Monday, April 21, 2014

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN TONGKOL DENGAN MEMAKAI ALAT TANGKAP TRADISIONAL

April 21, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments

Latar belakang
Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis mempunyai pengaruh terhadap perekonomian masyarakat perikanan. Diperlukan metode penangkapan maupun metode penentuan fishing ground dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis secara optimal. Ikan tongkol (Euthynnus sp.) sebagai salah satu ikan pelagis kecil memiliki pola gerakan dan sebaran yang dapat diprediksikan dari berbagai indikator penduga, salah satunya adalah klorofil-a.
Ikan tongkol (Euthynnus sp.) adalah jenis ikan pelagis yang merupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia. Akibat pengelolaan yang kurang baik di beberapa perairan Indonesia, terutama disebabkan minimnya informasi waktu musim tangkap, daerah penangkapan ikan, disamping kendala teknologi tangkapnya itu sendiri, tingkat pemanfaat sumberdaya ikan menjadi sangat rendah. 
Permasalahan yang timbul adalah dari lima tahun terakhir produksi ikan tongkol (Euthynnus sp.), 1 tahun terakhir mengalami penurunan (tahun 20110. Persebaran ikan tongkol (Euthynnus sp.) di perairan
Aspek Biologi ikan Tongkol
Ikan tongkol terklasifikasi dalam ordo Goboioida, family Scombridae, genus Auxis, spesies Auxis thazard. Ikan tongkol masih tergolong pada ikan Scombridae, bentuk tubuh seperti betuto, dengan kulit yang licin . Sirip dada melengkung, ujungnya lurus dan pangkalnya sangat kecil. Ikan tongkol merupakan perenang yang tercepat diantara ikan-ikan laut yang berangka tulang. Sirip-sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip-sirip ini dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesekan dari air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Dan dibelakang sirip punggung dan sirip dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil yang disebut finlet (Nainggolan E, 2009).
Ikan tongkol dapat mencapai ukuran panjang 60 65 cm dengan berat 1.720 gr pada umur 5 tahun. Panjang pertama kali matang gonad ialah 29 30 cm. Ikan tongkol temasuk ikan pelagis yang hidup pada kedalaman hingga 50 m di daerah tropis dengan kisaran suhu 27 28oC. Ikan tongkol merupakan jenis ikan migratory yang tersebar disekitar perairan samudera atlantik, hindia dan pasifik..
Ikan tongkol memiliki 10 12 jari-jari sirip punggung, 10 13 jari-jari halus sirip punggung, 10 14 jari-jari halus sirip dubur, dengan warna punggung kebiru-biruan, ungu tua bahkan berwarna hitam pada bagian kepala. Sebuah pola 15 garis-garis halus, miring hampir horisontal, garis bergelombang gelap di daerah scaleless diatas gurat sisi (linea lateralis). Bagian bawah agak putih (cerah). Dada dan sirip perut ungu, sisi bagian dalam mereka hitam. Badan kuat, memanjang dan bulat. Gigi kecil dan berbentuk kerucut, dalam rangkaian tunggal. Sirip dada pendek, tapi mencapai garis vertikal melewati batas anterior dari daerah scaleless atas corselet. Sebuah flap tunggal besar (proses interpelvic) antara sirip perut. Tubuh telanjang kecuali untuk corselet, yang dikembangkan dengan baik dan sempit di bagian posterior (tidak lebih dari 5 skala yang luas di bawah asal-sirip punggung kedua). Sebuah keel pusat yang kuat pada setiap sisi dasar sirip ekor-kecil antara 2 keel.
Klasifikasi Ikan Tongkol.
Phylum            : Chordata
Sub phylum     : Vertebrata
Class                : Pisces
Sub class         : Teleostei
Ordo                : Percomorphi
Sub ordo         : Scromboidea
Family             : Scromboidae
Genus              : Auxis
Species            : Auxis thazard
