Tuesday, October 25, 2011

TRANSPLANTASI TERUMBU KARANG TUJUAN DAN MANFAAT

October 25, 2011 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Waktu di dasar laut berkedalaman 5—6 m. Sebuah tang aluminium memotong-motong cabang Acropora kimbeensis. Hasil potongan dibawa ke daratan untuk ditumbuhkan di dalam mangkuk berisi semen. Tujuh bulan kemudian karang siap dipanen. Sebelum ditanam, potongan-potongan karang itu dibersihkan dari lendir dalam bak berukuran 10 m x 1 m x 50 cm. Selanjutnya setiap potongan ditancapkan di dalam mangkuk terbuat dari campuran semen dan pasir dengan perbandingan 1:4. Sebagai perekat dipakai semen. Karang yang akan ditumbuhkan itu didiamkan dalam bak air laut bersalinitas 33 ppt selama 2—3 hari. Selanjutnya mereka diletakkan di mangkuk-mangkuk berisi potongan karang dalam anjang-anjang yang terbuat dari kayu meranti. Agar kuat, tiap mangkuk dilekatkan ke tali senar yang terpasang di kanan kiri baris anjang-anjang. Proses itu belum berakhir. Anjang-anjang lantas dipindahkan ke laut dan diletakkan dalam meja persegi panjang berpondasi beton. Selama 30 hari karang-karang itu tampak stres. Itu terlihat dari lapisan kerak atau encrusting yang terbentuk setebal 1—2 cm di atas substrat. Namun, dari lapisan kerak itu bermunculan polip-polip yang akan membentuk cabang karang baru. Dalam waktu 7 bulan karang sudah membentuk lebih dari 4 cabang dan siap dipanen. Panen dilakukan dengan cara mengangkat anjang-anjang ke daratan, lalu ditaruh dalam bak 10 m x 1 m x 50 cm. Sebelum dikemas, substrat yang tertutup lumut dan alga digosok. Setelah bersih, dasar substrat diikatkan ke gabus agar mengapung saat dimasukkan ke dalam kantong plastik berisi air hasil aerasi dengan skimmer. Oksigen ditambahkan ke dalam kantong plastik agar karang dapat bertahan hingga 48 jam perjalanan. Setelah itu plastik diikat dan dimasukkan dalam boks berkapasitas 15 kantong yang diberi lubang di kanan-kirinya. Supaya tetap segar, di atas plastik diberi bongkahan es lalu ditutup selembar plastik. Boks styrofoam itu dimasukkan dalam boks karton berlapis plastik. Karang-karang hasil budidaya pun siap dikirim ke negara tujuan.

