Monday, April 17, 2017

KAKAP MERAH (Lutjanus argntimaculatu)

April 17, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus)
Klasifikasi Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus)
Menurut Saanin (1984) klasifikasi kakap merah adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum           : Chordata
Sub filum       : Vertebrata
Kelas           : Pisces
Sub Kelas       : Teleostei
Ordo            : Percomorphi
Sub Ordo        : Perciodea
Famili          : Lutjanidae
Genus           : Lutjanus
Spesies         : Lutjanus argentimaculatus
Morfologi dan Anatomi Ikan Kakap Merah (Lutjanus argntimaculatus)
Ikan kakap merah (Lutjanus argntimaculatus) yaitu mempunyai tubuh yang memanjang dan melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau sedikit cekung. Jenis ikan ini umumnya bermulut lebar dan agak menjorok ke muka, gigi konikel pada taring-taringnya tersusun dalam satu atau dua baris dengan serangkaian gigi caninnya yang berada pada bagian depan.
Bagian bawah pra penutup insang bergerigi dengan ujung berbentuk tonjolan yang tajam. sirip punggung berjari-jari keras 11 dan lemah 14, sirip dubur berjari-jari keras 3 lemah 8-9. Sirip punggung umumnya berkesinambungan dan berlekuk pada bagian antara yang berduri keras dan bagian yang berduri lunak. Batas belakang ekornya agak cekung dengan kedua ujung sedikit tumpul.
Warna sangat bervariasi, mulai dari yang kemerahan, kekuningan, kelabu hingga kecoklatan. Ada yang mempunyai garis-garis berwarna gelap dan terkadang dijumpai adanya bercak kehitaman pada sisi tubuh sebelah atas tepat di bawah awal sirip punggung berjari lunak. Pada umumnya berukuran panjang antara 25 – 50 cm, walaupun tidak jarang mencapai 90 cm (Gunarso, 1995). Ikan kakap merah menerima berbagai informasi mengenai keadaan sekelilingnya melalui beberapa inderanya, seperti melalui indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, peraba, linea lateralis dan sebagainya.
Ikan kakap merah tergolong diecious yaitu ikan ini terpisah antara jantan dan betinanya. Hampir tidak dijumpai seksual dimorfisme atau beda nyata antara jenis jantan dan betina baik dalam hal struktur tubuh maupun dalam hal warna. Pola reproduksinya gonokorisme, yaitu setelah terjadi diferensiasi jenis kelamin, maka jenis seksnya akan berlangsung selama hidupnya, jantan sebagai jantan dan betina sebagai betina. Jenis ikan ini rata-rata mencapai tingkat pendewasaan pertama saat panjang tubuhnya telah mencapai 41–51% dari panjang tubuh total atau panjang tubuh maksimum. Jantan mengalami matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari betinanya. Kelompok ikan yang siap memijah, biasanya terdiri dari sepuluh ekor atau lebih, akan muncul ke permukaan pada waktu senja atau malam hari di bulan Agustus dengan suhu air berkisar antara 22,2–25,2ºC. Ikan kakap jantan yang mengambil inisiatif berlangsungnya pemijahan yang diawali dengan menyentuh dan menggesek-gesekkan tubuh mereka pada salah seekor betinanya. Setelah itu baru ikan-ikan lain ikut bergabung, mereka berputar-putar membentuk spiral sambil melepas gamet sedikit di bawah permukaan air.
Secara umum ikan kakap merah yang berukuran besar akan bertambah pula umur maksimumnya dibandingkan yang berukuran kecil. Ikan kakap merah yang berukuran besar akan mampu mencapai umur maksimum berkisar antara 15–20 tahun, umumnya menghuni perairan mulai dangkal hingga kedalaman 60–100 meter (Gunarso, 1995)
Distribusi Ikan Kakap Merah (Lutjanus argntimaculatus)
Ikan kakap merah  (Lutjanus argentimaculatus) umumnya menghuni daerah perairan karang ke daerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung menembus sampai ke perairan tawar. Jenis kakap merah berukuran besar umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke dasar perairan menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang berukuran kecil.
Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara 40–50 meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas 30–33 ppt serta suhu antara 5-32ºC (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1991). Jenis yang berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi di dekat permukaan perairan karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya menyebar guna mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea. Ikan-ikan berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya menempati daerah bakau yang dangkal atau daerah-daerah yang ditumbuhi rumput laut. Famili Lutjanidae utamanya menghuni perairan tropis maupun sub tropis, walau tiga dari genus Lutjanus ada yang hidup di air tawar (Baskoro et al. 2004).