Bersifat epipelagic di perairan neretik dan samudra. Makanannya berupa ikan kecil, cumi-cumi, krustasea planktonik (megalops), dan larva stomatopod. Karena kelimpahan mereka, mereka dianggap sebagai elemen penting dari rantai makanan, khususnya sebagai hijauan untuk spesies lain bagi kepentingan komersial. Diincar oleh ikan yang lebih besar, termasuk tuna lainnya. Dipasarkan segar dan beku juga digunakan kering atau asin, asap, dan kaleng. (Bussines Center 2010).
Adapun jenis alat tangkap tersebut antara lain :
1. Payang
Menurut Monintja (1991), jaring pada payang terdiri atas kantong, dua buah sayap, dua tali ris, tali selembar, serta pelampung dan pemberat. Kantong merupakan satu kesatuan yang berbentuk kerucut terpancung, semakin ke arah ujung kantong jumlah mata jaring semakin berkurang dan ukuran mata jaringnya semakin kecil. Ikan hasil tangkapan akan berkumpul di bagian kantong ini, semakin kecil ukuran mata jaaringmaka semakin kecil kemungkinan ikan meloloskan diri..
Keterangan:
1. Tali selembar kanan
2. Tali selembar kiri
3. Pelampung bulat
4. Sayap kanan
5. Sayap kiri
6. Pemberat
7. pelampung
8. Buntut
9. Tal iris atas
10.Tal iris bawah
Sayap merupakan lembaran jaring yang disatukan dan berfungsi sebagai penggiring dan pengejut bagi ikan sehingga ikan mengarah ke mulut jaring. Sayap terdiri atas sayap kiri dan sayap kanan, memiliki ukuran mata jaring yang lebih besar dari bagian lainnya (Monintja, 1991).
Tali ris ada dua bagian, yaitu tali ris atas dan tali ris bawah. Tali ris atas lebih panjang dan tali ris bawah yang menyebabkan bibir jaring bagian atas lebih menjorok ke dalam. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari ikan meloloskan diri ke bagian bawah perairan. Tali ris berfungsi untuk merentangkan jaring dan merupakan tempat tali pelampung (floats) dan pemberat (sinker). Tali selembar adalah tali yang mengikat ujung sayap kiri dan kanan jaring, berfungsi menghubungkan antara jaring dan kapal/perahu (Subani dan Barus, 1989).
Pelampung dan pemberat berfungsi untuk membantu bukaan mulut jaring. Pelampung juga berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaring sesuai dengan yang diinginkan dan menjaga bukaan mulut jaring dari pengaruh angin dan arus saat dioperasikan. Pemberat berfungsi agar bagian bawah jaring terendam sempurna sehingga membentuk bukaan mulut jaring yang maksimal (Monintja, 1991).
2. Pukat Cincin (Purse Seine)
Pukat cincin atau jaring lingkar (purse seine) merupakan jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan
Pukat cincin atau purse seine adalah sejenis jaring yang di bagian bawahnya dipasang sejumlah cincin atau gelang besi. Dewasa ini tidak terlalu banyak dilakukan penangkapan tuna menggunakan pukat cincin, kalau pun ada hanya berskala kecil. Pukat cincin dioperasikan dengan cara melingkarkan jaring terhadap gerombolan ikan. Pelingkaran dilakukan dengan cepat, kemudian secepatnya menarik purse line di antara cincin-cincin yang ada, sehingga jaring akan membentuk seperti mangkuk. Kecepatan tinggi diperlukan agar ikan tidak dapat meloloskan diri.
Setelah ikan berada di dalam mangkuk jaring, lalu dilakukan pengambilan hasil tangkapan menggunakan serok atau penciduk. Pukat cincin dapat dioperasikan siang atau malam hari. Pengoperasian pada siang hari sering menggunakan rumpon atau payaos sebagai alat bantu pengumpul ikan. Sedangkan alat bantu pengumpul yang sering digunakan di malam hari adalah lampu, umumnya menggunakan lampu petromaks. Rumpon selain berfungsi sebagai alat pengumpul ikan juga berfungsi sebagai penghambat pergerakan atau ruaya ikan, sehingga ikan akan berada lebih lama di sekitar payaos. Rumpon dapat menjaga atau membantu cakalang tetap berada d lokasi pemasangannya selama 340 hari.
3. Jaring Insang
Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah pemberat pada tali ris bawah. Ada beberapa gill net yang mempunyai penguat bawah (srampat/selvedge) terbuat dari saran sebagai pengganti pemberat.
Tinggi jaring insang permukaan 5 - 15 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang pertengahan 5 - 10 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang serta tinggi jaring insang dasar 1 - 3 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium. Bentuk gill net tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah..
Pengoperasiannya dipasang tegak lurus di dalam perairan dan menghadang arah gerakan ikan. Ikan tertangkap dengan cara terjerat insangnya pada mata jaring atau dengan cara terpuntal pada tubuh jaring. Satuan jaring insang menggunakan satuan pis jaring (piece). Satu unit gill net terdiri dari beberapa pis jaring (SISKA, 2010).
Dilihat dari cara pengoperasiannya, alat tangkap ini biasa dihanyutkan (drift gill-net), dilabuh (set gill-net), dilingkarkan (encircling gill-net). Jaring insang termasuk alat tangkap potensial terlebih setelah adanya Keppres 29/80 khususnya jaring insang dasar (bottom set gill-net) atau yang lebih dikenal dengan nama Jaring klitik (Genisa. A. S, 1998).
a. Jaring insang hanyut
Jaring insang hanyut adalah jenis gill net yang berbentuk empat persegi panjang. Jaring insang hanyut termasuk dalam klasifikasi jaring insang hanyut di permukaan air (surface drift gill net) atau jaring insang hanyut di pertengahan air (midwater drift gill net) dengan panjang tali ris bawah sama dengan atau lebih kecil daripada panjang tali ris atas. Pengoperasiannya dipasang tegak lurus dan dihanyutkan di dalam perairan mengikuti gerakan arus selama jangka waktu tertentu, salah satu ujung unit gill net diikatkan pada perahu/kapal atau kedua ujung gill net dihanyutkan di perairan. Pada perairan umum, jaring insang hanyut digunakan
Hasil tangkapan antara lain baung, kepiting, sepat siam, gabus, koan, lukas, mas, mujair, botia, berukung, benteur, bilih, tawes, depik, hampal, jelawat, kendia, lalawak, sili, nilem, parang, repang, salab, semah, seren, betutu, patin jambal, tempe dan lempuk (SISKA, 2010).
b. Jaring insang tetap
Jaring insang tetap adalah jaring insang berbentuk empat persegi panjang. Jaring insang tetap dapat dikategorikan dalam klasifikasi jaring insang tetap di dasar air (bottom set gill net), jaring insang tetap di pertengahan air (midwater set gill net) tergantung pada pemasangan gill net di dalam perairan. Tali ris bawah sama dengan atau lebih panjang daripada tali ris atas. Pengoperasiannya dipasang menetap di perairan dengan menggunakan pemberat selama jangka waktu tertentu. Pada perairan umum, jaring insang hanyut digunakan di danau atau waduk (SISKA, 2010).
Dalam pengoperasiannya jaring ini bisa dilabuh (diset), lapisan tengah maupun dibawah lapisan atas, tergantung dari panjang tali yang menghubungkan pelampung dengan pemberat (jangkar). Jaring insang labuh ini sama dengan jaring klitik yaitu jaring insang dasar menetap yang sasaran utama penangkapannya adalah udang dan ikan-ikan dasar. Cara pengoperasian jaring insang labuh ini disamping didirikan secara tegak lurus, dapat juga diatur sedemikian rupa yang seakan-akan menutup permukaan dasar atsau dihamparan tepat di atas karang-karang (Genisa. A. S, 1998).
c. Jaring Lingkar
Jaring insang lingkar adalah jaring insang yang dalam pengoperasiannya dengan cara melingkarkan ke sasaran tertentu yaitu kawanan ikan yang sebelumnya dikumpulkan melalui alat bantu sinar lampu. Setelah kawanan ikan terkurung kemudian dikejutkan dengan suara dengan cara memukul-mukul bagian perahu, karena terkejut ikan-ikan tersebut akan bercerai-berai dan akhirnya tersangkut karena melanggar mata jaring (Genisa. A. S, 1998).

0 comments:

Post a Comment