Udang galah salah satu dari sekian banyak jenis udang yang ada di Indonesia
1. Taksonomi Udang Galah
Udang galah memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Malacostraca
Subclass : Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Pleocyemata
Infra ordo : Caridea
Superfamily : Palemonoidea
Family : Palaemonidae
Genus : Macrobrachium
Species : Macrobrachium rosenbergii (de Man 1879) (Ali, 2009)
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) memiliki nama asing giant river prawn (Carpenter and Niem, 1998) dan dikenal dengan nama baby lobster. Di berbagai daerah di Indonesia, udan galah dikenal dengan berbagai nama. Di Riau dan sebagian Sumatera ia dikenal dengan udang galah, udang satang di Jawa dan Sunda dan udang watang di wilayah Sumatera (Khairuman dan Amri, 2006).
2. Morfologi Udang Galah
Udang galah (Macrobrachium roosenbergii de Man) merupakan udang air tawar yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan udang jenis konsumsi lainnya. Pada individu jantan, ukuran kaki jalan kedua berukuran panjang dan besar menyerupai galah, sedangkan pada betina perbedaan ukuran tersebut tidak terlalu mencolok. Ukuran panjang total udang galah dapat mencapai 320 mm pada jantan dan 250 mm pada udang galah betina (Soetarno, 2001). Tubuh udang galah terdiri atas ruas-ruas yang tertutup oleh kulit yang keras yang disebut dengan karapaks. Karapaks tersusun dari zat kitin (Khairuman dan Amri, 2006).
Keterangan :
a : pereopoda ke-2, b : antenulla, c : antena, d : rostrum, e : mata,
f : karapaks, h : abdomen, i : telson, j : pereopoda, l : uropoda
Tubuh udang galah dibagi menjadi tiga bagian yaitu cephalothoraks (kepala dan dada yang menyatu), abdomen (perut) dan ekor (uropoda) (Soetarno, 2001). Pada cephalothoraks terdapat penonjolan karapas yang bergerigi yang disebut rostrum. Rostrum udang galah terangkat ke atas dan panjang. Jumlah gerigi rostrum bagian atas berjumlah antara 11-14 buah dan bagian bawah berjumlah 8-14 buah. Susunan gerigi ini merupakan salah satu kunci identifikasi jenis udang tersebut (Carpenter and Niem, 1998). Pada cephalothoraks, terdapat lima pasang kaki jalan (periopoda). Pada udang galah jantan dewasa pasangan kaki jalan ke-2 tumbuh sangat panjang dan besar, panjangnya dapat mencapai 1,5 kali panjang badannya (Hadie dan Supriyatna, 1988). Pada udang galah betina pertumbuhan kaki jalan ke-2 tidak begitu menyolok.
Pada bagian abdomen terdiri 5 segmen dan di bagian ekor terdapat 1 segmen. Di bagian abdomen, pada setiap segmen dilengkapi dengan sepasang kaki renang (pleopoda). Pada segmen kedua abdomen, pleuronnya menutupi bagian posterior pleuron pertama dan bagian anterior pleuron ketiga. Pada udang galah betina, kaki renang agak melebar dan membentuk ruang untuk mengerami telur (broodchamber). Pada bagian ekor memiliki satu ruas tubuh sebagai pengayuh atau kaki kemudi (uropoda). Pada bagian ini, terdapat tiga bagian yaitu bagian yang runcing dinamakan telson, bagian dalam (endopoda) dan bagian luar (eksopoda) (Khairuman dan Amri, 2006).
Udang galah bersifat heteroseksual, artinya antara individu jantan dan betina dapat dibedakan. Organ reproduksi jantan dinamakan petasma yang berfungsi sebagai alat bantu untuk meletakkan sperma. Petasma terletak berupa tonjolan pada baris pasangan kaki kelima. Sedangkan organ reproduksi betina dinamakan thelicum yang berfungsi untuk menampung atau menyimpan sperma. Thelicum berupa tonjolan pada pasangan kaki jalan ketiga. Pada individu betina, segmen kedua mengalami pemanjangan dan pelebaran yang berfungsi sebagai broodchamber untuk mengerami telur. Waktu matang gonad pada udang betina terlihat jelas berwarna oranye (Khairuman dan Amri, 2006).
Udang Galah Seleksi Individu di Pelabuhan Ratu terbukti bebas Macrobrachium rosenbergii Noda Virus (MrNV) dan tahan terhadap bakteri vibriosis. Udang Galah ini membuka peluang usaha baru bagi pembudidaya serta meningkatkan produksi udang galah nasional.
