Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) merupakan ikan air tawar yang cukup popular di Indonesia.
Selain bisa dibudidayakan di kolam dan jakapung berair tawar, beberapa jenis
ikan nila juga bisa dibudidayakan di tambak yang berair payau. Jenis ikan nila
unggul yang layak dilirik pembudidaya untuk dibudidayakan di tambak adalah Nila
Salin dan Nila Srikandi
Ikan Nila Salin merupakan
jenis ikan unggul yang dihasilkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT). Disebut Nila Salin, karena nila jenis ini tahan hidup pada air
salinitas tinggi hingga 20 promil sehingga jenis ikan nila ini layak
dibudidayakan di tambak.
Perekayasa Biologi dan Budidaya
Ikan BPPT Husni Amarullah menuturkan, seleksi awal untuk menemukan Nila
Salin ini memang melalui uji tantang, yakni mengganti air tawar dengan air laut
secara bertahap. Ikan nila yang diuji tersebut merupakan hasil dari proses
seleksi persilangan (dialling crossing) dari delapan varietas ikan
nila yang dimulai pada tahun 2009.
Budidaya ikan nila tidaklah sulit. Ikan nila masih satu kerabat dengan ikan mujair. Kedua ikan ini mempunyai kemiripan sifat. Mudah berkembang biak dan mempunyai kemampuan adaptasi yang baik.
Di alam bebas, ikan nila banyak
ditemukan di perairan air tawar seperti sungai, danau, waduk dan rawa. Suhu
optimal bagi pertumbuhan ikan nila berkisar 25-30oC dengan pH air 7-8.
Ikan nila termasuk hewan pemakan
segala atau omnivora. Makanan alaminya plankton, plankton, tumbuhan air dan
berbagai hewan air lainnya. Pakan buatan untuk budidaya ikan nila sebaiknya
berkadar protein sekitar 25%. Biaya
pakan untuk budidaya ikan nila relatif lebih murah. Tidak seperti budidaya ikan
mas atau ikan lele yang membutuhkan pakan dengan kadar protein tinggi, sekitar 30-45%.
Untuk memulai budidaya ikan nila
ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan, yakni pemilihan benih,
persiapan kolam, pemberian pakan, hingga penanganan penyakit.
Memilih benih ikan nila
Pemilihan benih merupakan faktor
penting yang menentukan tingkat keberhasilan budidaya ikan nila. Untuk hasil
maksimal sebaiknya gunakan benih ikan berjenis kelamin jantan. Karena
pertumbuhan ikan nila jantan 40% lebih cepat dari pada ikan nila betina.
Budidaya ikan nila secara
monosex (berkelamin semua) lebih produktif dibanding campuran. Karena ikan nila
mempunyai sifat gampang memijah (melakukan perkawinan). Sehingga bila budidaya
dilakukan secara campuran, energi ikan akan habis untuk memijah dan pertumbuhan
bobot ikan sedikit terhambat.
Saat ini banyak yang menyediakan
bibit ikan nila monosex. Bila sulit mendapatkannya, bibit ikan nila monosex
bisa dibuat sendiri. Caranya bisa dilihat dalam artikel budidaya pembenihan
ikan nila.
Persiapan kolam budidaya
Budidaya ikan nila bisa
menggunakan berbagai jenis kolam, mulai dari kolam tanah, kolam semen, kolam
terpal, jaring terapung hingga tambak air payau. Dari sekian jenis kolam
tersebut, kolam tanah paling banyak digunakan karena cara membuatnya cukup
mudah dan biaya konstruksinya murah. Silahkan lihat cara membuat kolam tanah.
Keunggulan lain kolam tanah
adalah bisa menjadi tempat tumbuh berbagai tumbuhan dan hewan yang bermanfaat
sebagai pakan alami bagi ikan. Sehingga bisa mengurangi biaya pembelian pakan
buatan atau pelet.
Untuk memulai budidaya ikan nila
di kolam tanah, perlu langkah-langkah persiapan pengolahan tanah. Mulai dari
penjemuran, pembajakan tanah, pengapuran, pemupukan hingga pengairan. Berikut
langkah-langkahnya:
Langkah pertama adalah pengeringan dasar
kolam. Kolam dikeringkan dengan cara dijemur. Penjemuran biasanya berlangsung
selama 3-7 hari, tergantung kondisi cuaca. Sebagai patokan, penjemuran sudah
cukup bila permukaan tanah terlihat retak-retak, namun tidak sampai membatu.
Bila diinjak masih meninggalkan jejak kaki sedalam 1-2 cm.
