Berkembangnya
pangsa pasar kepiting bakau (Scylla serrata) baik di dalam maupun di luar
negeri adalah suatu tantangan untuk meningkatkan produksi secara
berkesinambungan. Dengan mengandalkan produksi semata dari alam/tangkapan jelas
sepenuhnya dapat diharapkan kesinambungan produksinya. Untuk itu perlu adanya
usaha budidaya bagi jenis crustacea yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Usaha
budidaya kepiting bakau harus didukung oleh tersedianya lahan yang bebas
polusi, benih dan kemampuan pengelolaan secara teknis maupun manajemen. Lahan
pemeliharaan dapat menggunakan tambak tradisional sebagaimana dipakai untuk
memelihara udang atau bandeng.
Jenis
Kepiting Bakau
Jenis
kepiting bakau yang mempunyai nilai ekonomis tinggi antara lain :
1. Scylla
serrata, jenis ini mempunyai ciri warna keabu-abuan sampai warna hijau
kemerah-merahan.
2. Scylla
oceanica, berwarna kehijauandan terdapat garis berwarna coklat pada hampir
seluruh bagian tubuhnya kecuali bagian perut.
3. Scylla
transquebarica, berwarna kehijauan sampai kehitaman dengan sedikit garis
berwarna coklat pada kaki renangnya.
Dari
ketiga jenis kepiting tersebut diatas, Scylla serrata pada umur yang sama
umumnya berukuran lebih kecil dibandingkan kedua jenis lainnya. Tetapi dari
segi harga dan minta pembeli, jenis pertama tadi lebih unggul.
Tingkah
Laku dan Kebiasaan Kepiting Bakau
Secara
umum tingkah laku dan kebiasaan kepiting bakau yang dapat diamati adalah sbb:
1. Suka
berendam dalam lumpur dan membuat lubang pada dinding atau pematang tambak
pemeliharaan. Dengan mengetahui kebiasaan ini, maka kita dapat merencanakan
atau mendesain tempat pemeliharaan sedemikian rupa agar kemungkinan lolosnya
kepiting yang dipelihara sekecil mungkin.
2. Kanibalisme
dan saling menyerang, sifat inilah yang paling menyolok pada kepiting sehingga
dapat merugikan usaha penanganan hidup dan budidayanya. Karena sifatnya yang
saling menyerang ini akan menyebabkan kelulusan hidup rendah dan menurunkan
produktivitas tambak. Sifat kanibalisme ini yang paling dominan ada pada kepiting
jantan, oleh karena itu budidaya monosex pada produksi kepiting akan memberikan
kelangsungan hidup lebih baik.
3. Moulting
atau ganti kulit. Sebagaimana hewan jenis crustacea, maka kepiting juga
mempunyai sifat seperti crustacea yang lain, yaitu molting atau ganti kulit.
Setiap terjadi ganti kulit, kepiting akan mengalami pertumbuhan besar karapas
maupun beratnya. Umumnya pergantian kulit akan terjadi sekitar 18 kali mulai
dari stadia instar sampai dewasa. Selama proses ganti kulit, kepiting
memerlukan energi dan gerakan yang cukup kuat, maka bagi kepiting dewasa yang
mengalami pergantian kulit perlu tempat yang cukup luas.
Pertumbuhan
kepiting akan terlihat lebih pesat pada saat masih muda, hal ini berkaitan
dengan frekuensi pergantian kulit pada saat stadia awal tersebut. Periode dan
tipe frekuensi ganti kulit penting artinya dalam melakukan pola usaha budidaya
yang terkait dengan desain dan konstruksi wadah, tipe budidaya dan
pengelolaanya.
Kepekaan
terhadap Polutan
Kualitas air sangat berpengaruh terhadap
ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi karena kelebihan
sisa pakan yang membusuk. Bila kondisi kepiting lemah, misalnya tidak cepat
memberikan reaksi bila dipegang atau perutnya kosong bila dibelah, kemungkinan
ini akibat dari menurunnya mutuair. Untuk menghindari akibat yang lebih buruk
lagi, selekasnya pindahkan kepiting ke tempat pemeliharaan lain yang kondisi
airnya masih segar.
Lokasi
Budidaya
Tambak
pemeliharaan kepiting diusahakan mempunyai kedalaman 0,8-1,0 meter dengan
salinitas air antara 15-30 ppt.Tanah tambak berlumpur dengan tekstur tanah liat
berpasir (sandy clay) atau lempung berliat (silty loam) dan perbedaan pasang
surut antara 1,5-2 meter. Disamping syarat seperti tersebut diatas, pada
prinsipnya tambak pemeliharaan bandeng maupun udang tradisional dapat digunakan
sebagai tempat pemeliharaan kepiting.
Pertimbangan
dalam pemilihan lokasi pemeliharaan kepiting, antara lain :
2. Tersedia
pakan yang cukup dan terjamin kontinyuitasnya.