Penyebaran kakap merah di Indonesia sangat luas dan hampir menghuni seluruh perairan pantai Indonesia. Penyebaran kakap merah arah ke utara mencapai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan serta Filipina. Penyebaran arah ke selatan mencapai perairan tropis Australia, arah ke barat hingga Afrika Selatan dan perairan tropis Atlantik Amerika, sedangkan arah ke Timur mencapai pulau-pulau di Samudera Pasifik (Direktorat Jenderal Perikanan,1983 dalam Baskoro et al. 2004).
Menurut Djamal dan Marzuki (1992), daerah penyebaran kakap merah hampir di seluruh Perairan Laut Jawa, mulai dari Perairan Bawean, Kepulauan Karimun Jawa, Selat Sunda, Selatan Jawa, Timur dan Barat Kalimantan, Perairan Sulawesi, Kepulauan Riau.
Nilai Ekonomis dan Ekologi Ikan Kakap Merah ((Lutjanus argntimaculatus)
Ikan kakap merah atau red snapper merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting. Kakap merah memiliki pangsa pasar yang luas namun produksinya kecil sehingga pemanfaatannya harus terus ditingkatkan untuk mendukung ekspor maupun kebutuhan lokal. Tapi, Potensi ikan kakap merah jarang ditemukan dalam gerombolan besar dan cenderung hidup soliter dengan lingkungan yang beragam mulai dari perairan dangkal, muara sungai, hutan bakau, daerah pantai sampai daerah berkarang atau batu karang. Selain itu kakap merah juga bisa dimakan karena dagingnya tebal, putih, empuk dan gurih. Ukuran yang baik untuk dikonsumsi sebaiknya yang masih berukuran medium, karena yang berukuran besar besar kebanyakan berisiko mengandung logam berat merkuri dalam kadar tinggi.
Ikan kakap merah umumnya menghuni daerah perairan karang ke daerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung menembus sampai ke perairan tawar. Jenis kakap merah berukuran besar umumnya membentuk gero

mbolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke dasar perairan menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang berukuran kecil. Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara 40–50 meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas 30–33 ppt serta suhu antara 5-32ºC (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1991).  Jenis yang berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi di dekat permukaan perairan karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya menyebar guna mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea. Ikan-ikan berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya menempati daerah bakau yang dangkal atau daerah-daerah yang ditumbuhi rumput laut. Potensi ikan kakap merah jarang ditemukan dalam gerombolan besar dan cenderung hidup soliter dengan lingkungan yang beragam mulai dari perairan dangkal, muara sungai, hutan bakau, daerah pantai sampai daerah berkarang atau batu karang. Famili Lutjanidae utamanya menghuni perairan tropis maupun sub tropis, walau tiga dari genus Lutjanus ada yang hidup di air tawar (Baskoro et al. 2004).

Saturday, April 15, 2017

Mengenal Pmijahan Ikan hias Molly (Poecilia sphenops)

April 15, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan hias Molly (Poecilia sphenops) berasal dari Meksiko, Florida, Virginia. Ikan ini bersifat omnivore. Ukuran tubuhnya relatif cukup besar, maksimal sekitar 12 cm. Hingga kini sudah banyak varietas yang beredar di pasaran dengan warna dan bentuk tubuh yang beragam akibat persilangan dan mutasi. Molly balon, misalnya, yang bertubuh seperti bola akan tampak sangat bagus seperti maskoki mini bila ukurannya sudah besar.
Di habitat aslinya, molly menghendaki suhu perairan 25 - 28° C dengan pH 8 dan kekerasan sekitar 14-20° dH. Namun, karena sudah lama dipelihara di daerah dengan pH netral (sekitar 7) maka saat ini tampaknya pembudidayaan di daerah ber-pH netral pun sudah tidak ada masalah. Hanya saja jenis ikan ini kurang toleransinya terhadap perubahan atau goncangan suhu yang tinggi. Ikan Molly (Poecilia sphenops).
