agar ada aliran air ke dalam wadah pembesaran walaupun sedikit.  Padat penebaran untuk pembesaran ikan manfish berkisar 100 ekor/m2.  Pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex atau pellet sampai benih berumur ± 2 bulan.  Ukuran yang dicapai biasanya berkisar 3 - 5 cm.  Jika pakan dan kualitas air mendukung, sintasan pada masa pembesaran dapat mencapai 70-90%.  Selanjutnya benih manfish dapat dibesarkan lagi hingga mencapai ukuran calon induk atau induk dengan padat penebaran yang lebih kecil.
Penyakit dan Penanggulangannya
Ikan manfish dikenal cukup peka terhadap serangan penyakit, untuk itu diperlukan pengelolaan secara baik dengan menjaga kualitas air dan jumlah pakan yang diberikan.  Beberapa jenis parasit yang biasa menyerang benih/induk Manfish antara lain adalah :Trichodina sp., Chillodonella sp. dan Epystilys sp.  Sedangkan bakteri yang menginfeksi adalah Aeromonas hydrophilla.
Beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk menanggulangi serangan penyakit parasitek antara lain : Formalin 25%, NaCl 500 ppm.  Sedangkan untuk penyakit bakterial dapat digunakan Oxytetrachycline 5 - 10 ppm dengan cara perendaman 24 jam.

Thursday, July 16, 2015

PENGANGKUTAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)

July 16, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
KLASIFIKASI ILMIAH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)
Menurut sistematika yang dikemukakan Bleeker dan sudah diperbaiki oleh Sunier, Weber dan de Beaufort, maka ikan gurami dapat diklasifikaskan sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Labirinthici
Sub Ordo : Anabantoidei
Family : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy
Bila dirunut dari famili Anabantidae maka akan kita dapatkan berbagai jenis ikan yang sekalipun berbeda bentuk dan ukurannya namun sama-sama mempunyai keistimewaan seperti gurami, yaitu mampu hidup ditempat yang tergenang. Sebutan gurami tidak terbatas untuk Osphronemus gouramy, tapi juga untuk beberapa jenis ikan lain dari family anabantidei, terutama yang bentuk fisiknya mirip gurami. Anabantidae sebagai induk marga terdiri dari sekitar 20 genus. Beberapa genus dari marga tersebut mendapat sebutan gurami, misalnya  jenis ikan dari genus Holeostoma (tambakan), dan Trichogaster (sepat), Colisa (faskiata) yang merupakan kerabat dekat gurami.
Sepat biru atau sepat jawa (Trichogaster trichopterus) misalnya lazim disebut three spot gourami atau blue gurami. Sepat mutiara atau sepat leri disebut pearl gourami, sepat siam disebut snake-skined gourami. Tambakan yang berwarna hijau disebut green kisser gourami dan yang kuning disebut kissing gourami. Ikan dari genus Colisa seperti lalia disebut dwarf gourami , Colisa chuna disebut honey gourami, labiosa (Colisa labiola) disebut the spiick-lipped gourami. Nama-nama gurami sperti itu banyak ditemukan dalam buku dan katalog ikan hias.
SARANA DAN FASILITAS PEMBENIHAN
Tata letak kolam pembenihan merupakan syarat penting dalam pembenihan. Hal ini erat kaitannya dengan kapasitas produksi dan teknologi yang akan diterapkan. Tata letak ini harus disesuaikan dengan fungsi dan urutan kerja. Bangunan sarana pokok harus dipisahkan dari bangunan penunjang. Sarana pokok meliputi :
Kolam penyimpanan induk
Kolam pemijahan
Kolam pendederan
Kolam pemeliharaan
Kolam pemberokan
Kolam penyimpanan induk paling strategis terletak dekat rumah sehingga ikan terkontrol perkembangannya. Maksud penyimpanan induk di kolam ini untuk mempersiapkan kematangan telur dan membina kesehatan induk. Kedalaman kolam penyimpanan  induk sekitar 50 cm. Jika luasnya sekitar 10 m2  kolam induk ini bisa diisi 10 ekor jantan dan 20 ekor betina. Agar ikan tidak meloncat keluar, pada bagian pemasukan air ditutup anyaman bambu yang agak renggang.
Secara teknis kolam pemijahan mempunyai syarat-syarat:
Dasar dinding kolam harus kedap air dan kuat menahan air.
Kolam mudah diisi air dan dikeringkan dalam waktu singkat.
Pintu air bentuk munik baik dari papan maupun paralon
Dasar kolam  bisa tanah atau tembok
Mudah dibersihkan
Persiapan kolam pemijahan
Urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam melakukan persiapan pada kolam pemijahan adalah sebagai berikut:
Kolam harus dikeringkan selama beberapa hari.Tujuan pengeringan kolam ini adalah memetikan bibit penyakit atau hama-hama ikan kecil yang secara tidak sengaja masuk kedalam kolam.
Tanggul atau pematang diperbaiki, karena bila ada kebocoran dapat menyebabkan benih terbawa air melalui bagian yang bocor. Sekalipun kita selalu berusaha memindahkan telur hasil pemijahan pasangan gurami sebelum mereka menetas menjadi burayak.
Pemasukan dan pengeluaran air diperiksa dengan seksama, kalau ada yang rusak segera diganti dengan yang baru.
Pemupukan dasar kolam. Pemupukan pertama dilakukan pada waktu kolam selesai di jemur dengan pupuk kandang. Untuk 100 m2 kolam dibutuhkan 7,5 kg pupuk kandang. Dibiarkan selama lima hari.
Setelah pemupukan, dasar kolam dapat ditanami ganggang buntut anjing (Hydrilla verticiillata) sebanyak mungkin. Ganggang ini dapat berfungsi sebagai penyaring air.
Air diisikan setinggi 5 cm. Pupuk buatan TSP dan Urea (perbandingan 1:1) disebarkan sebayak 500 gram untuk 100 m2 kolam. Biarkan selama seminggu. Kemudian isi air sampai ketinggian 75 cm
Sediakan ijuk yang halus sebagai bahan baku pembuatan sarang gurami. Pilih ijuk yang seratnya halus dan panjang-panjang. Ijuk ditempatkan menggantung dalam kolam. Sehingga untuk tujuan tersebut ijuk dapat dijepit dengan bambu belah yang dipasang dipinggiran kolam.
Sediakan tempat sarang. Wujut tempat untuk membuat sarang dapat berupa lubang-lubang yang digali sepanjang pematang. Diameter lubang berkisar antar 20 -30 cm. Kedalam lubang kurang lebih 25 cm dengan bentuk horizontal dengan letak kurang lebih 20 cm dibawah permukaan air.
Selain lubang pada pematang , untuk membuat sarang dapat bisa juga disediakan pengki yang diberi tangkai bambu atau ranting tanaman kering. Pengki bambu dan ranting tanaman ini cukup ditempatkan disepanjang pinggir kolam dengan kedalam 20 cm dibawah permukaan air.
PENANGANAN DAN PEMILIHAN INDUK
Pada ikan gurami perbedaan kelamin jantan dengan kelamin betina bisa dilihat dari perbedaan bentuk dahi, warna dasar sirip, warna dagu dan kepekatan pangkal ekor. Pada induk jantan terlihat tanda-tanda: dahi terdapat penonjolan, dasar sirip dada keputihan. dagu berwarna kuning. Ikan jika diletakkan pada tempat yang datar ekornya akan naik keatas, bila dipencet perlahan kelaminnya akan mengeluarkan cairan seperti susu. Sedangkan ikan betina pada dahi tidak tampak tonjolan, melengkung biasa. Dasar sirip dada berwarna gelap atau kehitaman , dagunya keputihan sedikit coklat dan bila betina diletakkan pada tempat yang datar pangkal ekor tidak akan bergerak.
