Tuesday, March 24, 2015

MENGEMBANGKAN BUDIDAYA BELUT

March 24, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )
1. SEJARAH SINGKAT
Belut  merupakan  jenis  ikan  konsumsi  air  tawar  dengan  bentuk  tubuh  bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur  dan  di  kali-kali  kecil.  Di  Indonesia  sejak  tahun  1979,  belut mulai  dikenal  dan  digemari,  hingga  saat  ini  belut  banyak  dibudidayakan  dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
2. SENTRA PERIKANAN
Sentra  perikanan  belut  Internasional  terpusat  di  Taiwan,  Jepang,  Hongkong, Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di  daerah  Yogyakarta  dan  di  daerah  Jawa  Barat.  Di  daerah  lainnya  baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
3. JENIS
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas        : Pisces
Subkelas     : Teleostei
Ordo        : Synbranchoidae
Famili          : Synbranchidae
Genus           : Synbranchus
Species         : Synbranchus  bengalensis  Mc  clell  (belut  rawa);  Monopterus albus  Zuieuw  (belut  sawah);  Macrotema  caligans  Cant  (belut kali/laut)
Jadi  jenis  belut  ada  3  (tiga)  macam  yaitu  belut  rawa,  belut  sawah  dan  belut kali/laut.  Namun  demikian  jenis  belut  yang  sering  dijumpai  adalah  jenis  belut sawah.
4.    MANFAAT
Manfaat dari budidaya belut adalah:
1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Sebagai obat penambah darah.
5. PERSYARATAN LOKASI
1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah  sampai  dataran  tinggi.  Begitu  pula  dengan  kelembaban  dan  curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2) Kualitas  air  untuk  pemeliharaan  belut  harus  bersih,  tidak  terlalu  keruh  dan tidak   tercemar   bahan-bahan   kimia   beracun,   dan   minyak/limbah   pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 0 C.
4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen  terutama  untuk  bibit/benih  yang  masih  kecil  yaitu  ukuran  1-2  cm. Sedangkan  untuk  perkembangan  selanjutnya  belut  dewasa  tidak  memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perlu  diketahui  bahwa  jenis  kolam  budidaya  ikan  belut  harus  dibedakan antara  lain:  kolam  induk/kolam  pemijahan,  kolam  pendederan  (untuk  benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam   pemeliharaan   belut   konsumsi   (terbagi   menjadi   2. Tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan yaitu                                                                                           untuk  pemeliharaan  belut
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
1) Ukuran  5-8  cm  sampai  menjadi  ukuran  15-20  cm  dan  untuk  pemeliharan
belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2) Bangunan  jenis-jenis   kolam    belut   secara    umum   relatif   sama    hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3) Ukuran  kolam  induk  kapasitasnya  6  ekor/m2.  Untuk  kolam  pendederan
(ukuran  belut  1-2  cm)  daya  tampungnya  500  ekor/m2.  Untuk  kolam  belut remaja  (ukuran  2-5  cm)  daya  tampungnya  250  ekor/m2.  Dan  untuk  kolam belut  konsumsi  tahap  pertama  (ukuran  5-8  cm)  daya  tampungnya  100 ekor/m2.  Serta  kolam  belut  konsumsi  tahap  kedua  (ukuran  15-20cm)  daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
4) Pembuatan  kolam  belut  dengan  bahan  bak  dinding  tembok/disemen  dan dasar bak tidak perlu diplester.
5) Peralatan  lainnya  berupa  media  dasar  kolam,  sumber  air  yang  selalu  ada, alat  penangkapan  yang  diperlukan,  ember  plastik  dan  peralatan-peralatan lainnya.
6) Media   dasar   kolam   terdiri   dari   bahan-bahan   organik   seperti   pupuk kandang,  sekam padi  dan  jerami  padi.  Caranya  kolam  yang  masih  kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik +  air). 
Dengan  demikian  media  dasar  kolam  sudah  selesai,  tinggal  media tersebut   dibiarkan  beberapa   saat   agar  sampai  menjadi  lumpur   sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.
6.2. Penyiapan Bibit
1) Menyiapkan Bibit
a. Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan  dalam  2  tahapan  dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
b) Bibit bisa  diperoleh  dari  bak/kolam  pembibitan  atau  bisa  juga  bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