A.   Klasifikasi
Klasifikasi ikan black molly secara lengkap adalah sebagai berikut :
    Phyllum           : Chordata
    Class             : Ostheichthyes
    Ordo              : Cyprinodontoidei
    Family            : Poecilidae
    Genus             : Poecilia
    Species           : Poecilia sphenops
B.   Morfologi
Bentuk tubuh black molly menyerupai ikan guppy karena masih satu keluarga yaitu Poecilidae. Panjang tubuhnya sekitar 5–7 cm. Tubuh black molly seluruhnya berwarna hitam mengkilap dari kepala hingga sirip ekor.
Sirip ekor berbentuk sabit dan sirip punggung menjuntai ke belakang hingga mencapai pangkal ekor. Black molly mempunyai daya tahan tubuh yang kuat terhadap kondisi lingkungan. Ikan ini dapat hidup pada perairan tawar, laut, dan payau.
Black molly mempunyai jenis yang berbeda-beda yaitu : black molly balloon, marble molly balloon, black molly line tile. Varietas yang terkenal adalah  black molly balloon. Ikan ini mempunyai bentuk tubuh yang unik. Ukurannya lebih pendek dari molly lainnya dan bentuknya yang membulat seperti kelereng.
II.  KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan bahan yang diperlukan untuk memproduksi ikan Molly adalah :
1. Wadah pemeliharaan &  perlengkapan
- Akuarium ukuran (40 x 40 x 80) cm sebagai tempat pemeliharaan induk dan sekaligus tempat pemijahan dilengkapi dengan tempat penempelan telur berupa baki plastik yang diisi dengan batu, atau batang pohon pakis.
-  Akuarium ukuran (60 x 40 x 40) sebagai tempat penetasan telur
-  Instalasi aerasi berupa blower, selang aerasi dan batu aerasi
-  Peralatan lain seperti selang untuk mengganti air, scoope net dan alat-alat pembersih akuarium (sikat dll)
 2.  Pakan
-  “Blood worm” yang digunakan sebagai pakan induk
-   Cacing sutera (Tubifex sp) sebagai pakan ikan mulai umur ± 2 minggu sampai dewasa
-   Artemia, yang digunakan untuk pakan larva
III.  KEGIATAN OPERASIONAL PEMBENIHAN
Kegiatan pembenihan ikan Molly meliputi kegiatan pemeliharaan induk dan calon induk, kegiatan pemijahan serta perawatan larva.
1.  Kegiatan Pemeliharaan Induk
Perbedaan induk jantan dan betina ikan Molly dewasa yaitu sebagai berikut:
Induk jantan:
    Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang merupakan modifikasi sirip anal yang panjang.
    Tubuhnya ramping
    Warnanya lebih cerah.
    Sirip punggung lebih panjang.
    Kepalanya agak besar. Induk betina:
    Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.
    Tubuhnya gemuk
    Warnanya kurang cerah
    Sirip punggung biasa
    Kepalanya agak runcing
Induk jantan dan betina dipelihara dalam satu wadah ukuran (40 x 40 x 80) cm, yang dilengkapi dengan instalasi aerasi dengan pakan berupa “Blood Warm” yang diberikan dengan frekuensi 3 kali/hari secara ad-libitum. Pergantian air harus dilakukan setiap hari untuk membuang kotoran-kotoran yang terdapat di dasar akuarium dan menjaga kualitas media pemeliharaan.
 2. Kegiatan Pemijahan
Pemijahan dilakukan secara massal di dalam akuarium yang sekaligus sebagai tempat pemeliharaan induk.  Perbandingan induk betina dan jantan adalah 3 : 1.
Memijahkan Ikan molly hampir sama dengan Ikan Guppy. Hanya saja hasilnya akan lebih bagus bila kondisi airnya agak keras. Untuk itu, penambahan garam dapur sekitar satu sendok makan per tiga liter air akan membantu memperbanyak produksi anakan molly. Selain itu, kecukupan sinar matahari merupakan syarat agar berhasil membudidayakan molly. Molly akan menjadi induk setelah berumur lima bulan. Ukuran jualnya sekitar 2,5-3,0 cm yang dapat dicapai dalam waktu 3-4 bulan. Teknik Pemijahan Ikan Molly
    Persiapan wadah pemijahan berupa bak plastik atau akuarium
    penambahan garam dapur sekitar satu sendok makan per 8 liter air
    Tempatkan wadah pemijahan ditempat yang jauh dari keramaian
    Penambahan Tanaman Air untuk perangsang
        Induk dimasukkan ke dalam tempat pemijahan dengan perbandingan 1 : 3 (1 induk jantan : 3 induk betina).