Berpolip kecil
Itulah proses transplantasi karang yang rutin dilakukan PT Purawisata Baruna, unit koral, Grup Pura, di Pulau Sambangan, Kepulauan Karimunjawa, sejak 2002. Sebanyak 42.000 karang hasil budidaya diekspor ke Eropa (Belanda, Jerman, Perancis, Italia, dan Spanyol), Amerika Serikat, dan Asia (Hongkong, China, Singapura, dan Arab). Jumlah  itu sesuai dengan izin ekspor yang tertuang dalam SK Dirjen PHKA nomor SK 53/IV/IV-KKH/2007 tentang Penetapan Pembagian Kuota Ekspor Tumbuhan dan Satwa Liar 2007.
Bukan tanpa alasan perusahaan yang dikomandoi Jacobus Busono itu giat melakukan transplantasi. “Keragaman karang di sini tak kalah dengan Kepulauan Seribu atau Rajaampat di Papua. Namun, bila terus diambil maka akan punah,” kata Dwi Murtono, ST, pimpinan unit. Adanya transplantasi membuat ketersediaan karang melimpah dan tidak habis meski diekspor. Dampaknya, kehidupan terumbu karang tetap berlangsung harmonis. Yang ditransplantasi adalah jenis small polyp stony (karang batu berpolip kecil, red), seperti genus acropora, montipora, pocillopora, dan hydnopora. “Hampir 90% jenis-jenis itu karena memang pertumbuhannya cepat, terutama yang berbentuk cabang dan foliosa (daun),” kata Dwi. Sisanya jenis large polyp stony yang kebanyakan berbentuk massive (keras) dan submassive. “Masih dalam percobaan,” tambahnya. Itu lantaran bentuk massive dan submassive bulat dan keras bak batu sehingga sulit dipecah. Ditambah lagi pertumbuhannya lambat. “Setahun hitungannya milimeter,” tutur Dwi.
Achantastrea
Tingkat keberhasilan pencangkokan karang jenis-jenis itu mencapai 80%. Keberhasilan itu berkat kerja sama dengan zoocanthellae yang hidup dalam polip karang. “Zooxanthellae membantu penyerapan matahari untuk proses fotosintesis,” ujar Wisnu Widjatmoko, MSc. Menurut lulusan Biologi Karang Universitas Ryukios, Jepang itu matahari dibutuhkan karang sebanyak 95% untuk menghasilkan energi. Dari 80% yang berhasil dicangkok, 20%-nya dikembalikan ke alam—reseeding. Tujuannya untuk pelestarian terumbu karang. Karang yang dilepas ke alam ditaruh di dalam beton berukuran 40 cm x 40 cm. Letaknya berdekatan dengan karang yang tumbuh di alam. Keberhasilan mencangkok bukan berarti tanpa kematian. Sebanyak 20% karang mati gara-gara hama dan sedimentasi yang menyerang saat dipindahkan ke laut. Hama yang kerap mengganggu adalah Achantastrea plantii. Keluarga karang yang memiliki ratusan kaki itu memakan jaringan karang di dekatnya. Achantastrea itu bermunculan ketika bahan organik dan populasi karang padat. “Saat jumlah achantastrea melimpah, dalam sehari semua karang yang ditransplansi mati,” ujar Dwi. Hama lain adalah pinthaster yang berbentuk seperti bola. Ia sama ganasnya dengan achantastrea yang memakan polip karang. Selain jenis karang lain yang menjadi predator, alga pun mengganggu kehidupan karang. Contohnya alga ulfa dan spadina yang muncul setiap Agustus -Oktober. Keduanya menempel di substrat lalu menjalar sampai ke polip. Akibatnya tubuh karang tertutup dan tak dapat menyerap matahari.
Sedimentasi

Peletakkan anjang-anjang yang salah menjadi ancaman serius keberhasilan tranplantasi. Garagara salah pemilihan tempat, PT Purawisata Baruna harus menanggung kematian transplantasi sebanyak 50%. Itu akibat kesalahan meletakkan 20 anjang-anjang. Di kedua tempat itu arus laut kurang sehingga alga yang menjadi makanan karang menjadi sedikit. Selain arus, sedimentasi menjadi ancaman lain ketika salah meletakkan anjang-anjang. Saat upwelling (arus dari dasar laut naik ke atas, red) materi lumpur dan pasir akan terseret ombak. Laut menjadi keruh, materi menutupi polip, dan sinar matahari tidak dapat diserap. Akibatnya biota mati. Kejadian itu pernah menimpa pantai utara Jawa. Dari muara sungai limbah pabrik terbawa ke laut saat banjir. Dalam kondisi itu transplantasi karang akan mengalami kegagalan. Kekeruhan air dapat diukur dengan memakai tutup kaleng yang dicat hitam atau putih. “Warna apa saja bisa asal kontras dengan warna laut,” kata Arif Budiwibowo SPi, kepala operasional PT Purawisata Baruna. Saat tutup kaleng sudah tidak terlihat pada kedalaman 30 cm tandanya air laut keruh. Artinya sinar matahari tidak dapat diserap zooxanthellae karena terhalang oleh materi-materi sedimentasi. Untuk mengatasinya Arif merelokasi anjanganjang ke belakang pulau yang berjarak 200 m dari bibir pantai. Lokasi itu dipilih karena berarus sedang, tidak terlalu deras atau lemah. Arus sedang cocok untuk karang-karang dangkal seperti jenis-jenis yang dibudidayakan perusahaan yang berpusat di Jepara itu. Tak hanya itu saja, lokasi harus datar agar anjanganjang kuat saat diterjang arus. Hal lain, tempat anjang-anjang harus terhindar dari terjangan angin barat atau timur.