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan komoditas ikan air tawar yang bernilai ekonomis khususnya di Indonesia. Seiring berkembangnya pariwisata dan beragam kuliner udang galah di Indonesia. Minat masyarakat untuk mengkonsumsi udang galah semakin meningkat. Peluang ekspor juga terbuka karena udang galah diminati oleh pasar mancanegara. Pengembangan udang galah terkendala dengan ketidakberhasilan produksi benih di hatchery akibat infeksi penyakit yang beragam serta kerentanan benih terhadap perubahan lingkungan/kualitas air dan pertumbuhan udang yang lambat pada masa pembesaran di kolam. Kerentanan larva terhadap penyakit dan lingkungan diduga sebagai dampak dari manajemen induk yang salah yang menyebabkan terjadinya inbreeding. Pada umumnya hatchery menggunakan induk dari hasil pembesaran sendiri tanpa memperhatikan kaidah pemuliaan induk yang seharusnya.
Upaya pemulihan kondisi ini terus dilakukan terutama oleh lembaga pemerintah. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi turut terlibat aktif melakukan upaya meningkatkan ketahanan tubuh induk dan benih udang galah. Kini BBPBAT Sukabumi telah memperoleh udang galah jenis baru yang merupakan hasil kegiatan pemuliaan. Udang galah jenis baru ini berasal dari 9 (sembilan) kombinasi persilangan dengan 3 (tiga) strain yakni dari sungai Bone, sungai Mahakam dan sungai Citanduy. Metode seleksi/pemuliaan adalah seleksi individu.
Pada tahun 2007 – 2010 dilakukan koleksi dan domestikasi induk alam, dilanjut tahun 2011 – 2015 dilakukan pembentukan dan seleksi populasi sintetis. Seleksi individu dilakukan di Pelabuhan Ratu, sehingga udang galah jenis baru ini dilepas dengan nama Udang Galah Siratu (Udang Galah Seleksi Individu di Pelabuhan Ratu). Sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 25/Kepmen-Kp/2015 tanggal 16 April 2015.
Keunggulan induk/ benih udang galah Siratu adalah memiliki pertumbuhannya cepat (33.68%), bebas virus MrNV, durasi dan perkembangan larva lebih cepat dari F2, tahan terhadap bakteri vibriosis, sintasan tinggi pada fase pembesaran ≥ 80%, dan toleransi lingkungan (pH, suhu, salinitas) tinggi (≥ 95%). Udang galah Siratu telah diuji dan dihasilkan yakni SPF MrNV dan memiliki tingkat toleransi dan kualitas benih pada salinitas dari 12 ppt ke 0 ppt diperoleh nilai 100 %, suhu dari 25oC ke 18oC diperoleh nilai 99 %, pH dari 7 ke 4 diperoleh nilai 100 % dan formalin 500 ppm diperoleh nilai 100 %.
Berdasarkan aspek teknologi, udang galah Siratu memberikan keuntungan kepada pembudidaya dikarenakan teknologi yang digunakan mudah dan sederhana, namun dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan mengurangi durasi pemeliharaan larva, serta FCR rendah.
Ditinjau dari aspek ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mewujudkan ketahanan pangan di masyarakat. Secara aspek sosial, udang galah Siratu membuka peluang usaha baru bagi masyarakat/pembudidaya. Serta tetap menjaga aspek lingkungan dengan melestarikan flasma nutfah, menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi kegiatan eksploitasi di alam.
Berdasarkan hasil pengujian, maka udang galah Siratu dapat didistribusikan kepada masyarakat sebagai komoditas unggul baru dalam perikanan budidaya guna menunjang peningkatan produksi perikanan budidaya serta peningkatan produksi udang galah nasional, pendapatan, dan kesejahteraan pembudidaya ikan.
Daftar Pustaka :
1. Ali, F. 2009. Mendongkrak Produktivitas Udang Galah hingga 250%. Agromedia pustaka. Jakarta
2. Carpenter, E.K and Volker. R.N. 1998. The Living Marine Resources Of The Western Central Pacific. Vol 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians, Sharks. FAO of United Nations. Rome.