3. Terdapat
sarana dan prasaranaproduksi dan pemasarannya.
4. Tenaga
yang terampil dan menguasai teknis budidaya kepiting.
Disain
dan Konstruksi Tambak
Apabila
perlakuan terhadap kepiting selama masa pemeliharaan kurang baik, seperti :
mutu air kurang diperhatikan, makanan tidak mencukupi maka pada saat kepiting
tersebut mencapai kondisi biologis matang telur akan berusaha meloloskan diri,
dengan jalan memanjat dinding/pagar atau dengan cara membuat lubang pada
pematang. Untuk menghindari hal tersebut, maka konstruksi pematang dan pintu
air perlu diperhatikan secermat mungkin. Pada pematang dapat dipasang pagar
kere bambu atau dari waring, hal ini akan mnegurangi kemungkinan lolosnya
kepiting.
Pemasangan
pagar kere bambu atau waring pematang yang kokoh (lebar 2-4 meter) dilakukan
diatas pematang bagian pinggir dengan ketinggian sekitar 60 cm. Pada tambak
yang pematangnya tidak kokoh, pemasangan pagar dilakukan pada kaki dasar
pematang dengan tinggi minimal 1 meter.
Penebaran
Pada
lokasi penghasil kepiting tangkapan dari alam, pada musim benih unyuk budiadaya
tradisional petani hanya mengandalkan benih kepiting benih kepiting yang masuk
secara alami pada saat pasang surut air. Setelah beberapa bulan mulai dilakukan
panen selektif dengan memungut kepiting yang berukuran siap jual. Dapat juga
kepiting yang sudah mencapai ukuran tersebut dilepas kembali ke dalam petak
pembesaran untuk memperoleh ukuran atau kegemukan yang lebih besar.
Pada
budidaya polikultur dengan ikan bandeng, ukuran benih kepiting dengan berat
20-50 gram dapat ditebar dengan kepadatan 1000-2000 ekor/Ha, dan ikan bandeng
gelondongan yang berukuran berat 2-5 gram ditebar dengan kepadatan 2000-3000
ekor/Ha. Pada budidaya sistem monokultur benih kepiting dengan ukuran seperti
tersebut diatas ditebar dengan kepadatan 5000-15000 ekor/Ha.
Budidaya
Kepiting Bertelur
Kepiting
yang baru saja dipanen dari tambak, dapat dibudidaya lebih lanjut untuk meningkatkan
mutu kepiting betina tidak bertelur atau bertelur belum penuh menjadi bertelur
penuh dengan cara budidaya yang lebih intensif. Dengan kondisi betelur maka
akan menaikkan nilai tambahnya. Karena harga kepiting betina bertelur dapat
mencapai 2-3 kali harga kepiting tidak bertelur, sehingga hal ini akan sangat
membantu menaikkan pendapatan petani nelayan.
Metode
yang digunakan untuk tujuan produksi kepiting bertelur ada dua macam, yakni :
dengan sistim kurungan dan sistim karamba apung.
1.
Sistim Kurungan
Kurungan
dapat dibuat dari bahan bambu yang dibuat menjadi rangkaian. Lebat bilah bambu
1-2 cm dengan panjang 1,7 meter. Bilah-bilah bambu dirangkai secara teratur
sehingga membentuk kere atau semacam pagar. Kere ini kemudian dipasang pada
saluran tambak memanjang pada pinggirannya, bila dipasang dalam tambak, agar
ditempatkan pada bagian yang relatif lebih dalam dan mendapat penggantian air
yang cukup.
Kere
atau pagar bambu ditancapkan sedalam 30 cm dengan bagian bawah dibuat lebih
rapat bertujuan agar kepiting tidak lolos. Untuk penempatan kurungan pada
saluran tambak ukurannya disesuaikan dengan lebar saluran tersebut dan agar
tidak mengganggu kelancaran aliran saluran tambak tersebut. Untuk skala yang
lebih besar dapat menggunakan petakan tambak dengan luasan antara 0,25-0,50
hektar dengan pagar keliling dari kere bambu ataupun dari waring. pagar bambu
ditancapkan sedalam kurang lebih 30 cm dan diusahakan bagian yang halus
menghadap ke dalam dengan maksud agar kepiting tidak dapat memanjat karena bagian
ini licin.
2.
Karamba Apung
Selain
menggunakan kurungan, untuk budidaya kepiting bertelur dapat juga menggunakan
karamba apung. Karamba apung dibuat dari rangkaian bilah bambu seperti pada
pembuatan kere, kemudian kere yang sudah dirangkai menjadi kotak, yang
ukurannya disesuaikan dengan lokasi dimana karamba apung akan ditempatkan.