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk lebih memberikan jaminan keberhasilan pembenihan. Induk yang baik adalah induk yang mempunyai tanda tanda:
Induk jantan telah berumur 3-7 tahun. Induk jantan yang terlalu muda belum biasanya belum mahir menyusun sarang, sekalipun sudah matang kelamin. Induk jantan yang siap dikawinkan mempunyai badan yang lebih gelap dengan perut yang terlihat lancip dibagian anus. Badan dalam keadaan masih sehat dan masih lengkap bagian-bagian tubuhnya. Gerakannya gesit dan kelihatan agak garang.
Induk betina umur telah mencapai tiga tahun dan maksimal 7 tahun. Semakin besar induk gurami semakin banyak telur yang dihasilkan. Betina yang siap dipijahkan terlihat perutnya membulat dan relatif lebih panjang, lubang dubur terlihat putih kemerah-merahan dengan perut akan terasa lembek apabila diraba. Warna badannya terang dan kelihatan badannya tidak cacat atau luka. Sisik-sisiknya lengkap dan, tidak ada bagian yang hilang dan susunannya rapi.
Tanda-tanda induk gurami yang siap memijah
Jantan
Betina
Kedua belah rusuknya bagian perut membentuk sudut tumpul     Bagian perut belakang sirip dada kelihatan menggembung
Tingkahnya sangat agresif     Sisik-sisik agak terbuka
Ikan diberi pakan secara teratur agar siap memijah. Ikan dapat diberi pakan utama berupa pellet daun-daunan dan pakan tambahan berupa dedak halus yang telah diseduh air panas. Perbandingan antara induk jantan dengan betina berkisar antara 1-4:1. Dengan harapan selama pemijahan berlangsung seekor jantan mampu mengawini kurang lebih 1-4 ekor betina. Apabila induk jantan lebih jumlahnya sebanyak induk betina dikhawatirkan akan terjadi persaingan dalam memperebutkan pasangan diantara sesama jantan. Kepadatan penebaran induk adalah kurang lebih 20 m2 per pasang induk, sehinggga jika kolam pemijahan yang digunakan  seluas 300 m2 bisa ditebar sebnyak 15 ekor gurami jantan dan antara 15-60 ekor gurame betina.
PROSES PEMIJAHAN
Dewasa ini ada 2 macam cara mengawinkan gurame yaitu pemijahan gurame secara monokultur yaitu pemijahan dengan menyediakan kolam khusus untuk induk-induk yang telah matang telur untuk memijah. Dan pemijahan gurami secara polikultur adalah dengan menempatkan pasangan-pasangan induk gurami didalam kolam yang juga dipakai untuk membesarkan ikan lain. Pemijahan secara mono kultur seekor betina memerlukan 20 m2   kolam dengan peredaran usaha 3 bulan sejak pemijahan sampai menjadi benih. Tiap peredaran usaha diperlukan perbandingan untuk satu induk jantan dengan dua induk betina.sedangkan pada pemijahan secar polikultur untuk seekor induk gurami betina membutuhkan 10 m2 luas kolam dengan peredaran usaha 4 bulan. Tiap peredaran usaha diperlukan perbandingan induk satu jantan dengan tiga induk betina
Pasangan induk gurami membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukan pemijahan. Induk jantan akan berenang memngelilingi kolam. Setelah menemukan tempat yang cocok induk jantan akan mulai membuat sarang. Kesibukan membuat sarang ini berlangsung biasanya setelah 15 hari sejak dilepaskan. Sarang yang dibuat oleh jantan rata-rata mempunyai garis tengah 30 cm. Bentuk sarang yang dibuat rata-rata sama antara bulat sampai bulat telur.
Setelah sarang selesai dibuat maka jantan akan segera menghampiri betina dan menggiringnya kearah sarang. Setelah beberapa saat maka betina akan mengeluarkan telur-telurnya dilubang kecil di mulut sarang, dan segera induk jantan akan mengeluarkan spermanya agar segera membuahi telur betina. Demikaian berlangsung berulang-ulang. Dengan tersedianya lubang yang tidak cukup besar, memang membawa akibat tidak semua telur yang dikeluarkan betina bisa masuk tepat kedalam sarang. Ada sebagian telur yang mau tidak mau jatuh kedasar kolam. Melihat hal ini jantan akan memunguti telur yang jatuh tersebut dengan mulutnya dan memasukkan kesarang. Selama pemijahan berlangsung, keselamatan sarang dari gangguan ikan lain dan penghuni air lainnya menjadi tanggung jawab induk jantan. Setelah pemijahan selesai, maka tanggung jawab penjagaan sarang diserahkan kepada induk betina . Induk betina akan setia menjaga sarangnya dengan terlebih dahulu menutup pintu sarang dengan bahan yang telah disediakan yaitu ijuk atau rumput-rumputan. Sedangkan induk jantan akan kembali membanguan sarang, dan memikat betina lain. Pemijahan gurami berlangsung lama kurang lebih 2-3 hari. Pada prinsipnya pemijahan gurami dikolam khusus dan campuaran adalah sama. Perbedaannya antara lain terletak pada jumlah induk dan siklus pada proses pemijahan.
PENETASAN TELUR
Pada pembenihan gurame tradisional telur gurame dibiarkan tetap berada dalam kolam pemijahan sampai telur menetas dengan sendirinya. Benih akan menetas dalam tempo 30-36 jam dalam penjagaan dan perawatan induknya. Pada tahap awal benih akan hidup dari persediaan kuning telur. Kuning telur yang menempel pada pada badan akan diserap selama beberapa hari sambil menunggu proses penyempurnaan alat pencernaannya.
Penetasan telur dikolam nilem
Cara lama ini sudah mentradisi sehingga masih tetap dipergunakan orang sampai sekarang. Hasil penetasan cukup memuaskan, sehingga dianggaplebih mudah, praktis, dan yang paling tidak menyita waktu. Penetasan telur gurami dilakukan pada kolam berukuran 100 m2 dengan kedalaman air 30-40 cm. Dikolam ini dapat ditempatkan telur gurami maksmal sampai 4 sarang. Air kolam dijaga agar terus menerus mengalir dengan debit 4l /detik. Pada pipa pengeluaran air dipasang saringan agar menjaga benih tidak hanyut keluar. Pada waktu proses penetasan telur gurami dan nilem, permukaan kolam diberi atap agar terjaga dari curahan air hujan.
Tiga hari kemudian telur gurami menetas. Tujuh hari kemudian benih dapat dihanyutkan kalau debit air yang masuk kolam diperbesar. Benih-benih yang hanyut ditampung dengan kain kasa. Kain kasa penampung benih berukuran 75×75 cm. Keempat ujung kain diikat pada patok. Sisi kain diikatkan pada pipa pengeluaran air dari kolam penetasan benih. Setelah pipa penampungan air pada tempat penampungan benih ditutup, sumbat pipa pengeluaran air dari kolam tersebut dibuka. Air kolam pun mengalir dan jatuh pada kain penampungan. Otomatis benih ikut mengalir kekain tersebut. Jika airnya habis, kolam penetasan diairi lagi. Setelah itu sumbat pipa pengeluaran dibuka kembali. Benih gurami yang masih tersisa dikolam dapat teralirkan lagi ke kain penampungan. Mengingat  penetasan cara ini sulit dikontrol dan kematian benih cukup tinggi maka perlu cara baru yang lebih baik yaitu penetasan terkontrol.