        Proses pemijahan ditandai dengan kejar–kejaran yang dilakukan induk jantan terhadap induk betina sambil menyerempetkan badannya. Ini berlangsung selama 4–7 hari.
        Setelah seminggu, benih tampak berkumpul diantara tanaman air atau berenang di pinggiran bak.
        Setelah itu dapat dipisahkan dari induknya dan dipindahkan ke kolam pendederan.
3.  Perawatan Benih Ikan Molly
    Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 - 5 hari anak ikan baru dapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring atau telur yang telah direbus dan dihancurkan.
    Setelah mencapai ukuran medium (2 - 3 cm) dapat diberikan makanan cacing sutera, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 - 7 cm) dapat diberikan makanan berupa cuk (jentik nyamuk) sampai pada ukuran komersial yang diinginkan.
    Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupa cacing kering, agar-agar dll.
    Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari dan hendaknya jangan berlebihan, karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat merusak kualitas air.
    Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh, karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkan setiap 2 - 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktu penyiphonan sebanyak 10 - 20% dapat diganti dengan air yang baru. 4.  Kegiatan Penanganan Hama dan Penyakit pada Ikan Molly
Untuk menjaga kesehatan ikan, kita bisa mencampuri air dengan air rebusan daun ketapang dan garam yang telah diendapkan dengan jumlah secukupnya. Perlu diingat bahwa akuarium yang lebih besar akan lebih baik pula bagi pertumbuhan ikan molly. Penyakit yang banyak menyerang ikan Molly banyak berasal dari non-parasiter yang bersumber dari lingkungan terutama adalah makanan. Makanan yang tidak dibersihkan akan mengundang berbagai macam penyakit. Oleh karena itu makanan yang diberikan harus dicuci dulu agar bersih baru diberikan. Pemberian pakan yang berlebihan dan tidak sesuai akan mengakibatkan adanya gejala kekurangan oksigen dan keracunan.
5.  Kegiatan Pemanenan Benih
    Setelah ± 3 bulan atau sudah berukuran antara 12-14 cm, ikan Molly siap dipanen. Sistem panen yang digunakan bisa dengan panen total atau panen sebagian tergantung permintaan pasar. Untuk panen total, semua ikan Molly semua ukuran diangkut,. Utuk panen partial/panen sebagian disesuaikan dengan ukuran permintaan pasar dan yang belum masuk ukuran dipelihara kembali (sistem sortir/grading).
IV. KEGIATAN PEMASARAN & TRANSPORTASI BENIH
    Permintaan ikan hias Molly masih banyak pangsa pasarnya baik untuk pangsa pasar lokal dan ekspor. Untuk memasarkan ikan hias Molly bisa langsung ke konsumen atau menggunakan jasa pengepul (pengumpul) yang biasanya sudah mempunyai jaringan yang luas dan ada juga pembeli yang datang langsung ke pembudidaya. Untuk pengemasan bisa dengan menggunakan styrofoam penahan panas atau kantong plastik disesuaikan dengan jarak angkut pengiriman. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasaran dan transportasi ikan hias Molly yaitu antara lain:
    Lakukan pemberokan (mempuasakan) ikan sebelum ikan Molly ditransportasikan
    Lakukan sortasi.grading ukuran secara hati-hati untuk menghindarkan stress pada ikan Molly
    Lakukan penangkapan ikan secara hati-hati, gunakan jaring/lambit/scoopnet sesuai ukuran ikan
    Transportasikan hanya ikan Molly yang dalam keadaan sehat
    Gunakan oksigen atau aerasi jika diperlukan selama transportasi Kepadatan benih dalam satu kantong plastik disesuaikan dengan ukuran ikan, suhu air media, lamanya pengangkutan, dan kondisi media jalan
    Gunakan bahan anestesi untuk mengurangi CO2 dan NH3 untuk tranportasi jarak jauh
DAFTAR PUSTAKA
 http://www.alamikan.com/2014/05/cara-pembenihan-budidaya-ikan-molly.html
http://1001budidaya.com/budidaya-ikan-molly/

Friday, April 14, 2017

MENGENAL PEMBENIHAN IKAN DISKUS (Symphysodon discus)

April 14, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan diskus merupakan ikan hias yang cukup populer dikalangan masyarakat pada tahun 1990-an hingga sekarang. Sepintas ikan ini terlihat seperti telur dadar, hal itu yang membuat ikan ini menarik untuk dilihat atau dipajang di akuarium rumah. Keunikan lain yang dimiliki ikan diskus sehingga mampu menarik para penggemar ikan adalah warna dan bentuk tubuh yang indah, sifat induk yang unik, kebiasaan berkembang biak yang sulit diduga, harga benih atau induk yang relatif mahal, dan pasar ekspor dan lokal yang terbuka luas.
