Friday, May 30, 2014

TEKNIK BUDIDAYA IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma Macropomum)

May 30, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Usaha pembesaran ikan Bawal dilakukan dengan maksud untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi atau ukuran yang disenangi oleh konsumen. Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan di kolam tanah maupun kolam permanen, baik secara monokultur maupun polikultur. Bawal air tawar saat ini banyak diminati sebagai ikan konsumsi dan cocok untuk dibudidayakan sebagai bahan persediaan untuk para pemancing, yang sangat senang dengan ikan bawal.


Ikan Bawal mempunyai beberapa keistimewaan antara lain :
A.                Pertumbuhannya cukup cepat
B.                 Nafsu makan tinggi serta termasuk pemakan segalanya (OMNIVORA) yang condong lebih banyak makan dedaunan
C.                 Ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang baik
D.                Disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak, hampir menyerupai daging ikan Gurami
Dilihat asal usulnya, bawal bukanlah ikan asli Indonesia, tetapi berasal dari negeri Samba, Brazil. Ikan ini dibawa ke Indonesia oleh para importir ikan hias dari Singapura dan Brazil pada tahun 1980. Selain ke Indonesia, ikan bawal pun sudah tersebar hampir ke seluruh penjuru dunia. Di setiap negara, ikan ini mempunyai nama yang berlainan. Di Indonesia ikan ini disebut bawal karena mirip dengan bawal laut; di Amerika dan Inggris disebut red bally pacu karena bagian perutnya berwarna kemerahan; di Peru disebut gamitama; dan di Venezuela disebutcachama. Di negara asalnya, ikan ini disebuttambaqui. Adapun nama ilmiahnya adalah Colossoma macropomum.
Selain pertumbuhannya cepat, kelebihan lain ikan bawal adalah cara memeliharanya yang tidak rumit. Ikan ini dapat dipelihara di kolam dengan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Bawal yang dipelihara dalam kolam pendederan dan pembesaran kelangsungan hidupnya dapat mencapai 90 %. Persentase tersebut Iebih tinggi dibandingkan ikan nila dan ikan mas yang kelangsungan hidupnya paling tinggi 80 %. Selain itu, bawal dapat dipelihara dalam kepadatan tinggi. Walau cara memelihara bawal mudah, tetapi jangan sekali-kali dipelihara di jaring terapung karena ikan ini dapat merobek-robek jaring dan kabur lewat jarring yang robek tersebut.
Morfologi dan Biologi
Seorang ahli perikanan bernama Bryner mengemukakan silsilah (sistematika) ikan bawal air tawar sebagai berikut :
Filum          : Chordata
Subfilum     : Craniata
Kelas           : Pisces
Subkelas     : Neoptergii
Ordo           : Cypriniformes
Subordo      : Cyprinoidea
Famili         : Characidae
Genus        : Colossoma
Spesies      : Colossoma macropomum
Ketika silsilah ikan bawal sudah diketahui, hal kedua yang perlu diketahui adalah morfologi (bagian luar tubuh). Dari arah samping, tubuh bawal tampak membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1.
Bila dipotong secara vertikal, bawal memiliki bentuk tubuh pipih(compresed) dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4 : 1. Bentuk tubuh  seperti ini menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat seperti ikan  lele atau gross carp. Tetapi lambat seperti ikan gurame dan tambakan. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, di mana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian hawah berwarna putih. Pada bawal dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan dri khusus bawal sehingga oleh orang Inggris dan Amerika disebut red bally pacu.
Dibanding dengan badannya, bawal memiliki kepala kecil dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit ke atas. Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta memiliki gigi seri yang tajam. Bawal memiliki 5 buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor. Sirip punggung tinggi kecil dengan sehuah jari-jari agak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari- jari lainnya lemah. Berbeda dengan sirip punggung bawal laut yang agak panjang, letak sirip ini pada bawal air tawar agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut, dan sirip anus kecil dan jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan sirip ekor, jari-jarinya lemah, tetapi berbentuk cagak.