Selanjutnya, permukaan tanah dibajak atau
dicangkul sedalam kurang lebih 10 cm. Sampah, kerikil dan kotoran lainnya
dibersihkan dari dasar kolam. Bersihkan juga lumpur hitam yang berbau busuk,
biasanya berasal dari sisa pakan yang tidak habis.
Kolam yang telah dipakai biasanya memiliki
tingkat keasaman tinggi (pH rendah), kurang dari 6. Padahal kondisi pH optimal
untuk budidaya ikan nila ada pada kisaran 7-8. Untuk menetralkannya lakukan
pengapuran dengan dolomit atau kapur pertanian. Dosis pengapuran disesuaikan
dengan keasaman tanah. Untuk pH tanah 6 sebanyak 500 kg/ha, untuk pH tanah 5-6
sebanyak 500-1500 kg/ha, untuk pH tanah 4-5 sebanyak 1-3 ton/ha. Kapur diaduk
secara merata. Usahakan agar kapur bisa masuk ke dalam permukaan tanah sedalam
10 cm. Kemudian diamkan selama 2-3 hari.
Setelah itu lakukan pemupukan. Gunakan
pupuk organik sebagai pupuk dasar.
Jenisnya bisa pupuk kompos atau pupuk kandang. Pemberian pupuk organik berguna
untuk mengembalikan kesuburan tanah. Dosisnya sebanyak 1-2 ton per hektar.
Pupuk ditebar merata di dasar kolam. Biarkan selama 1-2 minggu. Setelah itu,
bila dipandang perlu bisa ditambahkan pupuk kimia berupa urea 50-70 kg/ha dan
TSP 25-30 kg/ha, diamkan 1-2 hari. Tujuan pemupukan untuk memberikan nutrisi
bagi hewan dan tumbuhan renik yang ada di lingkungan kolam. Sehingga hewan atau
tumbuhan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pakan alami ikan.
Langkah selanjutnya, kolam digenangi dengan
air. Pengairan dilakukan secara bertahap. Pertama, alirkan air ke dalam kolam
sedalam 10-20 cm. Diamkan selama 3-5 hari. Biarkan sinar matahari menembus
dasar kolam dengan sempurna, untuk memberikan kesempatan pada ganggag atau
organisme air lainnya tumbuh. Setelah itu isi kolam hingga ketinggian air
mencapai 60-75 cm.
Cara pengolahan kolam tanah
secara lebih mendetail bisa dilihat di persiapan kolam tanah untuk budidaya
ikan.
Penebaran benih ikan nila
Kolam yang telah terisi air
sedalam 60-75 cm siap untuk ditebari benih ikan nila. Padat tebar kolam tanah
untuk budidaya ikan nila sebanyak 15-30 ekor/m2. Dengan asumsi, ukuran benih
sebesar 10-20 gram/ekor dan akan dipanen dengan ukuran 300 gram/ekor.
Sebelum benih ditebar, hendaknya
melewati tahap adaptasi terlebih dahulu. Gunanya agar benih ikan terbiasa
dengan kondisi kolam, sehingga resiko kematian benih bisa ditekan. Caranya,
masukkan wadah yang berisi benih ikan nila ke dalam air kolam. Biarkan selama
beberapa jam. Kemudian miringkan atau buka wadah tersebut. Biarkan ikan keluar
dan lepas dengan sendirinya.
Pemeliharaan budidaya ikan nila
Setelah semua persiapan selesai
dilakukan dan benih sudah ditebarkan ke dalam kolam, langkah selanjutnya adalah
merawat ikan hingga usia panen. Tiga hal yang paling penting dalam pemeliharaan
budidaya ikan nila adalah pengelolaan air, pemberian pakan dan pengendalian
hama penyakit.
a. Pengelolaan air
Agar pertumbuhan budidaya ikan
nila maksimal, pantau kualitas air kolam. Parameter penentu kualitas air adalah
kandungan oksigen dan pH air. Bisa juga dilakukan pemantauan kadar CO2, NH3 dan
H2S bila memungkinkan.
Bila kandungan oksigen dalam
kolam menurun, perderas sirkulasi air dengan memperbesar aliran debit air. Bila
kolam sudah banyak mengandung NH3 dan H2S yang ditandai dengan bau busuk,
segera lakukan penggantian air. Caranya dengan mengeluarkan air kotor sebesar ⅓
nya, kemudian menambahkan air baru. Dalam keadaan normal,pada kolam seluas 100
m2 atur debit air sebesar 1 liter/detik.
b. Pemberian pakan
Pengelolaan pakan sangat penting
dalam budidaya ikan nila. Biaya pakan merupakan komponen biaya paling besar
dalam budidaya ikan nila. Berikan pakan berupa pelet dengan kadar protein
20-30%.
