Sunday, October 5, 2014

Budidaya Sidat

October 05, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Perkembangan budidaya sidat d Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1990-an, namun hasilnya belum sesuai dengan harapan. Di Jepang, budidaya sidat telah dimulai sejak tahun 1894 dengan spesies Anguilla japonica dan memproduksi sekitar 24.000 ton/tahun (Usui, 1974). Tingkat keberhasilan budidaya sidat di Indonesia tergolong rendah karena disamping minimnya pengetahuan masyarakat tentang sidat (sidat tidak sepopuler ikan mas, nila atau lele) juga belum adanya teknologi standar/ baku yang menjadi petunjuk pelaksanaan budidaya sidat.
            Kegiatan budidaya sidat yang dikembangkan saat ini masih mengandalkan benih dari alam. Pada kegiatan budidaya pembesaran sidat ini diarahkan kepada pembesara di area tambak.
            Tujuan kegiatan pengembangan budidaya pembesaran sidat adalah untuk mengetahui padat tebar yang ideal untuk pertumbuhan sidat di petak pembesaran dan diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi pengembangan budidaya sidat di Indonesia.
            Pelaksanaan kegiatan pengembangan budidaya pembesaran sida
Metode kerja
a. Persiapan
            Kegiatan pengembangan budidaya pembesaran sidat ini dimulai dengan mempersiapkan lahan tambak yang akan digunakan untuk proses budidaya. Jumlah petakan tambak yang digunakan sebanyak 3 petak dengan luas 5.000 m2/petak dan berbentuk persegi panjang.
            Tahapan persiapan lahan tambak budidaya pembesaran sidat adalah sebagai berikut :
1.         Kolam  dikeringkan selama 2 – 3 hari sampai tanah dasar relatif kering (kadar air 15 – 20 %).
2.         Melakukan pengupasan tanah dasar sedalam 5 – 10 cm dengan menggunakan cangkul.
3.         Melakukan pengangkatan tanah hasil kupasan ke atas pematang, hal ini bertujuan untuk meninggikan tanggul.
4.         Melakukan perataan dan pemadatan dasar kolam budidaya.
5.         Kolam dikeringkan selama 5 – 7 hari, hal ini bertujuan agar gas-gas berbahaya yang terkandung dalam tanah dapat keluar.
6.         Melakukan pengukuran kualitas tanah dasar kolam budidaya.
7.         Selama pengeringan dilakukan pembuatan jembatan ancho yang bertujuan sebagai sarana dalam pemberian pakan.
8.         Membuat pagar biosecurity (fencing) yang bertujuan untuk menjaga sanitasi dan menghindari hama dan penyakit ke dalam kolam.
Persiapan air media budidaya
            Pengisian air media pada tambak pembesaran budidaya sidat dimulai dengan pengisian air. Tahap persiapan air media adalah :
1.         Pengisian air kedalam petakan tambak setinggi ± 100 – 150 cm dengan menggunakan pompa submersible 10 inchi. Air media budidaya yang digunakan berasal dari tandon yang terlebih dahulu diukur kualitas airnya.
2.         Dilakukan pemberantasan hama menggunakan saponin dengan dosis 20 – 25 ppm.
3.         Melakukan pengukuran kualitas air dengan tujuan untuk memastikan kesesuaian kualitas air media dengan standar budidaya.
c. Penebaran benih
            Langkah awal sebelum benih ditebar adalah dengan melakukan proses aklimatisasi. Benih yang baru tiba terlebih dahulu dihitung dan ditimbang kemudian diaklimatisasi pada bak ukuran 3 m x 5 m selama 3 – 5 hari. Selanjutnya dilakukan pemberian garam (dosis 200 ppm) ke dalam bak yang bertujuan untuk membunuh parasit yang menempel pada tubuh sidat. Proses penebaran sidat dilakukan secara perlahan-lahan agar tidak melukai tubuh sidat dan menghindari terjadinya stress.
            Untuk melihat pertumbuhan optimal benih sidat dilakukan penebaran benih dengan ukuran berat yang berbeda. Jumlah padat tebar yang digunakan pada petakan tambak disajikan pada.
