Wednesday, January 28, 2015

CARA BUDIDAYA KEPITING BAKAU

January 28, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan selama proses penelitian telah diperoleh hasil pertumbuhan berat, dalam hal ini adalah pertumbuhan berat mutlak. Pengukuran pertumbuhan kepiting dilakukan setiap 5 hari sekali selama proses penelitian, yakni pada hari ke 0, ke 5 sampai dengan hari ke 40.
Berdasarkan data pertumbuhan berat pada Tabel. 2, kepiting dengan pakan ikan manyung (Arius thlassinus) dapat di rata - ratakan penambahan beratnya selama penelitian. Pada awal penebaran kondisi organ tubuh kepiting lengkap dan kurang berisi atau kropos. Pertumbuhan berat kepiting pada hari ke-5 mulai terlihat, pertumbuhannya yaitu berkisar 6,7 gram. Pada hari ke10 pemeliharaan, kepiting tidak mengalami penambahan berat. Pada hari ke 15 kepiting kembali mengalami penambahan berat, penambahan beratnya yaitu 4 gram. Pada hari ke 20, kepiting masih mengalami penambahan berat, kali ini penambahan beratnya mencapai 2,6 gram. Pada hari ke 25 dan 30, kepiting tidak mengalami penambahan berat. Tidak terjadinya penambahan berat pada kepiting tersebut disebabkan adanya pelepasan beberapa organ tubuh kepiting. 
Pelepasan organ tubuh pada kepiting ini diduga karena faktor kondisi lingkungan (wadah penelitian) yang kurang baik. Berikutnya pada hari ke 35 pemeliharaan kepiting mengalami penurunan berat, penurunan berat disini masih disebabkan karena adanya pelepasan kembali beberapa organ tubuh kepiting dan pada hari ke 40 pemeliharaan kepiting mengalami penambahan berat, namun penambahan beratnya hanya 1 gram. Pelepasan beberapa organ tubuh kepiting seperti kaki jalan dan kaki renang ini juga diduga tanda - tanda akan adanya proses pergantian kulit (moulting). Untuk pertumbuhan berat kepiting A dapat kita lihat pada Tabel. 2,  berikut ini :
Tabel 2. Pertumbuhan berat kepiting A dengan pakan ikan mayung (Arius thalassirrus
Pengamatan Hari  Ke          Ulangan          Jumlah(g)      Rata  rata(g) 
    I      II      III         
0      150       180       130       460      153.3 
5      155      185      140      480      A60 
10      155      180      145      480      160 
15      155      175      162      492      164 
20      155      190      155      500      166.6 
25      160      185      155      500      166.6 
30      170      185      145      500      166.6 
35      170      177      150      497      165.6 
40      170      180      150      500      166.6 
Jika dilihat perlakuan kepiting A di atas, maka jenis pakan ikan mayung (Arius thlassinus) yang diberikan cukup baik dalam hal penambahan berat kepiting bakau (Scylla serrata). Penambahan berat selama penelitian pada kepiting A ini mencapai 13,3 gram. Untuk SR (kelangsungan hidup) pada perlakuan ini mencapai 100%.
Berikut ini adalah pertumbuhan kepiting B dengan pemberian pakan ikan tembang (Sardinela fimbriata). Sama dengan kepiting A pada awal penebaran kondisi organ tubuhnya lengkap. Pada hari ke 5 pemeliharaan kepiting tidak mengalami penambahan berat. Tidak terjadinya penambahan berat pada kepiting B ini diduga kepiting masih mengalami stres akibat lingkungannya yang baru. Pada hari ke 10 kepiting juga tidak mengalami penambahan berat, bahkan ada beberapa organ tubuh kepiting yang lepas, hal ini juga diduga kepiting masih mengalami stres. Pada hari ke 15 berat kepiting mulai bertambah, penambahan beratnya mencapai 4 gram. Pada hari ke 20 penambahan beratnya kembali bertambah, penambahan beratnya mencapai 1.6 gram. 