Penetasan dengan paso
Pertamakali yang perlu dipersiapkan adalah paso-paso yang bersih dan telah direndam diair beberapa hari. Selanjutnya disediakan peneduh yang terbuat dari anyaman daun kelapa yang diberikan tiang. Jika sudah terlihat lapisan minyak dan bau amis disatu bagian pinggir kolam itu menandakan ikan telah selesai memijah, segera kita terjun kesana untuk mengambil telur-telur beserta sarangnya. Pengangkatan sarang dilakukan dengan dua tangan.  Letak telur berada didalam sarang, sebagian kecil (1/3)nya telur ada dilapisan ijuk dan 2/3nya berada ditengah tengah sarang. Telur gurami berdiameter 2-3 mm. sarang yang telah diangkat dIbuka perlahan, lalu letakkan dalam paso yang yang telah diisi air setinggi 4/5 bagian dari paso. Diameter paso biasanya 50 cm dan tingginya 25 cm .Dipaso sarang ini kemudian kita uraikan agar bisa dikeluarkan telur-telurnya, telur dipisahkan perlahan –lahan agar tidak terjadi kerusakan. Karena didalam sarang banyak lemak, telur yang sudah dimasukkan kedalam paso sedapat mungkin harus dipisah lagi kepaso lain yang berisi air bersih .Suhu air ideal untuk penetasan didalam paso adalah antara 22-260 C dan setiap hari harus tersentuh matahari pagi. Caranya adalah dengan membuka atap kurang lebih 450 kearah timur.
Selama dua hari dalam paso sofat telur akan berubah. Bentuknya tidak nundar lagi, melainkan sedikit memanjang. Pada bagian sebelah atas akan kelihatan ekornya. Hari ketiga larva(anak ikan) mulai bergerak pada permukaan air dengan perut menghadap keatas. Dihari keempat dan kelima benih mulai bergerak-gerak lebih leluasa. Pada hari keenam, ekor larva mulai membentang. Sehari kemudian kepala anak gurami tampak jelas dengan pundi-pundi cadangan pakan (kuning telur) terletak ke samping tubuh larva .Umur hari dipaso , benih gurami disebut sumerat. Posisi berenang larva gurami sudah normal. Perutnya sudah menghadap kebawah. Sampai lima hari berikutnya larva gurami tidak perlu diberi pakan. Dipundi-pundi perutnya masih tersisa pakan cadangan.
Selama proses penetasan air dalam paso harus selalu diganti sehari dua kali. Pada saat penggantian air telur tidak boleh dipindah. Cara pergantian air mempergunakan ayakan /saringan yang direndam kedalam paso. Air diciduk perlahan-lahan sehingga sisa air hanya mencapai 1/44 bagian paso. Selanjutnya air bersih dimasukkkan perlahan-lahan.   Diusahakan agar suhu air dalam paso dengan suhu air yang dimasukakan kedalam paso tidak jauh berbeda karena perubahan suhu yang mendadak akan mengakibatkan kematian telur.
Penetasan di aquariuam
Cara penetasan yang dianggap selangkah lebih maju dari pada penetasan dipaso. Pertama kali yang harus kita persiapkan adalah aquaraium. Aquaraium ditempatkan dan diatur sedemikan rupa sehingga memungkinkan mendapat sinar matahari pagi namun terbebas dari terik sinar matahari siang. Jika kita memakai aquarium bisa menggunakan air sumur yang sudah didiamkan sehari semalam. Ketinggian air 20 cm. Dengan aquaraium kita dapat menempatkan aerator sebagai sumber pensuplai oksigen.
Sarang sarang ijuk yang telah terisi telursebelum dimasukkan kedalam aquarium bisa dimasukkan duu kedalam ember plastik untuk diuraikan dan dikeluarkan isinya. Telur yang sudah terlepas dari ijuk dibilas dengan air kolam yang bersih. Demikian dilakukan dua tiga kali hingga lapisan minyaknya terbuang, kemudian telur-telur tersebut kita pindahkan kedalam aquarium yang  berisi air bersih yang sudah mengendap sehari semalam. Sekalipun telah dilengkapi dengan aerator namun penggantian air secara rutin harus tetap dilakukan.
PEMELIHARAAN LARVA
Telur ikan yang tidak dibuahi dengan mudah dapat dibedakan karena segera akan berubah warna dari jernih atau transparan menjadi pucat kusam atau gelap karena sudah mati. Telur yang mati akan cepat diserang cendawan berwarna putih yang disebut Saprolegnia. Telur yang diserang cendawan akan mengalami pembusukan dan proses ini akan mengganggu telur yang lain. Sedangkan telur yang menetas akan menjadi larva. bentuk larva berbeda dengan induknya dan masih belum memiliki kelengkapan seperti induknya.
Ketersediaan pakan alami sangat penting bagi kelangsungan hidup larva ikan gurami. Kekurangan pakan alami dapat ditanggulangi dengan memberikan pemberian pupuk dan pakan tambahan atau buatan dalam bentuk bubuk atau tepung halus. Pakan untuk larva ini harus dalam ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan bukaan mulut larva. lebar bukaan mulut larva gurami sekitar 0,25 mm. Untuk memperoleh bentuk dan ukuran pakan sesuai dengan lebar bukaan mulut larva, pakan hidup diberikan sebelum larva mencapai dewasa sedangkan untuk pakan buatan diberikan dengan jalan menghaluskan pakan pellet terlebih dahulu. Jenis pakan alami yang umum diberikan yaitu: Moina ,Daphnia, Chironomus, dan Tubifek.
Untuk meningkatkan ketahanan atau kekebalan tubuh benih terhadap hama dan penyakit tertentu larva ikan gurame perlu diberikan vaksinasi. Vaksinasi dapat dilakukan pada benih gurame yang berumur lebih dari 2 minggu. Jenis vaksin yang dapat digunakan misalnya Septicaemia haemorrhagica yang memberikan kekebalan aktif terhadp penyakit bercak merah yang disebabkan Aeromonas hydropila. Caranya benih gurame direndam dalam larutan vaksin selam 30 menit dengan dosis 1 ml vaksin dicampur dalam 10 l air untuk 150 ekor benih. Vaksinasi ini mampu memberikan kekebalan selama 4 bulan dengan masa inkubasi 15 hari.
Faktor hama dan penyakit yang dapat menyerang larva dapat diantisipasi dan ditanggulangi dengan penggunaan sumber air seperti mata air, sumur  bor, atau air hujan yang relatif bebas hama. Gangguan hama ini juga dapat dikurangi dengan penggunaan air media kultur yang telah disaring atau difilter. Larva dan anak ikan sangat peka terhadap kekurangan oksigen. Kondisi tersebut disebabkan alat pernafasan yang belum terbentuk sempurna dan juga dipengaruhi gerakan yang masih lamban. Untuk meningkatkan kandungan oksigen yang terlarut dalam air dilakukan proses aerasi yaitu dengan cara memasukkan udara kedalam air atau melemparkan butiran air keudara. Untuk memasukkan udara kedalam air dapat dilakukan dengan menggunakan aerator, blower, atau injektor. Faktor cuaca seperti angin , suhu dan curah hujan sangat menentukan keberhasilan hidup larva dan benih. Suhu tubuh ikan selalu menyamai suhu air disekitarnya yaitu sekitar 50 C lebih tinggi kemampuan ikan mengatur suhu tubuh mempunyai batas maksimum dan minimum. Dalam waktu yang singkat , perubahan suhu lingkungan yang dapat diikuti oleh suhu tubuh ikan maksimum 50 C. Atas dasar kemampuan tubuh ikan inilah maka perbedaan suhu lingkungan antara minimum dan maksimum tidak boleh melebihi 50 C. Adapun usaha untuk mengantisipasi perbedaan suhu yang terlalu besar didaerah tropika adalah dengan mempergunakan peneduh atau atap , sedangkan didaerah subtropika atau dingin dipakai penutup.