Sama seperti ikan lain, bawal pun menghendaki lingkungan yang baik dan sesuai untuk hidupnya. Untuk mengetahuinya, dilakukan pengamatan di habitat aslinya. Di Brasil, bawal banyak ditemukan di sungai Amazon dan sering juga ditemukan di sungai Orinoco, Venezuela. Hidupnya bergerombol di daerah yang aliran sungainya deras tetapi ditemukan pula di daerah yang airnya tenang, terutama saat benih. Untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi bawal ada banyak hal yang hams diperhatikan, terutama dalam memilih lahan usaha, di antaranya ketinggian tempat, jenis tanah, dan air.
Sarana dan Prasarana Budidaya
Hatchery atau bangsal benih merupakan suatu bangunan yang biasa digunakan untuk melakukan kegiatan pembenihan, terutama mulai dari pemijahan sampai menghasilkan larva. Bangunan im dapat dibuat secara permanen, semi permanen, atau secara sederhana yang penting diberi atap sebagai peneduh.
Setiap hatchery harus mempunyai fasilitas yang lengkap agar bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu, tata letaknya harus diatur secara tepat. Fasilitas yang harus dibuat untuk hatchery ikan bawal yaitu :
a. Bak penampungan air bersih
Bak penampung air bersih merupakan tempat untuk menampung air agar air selalu tersedia, terlebih ketika dibutuhkan. Letak bak ini harus lebih rendah dari sumber air agar air mudah dialirkan, Bak penampungan air harus kuat dan kokoh sehingga dapat menampung air dalam volume yang besar. Oleh sebab itu, sebaiknya bak ini dibuat dari beton atau tembok. Bentuk bak bisa empat persegi panjang atau bujur sangkar, tergantung kondisi setempat. Ukurannya pun tergantung besarnya hatchery. Untuk hatchery skala kecil (produksinya 200.000 ekor benih), bak cukup dibuat dengan panjang 2 m, lebar 2 m, dan tinggi 1 m. Bak ini dihubungkan langsung ke sumber air dengan menggunakan paralon yang ukarannya disesuaikan dengan besarnya debit air. Selain itu, pada bagian lain dihubungkan ke masing-masing bagian hatchery. Bak ini harus dibuat juga lubang pengeluaran untuk mengeringkan atau menguras bila sudah lama digunakan.
b. Bak pemberokan
Bak pemberokan merupakan tempat untuk menyimpan induk-induk yang sudah matang gonad (dari bak pemeliharaan) sampai jelang induk tersebut dipijahkan. Bak ini dapat pula dikatakan sebagai tempat untuk mengadaptasikan induk-induk dari kolam yang lingkungannya lebih luas ke tempat pemijahan yang lebih sempit. Bentuk pemberokan ini bisa bermacam-macam tergantung dan keadaan tempatnya. Namun, bentuk yang paling balk adalah empat persegi panjang. Bak ini sebaiknya tidak terlalu luas sebab akan menyulitkan pada waktu menangkap induk yang akan dipijahkan Luas bak bisa berkisar antara 8 – 12 m2.
(2 m x 4 m atau 3 m x 4 m) dengan tinggi antara 1,25 – 1,5 m. Bak ini dapat diairi maksimal setengah bagiannya agar induk yang diberok tidak loncat keluar.
Bak pemberokan harus dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air untuk memudahkan dalam mengisi maupun mengeringkan bak. Pintu-pintu ini dibuat di bagian tengah dari panjang atau lebar bak agar sirkulasi airnya baik. Pintu pemasukan air bias dibuat dari pipa peralon berdiameter 2 inci yang dilengkapi dengan keran untuk mengatur debit air yang masuk dalam bak. Pintu pengeluaran juga dibuat dari paralon yang berdiameter 4 inci. Ukuran paralon pengeluaran lebih besar tujuannya agar bak dapat dikeringkan dengan cepat. Pada pintu pengeluaran, umumnya dipasang keni sebagai tempat memasukan paralon pengatur tinggi air.
Hal lain yang paling penting pada bak pemberokan ini adalah kondisi airnya. Air yang masuk ke dalam bak pemberokan harus kontinyu dan bersih (tidak mengandung zat makanan).
c. Bak pemijahan
