Indonesia
merupakan sebuah negara kepulauan, dimana lebih kurang ¾ bagian daerahnya
terdiri dari perairan. Jenis-jenis perairan dapat dibedakan menjadi perairan
tawar, perairan laut, dan perairan payau. Perairan-perairan tersebut didiami
oleh berbagai macam organisme dengan karakteristik yang berbeda. Menurut Barus
(2004), dari ketiga ekosistem perairan tersebut, air laut dan air payau
merupakan bagian yang terbesar, yaitu lebih dari 97%. Sisanya adalah air tawar
dengan jumlah terbatas yang justru dibutuhkan oleh manusia dan banyak jasad
hidup lainnya untuk keperluan hidupnya.
Dalam
suatu ekosistem terdapat rantai makanan yang saling berhubungan. Rantai makanan
ini biasanya terdiri dari produsen, konsumen, dan pengurai (detritivor). Pada
suatu kolam budidaya organisme yang berperan sebagai produsen adalah plankton,
khususnya fitoplankton.
Menurut
Nontji (2008), plankton berbeda dengan nekton yang merupakan hewan yang
mempunyai kemampuan aktif berenang bebas, tidak bergantung pada arus, seperti
misalnya ikan, cumi-cumi, paus, lain pula dengan bentos yang merupakan biota
yang hidupnya melekat, menancap, merayap, atau meliang (membuat liang) di dasar
laut, seperti misalnya kerang, teripang, bintang laut, dan karang (coral).
Plankton
sangat mudah ditemukan di perairan, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak.
Hal ini membawa banyak pengaruh bagi suatu usaha budidaya, baik itu positif
maupun negatif. Dalam hal ini akan dibahas mengenai pengaruh plankton pada
kolam budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus). Oleh karena itu kita perlu
mengetahui tentang “Pengaruh Plankton Terhadap Budidaya Ikan”.
Adapun manfaat plankton:
- Dapat mengetahui pengertian dan
jenis-jenis plankton
- Dapat mengetahui peranan plankton dalam
usaha budidaya ikan
- Dapat mengusahakan budidaya yang produktif
dengan mengetahui peranan plankton di dalamnya
- Dapat mengetahui dampak positif dan negatif
dari kelimpahan plankton yang ada di perairan budidaya.
Pengertian Plankton
Menurut
Nontji (2008), plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya
mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya
(kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus.
Plankton
terdiri dari organisme-organisme berukuran kecil mikroskopis yang jumlahnya
sangat banyak dan mereka ini tidak cukup kuat untuk menahan gerakan air yang
begitu besar. Banyak diantara kelompok ini yang merupakan golongan perenang
aktif walaupun demikian mereka tetap terombang-ambing oleh arus lautan
(Hutabarat dan Evans, 1986).
Menurut
Manza (2010), plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam
mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya
terus hidup. Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika
dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton.
Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang, kerang,
dan ikan paus.
Jenis-Jenis Plankton
Menurut Nontji (2008),
secara fungsional plankton dapat digolongkan menjadi empat golongan utama,
yakni fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton.
a. Fitoplankton
Fitoplankton, disebut
juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang
dalam laut. Ukuran yang paling umum berkisar antara 2-200µm (1 µm = 0,001 mm).
Fitoplankton mengandung klorofil dan karenanya mempunyai kemampuan
berfotosintesis yakni menyadap energi surya untuk mengubah bahan inorganik
menjadi bahan organik. Kelompok fitoplankton yang sangat umum dijumpai di
perairan tropis adalah diatom (Bacillariophyceae), dan dinoflagelat (Dynophyceae).
Meskipun
ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan
padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air laut.
Fitoplankton mempunyai
fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan
sendiri bahan organic makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan
proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organic karena mengandung klorofil.
Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai primer producer.
b. Zooplankton
Zooplankton, disebut
juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam
laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat
ditentukan kemana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik. Ukurannya
yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar
misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang
paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid
(mysid), amfipod (amphypod), kaetognat (chaetognath).
c. Bakterioplankton
Bakterioplankton,
adalah bakteri yang hidup sebagai plankton. Ia mempunyai ciri yang khas,
ukurannya sangat halus (umumnya < 1 µm), tidak mempunyai inti sel, dan
umumnya tidak mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis. Fungsi utamanya
dalam ekosistem laut adalah sebagai pengurai (decomposer).
Lingkungan juga dapat
digunakan sebagai faktor untuk mengklasifikasikan plankton. Menurut Herawati
(1989), plankton dapat dibedakan menjadi:
1. Limnoplankton
adalah jenis plankton yang hidup di lingkungan danau.
2. Rheoplankton
adalah jenis plankton yang hidup di lingkungan sungai atau air mengalir.
3. Holiplankton
adalah plankton yang hidup di air laut
4. Hypolmeroplankton
adalah hidup di daerah estuaria
5. Hypoplankton
adalah plankton yang hidup mendekati dasar perairan
6. Epipoplankton
adalah plankton yang hidup di zona euphotic
7. Bathyplankton
adalah biasa hidup di daerah zona aphotic
8. Mesoplankton
merupakan jenis plankton yang hidup di daerah zona disphotic.
A. Peranan
Plankton dalam Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Dalam suatu usaha
budidaya plankton memiliki peranan yang sangat besar, khususnya pada budidaya
ikan pada kolam tradisional. Dengan konstruksi kolam yang langsung bersinggungan
dengan tanah memungkinkan tumbuhnya plankton dengan baik, khususnya
fitoplankton. Untuk selanjutnya akan dibahas mengenai peranan fitoplankton
dalam budidaya ikan.