PENDEDERAN
Maksud pendederan adalah untuk membersihkan benih yang telah habis kuning telurnya. Pendederan ini dilakukan dalam kolam  yang sudah dipersiapkan untuk mendapatkan benih yang ukurannya lumayan besar. Pendederan biasanya terdiri dari beberapa tingkat, misalnya pendederan I, pendederan II, pendederan III. Waktunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi misalnya kesuburan kolam dan jenis ikan. Sebelum penebaran benih perlu dilakukan persiapan teradap kolam yang akan ditebar yaitu: Kolam harus dikeringkan terlebih dahulu dengan tujuan untuk mematikan hama dan penyakit sekaligus menaikan pH tanah. Bila tanah dirasakan terlalu asam, bisa juga pada saat pengeringan ini dilakukan pengapuran kolam. Kapur yang digunakan adalah kapur tohor dengan dosis pengapuran 1,5 kg untuk setiap 100 m2  luas kolam. Kapur disebarkan merata pada dasar kolam. Selain kapur  air kolam juga harus dipupuk dengan pupuk kandang atau kotoran atau bekas makanan hewan sebagai bahan utama penumbuh makanan alami ikan. Pupuk yang dipakai boleh kotoran ayam itik ,sapi , kerbau kambing, dan bisa juga kita menggunakan pupuk kimia seperi TSP, Urea
Ketinggian air dalam kolam pendederan biasanya berkisar 30-40 cm, untuk kolam  seluas 2500 m2, ada juga yang mengisi air kolam ini secara bertahap yang biasanya dilakukan pada kolam yang relatif sempit (25-50 m2). Mula-mula air dimasukan  hanya setinggi 10 cm kemudian secara bertahap ketinggiannya daitambah. Benih dimasukan seminggu atau 10 hari sejak air dimasukkan, dengan harapan pupuk sudah terurai dan kolam sudah tersedia makan alami bagi benih . Pendederan pertama bisa ditebarkan benih sebanyak 20-40 ekor/m2 luas kolam . Jika kolam yang dipakai 250 m2 maka untuk tahaf awal bisa ditebarkan sebanyak 5000-10000 ekor benih. Jika kolam yang dipakai hanya seluas 50 m2 maka kapasitas benih hanya berkisar anatar 1000-2000 ekor pada kolam yang hanya 50 m2 Pertama kali tinggi air pada tahap penebaran benih hanya 10 cm. Setelah 10-14 hari ketinggian air ditambah hingga 20 cm, dan pada jangka waktu yang sama ditambah lagi ketinggiannya hingga mencapai 30-40 cm. Penambahan air disesuaikan dengan tingkat pertumbuah  benih. Selama pendederan benih pertama ini benih gurami bisa diberi makanan tambahan berupa rayap atau telur semut merah. Penambahan makanan biasanya diberikan setelah benih 2 minggu berada dikolam pendederan. Bisa juga ikan diberikan makanan tambahan berupa remah yaitu pellet yang dihancurkan dengan mesin/alat pencetak pellet. Selama pendederan pemasukan air bukanlah suatu keharusan. Pendederan kedua bisa dilakukan pada kolam yang lebih luas atau yang ukurannya sama dengan ukuran kolam pendederan yang pertama. Dengan pendederan kedua diharapkan dalam jangka waktu 3 bulan benih yang semula panjannya hanya 2-3 cm  mampu tumbuh hingga mencapai ukuran 5-8 cm. Pada pendederan kedua bisa di berikan pakan seperti matalele, daun keladi, daun pepaya, dan daun lainnya. Bisa juga diberikan remah, bungkil dan dedak.
PEMANENAN
Pemanenan benih dengan terlebih dahulu mengurangi air kolam. sehari sebelumnya kita turun kekolam untuk menaikkan lumpur yang tidak sengaja masuk mendangkalkan kemalir. Dengan menggunakan kaki kiri dan kanan secara bergantian maka lumpur yang menutupi bagian dalam kemalir kita singkirkan keatas kiri dan kanan kemalir. Pada saat air surut maka kemalir sudah cukup dalam dan tidak berlumpur lagi. Benih ditangkap dengan menggunakan seser, (tangguk). Benih yang tertangkap dimasukkkan kedalam paso atau tahang kayu yang telah berisi air selanjutnya benih dipindah kekolam pemberokan. Kolam pemberokan ditutup atasnya agar benih terlindung dari sengatan panas matahari.CARA MENDISTRIBUSIKAN HASIL PRODUKSI PEMBIBITAN IKAN GURAME
Salah satu kendala dalam budidaya ikan gurame khususnya pembibitan dalaha untuk mengirim/distibusi hasil kegiatan pembibitan tersebut. Proses pengangkutan bibit ikan dilakukan secermat mungkin untuk meminimalkan tingkat gangguan yang mungkin timbul akibat pengaruh perubahan lingkungan yang tiba-tiba atau karena proses pemuatan yang kurang hati-hati  yang dapat menyebabkan bibit ikan menjadi stress.
Selain itu untuk menghindari tingkat stress yang lebih tinggi maka pemindahan bibit ikan dari lokasi kolam pemeliharaan sedapat mungkin tidak dilakukan pada saat kondisi terik sinar matahari. Pemindahan bibit ikan hanya dilakukan pada pagi atau sore hari  dan disaat kondisi cuaca masih cukup bagus (tidak hujan). Mengingat jumlah bibit ikan yang dikirim kali ini cukup besar maka proses pengiriman pun dilaksanakan dalam beberapa tahap dimana dalam setiap tahap pengiriman dapat berlangsung 1 atau 2 kali pengangkutan. Pengiriman tahap pertama terdiri dari 2,5 kwintal bibit ikan gurame berukuran 3 - 4 ekor per kilogram yang kemudian  diteruskan dengan pengiriman 4000 ekor bibit gurame ukuran '3 jari' di tahap kedua dan 3000 ekor bibit gurame ukuran 'jempolan' (13-15 ekor/ kg) di tahap ketiga.
Seperti pengiriman bibit ikan sebelumnya, proses pengiriman kali ini pun dilakukan dengan menggunakan drum-drum plastik terbuka berisi air yang berasal dari masing-masing kolam tempat dimana bibit ikan gurame ini semula dipelihara. Untuk menjaga agar bibit ikan yang terkirim tetap dalam keadaan prima saat tiba di tempat tujuan maka kepadatan ikan dalam setiap drum perlu dibatasi. Masing-masing drum hanya diisi 60 - 70 ekor bibit ikan gurame (ukuran 3 - 4 ekor/ kg) sedangkan untuk yang berukuran '3 jari' dapat dimuat hingga 80 - 90 ekor per drum. Pada setiap drum perlu disertakan pula beberapa tanaman apung seperti kangkung air ataupun apu-apu yang dapat membantu menjaga tingkat kelembaban dan kesegaran air selama proses pengiriman.
