Sunday, January 9, 2011

MANFAAT EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP BUDIDAYA UDANG WINDU

January 09, 2011 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments

Budidaya udang windu mengalami masa kelesuan sejak keberhasilan Opsus udang windu pada tahun akhir 90 an. Penggunaan segala jenis obat tidak terkontrol,
Udang Windu (Penaeus monodon)
Sistematika udang windu (Penaeus monodon) menurut Buwono (1993) adalah sebagai berikut :

Phylum                  : Arthropoda
Class                      : Crustacea
Ordo                      : Decapoda
Sub ordo               : Natantie
Family                   : Panidae
Genus                    : Penaeus
Species                  : Penaeus monodon
Nama Dagang       : Tiger prawn
Udang windu (Penaeus monodon) memiliki kulit tubuh yang keras dari bahan chitin. Warna tubuhnya hijau kebiruan dengan motif loreng besar. Tubuh udang windu dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian cephalothorax yang terdiri dari bagian ekor dan perut. Cephalothorax dilindungi oleh kulit chitin tebal atau juga disebut dengan nama karapas (caraparace). Bagian cephalothorax ini terdiri dari enam buah ruas perut dan satu ekor (telson). Bagian depan menjorok merupakan kelopak kepala yang memanjang dengan bagian pinggir bergerigi atau disebut juga dengan cucuk (restrum).
Cucuk kepala memiliki tijuh buah gerigi dibagian atas memiliki tiga gerigi dan di bagian bawah pangkal dada terdapat sepasang mata Potensi dan pemanfaatan udang windu (Penaeus monodon), diantaranya pemanfaatan limbah kulit udang windu yang dimanfaatkan untuk industri farmasi, industri kosmetik, pangan dan industri tekstil. Daerah penyebaran udang windu sangat luas mulai dari baratdaya hingga Samudera Hindia dan dari Afrika hungga Jepang dan Australia (Buwono, 1993).Udang windu (Penaeus monodon fab.) merupakan komoditas perikanan yang telah berkembang. Upaya untuk meningkatkan produksi serta penanganan penyakit masih terus dilakukan.Kendala yang dihadapi dalam usaha pembenihan udang adalah penyakit yangg ditimbulkan oleh kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan kehidupan udang. Kepadatan yang tinggi tanpa diiringi dengan suplai oksigen yang cukup akan menyebabkan stress pada udang sehingga memudahkan udang terserang penyakit.
Pada tambak intensif dengan kepadatan tinggi biasanya menggunakan kincir sebagai suplai oksigen. Hal ini dapat menanggulangi stress pada udang.Penyakit infeksi pada udang dapat disebabkan oleh virus dan bakteri. Bakteri yang sering menimbulkan penyakit di panti pembenihan udang adalah Aeromonas sp., Vibrio sp., Pseudomonas sp., dan Mycobacterium sp. Jenis bakteri dari golongan Vibrio harveyi merupakan bakteri yang paling sering menimbulkan kematian massal dalam waktu yang relatif singkat. Bakteri ini menyerang larva udang di panti-panti pembenihan maupun udang yang dibudidayakan di tambak dan dikenal dengan nama penyakit kunang-kunang atau penyakit udang menyala. Udang yang terinfeksi bakteri ini akan  bercahaya dalam keadaan gelap dan biasanya menyerang larva pada stadium zoea, mysis dan post larva.
Upaya penanggulangan penyakit kunang-kunang ini telah dilakukan dengan pemberian berbagai macam antibotik. Pemberian antibiotik secara terus menerus memberikan dampak negatif pada larva udang karena akan meninggalkan residu dalam tubuh dan menyebabkan resistensi terhadap V. Harveyi.Alternatif pemecahan untuk mengatasi permasalahan penyakit kunang-kunang selain dengan penggunaan antibiotik adalah dengan pemanfaatan bahan-bahan dari alam berupa tanaman obat yang memiliki khasiat bakterisida dan tidak membahayakan manusia.Sirih (Piper bettle L) merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat. Penggunaan sirih untuk mengobati berbagai macam jenis penyakit telah dilakukan beberapa puluh tahun yang lalu secara tradisional.
Penggunaan sirih sebagai bahan obat mempunyai dasar yang kuat karena adanya kandungan minyak atsiri dengan komponen phenol alam yang mempunyai daya anti septik yang kuat.Daun sirih berkhasiat sebagai penahan pendarahan, obat luka pada kulit, memperbaiki selera makan dan rasa, juga berfungsi sebagai antiseptik, bakterisida dan fungisida. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun sirih yatiu saponin yang berguna  sebagai anti radang, flavonoida dan polifenol sebagai antiseptik dan anti radang, serta minyak atsiri yang berguna sebagai anti radang dan bersifat bakterisida yang sangat kuat.Pakan yang diberikan sebanyak 25% dari bobot benur udang. Sehingga untuk menentukan jumlah pakan yang diberikan , benur udang ditimbang terlebih dahulu. Pada setiap kg pakan yang akan diberikan kepada udang dicampurkan dengan 20 mg, 30 mg dan 40 mg ekstrak daun sirih.Benur udang dipelihara selama 14 hari dengan diberi pakan yang telah dicampur dengan ekstrak daun sirih. Pemberian pakan dilakukan tiga kali yaitu pada pukul 06.00, 12.00 dan 18.00 WIB. Pemberian pakan dilakukan dengan cara menaburkan pakan dengan pakan.Pada pemeliharaan hari ke-7, pada setiap wadah penelitian dimasukkan bakteri V.Harveyi dengan kepadatan 109 sel/ml. Pengamatan kelulusan hidup dilakukan sejak benur udang diinfeksi V.harveyi  yaitu dengan mecatat jumlah benur udangyang hidup.Permasalahan yang dihadapi sekarang dalam penggunaan daun sirih yaitu belum diketahuinya dosis dan kepadatan yang terbaik untuk meningkatkan kelulusan hidup benur udang windu yang terinfeksi V.harveyi.Dari uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan ekstrak daun sirih dan padat tebar yang berbeda terhadap kelulusan hidup benur udang windu (P.monodon Fab) yang terserang penyakit kunang-kunang (V.harveyi).
Metoda yang digunakan dalam percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan faktor A (Ekstrak daun sirih) terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu A1(kontrol), A2 (20mg/kg) dan faktor B (padat tebar benih) terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu B1 (10 ekor/wadah), B2 (15 ekor/wadah), B3 (20 ekor/wadah) dengan masing-masing 3 ulangan, maka diperoleh kombinasi perlakuan kombinasi  perlakuan A x B (4x3) 12 Perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga wadah yang digunakan dalam percobaan (12 x 3) sebanyak 36 wadah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih mempunyai daya anti bakteri terhadap Vibrio Harveyi dan perlakuan dosis ekstrak daun sirihyang terbaik adalah pada dosis 40 mg/kg Pakan dengan rata-rata Kelulusan hidup 73,148%. Saran dari Penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang jenis benur udang, Frekwensi pemberian pakan, sumber benur udang dan yang mempengaruhi penyakit.

0 comments:

Post a Comment