Ikan nila membutuhkan pakan
sebanyak 3% dari bobot tubuhnya setiap hari. Pemberian pakan bisa dilakukan
pada pagi dan sore hari. Setiap dua minggu sekali, ambil sampel ikan nila
secara acak kemudian timbang bobotnya. Lalu sesuaikan jumlah pakan yang harus
diberikan.
Perhitungan dosis pakan budidaya ikan nila:
Dalam satu kolam terdapat 1500 ekor ikan
nila berukuran 10-20 gram/ekor.
Rata-rata bobot ikan → (10+20)/2 = 15
gram/ekor.
Perhitungan pakannya → 15 x 1500 x 3% = 675
gram = 6,75 kg per hari
Cek bobot ikan setiap dua minggu untuk
menyesuaikan jumlah pakan.
c. Pengendalian hama dan
penyakit
Seperti telah disebutkan
sebelumnya, ikan nila merupakan ikan yang tahan banting. Pada situasi normal,
penyakit ikan nila tidak banyak mengkhawatirkan. Namun bila budidaya ikan nila
sudah dilakukan secara intensif dan massal, resiko serangan penyakit harus
diwaspadai.
Penyebaran penyakit ikan sangat
cepat, khususnya untuk jenis penyakit infeksi yang menular. Media penularan
biasanya melewati air. Jadi bisa menjangkau satu atau lebih kawasan kolam.
Untuk penjelasan lebih jauh silahkan baca hama dan penyakit ikan nila.
Pemanenan ikan nila
Waktu yang diperlukan untuk
budidaya ikan nila mulai dari penebaran benih hingga panen mengacu pada
kebutuhan pasar. Ukuran ikan nila untuk pasar domestik berkisar 300-500
gram/ekor. Untuk memelihara ikan nila dari ukuran 10-20 gram hingga menjadi
300-500 gram dibutuhkan waktu sekitar 4-6 bulan.Keunggulan nila salin selain
kuat menghadapi salinitas tinggi juga panen lebih cepat. Jika menebar benih
berukuran 5-10 cm bobot 250 gram dicapai dalam waktu 3-4 bulan atau jika ingin
600 gram bisa ditambah tiga bulan lagi. Oleh BPPT, nila salin telah “disoft
lounching” pada 29 November 2011. Namun belum dirilis secara resmi
oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Nila Srikandi
Bila
Nila Salin hasil dari rekayasa BPPT, Nila Srikandi dihasilkan oleh Balai
Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi. Nama Srikandi merupakan singkatan
dari Salinity Resistant Improvement from Sukamandi. Sesuai
namanya, ikan Nila Srikandi juga memiliki ketahanan untuk dibudiayakan di
perairan payau bersalinitas tinggi.
Ikan nila Srikandi yang merupakan
persilangan dari nila biru jantan (Oreochromis aureus) dengan
Nila Nirwana (O. niloticus) menjadi solusi tepat untuk memanfaatkan
lahan-lahan sub optimal di sepanjang pesisir pantai. Selain toleransi yang
tinggi terhadap lingkungan bersalinitas hingga 30 ppt, nila Srikandi mampu
tumbuh cepat di perairan payau dan relatif tahan terhadap penyakit.
Kepala Balitbang Kelautan dan
Perikanan Achmad Poernomo menjelaskan, nila Srikandi dirakit dengan
tujuan untuk mendapatkan strain ikan nila yang mampu tumbuh cepat di perairan
payau. Dari hasil pengujian nila Srikandi di tambak-tambak pantai utara Jawa
seperti Karawang, Pekalongan, Tegal serta pantai selatan Yogyakarta menunjukkan
perkembangan sangat baik.
Ikan nila Srikandi memiliki
karakter pertumbuhan dan sintasan yang lebih baik dibandingkan ikan nila
sebelumnya yakni Nirwana dan ikan nila biru. Nila Srikandi memiliki nilai
heterosis 13,44 pada karakter bobot dan 20,33 pada karakter sintasan
Ikan
Nila Srikandi ini, berdasarkan Keputusan Menteri KKP Nomor KEP.09/MEN/2012
telah dirilis secara resmi oleh Meneteri KKP Sharif C. Sutarjo pada tahun 2012
lalu. Setelah dirilis secara resmi, ikan nila Srikandi dapat disebarluaskan
kepada masyarakat luas untuk keperluan budidaya ikan di tambak yang berair
payau. (Agus Rochdianto, Penyuluh Perikanan di BP4K Tabanan, Bali)
0 comments:
Post a Comment