Jenis tanaman air yang dimasukkan dalam setiap drum selalu disesuaikan dengan jenis tanaman yang ada lingkungan air kolam dimana bibit ikan berasal. Dengan demikian  diharapkan bibit ikan tetap merasa nyaman saat proses pemindahan dan pengangkutan  menuju lokasi kolam yang baru. Untuk mencegah kemungkinan adanya bibit ikan yang melompat keluar dari drum selama berlangsungnya proses pengiriman maka drum-drum plastik tersebut perlu diberi bahan penutup berupa jaring yang diatur sedemikian rupa sehingga permukaan air dalam setiap drum dapat terlindungi dengan baik namun masih dimungkinkan terjadinya pertukaran udara.
Setiba di lokasi tujuan, setiap drum berisi bibit ikan ukuran '3 jari' ini lantas ditimbang dan dicatat berat kotornya kemudian dibawa menuju kolam-kolam tebar yang telah disiapkan. Saat proses penebaran berlangsung jumlah bibit ikan yang dikeluarkan dari setiap drum kembali dicatat guna dicocokkan dengan data pengiriman. Masing-masing drum yang telah dikeluarkan bibit ikannya kemudian ditimbang kembali. Dengan demikian maka berat bibit ikan dalam setiap drum dapat diketahui dengan mengurangkan berat drum berikut air dan tanaman apungnya (setelah bibit ikan dikeluarkan) terhadap berat kotornya mula-mula. Demikian seterusnya hingga seluruh bibit ikan gurame ini selesai ditebarkan.
PUSTAKA
Susanto, Heru. 2003. Budidaya Ikan Gurame. Kanisius: Jakarta
Sitanggang,M.dan B,Suwarno.2003. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya: Jakarta
Jangkaru,Zulkifli.1999. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya: Jakarta

Wednesday, July 15, 2015

MENGENAL IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) YELLOW FIN TUNA

July 15, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 3 comments
Klasifikasi, Jenis Dan Deskripsi Ikan Tuna – negara kita memang kaya akan hasil laut, terbukti dengan melimpah ruahnya hasil tangkapan laut kita. bahkan tak jarang kita mengoskpor hasil tangkapan laut hingga ke amerika dan negara negara besar lainya. Laut kita adalah surga bagi para nelayan, karena segala jenis ikan ada di dalam nya, mulai dari ikan paus, ikan lumba lumba, hingga berbagai jenis ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. ikan tuna terdiri dari beberapa jenis ikan , di antaranya adalah ikan tuna sirip kuning, ikan cakalang, ikan tongkol dan juga ikan bandeng. Dan sekarang kita akan memberikan penjelasanya untuk anda , selamat menyimak
Klasifikasi Ikan Tuna
1. Ikan Tuna Sirip Kuning
Klasifikasi
Kingdom     : Animalia
Phylum        : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Classis         : Teleostei
Sub Classis  : Actinopterygii
Ordo            : Perciformes
Familia        : Scombridae
Genus          : Thunnus
Spesies       : Thunnus alalungaSeputarikan Ikan  tuna sirip kuning (Thunnus albacares) adalah spesies tuna yang ditemukan di perairan pelagik samudera tropis dan subtropis di seluruh dunia. Ikan  tuna sirip kuning atau akrab di sebut yellowfin tuna sering dipasarkan di Hawaii, nama juga digunakan di sana untuk bigeye tuna terkait erat. Nama spesies, albacares ("daging putih") dapat juga menyebabkan kebingungan:. Dalam bahasa Inggris tuna albacore ( Thunnus alalunga) adalah spesies yang berbeda, sedangkan kuning secara resmi ditetapkan albacore dalam bahasa Prancis dan disebut sebagai Albacora oleh nelayan Portugis.
Karakteristik
Yellowfin tuna adalah salah satu spesies tuna yang lebih besar, mencapai bobot lebih dari 180 kg, tetapi secara umum lebih kecil dari tuna sirip biru Atlantik dan Pasifik, yang bisa mencapai lebih dari 450 kg, dan sedikit lebih kecil dari bigeye tuna dan tuna sirip biru selatan.
Sirip punggung dan perut yang panjang menjadi ciri khas yellowfin tuna, berwarna kuning cerah, memberi ikan ini nama umum nya. kedua sirip bisa sangat panjang dalam spesimen dewasa, mencapai hampir melebihi panjang ekor dan terlihat seperti sabit atau pedang. Sirip dada juga lebih panjang daripada tuna sirip biru, tapi tidak sepanjang dari albacore tersebut. Bagian utama adalah biru metalik sangat gelap, berubah menjadi perak di perut, yang memiliki sekitar 20 garis vertikal.
Biologi
Ukuran di ketahui dalam literatur berkisar panjang 2,4 m dan 200 kg  beratnya. The International Game Fish Association (IGFA) rekor untuk spesies ini berdiri di 176 kg, untuk ikan yang ditangkap pada tahun 1977 di dekat San Benedicto Pulau di perairan Pasifik Meksiko. Pada tahun 2010, sebuah yellowfin 184-kg tertangkap di lepas ujung Meksiko Baja Peninsula, 2,2 meter panjang dengan ketebalan 1,5 m. Hasil tangkapan masih menunggu verifikasi oleh IGFA. Pada tahun 2012, seorang nelayan di Baja California menangkap 193-kg sirip kuning. Jika tangkapan dikonfirmasi oleh IGFA, nelayan akan menerima hadiah sebesar $ 1 juta.
Yellowfin tuna adalah ikan epipelagic yang menghuni lapisan permukaan campuran dari laut di atas termoklin. Pelacakan Sonic telah menemukan bahwa yellowfin tuna, bigeye tuna tidak seperti yellowfin tuna, sebagian besar berkisar di atas 100 m dan menembus termoklin relatif jarang, mereka mampu menyelam sampai kedalaman yang cukup. menghabiskan 85% dari waktu di kedalaman dangkal dari 75 m  namun tercatat sudah membuat tiga menyelam untuk 578 m, 982 m dan 1.160 m.
Penurunan Ukuran Dewasa yang Matang Gonad Tuna Sirip Kuning
Di Samudera  Hindia dan Fasifik
Ukuran panjang untuk pertama kali matang gonad pada ikan atau First maturity length, merupakan salah satu acuan utama dalam menentukan ukuran ikan yang layak tangkap.  Meskipun di Indonesia belum ada peraturan dari pemerintah mengenai ukuran ikan yang boleh ditangkap atau ukuran boleh tangkap (UBT) untuk setiap jenis ikan, tetapi informasi UBT seharusnya sudah dapat disosialisasikan berdasarkan data hasil penelitian.  Informasi UBT harus selalu dimutakhirkan karena ukuran ikan berubah sesuai kondisi lingkungannya.  Salah satu kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan ukuran matang gonad ikan untuk acuan UBT adalah tekanan akibat penangkapan yang berlebih (over fishing).  Karena populasi yang semakin berkurang oleh mortalitas penangkapan, maka secara alami ada tuntutan melanjutkan generasi, sehingga suatu jenis ikan akan dewasa lebih cepat secara alami dengan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran induk sebelumnya. Salah satu jenis ikan ekonomis penting yang telah diteliti pada beberapa lokasi di bagian tuna sirip kuning Pasifik dan Hindia adalah tuna sirip kuning.  Meskipun belum ada data yang memadai mengenai ukuran pertama kali matang gonad ikan tuna sirip kuning di Indonesia, tetapi beberapa hasil penelitian tersebut dapat mewakili kondisi di Indonesia karena posisi geografis yang di antara tuna sirip kuning Pasifik dan Hindia.