Ikan ini dinamakan diskus karena bentuk tubuhnya yang menyerupai lempengan (disc) yang berdiri tegak. Ikan Diskus dijuluki sebagai ratu ikan hias air tawar karena keindahan corak dan warnanya. Keunggulan diskus ini dibandingkan dengan ikan hias air laut terletak pada kemudahan proses pemeliharaan dan pemijahannya. Diskus merupakan ikan hias air tawar yang terkenal akan keragaman corak dan warnanya. Berdasarkan corak dan warnanya diskus dibagi menjadi 7 kelompok yaitu stripped form, solid blue, solid red, solid yellow, spotted form, unclassified atau hybrid dan wild form.
Taksonomi
Menurut sistematikanya, ikan diskus digolongkan sebagai berikut:
Ordo              : Percomorphodei
Sub Ordo          : Percoidea
Family            : Cichlidae
Genus             : Symphysodon
Species           : Symphysodon discus
Nama lokal        : Diskus
Morfologi
Diskus mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai lempengan (disc) yang berdiri tegak. Antara diskus jantan dan betina mempunyai bentuk tubuh yang sedikit berbeda. Diskus jantan memiliki ciri-ciri ujung sirip punggung dan sirip anal lancip, ovipositor (alat untuk menempelkan telurnya) sedikit menonjol dan alat kelaminnya berbentuk lonjong atau elips. Diskus betina memiliki ciri-ciri ujung sirip punggung dan sirip anal membulat, ovipositor lebih menonjol dan alat kelaminnya membulat.
Pemijahan
Diskus Tingkat keberhasilan proses pemijahan diskus dipengaruhi oleh kualitas induk, tempat pemijahan, kualitas air dan pemeliharaan burayak.
    Kualitas induk. Pemilihan induk yang baik sangat mempengaruhi keberhasilan pemijahan. Ikan diskus yang dipilih sebagai induk sebaiknya diskus yang telah berusia 10 – 16 bulan serta telah matang gonad (siap kawin). Ciri-ciri diskus yang telah matang gonad yaitu: mata ikan berbinar cemerlang, ujung sirip punggung diskus jantan mulai melancip, warna ikan menjadi lebih cemerlang, alat kelamin mulai menonjol dan ujung sirip punggung tampak halus. Selain pemilihan induk yang berkualitas, untuk memijahkan diskus juga diperlukan inang asuh. Inang asuh adalah pasangan diskus yang akan memelihara dan menyusui burayak. Pasangan inang asuh yang berkualitas adalah pasangan diskus yang berumur ±1 tahun yang memiliki naluri menyusui yang baik dan bebas dari penyakit. Inang asuh dalam proses pemijahan diperlukan karena terkadang pasangan induk sering memakan telurnya.
    Tempat Pemijahan. Salah satu tempat yang bisa digunakaan sebagai tempat pemijahan ikan diskus adalah akuarium. Ukuran akuarium yang ideal untuk pemijahan diskus adalah 50 cm x 50 cm x 40 cm dengan ketinggian air berkisar 35 cm.
    Kualitas Air. Kualitas air sngat mempengaruhi keberhasilan pemijahan ikan diskus. Parameter kualitas air untuk pemijahan diskus antara lain pH antara 6,3 – 6, 8 ; kesadahan air antara 1 -3 odH ; suhu air antara 28 – 30 oC ; bebas dari klorin dan logam berat ; terkena cahaya cukup baik tetapi tidak terkena cahaya mataahaari secara langsung. Pada dasarnya, air tanah sangat baik digunakan untuk pemijahan ikan karena banyak mengandung mineral. Akan tetapi, tidak semua jenis air tanah layak digunakan. Air tanah sebaiknya digunakan setelah diendapkan selam 24 jam dengan diberi aerasi.