Dalam akurium
Proses transplantasi dapat juga dilakukan dalam akuarium. Seperti uji coba yang dilakukan Dr Unggul Aktani dan Center for Coastal and Marine Resources Studies Institut Pertanian Bogor pada 2004. Saat itu 5 cabang A. yongei dilekatkan dalam substrat campuran pasir dan semen, kemudian ditata dalam anjang-anjang. Anjanganjang tidak perlu dibawa ke laut, melainkan tetap dalam akuarium. “Yang terpenting kualitas air,” ujar Unggul. Agar sesuai dengan kondisi di laut, air yang dipakai
bersalinitas 30—34 ppt. Ketika salinitas naik lantaran terjadi penguapan, air dalam akuraium perlu ditambah air tawar. “Sampai nilainya kembali normal,” tambahnya. Untuk mengukur salinitas dipakai salinometer. Selain kualitas air, ketersediaan pakan artemia dan udang kecil menentukan keberhasilan pertumbuhan karang. Pakan itu diberi setiap hari. Sisa pakan dan kotoran diatasi dengan filter mekanis memakai spon. “Kotoran akan tersedot secara otomatis. Namun, filter secara rutin harus dibersihkan,” tutur alumnus Ekologi Terumbu Karang Universitas Bremen Jerman itu. Serangkaian perlakukan itu meningkatkan keberhasilan transplantasi dalam akuarium mencapai 70%. Sisanya, 30%, mati. Penyebabnya kualitas air dan perubahan suhu yang tajam. Di Bogor—tempat percobaan—suhu malam hari turun. Suhu akuarium pun ikut turun menjadi 24°C. Perlakuan serupa juga diterapkan Daniel Knop, akuaris asal Jerman. Beragam jenis acropora ditransplantasinya dalam akuarium. Hasilnya dipakai sebagai ornamen akuarium laut. Itulah beragam cara transplantasi. Hasil transplantasi, selain dikembalikan ke alam sebagai wujud pelestarian terumbu karang juga dapat di ekspor ke mancanegara. Transplantasi untuk tujuan perdagangan karang hias, dilakukan dengan memindahkan potongan jenis-jenis karang hias yang diperdagangkan ke substrat buatan yang diletakkan di sekitar habitat terumbu karang alami, yang nantinya akan menjadi induk karang hias yang akan diperdagangkan, dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:

    Transplantasi karang untuk tujuan perdagangan karang hias hanya boleh dilakukan olehÿpengusaha karang hias yang sudah mempunyai izin sebagai eksportir karang hias.

    Jenis-jenis karang hias yang dibiakkan adalah jenis-jenis karang hias yang diperdagangkan untuk pembuatan aquarium, dan tidak diperdagangkan sebagai karang mati.