Jumlah sampel tuna sirip kuning yang diteliti bervariasi yaitu 495 sampai 3.535 ekor, dengan lama penelitian juga bervariasi yaitu beberapa bulan pada musim puncak penangkapan sampai 3 tahun.  Metode pengukurannya adalah mengamati tingkat kematangan gonad (TKG) ikan sampel dan beberapa pengukuran karakter biologis lainnya.  Umumnya penelitian ini dilakukan disepanjang ekuator atau samudra Pasifik dan Hindia yang beriklim tropis, kondisinya kurang lebih sama dengan perairan laut Indonesia.  Dan kemungkinan besar ikan tuna sirip kuning yang diteliti tersebut adalah tuna yang akan dan telah bermigrasi melewati perairan Indonesia, yaitu dari Pasifik pada bagian timur dan utara Indonesia menuju Hindia bagian selatan dan barat Indonesia.
Data yang dikumpulkan tersebut merupakan hasil penelitian dilaksanakan mulai tahun 1989 – 2010.  Jadi ada tren data selama 21 tahun.  Jika data ukuran Lm tersebut diregresikan secara sederhana dengan hanya mengambil ukuran Lm terbesar pada tahun yang sama, maka tren ukuran Lm dapat dilihat pada gambar grafik berikut:
Penurunan ukuran Lm dapat dilihat pada grafik trendline di atas dan nilai regresi yang positif (0,3556) yang menunjukkan hubungan linier penurunan Lm dari tahun ke tahun.  Penurunan ukuran induk ikan tuna sirip kuning dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya jumlah makanan yang tidak mencukupi, sifat genetik yang berubah, penyakit dan tekanan eksploitasi yang menurunkan jumlah populasi sehingga harus memijah lebih cepat.  Sumber tulisan ini belum mengkaji faktor-faktor ini, tetapi asumsi yang paling memungkinkan terjadi adalah penurunan ukuran ini disebabkan oleh tekanan eksploitasi ikan tuna secara besar-besaran yang terjadi selama dua dekade terakhir.  Penangkapan tuna semakin massif di seluruh bagian lautan di seluruh dunia, mulai dari daerah perairan laut dekat pesisir oleh nelayan kecil sampai bagian samudera yang luas dan terjauh oleh kapal-kapal tuna longline besar. 
Penangkapan ikan tuna dilakukan hampir setiap hari sepanjang tahun, dimana sebagian besar belum dibatasi ukuran, jumlah dan lokasinya.  Berdasarkan hal ini, pengaturan penangkapan ikan tuna oleh pemerintah semakin dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan stok dan kesinambungan mata pencaharian nelayan, khususnya di Indonesia.  Data ini dapat memberikan gambaran dan informasi awal mengenai UBT ikan tuna sirip kuning di Indonesia.  Data hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya penurunan ukuran dewasa yang matang gonad dari tahun ke tahun.  Berikut ini adalah data First maturity length(Lm) berdasarkan ukuran panjang cagak atau fork length (FL) dari hasil beberapa penelitian biologi reproduksi ikan tuna sirip kuning yang tertangkap di tuna sirip kuning Pasifik dan Hindia, beserta peneliti dan waktu penelitiannya.

Tuesday, July 14, 2015

MENGENAL IKAN BARONANG ( Siganus canaliculatus )

July 14, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 1 comment
Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi ikan baronang menurut Kuiter (1992) adalah :
Kingdom
: Animalia
Filum    
: Chordata
Kelas    
: Pisces
Sub kelas
: Teleostei
Ordo     
: Perciformes
Famili 
: Siganidae
Genus 
: Siganus
Spesies 
: S. canaliculatus (Park, 1797)
Nama Lokal
: Samadar, Muriat
Ikan baronang dapat dikenal dengan mudah karena bentuknya yang khas, yaitu kepalanya berbentuk seperti kelinci, sehingga ikan ini disebut juga rabbitfish (Woodland 1990). Ikan baronang berukuran kecil sampai sedang, mendiami perairan panas Indo Pasifik (Munro 1967 dalam Merta 1980). Jari-jari sirip pada sirip punggung, anal dan perut mempunyai kelenjar-kelenjar racun. Ikan baronang termasuk famili Siganidae dengan tanda-tanda khusus diantaranya, bentuk tubuh
oval sampai lonjong, pipih, tinggi sampai ramping. Dilindungi oleh sisik-sisik lingkaran yang berukuran kecil dan memanjang, mulut kecil posisinya terminal. Rahang dilengkapi dengan deret gigi-gigi yang ramping, gigi seperti mata gunting pemotong. Punggungnya dilengkapi sebuah duri tajam mengarah kedepan antara neural pertama dan biasanya tertanam dibawah kulit. Duri-duri dilengkapi kelenjar atau  racun pada ujungnya. Sirip punggung dengan 13 jari-jari keras dan 10  jari-jari lemah. Sirip dubur dengan 7 jari-jari keras dan 9 jari-jari lemah. Sirip dada dengan 1 jari-jari keras di masing-masing sisi serta 3 jari lemah (Allen 1997). 
Jenis Siganus guttatus mempunyai tubuh berwarna abu-abu kebiruan dengan bagian berwarna keperakan dengan beberapa bintik sebesar bola mata berwarna orange. Bercak besar berwarna kuning terdapat di bawah sirip punggung, sirip ekor, bagian punggung yang lunak dan sirip dubur memiliki deretan berwarna gelap. Lebar badan baronang jenis S. guttatus sekitar 1,8 – 2,3 lebih pendek dari panjang standar. Diantara jenis baronang, baronang Siganus guttatus tergolong yang berukuran besar, yaitu lebih dari 1 kg, paling cepat pertumbuhannya dibanding jenis lain (Woodland 1990).
Menurut Woodland  (1990), bentuk morfologi Siganus canaliculatus  adalah
Baronang juga mampu berubah warna dengan cepat untuk menghindar dari bahaya. Warna baronang juga dapat berubah karena pengaruh kondisi lingkungan. Ikan baronang yang hidup di laut mempunyai warna tubuh yang lebih cerah dibanding baronang yang hidup di tambak (Merta 1980).
Distribusi Ikan Baronang
Gundermann et al. (1983) menyatakan bahwa ikan famili Siganidae menempati sebaran habitat yang luas pada daerah pesisir tropis sampai subtropis di Samudera Hindia dan Pasifik Barat. Pada umumnya ikan baronang hidup terutama di sekitar ekosistem terumbu karang, ekosistem yang banyak ditumbuhi lamun dan rumput laut. Kadang-kadang didapatkan juga di daerah hutan bakau, bahkan di pelabuhan yang pada umumnya telah tercemar (Ranoemihardjo 1985 dalam Marasabessy 1991). Beberapa jenis baronang yaitu S. guttatus dan            
S. vermiculatus dapat hidup masuk ke perairan sungai dan danau (Setyono dan Susetiono 1990).
Ikan baronang sensitif terhadap perubahan lingkungan yang drastis terutama suhu dan salinitas serta kadar oksigen yang rendah. Ikan baronang juga sangat peka terhadap gerakan di sekitarnya. Baronang bersifat fototaksis positif, tertarik pada sinar atau cahaya.