Pembenihan bawal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu induced  breeding dan induced spawning. Pemijahan secara induced breeding artinya  dalam bak pemijahan diisi dengan induk-induk yang sudah disuntik hingga menjelang induk akan mengeluarkan telurnya. Adapun dalam pemijahan secara induced spawning, bak  pemijahan dapat diartikan sebagai tempat mempersatukan induk jantan dan induk betina yang sudah disuntik agar terjadi pemijahan. Kondisi bak pemijahan harus baik untuk mendukung terjadinya pemijahan.
Bentuk dan konstruksi bak pemijahan, termasuk pintu pemasukan dan pengeluarannya, sama dengan bak pemberokan. Ukuran bak pemijahan lebih luas dibanding bak pemberokan, yaitu 20 – 24 m2. (4 m x 5 m atau 4 X 6 m) dan tinggi 1,25 – 1,5 m. Bak pemijahan harus dipasang kawat dan paku di bagian atasnya untuk tempat mengikat tali hapa pemijahan. Bak ini juga dihubungkan ke bala penampungan air dengan paralon dan untuk mengatur debit air dipasang keran.
d. Tempat penetasan telur
Telur hasil pemijahan perlu ditampung di dalam suatu tempat yang dikenal dengan nama tempat penetasan telur. Ada tiga macam tempat penetasan yang dapat digunakan, yaitu corong dari kain terilin, akuarium, dan konikel.
Kolam pemeliharaan induk
Kolam pemeliharaan induk merupakan tempat yang digunakan untuk memelihara induk atau calon induk yang sudah matang kelamin sampai induk siap dipijahkan. Kolam pemeliharaan induk bisa pula disebut sebagai tempat pematangan gonad.
Jumlah kolam pemeliharan induk yang harus disediakan tergantung dari jumlah induk yang ada. Sebaiknya kolam pemeliharaan induk dibuat beberapa buah, minimal dua buah. Tujuannya untuk memudahkan seleksi induk yang akan dipijahkan dan induk yang sudah dipijahkan. Apabila lahan tidak memungkinkan, kolam ini bisa dibuat satu buah. Hal ini tidak akan mempengaruhi perkembangan gonad karena ikan bawal tidak akan mijah secara alami atau tidak akan mijah bila tidak disuntik terlebih dahulu. Namun, sebaiknya kolam tersebut disekat dengan pagar bambu.
Bentuk kolam pemeliharaan induk bisa bermacam-macam, tergantung keadaan lokasinya. Namun, sebaiknya kolam berbentuk empat persegi panjang sebab sirkulasi airnya lebih merata. Kolam ini sebaiknya tidak terlalu luas agar mudah dalam pengelolaannya. Luas kolam yang ideal antara 100 – 200 m . Dengan luas tersebut, akan memudahkan dalam pengeringan kolam maupun penangkapan induk yang akan diseleksi.
Kolam pemeliharaan induk juga harus memiliki sistem pengairan yang baik, Maksudnya, kolam mempunyai sistem sirkulasi air yang baik. Sistem pengairan yang baik adalah secara paralel. Dengan sistem ini, setiap kolam akan mendapat air baru dan bila dikeringkan tidak mengganggu kolam yang lainnya. Kolam ini juga harus dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air agar memudahkan pada waktu pengeringan dan pengisian air kembali. Letak pintu-pintu berada di tengah-tengah pada lebar kolam dalam posisi sejajar. Pintu pemasukan bisa dibuat dari paralon 4 inci, sedangkan pintu pengeluaran sebaiknya dibuat secara permanent (tembok). Pintu pengeluaran seperri ini terkenal dengan istilah monik.
Kolam pendederan
Kolam pendederan bawal merupakan tempat untuk memelihara larva-larva sampai benih dengan ukuran yang siap dipelihara di tempat pembesaran. Biasanya, pendederan ikan bawal ini dilakukan dalam beberapa tahap, yakni pendederan pertama, dan pendederan kedua. Jadi, kolam pendederan ini harus dibuat beberapa buah atau tergantung dari jumlah dan ukuran induk yang dipijahkan. Bentuk kolam ini sama seperti kolam pemeliharaan, yakni empat persegi panjang. Pintu pemasukan airnya dibuat dari pipa paraIon ukuran 5 inci. Adapun pintu pengeluarannya dibuat dalam bentuk monik. Pintu pengeluaran air seperti ini akan mempercepat proses pengeringan kolam. Selain itu, kolam ini harus mernpunyai luas ideal agar mudah dalam pengelolaannya. Luasnya antara 500 – 1.000 m2.
Kolam pembesaran