Menurut Rostini (2007),
fitoplankton merupakan jenis alga, termasuk ke dalam sub filum Thallofita yang
mempunyai klorofil. Fitoplankton yang ada di seluruh dunia adalah sebagai
produsen primer, dapat menyediakan makanan untuk fauna lebih banyak daripada
seluruh flora yang ada di daratan. Kapasitas fotosintesis dari semua
fitoplankton yang ada di laut lebih besar daripada seluruh flora yang ada di
daratan. Dengan adanya konsentrasi fitoplankton yang besar di laut maka
terdapat banyak zooplankton sebagai konsumen primer bagi ikan, udang-udangan
dan sebagainya.
Menurut Garno (2002),
plankton adalah jasad renik yang melayang di dalam kolom air mengikuti gerakan
air. Plankton dikelompokkan menjadi dua :
1) Fitoplankton,
jasad nabati yang dapat melakukan fotosintesis karena mengandung klorofil;
terdiri dari satu sel atau banyak sel. Zooplankton, jasad hewani yang tidak
dapat melakukan fotosintesis zoo-plankton memakan fitoplankton. Zooplankton
juga merupakan Jasad hewani miko yang melayang di dalam air yang pergerakannya
dipengaruhi arus. Zooplankton adalah kategorisasi untuk organisme kecil yang
termasuk protozoa kecil dan metazoa besar. Zooplankton metazoa penting,
termasuk Cnidaria seperti Ubur-ubur, Crustacea seperti Copepoda dan Krill
Moluska seperti Pteropoda dan Chordate.
Sejauh ini plankton
mulai diusahakan untuk dibudidaya. Hasil budidaya plankton tersebut nantinya
dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan. Beberapa jenis plankton yang
dibudidaya untuk pakan alami antara lain:
a)
Fitoplankton. Dari golongan Diatom yang
sering dibudidayakan sebagai pakan adalah Chaetoceros calcitrans, Skeletonema
costatum, Phaeodactylum tricornutum, Nitszchia closterium, Cyclotela mana dan
Navicula sp. Dari golongan Chlorophyceae diantaranya Chlorella sp, Monas sp,
Chlamydomonas sp, Platymonas tertratele, Isochrysis sp., Monochrysis sp., dan
Dunaliella terteolecta.
b)
Menurut Manza (2010), plankton adalah
organisme yang menyumbang 80% kebutuhan oksigen yang ada di bumi ini. Dengan
kemampuannya berespirasi, plankton (fitoplankton) menghasilkan
gelembung-gelembung oksigen yang terdapat di dalam laut, oksigen tersebut
terlepas ke udara dan menjadi gas yang bisa kita nikmati sekarang.
c)
Menurut Wikipedia (2011), fitoplankton
memperoleh energi melalui proses yang dinamakan fotosintesis sehingga mereka
harus berada pada bagian permukaan permukaan (disebut sebagai zona euphotic)
lautan, danau atau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton
menghasilkan banyak oksigen yang memenuhi atmosfer Bumi. Kemampuan mereka untuk
mensintesis sendiri bahan organiknya menjadikan mereka sebagai dasar dari
sebagian besar rantai makanan di ekosistem lautan dan di ekosistem air tawar.
d)
Disamping cahaya, fitoplankton juga
sangat tergantung dengan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhannya.
Nutrisi-nutrisi ini terutama makronutrisi seperti nitrat, fosfat atau asam
silikat, yang ketersediaannya diatur oleh kesetimbangan antara mekanisme yang
disebut pompa biologis dan upwelling pada air bernutrisi tinggi dan dalam. Akan
tetapi, pada beberapa tempat di Samudra Dunia seperti di Samudra bagian
Selatan, fitoplankton juga dipengaruhi oleh ketersediaan mironutrisi besi.
Walaupun hampir semua fitoplankton adalah fotoautotrof obligat, ada beberapa
fitoplankton yang miksotrofik dan ada juga spesies tak berpigmen yang merupakan
heterotrof (yang ini dinamakan sebagai zooplankton). Jenis-jenis ini, yang
paling dikenal adalah dinoflagellata seperti genus Noctiluca dan Dinophysis,
memperoleh karbon organiknya dengan memakan organisme atau material detritus
lainnya.
Selain sebagai pakan
alami yang sangat bermanfaat bagi ikan nila (Oreochromis niloticus), kelimpahan
plankton yang terlalu banyak juga dapat menimbulkan blooming algae dan
eutrifikasi perairan. Menurut Rohim et. al (2008), jenis fitoplankton yang berpotensi menyebabkan Harmful
Algae Blooms (HABs) yang ditemukan di perairan Sidoarjo adalah Nitzschia
sp.,Chaetoceros sp.,Chaetoceros diversus,Chaetoceros pseudocarvisetum dari
kelas Bacillariophyceae, Ceratium sp.1, Ceratium sp.2, Ceratium sp.3, Ceratium
sp.4, Prorocentrum sp., Dinophysis homunculus dari kelas Dinophyceaedan
Anabaena sp. dari kelas Cyanophyceae.
Menurut Suryanto
(2006), perairan seringkali mengalami stratifikasi suhu akibat terhalangnya
sinar matahari untuk mencapai sampai ke dasar perairan. pH dilapisan epilimnion
(permukaan yang tertembus sinar) cukup bagus sehingga dapat mendukung
pertumbuhan fitoplankton. Unsur fosfor dilapisan epilimnion sedikit sekali,
karena unsur fosfor digunakan secara besar-besaran oleh fitoplankton yang
melimpah di permukaan perairan.
Menurut Darmono (2001)
dalam Taufik (2005) menyatakan bahwa kejadian eutrofikasi seperti ini merupakan
masalah yang terbanyak ditemukan dalam danau dan waduk, terutama bila danau
atau waduk tersebut berdekatan dengan daerah urban atau daerah pertanian.
0 comments:
Post a Comment