Daya toleransi S. canaliculatus terhadap perubahan salinitas 5‰ dengan kisaran temperatur 25-34 0C. Ikan S. canaliculatus sangat sensitif terhadap kandungan oksigen terlarut di bawah 2 ppm, dan pH diatas 9 (Lam 1974). Umumnya Siganidae hidup di kedalaman air kurang dari 15 meter dan diperkirakan ada 19 jenis ikan baronang yang hidup di perairan Indonesia atau sekitar 70,4% dari total jenis spesies ikan baronang yang ada di dunia (Woodland 1990).
Kebiasaan Makanan
Berdasarkan berbagai macam makanan yang dimakan, secara garis besar ikan dapat digolongkan menjadi herbivor, karnivora, predator, pemakan plankton, pemakan detritus dan lain sebagainya, tetapi kenyataan dilapangan menunjukkan adanya ikan yang memakan semua jenis makanan yang terdapat di lingkungan ikan baronang berada (Mujiman 1984).
Lam (1974) menyatakan bahwa Siganidae merupakan ikan herbivor. Ikan baronang sesuai dengan morfologis dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulut yang berukuran kecil, dinding lambung agak tebal, usus halus panjang dan mempunyai permukaan yang luas, sehingga ikan ini termasuk pemakan tumbuhtumbuhan. Apabila dibudidayakan, ikan baronang mampu memakan makanan apa saja yang diberikan seperti pakan buatan (Marasabessy 1991). Pada umumnya ikan mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap makanan dan dalam memanfaatkan makanan yang tersedia (Azis 1989).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diluar negeri maupun di Indonesia, makanan ikan baronang antara lain lamun (seagrass) dari jenis Enhalus dan Halophilla (Martosewojo et al. 1983 dalam Munira 2010). Hal ini juga dikemukakan oleh Merta (1980) bahwa ternyata dari hasil penelitiannya di Teluk Banten, ditemukan dalam isi perut semua jenis ikan Siganus spp. terdapat fragmen lamun. Dari hasil analisa isi lambung S. spinus ditemukan 22 spesies alga dengan tingkat preferensi yang tinggi adalah Enteromorpha compressa, Murayella perichlados, Chondria repens, Cladophoropsis membranacea, Acanthopora spiciferadan Centroceras clavulatum (Bryan 1975 dalam Munira 2010). Supratomo (2000) dalam penelitian di Teluk Hurun Lampung ditemukan jenis makanan S. gutattus berupa daun lamun, Gracilaria sp., Sargassum sp. dan alga tidak teridentifikasi, sedangkan jenis S. canaliculatus yaitu Padina sp., Eucheuma sp., daun lamun dan detritus.
Reproduksi
S.canaliculatus jantan mencapai dewasa pada ukuran 11-14 cm dan betina 13-21 cm. Musim pemijahan S.canaliculatus berlangsung sekitar Januari hingga April dan puncaknya pada bulan Februari sampai Maret serta musim kedua pada bulan Juli hingga Oktober. Berdasarkan fase bulan, S. gutattus memijah sekitar fase seperempat bulan pertama di bulan Juni dan Juli, sedangkan S. canaliculatus dan S. spinus memijah sekitar fase bulan baru dari April sampai Juni dan dari bulan Mei sampai Juli (Harahap et al. 2001 dalam Munira 2010). Hal ini menunjukkan bahwa fase atau umur bulan adalah pemicu dalam aktivitas reproduksi bagi ikan Siganidae. 
Ciri Morfometrik
Karakter morfologis (morfometrik dan meristik) telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total dan panjang baku. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Tiap spesies mempunyai ukuran mutlak yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh umur, jenis kelamin dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan misalnya makanan, suhu, pH dan salinitas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan (Affandi et al. 1992 dalam Irwan 2008). 
Menurut Affandi et al. (1992) dalam Irwan (2008) ada 26 karakter morfometrik yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi ikan diantaranya panjang total, panjang ke pangkal cabang sirip ekor, panjang baku, panjang kepala, panjang bagian di depan sirip punggung, panjang dasar sirip punggung dan sirip dubur, panjang batang ekor, tinggi badan, tinggi batang ekor, tinggi kepala, lebar kepala, lebar badan, tinggi sirip punggung dan sirip dubur, panjang sirip dada dan sirip perut, panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang, panjang jari-jari keras dan jari-jari lemah, panjang hidung, panjang ruang antar mata, lebar mata, panjang bagian kepala di belakang mata, tinggi di bawah mata, panjang antara mata dengan sudut preoperkulum, tinggi pipi, panjang rahang atas, panjang rahang bawah, dan lebar bukaan mulut. 
Habitat Ikan Baronang
Ekosistem Terumbu Karang
Salah satu ekosistem yang mempunyai produktivitas tinggi adalah terumbu karang. Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas di daerah tropis dan sering digunakan untuk menentukan batas lingkungan perairan tropis dengan subtropis  maupun kutub. Ekosistem terumbu karang  mempunyai sifat yang sangat menonjol yaitu mempunyai produktivitas dan keanekaragaman jenis biota yang tinggi. Besarnya produktivitas yang dimiliki terumbu karang disebabkan adanya pendaur ulang zat-zat hara melewati proses hayati secara efisien. Ekosistem terumbu karang ditandai dengan perairan yang hangat dan jernih, produktif dan kaya kalsium karbonat (CaCO3) (Nontji 1987).
Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik sangat tinggi. Dapat dianalogikan terumbu karang seperti oasis di padang pasir, yang memiliki keanekaragaman biota laut yang kaya. Terumbu karang selain berfungsi sebagai habitat bagi biota-biota laut, juga berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus. Terumbu karang juga merupakan salah satu komponen utama sumberdaya perairan laut (Nontji 1987). 
Ekosistem terumbu karang adalah unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, kedalaman, eutrofikasi dan cahaya. Perkembangan karang yang paling optimal terjadi di perairan yang rata-rata suhu tahunannya    23 – 25 ÂșC.Terumbu karang juga dibatasi oleh kedalaman, kebanyakan hewan karang tumbuh pada kedalaman 25 m atau kurang. Cahaya adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan karang. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan bersama dengan itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang (Nybakken 1992).
Berdasarkan kebutuhan akan cahaya, karang di bagi dua kelompok besar yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik. Karang hermatipik menghasilkan terumbu (reef) sedangkan karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu (Nybakken 1992). Kemampuan menghasilkan terumbu ini disebabkan oleh adanya sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis di dalam jaringan karang hermatipik. Sel-sel tumbuhan ini dinamakan zooxanthellae. Zoonxanthellae mempengaruhi laju penumpukan zat kapur oleh polip karang (Thamrin 2006).
Terumbu karang menyediakan berbagai manfaat langsung maupun tidak langsung. Menurut Nontji 1987 sebagai sumberdaya hayati terumbu karang dapat pula menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomis yang penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, kerang mutiara. Bersama dengan ekosistem pesisir lainnya menyediakan makanan dan merupakan tempat berpijah bagi berbagai jenis biota laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Ekosistem Padang Lamun
Padang lamun merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi perairan wilayah pesisir. Secara taksonomi lamun termasuk kelompok Angiospermae yang hidupnya terbatas pada lingkungan laut dan umumnya hidup diperairan dangkal pesisir. Lamun tumbuh dan berkembang di lingkungan perairan pesisir  mulai dari daerah pasang surut sampai kedalaman 40 meter (Kiswara 1997). Tumbuhan lamun memiliki struktur morfologis yang terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.