Kolam pembesaran ikan bawal merupakan tempat untuk memelihara benih yang berasal dari kolam pendederan hingga benih menjadi ikan ukuran konsumsi atau calon induk. Bentuk kolam pembesaran sama dengan kolam pendederan, ukurannya antara 200 – 500 m. Namun, jumlah kolam harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kolam pendederan. Kegiatan dalam pembesaran bawal biasanya akan memerlukan waktu yang lebih lama, minimal 4 – 5 bulan. Oleh sebab itu, kondisi kolam haras betul-betul baik.
Induk jantan dan induk betina
Sarana produksi pertama yang harus disediakan adalah induk jantan dan induk betina. Untuk saat ini, induk bawal memang sulit diperoleh karena masyarakat belum banyak yang membudidayakannya. Beberapa sumber yang dapat menyediakan bibit yaitu balai penelitian perikanan, balai benih ikan, dinas perikanan, atau petani pembenih di daerah tertentu.
Dengan dipilihnya induk yang berkualitas haik, diharapkan akan diperoleh  benih-benih yang berkualitas baik pula. Selain itu. induk yang berkualitas baik  akan menghasilkan telur-telur yang banyak jumlahnya. Apabila induk diperoleh dari hasil budi daya sendiri maka induk tersebut juga harus berkualitas baik. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperolah induk-induk.
4. Prospek
Berbeda dengan ikan mas dan lele yang hanya dijual di pasar dalam negeri, ikan bawal selain dapat dipasarkan di dalam negeri juga diekspor ke berbagai negara. Negara-negara yang sudah bisa menampung ikan bawal dari Indonesia di antaranya Hongkong dan Amerika Sebagian besar ikan bawal yang dikirim ke sana ukurannya atau sebagai ikan bias. Jumlah kebutuhan kedua Negara tersebut mencapai puluhan juta. Tetapi yang baru terpenuhi hanya 10 persen saja. Inilah peluang yang  sangat besar bagi para peternak bawal untuk mencari dolar (Khairuman 2002).
Di dalam negeri sendiri ikan bawal mulai digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, terutama di Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah dan jawa Timur. Dari keempat propinsi tersebut Jawa Barat boleh dibilang sebagai pelopor karena di propinsi inilah ikan bawal pertama kali dikembangkan. dalam satu musim tidak kurang 500 juta benih dijual ke berbagai propinsi di Indonesia dan angka tersebut berarti sudah ratusan juta rupiah telah diraih dan komoditas ini.
Pola Pengembangan
Untuk memenuhi kebutuhan benih dan ikan bawal sebagai ikan konsumsi, pola pengembangan bawal dapat dibagi dalam beberapa subsistem. Subsistem ini meliputi pembenihan, pendederan pembesaran, dan subsistem penunjang. Setiap pelaku dapat bergerak dalam masing-masing subsistem tergantung dari modal yang dimiliki dan prasarana budi daya yang tersedia. Dapat pula setiap pelaku bergerak mulai dari pembenihan sampai pembesaran.
1). Subsistem pembenihan
Pada subsistem pembenihan, pelaku mulai dari kegiatan memelihara induk sampai menghasilkan benih ukuran 2 inci atau seberat 3 gram seriap ekornya. Benih ukuran tersebut dilemparkan ke subsistem pendederan atau langsung di ekspor. Kegiatan ini biasanya dilakukan selama 6 minggu.
2). Subsistem pendederan
Pada subsistem pendederan, pelaku memulai dari kegiatan memelihara benih ukuran 2 inci sampai benih mencapai ukuran 4 inci atau seberat 25 gram per ekornya. Benih ukuran ini dilempar lagi ke subsistem pembesaran. Kegiatan ini biasanya dilakukan selama 6 minggu.
3). Subsistem pembesaran
Pada subsistem pembesaran, pelaku bertugas membesarkan benih dari hasil pendederan ukuran 4 inci (25 g) sampai menjadi ikan konsumsi. Kegiatan ini biasanya dilakukan selama 3 bulan. Di samping itu, subsistem ini bertugas pula dalam mencari pasar dalam dan luar negeri.
4). Subsistem penunjang
Pada subsistem penunjang, pelaku bertugas menyediakan sarana dan prasarana yang dibucuhkan oleh masing-masing subsistem, seperti menyediakan pakan tambahan, peralatan, dan sarana produksi lainnya. Adanya subsistem tersebut diharapkan kegiatan budi daya dapat berjalan lancar karena masing-masing subsistem mempunyai tugas yang berlainan dan akan terjalin suatu kerja sama yang sating menguntungkan.