3. Hadie, W. dan Supriatna, J. 1991. Pengembangan Udang Galah dalam Hachery dan Budidaya (Edisi ke-2). Kanisius.Yogyakarta
4. Khairuman dan Amri, K. 2006. Budidaya Udang Galah Secara Intensif. Agromedia pustaka. Jakarta. Hal 9, 11-13,17, 27.
1. Taksonomi Udang Galah
Udang galah memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Malacostraca
Subclass : Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Pleocyemata
Infra ordo : Caridea
Superfamily : Palemonoidea
Family : Palaemonidae
Genus : Macrobrachium
Species : Macrobrachium rosenbergii (de Man 1879) (Ali, 2009)
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) memiliki nama asing giant river prawn (Carpenter and Niem, 1998) dan dikenal dengan nama baby lobster. Di berbagai daerah di Indonesia, udan galah dikenal dengan berbagai nama. Di Riau dan sebagian Sumatera ia dikenal dengan udang galah, udang satang di Jawa dan Sunda dan udang watang di wilayah Sumatera (Khairuman dan Amri, 2006).
2. Morfologi Udang Galah
Udang galah (Macrobrachium roosenbergii de Man) merupakan udang air tawar yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan udang jenis konsumsi lainnya. Pada individu jantan, ukuran kaki jalan kedua berukuran panjang dan besar menyerupai galah, sedangkan pada betina perbedaan ukuran tersebut tidak terlalu mencolok. Ukuran panjang total udang galah dapat mencapai 320 mm pada jantan dan 250 mm pada udang galah betina (Soetarno, 2001). Tubuh udang galah terdiri atas ruas-ruas yang tertutup oleh kulit yang keras yang disebut dengan karapaks. Karapaks tersusun dari zat kitin (Khairuman dan Amri, 2006).
Keterangan :
a : pereopoda ke-2, b : antenulla, c : antena, d : rostrum, e : mata,
f : karapaks, h : abdomen, i : telson, j : pereopoda, l : uropoda
Tubuh udang galah dibagi menjadi tiga bagian yaitu cephalothoraks (kepala dan dada yang menyatu), abdomen (perut) dan ekor (uropoda) (Soetarno, 2001). Pada cephalothoraks terdapat penonjolan karapas yang bergerigi yang disebut rostrum. Rostrum udang galah terangkat ke atas dan panjang. Jumlah gerigi rostrum bagian atas berjumlah antara 11-14 buah dan bagian bawah berjumlah 8-14 buah. Susunan gerigi ini merupakan salah satu kunci identifikasi jenis udang tersebut (Carpenter and Niem, 1998). Pada cephalothoraks, terdapat lima pasang kaki jalan (periopoda). Pada udang galah jantan dewasa pasangan kaki jalan ke-2 tumbuh sangat panjang dan besar, panjangnya dapat mencapai 1,5 kali panjang badannya (Hadie dan Supriyatna, 1988). Pada udang galah betina pertumbuhan kaki jalan ke-2 tidak begitu menyolok.
Pada bagian abdomen terdiri 5 segmen dan di bagian ekor terdapat 1 segmen. Di bagian abdomen, pada setiap segmen dilengkapi dengan sepasang kaki renang (pleopoda). Pada segmen kedua abdomen, pleuronnya menutupi bagian posterior pleuron pertama dan bagian anterior pleuron ketiga. Pada udang galah betina, kaki renang agak melebar dan membentuk ruang untuk mengerami telur (broodchamber). Pada bagian ekor memiliki satu ruas tubuh sebagai pengayuh atau kaki kemudi (uropoda). Pada bagian ini, terdapat tiga bagian yaitu bagian yang runcing dinamakan telson, bagian dalam (endopoda) dan bagian luar (eksopoda) (Khairuman dan Amri, 2006).
Udang galah bersifat heteroseksual, artinya antara individu jantan dan betina dapat dibedakan. Organ reproduksi jantan dinamakan petasma yang berfungsi sebagai alat bantu untuk meletakkan sperma. Petasma terletak berupa tonjolan pada baris pasangan kaki kelima. Sedangkan organ reproduksi betina dinamakan thelicum yang berfungsi untuk menampung atau menyimpan sperma. Thelicum berupa tonjolan pada pasangan kaki jalan ketiga. Pada individu betina, segmen kedua mengalami pemanjangan dan pelebaran yang berfungsi sebagai broodchamber untuk mengerami telur. Waktu matang gonad pada udang betina terlihat jelas berwarna oranye (Khairuman dan Amri, 2006).
Udang Galah Seleksi Individu di Pelabuhan Ratu terbukti bebas Macrobrachium rosenbergii Noda Virus (MrNV) dan tahan terhadap bakteri vibriosis. Udang Galah ini membuka peluang usaha baru bagi pembudidaya serta meningkatkan produksi udang galah nasional.