c. Pemilihan  bibit  bisa  diperoleh  dari  kolam  peternakan  atau  pemijahan. Biasanya  belut  yang  dipijahkan  adalah  belut  betina  berukuran  ± 30  cm dan belut jantan berukuran ±  40 cm.
d. Pemijahan  dilakukan  di  kolam  pemijahan  dengan  kapasitas  satu  ekor pejantan  dengan  dua  ekor  betina  untuk  kolam  seluas  1  m2.  Waktu pemijahan   kira-kira   berlangsung   10   hari   baru   telur-telur   ikan   belut berkisar   1,5–2,5   cm.  
Dalam   ukuran   ini   belut   segera   diambil   untuk ditempatkan  di  kolam  pendederan  calon  benih/calon  bibit.  Anak  belut dengan ukuran  sedemikian tersebut diatas  segera  ditempatkan  di  kolam pendederan  calon  bibit  selama  ±   1  (satu)  bulan  sampai  anak  belut tersebut  berukuran  5-8  cm.  Dengan  ukuran  ini  anak  belut  sudah  bisa diperlihara  dalam  kolam  belut  untuk  konsumsi  selama  dua  bulan  atau empat bulan.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
6.3.  Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
Jerami  yang  sudah  lapuk  diperlukan  untuk  membentuk  pelumpuran  yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
2) Pemberian Pakan
Bila  diperlukan  bisa diberi makanan tambahan berupa  cacing,  kecoa,  ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang  perlu  diperhatikan  pada  pemeliharaan  belut  adalah  menjaga  kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1.  Hama
1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang  sering  menyerang  belut antara  lain:  berang-berang,  ular,  katak,  burung,  serangga,  musang  air  dan ikan gabus.                                                                                                                              Hal. 4/ 6
3) Di pekarangan,   terutama   yang   ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
7.2.  Penyakit
Penyakit   yang   umum   menyerang   adalah   penyakit   yang   disebabkan   oleh organisme  tingkat  rendah  seperti  virus,  bakteri,  jamur,  dan  protozoa  yang berukuran kecil.
8.  PANEN
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2) Berupa  hasil  akhir  pemeliharaan  belut  yang  siap  dijual  untuk  konsumsi
(besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara   Penangkapan   belut   sama   seperti   menangkap   ikan   lainnya   dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.
9.    PASCAPANEN
Pada  pemeliharaan  belut  secara  komersial  dan  dalam  jumlah  yang  besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut  dapat  diterima   oleh   konsumen   dalam   kualitas   yang   baik,   sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.
10.  ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa  Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi
a. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,-     Rp.     28.000,-
b. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,-     Rp.     225.000,-
c. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp.       45.000,-
d. Lain-lain     Rp.     30.000,-
Jumlah Biaya Produksi     Rp.     328.000,-
2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,-             Rp.    750.000,-                                                                                                                                      Hal. 5/ 6
3) Keuntungan     Rp.     422.000,-
4) Parameter Kelayakan Usaha
2,28
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya  ikan  belut,  baik  dalam  bentuk  pembenihan  maupun  pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan  belut  semakin  meningkat.  Dengan  teknik  pemeliharaan  yang  baik,  maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.
11.  DAFTAR PUSTAKA
1) Satwono,  B.  1999.  Budidaya  Belut  dan  Tidar.  Penerbit  Penebar  Swadaya
(Anggota IKAPI). Jakarta.
2) Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta
12.  KONTAK HUBUNGAN
Proyek    Pengembangan   Ekonomi   Masyarakat    Pedesaan   –    BAPPENAS; Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Jakarta, Maret 2000
Sumber    
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas Editor    
Kemal Prihatman
KEMBALIKE MENU                                                                                                                                        Hal. 6/6
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

0 comments:

Post a Comment