Selanjutnya pada sisi-sisi panjang yang berlawanan dipasang pelampung yang
terbuat dari potongan bambu yang masih utuh atau dari bahan lainnya. Penempatan
karamba apung ini pada tempat bergantian airnya terjadi secara cukup/baik,
seperti pada saluran, tepi sungai dan tempat lainnya yang memenuhi persyaratan
seperti tersebut diatas. Pada usaha budidaya dengan karamba apung ini kepadatan
dapat mencapai 20 ekor/m2, dengan kepadatan tersebut akan meningkatkan
kelulusan hidup kepiting yang dipelihara. Ukuran siap panen kepiting bertelur
sekitar 200 gr/ekor.
Proses
produksi kepiting bertelur paling lama berlangsung sekitar 5-14 hari atau
tergantung ukuran awal penebaran. Singkatnya masa pemeliharaan ini juga
dimungkinkan karena kepiting betina yang ditebar dengan berat sekitar 150 gram
biasanya sudah mengandung telur.
Usaha
Penggemukan
Usaha
budidaya selain dijadikan kepiting bertelur adalah usaha penggemukan. proses
usaha penggemukan sama dengan budidaya produksi kepiting bertelur. Caranya
dapat dengan menggunakan kurungan bambu atau karamba bambu apung. Perbedaan
yang jelas terletak pada kepiting yang dipelihara. Kepiting yang dipelihara
pada usaha penggemukan ini adalah kepiting berukuran ekspor dari jenis kelamin
jantan maupun betina yang masih keropos. Jangka waktu penggemukan sekitar 5-10
hari, kepiting sudah akan menjadi gemuk dan berisi bila pemeliharaannya secara
baik. Apabila dilanjutkan pemeliharaannya bagi yang berjenis kelaminbetina,
bahkan akan menjadi kepiting bertelur. Untuk menghindari mortalitas akibat
perkelahian antara jantan dan betina, sebaiknya pemelihraan dilakukan secara
monosex.
Pakan
Berbagai
jenis pakan seperti : ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit kambing,
bekicot, keong sawah, dll. dari jenis pakan tersebut, ikan rucah segar lebih
baik ditinjau dari fisik maupun kimiawi dan peluang untuk segera dimakan lebih
cepat karena begitu ditebar tidak akan segera dimakan oleh kepiting.
Pemberian
pakan pada usaha pembesaran hanya bersifat suplemen dengan dosis sekitar 5%.
Lain halnya pada usaha kepiting bertelur dan penggemukan, pemberian pakan harus
lebih diperhatikan dengan dosis antara 5-15% dari erat kepiting yang
dipelihara.
Kemauan
makan kepiting muda biasanya lebih besar, karena pada periode ini dibutuhkan
sejumlah makanan yang cukup banyak untuk pertumbuhan dan proses ganti kulit.
Kemauan makan akan berkurang pada saat kepiting sedang bertelur, dan puncaknya
setelah telur keluar sepertinya kepiting berpuasa.
Pasca
Panen Kepiting Bakau
Salah
satu hal yang menguntungkan dalam penanganan kepiting setelah dipanen adalah
kemampuannya bertahan hidup cukup lama pada kondisi tanpa air. Namun demikian,
penanganan yang kurang baik tetap saja akan menurunkan kondisi kesehatannya dan
dapat menyebabkan kematian.
Apabila
kepiting setelah dipanen langsung dimasukkan kedalam keranjang dengan mengikat
capit, kaki jalan dan kaki renangnya yang merupakan alat gerak yang cukup kuat,
maka kepiting tersebut akan saling capit satu dengan yang lainnya.
Kondisi
demikian akan menimbulkan kerusakan secara fisik pada tubuh kepiting dan
mempengaruhi kondisi fisiologis yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian.
Untuk mengatasi keadaan tersebut kepiting yang baru ditangkap harus segera
diikat sebelum dimasukkan ke dalam keranjang.
Cara
pengikatan kepiting yang baru ditangkap dapat dilakukan seperti dibawah ini :
1. Pengikatan
kedua capit dan seluruh kaki-kakinya
2. Pengikatan
capitnya saja dengan satu tali
3. Pengikatan
masing-masing capit dengan tali terpisah
Tali
pengikat dapat menggunakan tali rafia atau jenis tali lainnya yang cukup kuat.
Setelah kepiting diikat, baik pengikatan capitnya saja maupun pengikatan
seluruh kaki-kakinya akan mempermudah penanganan dan pengangkutannya
Penanganan
kepiting yang telah disusun dalam keranjang yang perlu mendapat perhatian ialah
tetap menjaga suhu dan kelembaban. Usahakan suhu tidak lebih tinggi dari 26°C
dan kelembaban yang baik adalah 95%. Cara yang dapat dilakukan untuk menjaga
suhu dan kelembaban ideal bagi kelangsungan hidup kepiting selama dalam
pengangkutan ialah : elupkan kepiting ke dalam air payau (salinitas 15-25‰)
selama kurang lebih 5 menit sambil digoyang-goyangkan agar kotoran terlepas.
Setalah kepiting disusun kembali di dalam wadah. tutuplah wadah dengan karung
goni basah.
0 comments:
Post a Comment