Friday, September 23, 2011

MENGENAL IKAN LEMURU ( Sardinella spp )

September 23, 2011 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
IKAN LEMURU ( Sardinella lemuru) Ikan Lemuru (Sardinella spp) Lemuru merupakan ikan- ikan yang dalam bahasa inggris lebih dikenal dengan sardinella. Lemuru biasanya hidup bergerombol. Badannya langsing dengan warna biru kehijau-hijauan pada bagian punggung dan keperak-perakan pada bagian bawahnya. Makanan utamanya adalah plankton. Untuk itu, ikan ini dilengkapi dengan tapis insang (gill rakers) untuk menapis atau menyaring plankton makanannya. Klasifikasi dari ikan lemuru itu sendiri menurut Saanin (1986) adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Pisces Sub Class : Teleostei Ordo : Clupeiformes Family : Clupeidae Genus : Sardinella Species : Sardinella spp Ciri-ciri morfologinya adalah sebagai berikut: 1. Badannya bulat panjang dengan bagian perut agak membulat dan sisik duri agak tumpul serta tidak menonjol. 2. Warna badan biru kehijauan pada bagian atas (punggung),putih keperakan pada bagian bawah. 3. Pada bagian atas penutup insang sampai pangkal ekor terdapat sebaris bulatan-bulatan hitam sebanyak 10 - 20 buah. 4. Siripnya berwarna abu-abu kekuning-kuningan 5. Warna sirip ekor kehitaman demikian juga pada ujung moncongnya (Dwiponggo,1992) Ikan pemakan plankton ini memiliki Ukuran : Panjang badan dapat mencapai 23 cm dan umumnya antara 17 - 18 cm. Ekologi Dan Habitat Ikan Lemuru
 Secara ekologi dan habitat jenis ikan lemuru memiliki kriteria yang hampir sama satu dengan yang lain. Pada daerah Selatan Jawa Ikan lemuru dapat ditemukan di hampir perairan pesisir dan laut. menurut Fishbase (2010) ikan jenis Sardinella ini dapat ditemukan di pantai Selatan Jawa Timur dan Bali khususnya pada spesies S. lemuru (pada litelatur lain menyebutkan juga S. Longiceps). Lemuru biasanya ditemukan bergerombol dengan makanan utamanya adalah plankton. Untuk itu ikan ini dilengkapi dengan tapis insang (gill rakers) untuk menyaring plankton makannya. Terkait dengan kebiasaan makannya, pada Gambar 1. disajikan siklus rantai makanan terkait dengan habitat ikan yang berada dilautan yang dimulai dari sumber energi untuk proses fotosintesis hingga konsumen tingkat tinggi yang berada di lautan. Makanan Ikan Lemuru
 Burhanuddin dan Praseno (1982) dalam Burhanuddin et al, (1984) mendapatkan bahwa ikan lemuru
 (Sardinella longiceps) adalah pemakan zoo dan fitoplankton. Zooplankton merupakan makanan utama, menduduki persentase sekitar 90,52%, 95,54%, sedangkan fitoplankton berjumlah sekitar 4,46%, 9,48%. Di dalam komposisi zooplankton, Kopepoda menduduki persentase tertinggi di dalam isi lambung lemuru (Gambar 2), antara 53,76%, 55,00% dan selanjutnya zooplankton jenis lain. Hal ini juga sama dengan penelitian mengenai Sardinella longiceps yang berada di India oleh Kagwade, 1964; Dhulkhed, 1962 dan 1979; dan Sekharan & Dhulkhed, 1963 dimana fitoplankton dan zooplankton merupakan makanan utama ikan ini. Tetapi meraka mendapatkan bahwa makanan utama adalah Diatome, Dinoflagellata, dan baru Kopepoda. Daerah penangkapan ikan lemuru
 Perairan dimana terdapat banyak ikan bergerombol dan memungkinkan untuk dapat ditangkap dengan alat tangkap tertentu dinamakan daerah penangkapan petensial. Berdasarkan Penelitian Akustik yang dilakukan oleh Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) dengan menggunakan alat fish finder, ternyata ikan-ikan Lemuru di perairan Selat Bali hanya terpusat di paparan saja (paparan Jawa dan Bali) pada kedalaman kurang dari 200m, sedangkan di luar paparan ikan ini tidak dapat ditemukan. Pada siang hari ikan Lemuru ini mempunyai kebiasaan membentuk gerombolan dalam  jumlah yang cukup padat di dasar perairan, sedangkan pada malam hari naik ke permukaan dan agak menyebar. Para nelayan memberikan nama kepada daerah-daerah penangkapan yang ada di perairan Selat Bali secara turun-temurun. Nama-nama tersebut diberikan berdasarkan nama daratan yang terdekat/ terlihat saat operasi penangkapan berlangsung baik berupa tanjung, teluk atau tanda-tanda lainnya. Nama-nama daerah penangkapan yang ada di Selat Bali berdasarkan hasil pencacatan selama penelitian terdapat 8 nama daerah penangakan yaitu : Klosot (Wringinan); Senggrong; Tg. Angguk; Kr. Ente; Grajagan, ke lima daerah ini terletak di paparan Jawa, sedangkan daerah penangkapan Pulukan; Seseh; Uluwatu ke tiga daerah ini terletak pada paparan Bali. Selain ke delapan daerah penangkapan diatas, ada daerah penangkapan lainnya yaitu Teluk pang-pang , TI Banyubiru, dan TI Senggrong yang merupakan daerah penangkapan alat bagan tancap dan bagan apung. Lemuru ( Sardinella lemuru) menghuni perairan tropis yang ada di daerah Indo-Pacific. Menurut Whitehead ( 1985), ikan ini merupakan habitat yang menghuni suatu daerah dengan area yang luas yaitu di sebelah timur samudra india, yaitu. Pukhet, Thailand, pantai selatan di jawa timur dan Bali, Australia barat, dan samudera pasifik ( dari Pulau Jawa sebelah utara sampai Pilipina, Hong Kong, Taiwan bagian selatan dan Pulau Jepang). Di sebelah tenggara pulau Jawa dan Bali, konsentrasi ikan Lemuru sebagian besar berada di Selat Bali. Selama siang hari gerombolan ikan padat ditemukan dekat dengan dasar perairan, sedang pada malam mereka bergerak ke lapisan dekat permukaan membentuk gerombolan yang menyebar. Sekali – kali kadang gerombolan Lemuru ditemukan di atas permukaan selama siang hari ketika cuaca berawan dan gerimis. Bagaimanapun, secara normal sulit untuk menangkap ikan tersebut dengan cepat. Penangkapan secara normal dapat dilakukan selama malam hari ketika ikan pindah/ bergerak dekat dengan permukaan air. Juvenile Lemuru tinggal di perairan yang dangkal dan menjadi target dari alat tangkap tradisional, seperti liftnet, gillnets, dan lain lain. Lemuru berada di teluk Pangpang, dekat ujung Sembulungan dan semenanjung Senggrong di sisi pulau Jawa dan di Teluk Jimbaran Bali. Ukuran ikan terkecil ini kurang dari 11cm (nama local disebut sempenit) secara umum mulai bulan Mei sampai September dan kadang- kadang meluas ke Desember. ikan Yang lebih besar menghuni perairan lebih dalam dan secara umum ukuran dari ikan bertambah panjang semakin ke arah selatan. Selat Bali merupakan daerah perairan yang relatif sempit (sekitar 960 mil2). Mulut bagian utara sekitar 1 mil dan merupakan perairan yang dangkal (kedalaman sekitar 50 meter) sedangkan mulut bagian selatan sekitar 28 mil dan merupakan perairan yang dalam.
Sumberdaya perikanan di Perairan Selat Bali yang utama adalah ikan lemuru (Sardinella lemuru), dengan basis di Pelabuhan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Sejak tahun 2000 terjadi tekanan penangkapan ikan khususnya ikan lemuru, akibat peningkatan jumlah kapal dan alat tangkap purse seine untuk menjaring ikan lemuru. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi perikanan tangkap pada alat tangkap Purse Seine terhadap hasil tangkapan ikan lemuru, mengetahui kondisi perikanan tangkap di wilayah pesisir Muncar dari segi aspek hukum dan kelembagaan, menentukan strategi apa yang tepat dalam pengembangan perikanan tangkap yang berkelanjutan di Muncar Kabupaten Banyuwangi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Sedangkan analisa data menggunakan metode analisa deskripsi, dan analisa SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat eksploitasi saat ini untuk ikan lemuru yang didaratkan di pelabuhan pendaratan ikan (PPI) Muncar dibandingkan dengan Jumlah Tangkap Yang Diperbolehkan (JTB) di Selat Bali untuk ikan lemuru sudah berada pada keadaan melampaui nilai JTB, atau berada pada kondisi over fishing. Dalam hal pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir, Muncar Kabupaten Banyuwangi belum menggunakan prinsip Integrated Coastal Managemen (ICM), sehingga sepatutnya perlu menetapkan kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan di Muncar, dengan pendekatan ilmiah rasional multidisiplin bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan menjaga pemanfaatan sumbedaya perikanan secara optimal dan berkelanjutan. Berdasarkan analisa SWOT, rekomendasi yang bisa dilakukan oleh para pembuat kebijakan adalah optimalisasi fungsi dan peran pelabuhan dalam meningkatkan produksi hasil perikanan tangkap, optimalisasi alat tangkap dan pemberlakuan standarisasi serta selektifitas alat tangkap, pengembangan usaha penangkapan ke jalur lepas pantai 20 mil – ZEE 200 mil, pembatasan jumlah kapal dan hasil tangkapan.

0 comments:

Post a Comment