Pemeliharaan
Pemberian pakan
            Untuk mempercepat proses tumbuh sidat dilakukan pemberian pakan. Pakan yang digunakan adalah pakan berbentuk pellet dan tidak dicampur dengan antibiotik atau obat-obatan terlarang lainnya. Dosis pakan yang digunakan berkisar 1 – 2 % dari biomass. Pemberian pakan dilakukan 2 (dua) kali sehari, yaitu pada pagi hari (pk. 07.00 – selesai) dan sore (pk. 16.00 – selesai) dengan prosentase 40 % : 60 %. Pakan diberikan dengan menggunakan ancho, hal ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan pakan sidat.
Sampling pertumbuhan dan kesehatan
            Untuk mengetahui pertumbuhan dan kesehatan sidat secara periodik dilakukan sampling. Sampling dilakukan 1 (satu) bulan sekali dengan menggunakan ancho. Wadah ancho yang telah disiapkan ditaburi pakan pellet kemudian dibenamkan ke dalam air      (± 5 – 10 cm di bawah permukaan air), diamkan beberapa saat. Dengan cara ini sidat akan naik ke dalam ancho. Setelah sidat berkumpul, angkat ancho dan sidat dipindahkan ke wadah lain (sterofoam) untuk kemudian diukur dan ditimbang. Pengukuran dilakukan terhadap sampel dengan parameter panjang dan berat. Hasil pengukuran digunakan untuk menentukan pertumbuhan (ADG), FCR, biomass dan penentuan kebutuhan pakan. Pada saat bersamaan dilakukan juga monitoring terhadap kesehatan sidat, yaitu dengan memperhatikan kelengkapan organ tubuh, keberadaan organisme penempel dan tingkah laku sidat. Pengamatan dapat dilanjutkan dengan pemeriksan secara mikroskopik di laboratorium.
Pengukuran parameter kualitas air
            Kontrol terhadap pemeliharaan kondisi lingkungan adalah faktor yang sangat penting dalam keberhasilan budidaya ikan termasuk budidaya sidat. Secara umum, dibawah suhu 120C, sidat tidak bergerak aktif (inactive), sidat akan bersembunyi atau beristirahat di bawah lumpur atau batu yang ada di dalam kolam dan tidak menunjukkan respon terhadap pakan yang diberikan sehingga akan berdampak terhadap pertumbuhan yang minim (Forrest, M. David, 1976).
            Suhu air yang ideal dalam budidaya sidat adalah 23 – 300C, pada suhu 260C dibutuhkan oksigen 2 ml/L dan pH 7, sedangkan pada suhu 280C dibutuhkan oksigen sebesar 6 ml/L dan pH 9 (Usui Atsushi, 1974).
Panen
            Panen merupakan kegiatan akhir dalam proses budidaya. Pada proses pemanenan sidat, dapat dilakukan secara total atau bertahap (skimming) disesuaikan dengan permintaan pasar. Panen dilakukan pada pagi hari disaat suhu air tidak terlalu tinggi. Proses pemanenan dimulai dengan pengurangan volume air secara bertahap dengan membuka pintu pengeluaran dan dibantu dengan pompa serta menutup pintu pemasukan air. Air yang mengalir pada pintu pengeluaran (outlet) disaring dengan menggunakan kantong yang terbuat dari saringan hitam. Selanjutnya sidat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap seperti sudu atau jaring kantong. Sidat hasil tangkapan selanjutnya ditampung dalam drum atau blong. Setelah blong terisi penuh, segera bawa ke bak pemberokan yang bertujuan untuk membersihkan isi perut agar selama pengangkutan tidak mengeluarkan feses yang dapat menurunkan kualitas air media.
Pertumbuhan
            Berdasarkan data pertumbuhan budidaya pembesaran sidat selama masa pemeliharaan, menunjukkan persentase kenaikan pertumbuhan pada petak DIV-1 lebih tinggi, yaitu 54.95 % disusul petak BI-9 sebesar 33.33 % dan terendah petak BI-3 sebesar 13.41%. Perbedaan kenaikan pertumbuhan ini cukup tinggi, diduga berat awal individu serta luasan area budidaya yang digunakan mempengaruhi pertumbuhan. Kemungkinan pada ukuran yang lebih kecil (100 gr) kecepatan pertumbuhan lebih optimal, dimana luasan lahan dengan ukuran yang digunakan cukup ideal. Selain itu pakan yang diberikan, diduga termanfaatkan secara optimal serta didukung oleh ketersediaan oksigen dan parameter lingkungan lainnya yang layak bagi pertumbuhan sidat.