    Jumlah bibit karang hias yang akan ditanam sebagai induk karang hias merupakan bagian dari kuota karang hias yang telah memperoleh persetujuan dari MA
    Sebelum pembiakan dilakukan, pengusaha harus melaporkan kepada MA tentang waktu kapan penanaman bibit karang hias itu dimulai, lokasi pembiakan, jumlah danjenis karang hias yang akan ditanam.
3. Transplantasi untuk tujuan perluasan terumbu karang
Perluasan terumbu karang dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk membuat habitat terumbu karang baru, atau merubah habiat lain diluar habitat terumbu karang menjadi habitat terumbu karang. Di kawasan ekosistem terumbu karang sendiri, tidak semua dasar lautnya merupakan habitat terumbu karang. Bagian-bagian dasar laut yang bukan habitat terumbu karang itu, mungkin karena di tempat itu ombaknya terlalu besar, karena banyaknya endapan, karena arus yang terlalu kencang, karena kedalamannya yang melebihi batas kedalaman karang hidup, atau karena banyaknya kegiatan manusi..Maka trasplantasi karang untuk tujuan perluasan terumbu karang di ekosistem terumbu karang, perlu memperhatikan factor-faktor penyebab tidak adanya kehidupan karang di tempat tersebu, kemudian merencanakan suatu model substrat buatan yang dapat meniadakan pengaruh factor penyebab tersebut. Perluasan terumbu karang dapat dilakukan di rataan terumbu ( reef flat) yang pada waktu air surut rendah masih tergenang air setinggi 0.5 meter, di tempat-tempat yang berdekatan dengan desa pesisir untuk meningkatkan kepedulian akan status terumbu karang, meningkatkan rasa memiliki dan meningkatkan kesadaran untuk melindungi sumberdaya terumbu karang; dan di sekitar fasilitas wisata untuk meningkatkan daya tarik objek pariwisata. Sedangkan persyaratan teknik pengambilan bibit dan tempat pengambilan bibit sama dengan persyaratan pada bitir satu di atas.
4.Transplantasi karang untuk tujuan pariwisata.
Transplantasi karang untuk tujuan wisata, dibedakan dari transplantasi karang untuk tujuan perluasan terumbu karang, karena kawasan wisata tidak selalu merupakan kawasan ekosistem terumbu karang, tetapi biasanya mempunyai laut yang tenang dengan perairan jernih dan tidak membahayakan bagi wisatawan yang ingin mandi di laut. Tidak adanya terumbu karang di kawasan ini mungkin disebabkan oleh karena tidak adanya substrat dasar yang keras tempat menempel larva karang. Tujuan transplantasi karang disini adalah untuk membuat habitat terumbu karang yang kaya keaneka ragaman hayatinya. Atau membuat panorama yang indah didasar laut seperti halnya di ekosistem terumbu karang Untuk itu bibit karang yang akan dipindahkan di situ harus terdiri dari jenis-jenis karang yang beraneka ragam bentuk dan warnanya. Demikian pula substrat dasar buatan yang akan pakai harus menggambarkan bentuk dasar yang menarik dan tahan terhadap arus dan air laut. ( dibuat sepermanen mungkin).. Pemrakarsa transplantasi karang harus membuat peta lokasi trasplantasi karang menurut kelompok / jenis karang yang ditransplantasikan, beserta kedalamannya. ( Peta ini untuk menjelaskan karang jenis apa, dimana). Peta ini penting baik untuk wisatanya maupun untuk pemantauannya. Persyaratan tempat pengambilan bibit dan teknik pengambilan bibit sama dengan butir 1 diatas.