Wednesday, May 28, 2014

CARA MENGELOLA USAHA BIDANG PERIKANAN

May 28, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Teori Produksi

Produksi  diartikan  sebagai  penggunaan  atau  pemanfaatan  sumber  daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi-komoditi tersebut dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditi itu (Miller dan Mainers, 2000).
Dengan demikian produksi itu tidak terbatas pada pembuatannya saja tetapi juga penyimpanannya, distribusi, pengangkutan, pengeceran, pemasaran kembali, upaya-upaya mensiasati lembaga regulator atau mencari celah hukum demi memperoleh keringanan pajak atau lainnya.
Iswardono, (2004) menuliskan bahwa teori produksi sebagai mana teori perilaku konsumen merupakan teori pemilihan atas berbagai alternatif yang tersedia. Dalam hal ini adalah keputusan yang diambil seorang produsen dalam menentukan pilihan atas alternatif tersebut. Produsen mencoba memaksimalkan produksi yang bisa dicapai dengan suatu kendala ongkos tertentu agar bisa dihasilkan keuntungan yang maksimum.

Fungsi Produksi

Pengertian fungsi produksi adalah suatu hubungan diantara faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya. Faktor-faktor produksi ini terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian keusahaan. Dalam teori ekonomi untuk menganalisis mengenai produksi, selalu dimasalahkan bahwa tiga faktor produksi (tanah, modal, dan keahlian keusahaan) adalah tetap jumlahnya.  Hanya tenaga kerja yang dipandang seabagai faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Yang dimaksud faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada budidaya ikan agar ikan lele tersebut mampu tumbuh dan mengahsilkan dengan dengan baik (Soekartawi,1997).
Untuk menggambarkan hubungan diantara faktor-faktor produksi yang digunakan dan tingakat produksi yang dicapai, maka yang di gambarkan adalah hubungan antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang dicapai (Sukirno,2005). Sementara itu faktor produksi menurut Mankiw (2006) adalah hubungan antara jumlah input  yang digunakan dalam membuat barang dengan jumlah output dari barang terebut.
Fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut:

Q = F (K,L,R,T)..................................................................................................(2.1) Dimana:
K= adalah jumlah stock modal atau persediaan modal

L= jumlah tenaga kerja (yang meliputi jenis tenaga kerja dan keahlian keusahaan) R = Biaya sewa lahan



T= adalah tingakat teknologi yang digunakan

Q= adalah jumlah produksi yang digunakan (Sukirno,2005).

Soekartawi (1990) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik anatara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya dalam bentuk input.
Secara sistematis, hubunga ini dapat ditulis sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, …..,Xi,..Xn……………………………………………(2.2)

Dari fungsi produksi di atas, yaitu dalam persamaan 2.2, maka dapat djelaskan bahwa hubungan X dan Y dapat diketahui dan sekaligus hubungan Xi, Xn  dan X lainya juga dapat diketahui. Pengguanaan dari berbagai macam faktor- faktor tersebut diusahakan untuk menghasilkan atau memberikan hasil maksimal dalam jumlah tertentu.
menyatakan bahwa fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input- input. Setiap produsen dalam teori dianggap mempunyai satu fungsi produksi sebagai berikut (Boediono, 1989)  :
Q = f (X1,X2,………,Xn)               ...............................................................................(2.3) Dimana :
Q                                 = tingkat produksi (output) X1,X2,………Xn   = berbagai input yang digunakan



Kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi diusahakan sedemikian rupa agar dalam jumlah tertentu menghasilkan keuntungan tinggi.
Proses produksi memiliki sifat khusus berkaitan hubungan antara input dan output  yang  dikenal  dengan   the  law  of  diminishing  return   yaitu  proses produksi apabila ada tambahan satu macam input ditambah penggunaanya sedang input-input  yang lain  tetap maka tambahan  satu input yang ditambahkan  tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambah.
Secara  grafik  penambahan  faktor  produksi  yang  digunakan  dapat  dijelaskan dengan gambar sebagai berikut:




Gambar 2.1
Grafik produksi dengan satu variabel input








Output Per periode








Output Per periode









0





C B

A



(a
E II
I                    III


(b)

TP








Labor Per periode








Labor Per periode
AP MP



Sumber: Pindyck, Robert dan Rubinfeld, 1995



Sesuai gambar , dapat membagi fungsi produksi menjadi tiga daerah atau tiga tahap yaitu:
-     Tahap I ; terjadi pada saat kurva MPP diatas kurva APP yang meningkat. MPP yang meningkat menunjukkan MC yang menurun sehingga input terus ditambah, MPP  akan  menghasilkan  MC  atau  tambahan  ongkos  per  unit  yang  semakin



menurun,            tidak rasional jika produsen berproduksi di daerah ini. Tahap I ini berakhir pada titik di mana MPP memotong kurva APP di titik maksimum.
-     Tahap II ; terjadi pada saat kurva MPP menurun dan berada dibawah kurva APP, tapi masih lebih besar dari nol. Pada awal tahap ini, efisiensi input variabel mencapai titik puncak, sedangkan pada akhir tahap ini, efisiensi input tetap mencapai puncaknya, yaitu pada saat kurva TPP mencapai titik maksimum.
-     Tahap III ; terjadi pada saat kurva MPP negatif. Hal ini dikarenakan rasio input variabel terhadap input terlalu besar sehingga TPP menurun.
2.1.3  Fungsi Produksi Linier

Merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara input-input yang digunakan dengan output yang dihasilkan dalam bentuk fungsi linier. Secara matematis fungsi produksi linier dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f (X1,X2,X3,…………Xn )                                     atau……………………………(2.7) Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 +…………….+ bn Xn.............................(2.8) Dimana :
Y= variabel yang dependent/variabel yang dijelaskan a= konstanta
X= variabel independent/variabel yang menjelaskan b= koefisiensi regresi
2.1.4               Fungsi Produksi Cobb-Douglas (CD)

Merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel.  Dimana  variabel  yang  satu  disebut  variabel  dipenden  (Y)  yang  lain



variabel independen (X). Sehingga kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb Douglas :
Y = f (X1, X2, X3, ……,Xn …………………………………………(2.9) Atau  dapat dituliskan fungsi Cobb Douglas sebagai berikut:
Y = aX1b1X2b2……X3b3…………Xnbnen………………………… ….(2.10)

Kemudian untuk memudahkan pendugaan fungsi tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi sebagai berikut :
Ln Y = ln  a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 +e……………………(2.11) Dimana  :
Y = variabel dependen (output) X = variabel indipenden (input)
B1, b2,…. ,bn = nilai parameter yang diduga

e = bilangan natural (2,718)

u = disturbance term

funsi produksi Cobb Douglas digunakan dalam hal :

a.   Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite)



b.   Tidak ada perbedaan teknologi dari setiap kegiatan atau usaha (misal :

pertanian, perikanan,dsb)



c.   Tiap variable X adalah perfect competition atau tersedia bebas.

d.   Perbedaan  lokasi  pada  fungsi  produksi  seperti  iklim  adalah  sudah tercakup dalam faktor kesalahan.
e.   Hanya terdapat satu variabel yang dijelaskan yaitu (Y)

2.1.5            Efisiensi

Efisiensi  merupakan  rasio  antara  output  dan  input,  dan  perbandingan antara masukkan dan keluaran. Apa saja yang dimaksudkan dengan masukan serta bagaimana angka perbandingan tersebut diperoleh, akan tergantung dari tujuan penggunaan tolak ukur tersebut. Secara sederhana menurut Nopirin (1997), efisiensi dapat berarti tidak adanya pemborosan.
Efisiensi merupakan banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari kesatuan faktor produksi atau input. Situasi seperti ini akan terjadi apabila petani mampu membuat suatu upaya agar nilai produk marginal (NPM) untuk suatu  input atau masukan  sama  dengan harga  input  (P)  atau  dapat  dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990):
NPMx = Px ; atau

NPMx / Px = 1

Pada kenyataannya NPMx  tidak selalu sama dengan Px, dan yang sering terjadi adalah keadaan sebagai berikut:



1.   (NPMx  / Px) > 1 ; artinya bahwa penggunaan input x belum efisien. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka input harus ditambah.