Lamun juga memiliki sistem perakaran yang nyata, dedaunan, berbunga, dan sistem transportasi internal untuk gas dan nutrien, serta stomata yang berfungsi dalam pertukaran gas dan nutrien. Akar pada tumbuhan lamun tidakberfungsi penting dalam pengambilan air, karena daun dapat menyerap secara langsung nutrien dari dalam air laut. Tumbuhan lamun dapat menyerap nutrient dan melakukan fiksasi nitrogen melalui tudung akar (McKenzie & Yoshida 2009). 
Lamun mempunyai bentuk tanaman yang sama halnya seperti rumput di daratan, yaitu mempunyai bagian tanaman seperti rimpang yang menjalar, tunas tegak, seludang atau pelepah daun, helaian daun, bunga dan buah. Bentuk vegetatif lamun mempunyai keseragaman yang tinggi. Hampir semua jenis lamun mempunyai rimpang yang berkembang baik dan bentuk helaian daun yang memanjang (linear) atau bentuk sangat panjang seperti pita dan ikat pinggang, kecuali pada marga Halophila yang umumnya berbentuk bulat telur atau lonjong (Lanyon 1986 dalam Kiswara 2009).
Den Hartog (1970); Phillips dan Menez (1988) menyatakan bahwa tumbuhan lamun memiliki beberapa sifat yang memungkinkan dapat berhasil hidup di laut, antara lain :
1. Mampu hidup di media asin.
2. Mampu berfungsi normal di bawah permukaan air.
3. Mempunyai sistem berkembang biak.
4. Mampu melaksanakan daur generatif dalam air.
5. Mampu berkompetisi dengan organisme lain dalam lingkungan air laut.
Kemampuan adaptasi lamun yang cukup baik tersebut menyebabkan lamun memiliki penyebaran yang luas. Komunitas lamun umumnya terdapat pada daerah mid-interidal sampai kedalaman 50-60 m, dan biasanya sangat melimpah di daerah sublitoral. Lamun dapat hidup pada semua tipe substrat, mulai dari lumpur sampai batu-batuan, tetapi lamun yang luas dijumpai pada substrat lunak (Nybakken 1997).
Menurut Nybakken (1988), fungsi ekologis padang lamun adalah :            (1) sumber utama produktivitas primer, (2) sumber makanan bagi organisme dalam bentuk detritus, (3) penstabil  dasar  perairan  dengan  sistem  perakarannya   yang  dapat  sebagai perangkap sedimen  (trapping  sediment),  (4) tempat  berlindung  bagi  biota  laut,  (5) tempat perkembangbiakan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground), serta sumber makanan  (feeding  ground)  bagi  biota-biota  perairan  laut, (6) pelindung  pantai dengan  cara  meredam  arus,   
(7) penghasil  oksigen  dan  mereduksi  CO2  di  dasar perairan.
Alat Tangkap Ikan Baronang
Alat  penangkapan ikan di Indonesia dibagi atas sepuluh jenis alat tangkap yaitu trawl, pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, pancing, perangkap, alat pengumpul kerang dan rumput laut, muroami, dan alat tangkap lainnya (Sudirman dan Mallawa 2004). Alat tangkap yang banyak digunakan nelayan di perairan Kepulauan Seribu khususnya dalam penangkapan ikan baronang yaitu, menggunakan alat tangkap perangkap (bubu dasar) dan jaring.
Bubu adalah alat tangkap yang sudah lama dikenal oleh nelayan, terutama untuk menangkap sumber daya ikan di perairan. Bubu dibuat dari anyaman bambu, anyaman rotan, dan anyaman kawat. Bentuknya ada yang seperti silinder, setengah lingkaran, empat persegi panjang atau segitiga memanjang. Bubu termasuk alat tangkap yang pasif, biaya pembuatannya relatif murah dan mudah dalam pengoperasian (Subani dan Barus 1989).
Dalam pengoperasiannya dapat memakai umpan atau tanpa umpan, selain itu alat tangkap bubu biasanya digunakan pada daerah karang. Umumnya bubu yang digunakan terdiri dari tiga bagian yaitu badan atau tubuh bubu, lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan, dan mulut bubu (Sudirman dan Mallawa 2004).
Alat tangkap selain bubu yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan baronang di perairan Kepulauan Seribu adalah jaring lingkar (Surrounding Gill Net). Alat tangkap jaring lingkar biasanya digunakan untuk menangkap ikan di daerah lamun, pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan ikan dengan jaring, antara lain untuk menghadang arah lari ikan. Agar gerombolan ikan dapat dilingkari atau ditangkap dengan sempurna, maka bentuk jaring sewaktu operasi dapat membentuk lingkaran, setengah lingkaran, bentuk huruf V atau U, bengkok seperti alur gerombolan ikan (Sudirman dan Mallawa 2004).
Pertumbuhan
Pertumbuhan pada tingkat individu dapat diartikan sebagai pertambahan ukuran panjang atau bobot dari suatu organisme selama waktu tertentu, sedangkan pertumbuhan populasi sebagai pertambahan jumlah individu. Pertumbuhan merupakan proses biologis yang kompleks, sangat dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar seperti jumlah pakan yang tersedia, jumlah ikan-ikan lain yang memanfaatkan sumber-sumber pakan yang sama dan kualitas air. Faktor dalam seperti umur, ukuran dan jenis ikan itu sendiri. Faktor yang umumnya sukar dikontrol adalah keturunan, seks, umur, parasit dan penyakit.
Ricker (1975) menyatakan bahwa terdapat dua macam pola pertumbuhan ikan yaitu pola pertumbuhan isometrik dan allometrik. Isometrik apabila pertumbuhan bobot seimbang dengan pertambahan panjang ikan dan pola pertumbuhan allometrik apabila pertumbuhan bobot tidak seimbang dengan pertambahan panjang ikan.
Studi tentang pertumbuhan pada dasarnya ditujukan untuk menentukan ukuran badan ikan sebagai fungsi dan waktu. Untuk menghitung pertumbuhan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan ukuran panjang tubuh atau bobot tubuh. Di daerah tropis, aspek pertumbuhan ikan yang dipelajari paling banyak mempergunakan pendekatan frekuensi panjang. Analisa frekuensi panjang ini akan mendistribusikan jumlah ikan dalam setiap kelompok panjang. Tahap-tahap dalam menganalisis data ukuran panjang meliputi penentuan selang kelas ukuran panjang dari ikan, menentukan frekuensi panjang masing-masing kelas ukuran dan menentukan nilai tengah dari kelas ukuran panjang (Walpole 1992). Sebaran data frekuensi panjang yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk  pendugaan umur ikan. Berdasarkan data panjang dapat ditentukan panjang ikan maksimum (L∞) dan koefisien pertumbuhan (K). Hubungan umur dengan panjang ikan dapat dikonversi untuk mendapatkan data komposisi umur. Kemudian data komposisi umur digunakan dalam pendugaan parameter pertumbuhan ikan (Sparre dan Venema 1999).
sebagai berikut: (a) bentuk badan pipih, ramping, bentuk kepala sedikit cekung dibagian atas mata. Lubang hidung depan dengan sebuah lipatan kecil berwarna gelap, (b) sisiknya kecil-kecil dan tipis, (c) punggung berwarna sedikit coklat atau kehijau-hijauan. Bagian perutnya berwarna keperakan. Tanda-tanda gelap keabu-abuan (dapat berupa bintik atau garis terdapat pada sirip punggung, dubur dan ekor, (d) dapat mencapai panjang maksimum kurang lebih 25 cm.