            Berdasarkan data yang diperoleh dapat juga dilihat, bahwa semakin besar berat awal yang digunakan, semakin kecil kenaikan pertumbuhan. Hal ini, diduga akibat persaingan dalam perolehan pakan. Petakan dengan jumlah biomass yang lebih besar, tentunya membutuhkan pakan yang jauh lebih banyak dibandingkan petakan dengan jumlah biomass yang lebih kecil. Hal ini mengakibatkan pada DIV-3 dan DIV-9 pertumbuhan sidat lebih rendah.
Sintasan (%)
            Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5, menunjukkan nilai sintasan pada petak DIV-1 sebesar 86.9 %. Estimasi nilai sintasan melalui sampling perbulan belum dapat dilakukan karena belum ditemukan teknik sampling yang akurat dalam budidaya. Nilai sintasan dapat diketahui setelah melalui proses panen. Oleh karena itu, estimasi nilai sintasan paad petak DIV-3 dan DIV-9 belum diketahui karena proses panen belum dilakukan dan belum ditemukan kematian sidat.
Produksi
            Berdasarkan data produksi budidaya pembesaran sidat selama masa pemeliharaan, menunjukkan produksi yang dihasilkan oleh petak budidaya DIV-1 terdiri atas 2 ukuran , yaitu 4 ekor/kg dan 3 ekor/kg dengan masing-masing nilai produksi 717 kg dan 630.41 kg. Sampai dengan laporan tahunan budidaya pembesaran ini dibuat, produksi pada petak tambak budidaya DIV-3 dan DIV-9 belum diketahui karena panen belum dilakukan dan sidat masih berada pada lokasi tambak budidaya.
Kualitas air
Hasil pengukuran terhadap kualitas air budidaya pembesaran sidat pada petak tambak budidaya DIV-1, DIV-3 dan DIV-9 menunjukkan kisaran yang masih layak bagi pertumbuhan sidat. Meskipun nilai kisaran DO dan pH sedikit berada dibawah standar namun dapat dikatakan tidak menghambat proses tumbuh karena nilai kualitas air yang sesuai standar lebih mendominasi hasil pengukuran selama masa budidaya.
Monitoring kesehatan
            Selama masa pemeliharaan, monitoring kesehatan sidat dilakukan dengan memperhatikan respon pada saat pemberian pakan dan pada saat sampling. Hasil pengamatan dilanjutkan dengan analisa parasitologi (secara miktoskopis) di laboratorium Tambak Pandu Karawang. Berdasarkan hasil analisa parasitologi tidak ditemukan parasit baik pada lendir maupun insang sidat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.         Persentase pertumbuhan tertinggi pada budidaya pembesaran sidat dengan menggunakan variabel berat awal yang berbeda dihasilkan oleh petak DIV-1, yaitu 54.95 % disusul petak DIV-9 sebesar 33.33 % dan terendah pada petak DIV-9 yaitu 13.41 %.
2.         Nilai sintasan yang diperoleh pada petak DIV-1 adalah 86.9 %.
3.         Produksi yang dihasilkan oleh DIV-1 terdiri dari 2 (dua) ukuran, yaitu 3 kg/ekor dan 4 kg/ekor dengan masing-masing nilai produksi 630.41 kg dan 717 kg, sedangkan produksi pada petak DIV-3 dan DIV-9 belum diketahui.
4.         Pertumbuhan optimal, sintasan (%) dan produksi dari ke-3 petak tambak  (petak DIV-1, DIV-3 dan DIV-9) belum dapat dibandingkan secara akurat karena panen tidak dilakukan secara serentak (panen dapat dilakukan kapan saja, tergantung permintaan pasar terhadap ukuran sidat tertentu).
5.         Hasil pengukuran kualitas air pada media air budidaya pembesaran sidat masih berada pada kisaran kelayakan bagi pertumbuhan sidat.
5.2.      Saran
1.         Waktu (masa panen) budidaya pembesaran sidat perlu dilakukan secara bersamaan untuk melihat pertumbuhan optimal sidat.
2.         Perlu dilakukan kajian lebih dalam tentang budidaya sidat sperti teknik sampling dan sistem budidaya yang baik dan tepat.

0 comments:

Post a Comment