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan komoditas ikan air tawar yang bernilai ekonomis khususnya di Indonesia. Seiring berkembangnya pariwisata dan beragam kuliner udang galah di Indonesia. Minat masyarakat untuk mengkonsumsi udang galah semakin meningkat. Peluang ekspor juga terbuka karena udang galah diminati oleh pasar mancanegara. Pengembangan udang galah terkendala dengan ketidakberhasilan produksi benih di hatchery akibat infeksi penyakit yang beragam serta kerentanan benih terhadap perubahan lingkungan/kualitas air dan pertumbuhan udang yang lambat pada masa pembesaran di kolam. Kerentanan larva terhadap penyakit dan lingkungan diduga sebagai dampak dari manajemen induk yang salah yang menyebabkan terjadinya inbreeding. Pada umumnya hatchery menggunakan induk dari hasil pembesaran sendiri tanpa memperhatikan kaidah pemuliaan induk yang seharusnya.
Upaya pemulihan kondisi ini terus dilakukan terutama oleh lembaga pemerintah. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi turut terlibat aktif melakukan upaya meningkatkan ketahanan tubuh induk dan benih udang galah. Kini BBPBAT Sukabumi telah memperoleh udang galah jenis baru yang merupakan hasil kegiatan pemuliaan. Udang galah jenis baru ini berasal dari 9 (sembilan) kombinasi persilangan dengan 3 (tiga) strain yakni dari sungai Bone, sungai Mahakam dan sungai Citanduy. Metode seleksi/pemuliaan adalah seleksi individu.
Pada tahun 2007 – 2010 dilakukan koleksi dan domestikasi induk alam, dilanjut tahun 2011 – 2015 dilakukan pembentukan dan seleksi populasi sintetis. Seleksi individu dilakukan di Pelabuhan Ratu, sehingga udang galah jenis baru ini dilepas dengan nama Udang Galah Siratu (Udang Galah Seleksi Individu di Pelabuhan Ratu). Sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 25/Kepmen-Kp/2015 tanggal 16 April 2015.
Keunggulan induk/ benih udang galah Siratu adalah memiliki pertumbuhannya cepat (33.68%), bebas virus MrNV, durasi dan perkembangan larva lebih cepat dari F2, tahan terhadap bakteri vibriosis, sintasan tinggi pada fase pembesaran ≥ 80%, dan toleransi lingkungan (pH, suhu, salinitas) tinggi (≥ 95%). Udang galah Siratu telah diuji dan dihasilkan yakni SPF MrNV dan memiliki tingkat toleransi dan kualitas benih pada salinitas dari 12 ppt ke 0 ppt diperoleh nilai 100 %, suhu dari 25oC ke 18oC diperoleh nilai 99 %, pH dari 7 ke 4 diperoleh nilai 100 % dan formalin 500 ppm diperoleh nilai 100 %.
Berdasarkan aspek teknologi, udang galah Siratu memberikan keuntungan kepada pembudidaya dikarenakan teknologi yang digunakan mudah dan sederhana, namun dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan mengurangi durasi pemeliharaan larva, serta FCR rendah.
Ditinjau dari aspek ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mewujudkan ketahanan pangan di masyarakat. Secara aspek sosial, udang galah Siratu membuka peluang usaha baru bagi masyarakat/pembudidaya. Serta tetap menjaga aspek lingkungan dengan melestarikan flasma nutfah, menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi kegiatan eksploitasi di alam.
Berdasarkan hasil pengujian, maka udang galah Siratu dapat didistribusikan kepada masyarakat sebagai komoditas unggul baru dalam perikanan budidaya guna menunjang peningkatan produksi perikanan budidaya serta peningkatan produksi udang galah nasional, pendapatan, dan kesejahteraan pembudidaya ikan.
Daftar Pustaka :
1. Ali, F. 2009. Mendongkrak Produktivitas Udang Galah hingga 250%. Agromedia pustaka. Jakarta
2. Carpenter, E.K and Volker. R.N. 1998. The Living Marine Resources Of The Western Central Pacific. Vol 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians, Sharks. FAO of United Nations. Rome.
3. Hadie, W. dan Supriatna, J. 1991. Pengembangan Udang Galah dalam Hachery dan Budidaya (Edisi ke-2). Kanisius.Yogyakarta
4. Khairuman dan Amri, K. 2006. Budidaya Udang Galah Secara Intensif. Agromedia pustaka. Jakarta. Hal 9, 11-13,17, 27.
0 comments:
Post a Comment