Pada hari berikutnya yaitu hari ke 25 pemeliharaan berat kepiting masih bertambah, penambahan beratnya 2,3 gram. Pada hari ke 30 kepiting kembali mengalami penambahan berat. Tidak bertambanya berat pada hari ke 30 ini dikarenakan adanya beberapa organ kepiting seperti kaki jalan dan kaki renang yang lepas, pelepasan organ tubuh kepiting ini diduga dari faktor wadah penelitian yang kurang baik dan diduga juga tanda - tanda akan adanya proses pergantian kulit secara alami pada kepiting yang di pelihara. Pada hari ke 35 pemeliharaan, kepiting tidak mengalami penambahan berat, ini juga disebabkan bertambahnya pelepasan organ tubuh pada kepiting. Pada hari ke 40, salah satu dari kepiting dengan pemberian pakan ikan tembang (Sardinela fimbriata) mati. Bila dilihat dari bentuk fisik kepiting yang mati, diduga faktor penyebab kematiannya adalah kepiting tersebut tidak mampu untuk melakukan pergantian kulit. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan berat kepiting B dapat kita lihat pada Table.3 berikut :
Tabel 3. Pertumbuhan berat kepiting B dengan pakan ikan tembang (Sardinela fimbriata)
Pengamatan Hari          Ulangan          Jumlah (g) 
     Rata – rata (g) 
    I      II      III         
0      140      150      190      480      160 
5      145      140      189      474      158 
10      139      140      189      468      156 
15      140      140      200      480      160 
20      135      150      200      485      161.6 
25      146      147      197      490      163.3 
30      150       145      195      490      163.3 
35      137       150      195      482      160,6 
40     134      X     195     329     164.5
Jika dilihat perlakuan kepiting B di atas, maka jenis pakan ikan tembang (Sardinela fimbriata) yang diberikan juga cukup baik dalam hal penambahan berat kepiting bakau (Scylla serrata). Berat total selama penelitian pada kepiting A adalah 4,5 gram. Untuk SR (kelangsungan hidup) pada perlakuan ini mencapai 0,6%. 
Berikut ini adalah data pertumbuhan berat kepiting C dengan pemberian pakan usus ayam. Berdasarkan data pada tabel 4 maka dapat dirata - ratakan penambahan beratnya selama. penelitian. Pada awal penebaran kondisi kepiting sama dengan kepiting yang lainnya yaitu organ tubuhnya lengkap. Pada hari ke 5 pemeliharaan kepiting tidak mengalami penambahan berat, hal ini diduga kepiting masih mengalami stres akibat lingkungan yang baru dan jenis pakan yang diberikan. Pada hari ke 10 berat kepiting masih belum mengalami penambahan bahkan berkurang, ini juga disebabkan kepiting masih stres. Pada hari berikutnya yaitu hari ke 15 berat kepiting mulai bertambah, penambahan beratnya 3 gram, hari berikutnya yakni hari ke 20 pemeliharaan, berat kepiting kembali tidak mengalami penambahan bahkan berkurang dan salah satu dari tiga kepiting pada perlakuan C ada yang mati. Pada hari berikutnya yakni hari ke 25 berat kepiting bertambah, penambahan beratnya 5 gram. Pada hari ke 30, salah satu kepiting dari perlakuan C dengan pakan jenis usus ayam ini kembali mati. Pada hari ke 35 dan 40, kepiting sama sekali tidak mengalami penambahan berat. Jika dilihat dari beberapa kepiting yang mati pada perlakuan C ini disinyalir dari faktor lingkungan (wadah penelitian) dan jenis pakan yang diberikan. Untuk lebih jelasnya data pertumbuhan kepiting C dapat kita lihat pada tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4. Pertumbuhan berat kepiting perlakuan C dengan pakan usus ayam
Pengamatan hari Ulangan Jumlah Rata - rata
ke     I     II     III     (gr)     (gr)
0     120     140     140     400     133.3
5     120     135     135     390     130
10     120     131     135     386     128.6
15     125     130     140     395     131.6
20     120     X     140     260     130
25     125     X     145     270     135
30     120     X     X     120     120
35     120     X     X     120     120
40     115     X     X     115     115
Jika dilihat perlakuan kepiting C di atas, maka jenis pakan usus ayam yang diberikan kurang baik untuk pertumbuhan berat kepiting bakau. Berat total selama penelitian pada kepiting C adalah -18.3 gram. Untuk SR (kelangsungan hidup) pada perlakuan ini 0,3%.