2.   (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input x tidak efisien . Untuk mencapai atau menjadi efisien maka input harus dikurangi.
Penggunaan  sumber  daya  produksi  dikatakan  belum  efisien  apabila sumber daya tersebut masih mungkin digunakan untuk memperbaiki setidak- tidaknya keadaan kegiatan yang satu tanpa menyebabkan kegiatan yang lain menjadi lebih buruk. Sumber daya dikatakan efisien pengunaannya jika sumber daya tersebut tidak mungkin lagi digunakan untuk memperbaiki keadaan kegiatan yang satu tanpa menyebabkan kegiatan yang lain menjadi lebih buruk (Lipsey,
1992). Menurut Mubyarto (1986), Efisiensi adalah suatu keadaan di mana sumberdaya telah dimanfaatkan secara optimal. Untuk memperoleh sejumlah produk diperlukan bantuan atau kerjasama antara beberapa faktor produksi.
2.1.6            Return To Scale

RTS (Return To Scale) atau keadaan skala usaha perlu diketahui untuk mengetahui kombinasi pengguanaan factor produkasi. Terdapat 3 kemungkinan return to scale, yaitu (Soekartawi,1990):
a.) Decreasing Return To Scale (DRS), bila (b1+b2+…..+bn)   1, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan factor produksi akan menghasilkan proporsi penambah produksi yang lebih kecil.
b.) Constant Return To Scale (CRS), bila (b1+b2+…..+bn) = 1, dapat diartikan             bahwa           proporsi                                                  penambah               factor           produksi                 akan proporsional dengan produksi yang diperoleh.




c.) Incrosing Return To scale (IRS), bila (b1+b2+…..+bn)  1, dapat diartikan          bahwa           proporsi                                                  penambah               factor           produksi                 akan mengahasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.
2.1.7             Faktor Produksi

Faktor produksi adalah semua biaya yang diberikan pada ikan lele agar ikan lele tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal  dengan  istilah  input,  production  factor  dan  biaya  produksi.  Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa fackor produksi lahan, modal, untuk membeli bibit, pupuk, pakan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi yang lain (Soekartawi,2003).
2.1.7.1 Manajemen Perikanan

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting di Indonesia juga di Thailand. Lele hidup di air tawar dengan daerah penyebaran yang luas baik secara horizontal dan vertical dan digemari banyak konsumen.
Minat masyarakat yang tinggi akan ikan lele, memungkinkan budidaya ikan lele dumbo yang didatangkan dari Afrika, yang dapat mencapai berat 200 gram dalam waktu 5 bulan sejak menetas.
Pengembangan usah budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibandingkan lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan  lebih  tahan  terhadap  penyakit,  (Departemen  Kelautan  dan  Perikanan  RI,
2003).



Perkembangan budidaya yang sangat pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penuruanan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (increading), seleksi induk yang salah atas penggunaan  induk  yang berkualitas rendah.  Penurunan  kualitas ini  dapat diamati dari karakter umum pertama kematangan pada telur, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit.
Dalam usaha budidaya ikan lele dumbo yang merupakan proses produksi didasarkan pemberian input-input produksi untuk mendapatkan hasil yang menguntungkan.  Langkah-langkah           sistematis                                      dalam                      manajemen  budidaya perikanan, antara lain:
a.   Pemilihan  lokasi  dan  mempersiapkan  lahan  usaha  untuk  usaha budidaya ikan lele dumbo.
b.   Pemilihan benih ikan yang baik. c.   Penebaran benih ikan
d.   Pengelolaan kualitas air

e.   Penentuan jumlah pemberian pakan ikan yang dibutuhkan f.    Pencegah hama dan penyakit ; serta
g.   Panen dan pemasaran hasil