5.Transplantasi karang untuk tujuan meningkatkan kepedulian akan statusterumbu karang, meningkatkan rasa memiliki dan kesiapan untuk melindungi sumber daya terumbu karang.
Disini,transplantasi karang harus dilakukan oleh masyarakat nelayan yang sudah menyadari dampak negatif yang dideritanya akibat rusaknya terumbu karang di sekitarnya. Untuk dapat melaksanakan transplantasi sebaik -baiknya, mereka harus memperoleh latihan tentang teknik transplantasi karang secara lengkap, dengan pen- jelasan mengapa teknik tersebut harus dilakukan. ( termasuk cara penentuan lokasi pembibitan, cara pengambilan bibit dari induknya, cara pengangkutan bibit, cara penempelan bibit pada substratnya dan selanjutnya cara pemeliharaannya ). Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan status terumbu karang, secara bertahap transplantasi karang perlu terus dilakukan sampai semua terumbu karang yang telah rusak itu pulih kembali.Dengan menjaga keutuhan hasil transplantasi karang itu, masyarakat nelayan akan dapat merasakan hasilnya. Karena dengan pulihnya kondisi terumbu karang, hewan laut termasuk ikannya juga akan bertambah banyak. Dengan melaksanakan semua kegiatan seperti tersebut diatas dan mendapatkan hasil yang diperolehnya dari kegiatan tersebut, akan meningkatkan kepedulian nelayan untuk melindungi sumber daya terumbu karangnya.
6.Transplantasi karang untuk tujuan pengelolaan perikanan.
Untuk meningkatkan produksi perikanan, transplantasi karang dapat dilakukan di lokasi yang miskin ikan, dengan harapan adanya transplantasi karang tersebut dapat mendatangkan banyak ikan, dapat merubah habitat yang bukan habitat terumbu karang menjadi habitat terumbu karang. Untuk itu diperlukan substrat dasar yang tahan lama, tidak tererosi air laut, dan dapat ditempeli larva karang. Konstruksi substrat dasar tersebut harus dibuat sedemikian rupa sehingga tersedia rongga-rongga yang dapat digunakan untuk berlindung ikan-ikan besar. Dengan konstruksi substrat dasar sperti itu, pertumbuhan karang hasil transplantasi akan menjadi lebih cepat karena hasil perkembang biakan karang secara generatif dapat langsung menempel pada substrat dasar tadi, diikuti penempelan biota laut lainnya. Transplantasi karang seperti ini dapat menjadi atraksi untuk wisatawan atau untuk daerah perikanan baru bagi masyarakat nelayan. Persyaratan tempat pengambilan bibit dan teknik pengambilan bibit tetap sama seperti pada butir1.
7.Terumbu karang buatan.
Istilah terumbu karang buatan yang sekarang ini berkembang di Indonesia , adalah murni "Fish Aggregation Device" (FAD), yaitu suatu cara yang digunakan untuk merubah suatu perairan yang sepi ikan menjadi perairan yang banyak ikan. Disini tidak dipersoalkan apakah konstruksi yang dibuat itu dapat ditumbuhi karang atau tidak. Yang penting dengan konstruksi yang diletakkan di dasar laut dapat menyebabkan berkumpulnya ikan di sekitar konstruksi tersebut. Terumbu karang buatan untuk meningkatkan produksi perikanan, banyak terbuat dari ban mobil bekas yang disusun demikian rupa sehingga dapat menjadi pelindung ikan-ikan yang biasa berlalu lalang di perairan tersebut. Terumbu karang buatan seperti itu, sudah jelas tidak untuk menumbuhkan karang, karena larva karang rupanya tidak dapat menempel pada ban mobil. Terumbu karang buatan seperti ini seharunya tidak diletakkan di kawasan terumbu karang; pertama karena di kawasan terumbu karang biasanya sudah kaya akan ikan, kedua karena dikhawatirkan bahan konstruksi terumbu karang buatan itu dapat mencemari ekosistem terumbu karang. Dimasukkannya terumbu karang buatan didalam pengelolaan ekosistem terumbu karang, adalah sebagai salah satu upaya meniadakan/ mengurangi penangkapan ikan di terumbu karang. Maka terumbu karang buatan dibangun di sekitar terumbu karang, sehingga nelayan tidak lagi menangkap ikan di terumbu karang, tetapi berpindah di terumbu karang buatan. Terumbu karang buatan itu dapat diletakkan di tengah-tengah jarak antara tempat tinggal nelayan dan terumbu karang, pada kedalaman tidak lebih dari 15 meter supaya mudah dipantau, sekaligus dapat berfungsi sebagai penghalang kapal pukat harimau yang sering menimbulkan konflik dengan nelayan tradisional.

8.Transplantasi karang untuk tujuan penelitian.
Transplantasi untuk tujuan penelitian, biasanya dilakukan oleh peneliti terumbu karang atau oleh mahasiswa dibawah bimbingan seorang peneliti senior yang sudah mempunyai pemahaman secara mendalam mengenai bagaimana melaksanakan transplantasi tanpa merusak lingkungan ekosistem terumbu karang, apapun tujuannya. Dibedakan dari persyaratan yang harus dilakukan oleh pelaksana keenam transplantasi diatas, transplantasi untuk tujuan penenitian ini diberbolehkan mengambil bibit di sekitar lokasi penelitian,, dengan teknik pemotongan cabang di tempat, tanpa memindahkan induknya. Karena transplantasi untuk tujuan penelitian biasanya tidak memerlukan banyak specimen, dan dengan biaya dan waktu sangat terbatas.
Kriteria penilaian keberhasilan transplantasi karang.
Secara umum transplantasi karang dapat dikatakan berhasil apabila transplantasi tersebut dapat mencapai tujuannya, dan tidak merusak habitat terumbu karang dan ekosistemnya. Maka criteria penilaian keberhasilan adalah sebagai berikut:
1.Prosedur transplantasi harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak MA.
2.Tidak merusak kondisi terumbu karang tempat pengambilan bibit (dapat dipantau),
3.Dapat mencapai tujuannya
4.Dapat dilaksanakan oleh masyarakat nelayan.

0 comments:

Post a Comment