Berikut ini adalah perlakuan kepiting D dengan pemberian pakan udang-udangan. Berdasarkan pada table. 5, maka dapat dirata - ratakan penambahan beratnya selama penelitian. Pada awal penebaran kondisi organ tubuh kepiting lengkap. Pertumbuhan berat pada hari ke 5 pemeliharaan sama dengan kepiting C yaitu tidak ada penambahan berat bahkan beratnya berkurang. Pada hari ke 10 pemeliharaan kepiting juga belum mengalami penambahan berat, tidak adanya penambahan berat kepiting pada hari ke 5 dan 10 ini diduga kepiting masih mengalami stres akibat lingkungan dan jenis pakan yang diberikan. Pada hari berikutnya yakni hari ke 15 berat kepiting mulai bertambah, penambahan beratnya 3,3 gram, dihari ke 20 pemeliharaan berat kepiting kembali bertambah, kali ini penambahannya 1,7 gram. Berlanjut ke hari 25 kepiting kembali tidak mengalami penambahan, ini diduga karena adanya pelepasan beberapa organ tubuh kepiting seperti kaki jalan dan kaki renang. Pelepasan organ tubuh tersebut disinyalir karena faktor wadah penelitian yang kurang baik dan juga diduga akan adanya proses pergantian kulit (molting). Pada hari berikutnya yaitu hari ke 30, berat kepiting kembali tidak mengalami penambahan bahkan beratnya berkurang, hal ini masih disinyalir karena terlepasnya kembali organ
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pakan yang baik untuk proses penggemukan kepiting bakau (Scylla Serrata) sebagai berikut:
1. Untuk pakan jenis ikan mayung (Arius thalasinus) dan ikan tembang (Sardinella fimbriata) memberikan efek pertumbuhan yang cukup baik dibandigkan dengan jenis pakan yang lain, baik untuk penambahan berat maupun kelangsungan hidupnya.
B. Saran
1. Pakan yang diberikan terhadap kepiting yang akan digemukkan sebaiknnya pakan yang masih segar.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang media penggemukan kepiting bakau.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto,     E     dan     Evi     Liviawaty.1993.     Pemeliharaan Kepiting. Kanasius, Yogyakarta.
Bahria. 2005. Pengaruh Kejutan Salinitas Terhadap Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla serrata). Universitas Borneo. Tarakan (tidak dipublikasikan).
Effendie, M. I.1979. Metode Biologi Perikanan. Industri Pertanian Bogor.
Hanafi, A. 1994. Kepiting Bakau. Primadona. Oktober no 140/TH XI (14-19).
Janariah S. 2005. Pengaruh Kejutan Suhu Terhadap Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla serrata). Universitas Borneo. Tarakan (tidak dipublikasikan).
Kanna, I. 2002. Budidaya Kepiting Bakau, Pembenihan dan Pembesaran. Yogyakarta.
Kasry, K.1996. Budidaya Kepiting Bakau dan Biologi Ringkas. Bhatara. Jakarta.
Kunityo, et.,  all. 1993. Pedoman Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata F) di Tambak. Balai Besar Air Payau. Jepara.
Oemardjati, B. S. dan W. Wardhana. 1992. Taksonomi Avertebrata Air. Pengantar Praktikum Laboratorium. Universitas Indonesia. Jakarta.
Soim. A. 1995. Pembesaran Kepiting. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sulaeman. 1993. Pembesaran Kepiting Bakau (Scylla serrata F) dengan Kontruksi Tambak yang Berbeda. Departemen Pertanian.Jakarta.
Wardoyo, S. T. H. 1981. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Training Analisis Dampak Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rauf. A. 2007. Identifikasi Ekto Parasit pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) yang ada di     perairan     Kota     Tarakan.     Universitas     Borneo.     Tarakan     (tidak dipublikasikan).

0 comments:

Post a Comment