    Pemeliharaan Burayak. Proses pemijahan akan terjadi ketika induk betina akan menempelkan telurnya pada substrak yang akan diikuti oleh induk jantan yang menyemburkan sperma pada telur. Proses ini akan berlangsung selama 30 – 60 menit. Dari hasil pemijahan ini tidak semua telur akan dibuahi. Telur yang tidak dibuahi akan membusuk dan biasanya akan menulari telur yang telah dibuahi. untuk mencegah hal ini terjadi, induk diskus akan memakan telur yang membusuk tadi. Namun, kadangkala induk akan keterusan dan memakan telur yang sehat. telur- telur yang telah dibuahi akan menetas setelah 3 hari menjadi larva. larva akan diasuh dan disusui oleh inang asuhnya. larva yang telah menyusui induknya akan tumbuh menjadi besar dan menjadi burayak, yakni larva yang tidak perlu menyusui dan sudah bisa makan sendiri. larva yang sudah menjadi burayak sebaiknya dipisahkan dari induknya agar induk tidak terluka dan dapat bertelur kembali.
III.   PEMIJAHAN
A.  Membedakan Induk Jantan dan Betina
Membedakan diskus jantan dan betina akan lebih mudah dilakukan jika kita dihadapkan dengan sekumpulan calon induk yang dibesarkan bersama dan berasal dari wadah yang sama. Dalam sekumpulan itu, diskus jantan umumnya memiliki postur tubuh yang lebih besar dengan bentuk forehead lebih kekar atau kasar. Sementara itu, diskus betina umumnya berukuran lebih kecil dengan bentuk forehead lebih halus.
Membedakan kelamin diskus dilihat dari betuk mulut dan hidung. Pada diskus dewasa, betina memiliki bibir yang simetris, sama besar antara bibir atas dengan bibir bawahnya. Sedangkan diskus jantan, bibir atasnya lebih menonjol. Jika melihat hidungnya, maka jantan mempunyai bentuk agak bengkok, berlainan dengan betina yang hidungnya berbentuk lurus. Dilihat dari sekitar sirip dubur, pada diskus jantan rata-rata lurus sedangkan pada diskus betina bentuknya membulat. Melihat gerakannya, diskus jantan mempunyai pergerakan yang lebih agresif dari diskus betina.
Cara lain untuk membedakan diskus jantan dan betina adalah dengan melihat alat kelamin genitalnya. Diskus betina memiliki organ genital yang berbentuk lonjong dengan ujung menumpul atau berbentuk elips.
B.  Ciri-Ciri Induk Diskus  yang Baik
-       Harus sehat
-       Sisik tersusun rapi
-       Sisik tidak cacat ditunjang dengan bentuk yang bulat
-       Gerakannya wajar/normal, tidak bergerak miring atau lamban
-       Mata menonjol normal, tidak melotot keluar
-       Matang gonad atau siap memijah
C.  Ciri-Ciri Ikan Diskus Siap Mijah
Ikan diskus yang siap mijah umumnya ditandai dengan memisahkan diri dari rekan-rekannya dalam satu wadah pemeliharaan (seperti pada gambar 4).  Ikan diskus tergolong ikan yang setia pada pasangannya, karena itu ikan diskus tidak bisa dipijahkan selain dari pasangannya tersebut.
Pasangan ini lalu kita pisahkan ditempat tersendiri dan terus diamati.  Pasangan yang lengket terus sudah cukup sebagai jaminan bahwa mereka jantan dan betina. Calon induk jantan harus berumur 15 bulan, sedangkan induk betina berumur 12 bulan sehingga layak untuk dipijahkan.
D.  Proses Pemijahan
Pasangan induk ditempatkan dalam aquarium pemijahan, dalam 3-10 hari kemudian biasanya proses perkawinan mulai berlangsung. Pasangan induk diskus saling berenang mengitari pasangannya, pada saat tersebut warna diskus akan terlihat sangat intensif, sirip-sirip mengembang penuh dan matanya terlihat berbinar, kemudian mereka akan menentukan tempat nertelur berupa pipa PVC, pot bunga atau pecahan-pecahan genting atau keramik. Setelah itu pasangan diskus akan mulai meletakan telurnya, setelah telur pertama diletakkan, diskus jantan akan membuahinya selama beberapa jam, induk yang dipersiapkan dengan baik akan menghasilkan 150 - 300 butir telur.
Setelah proses pemijahan berakhir, pasangan diskus akan menunggui telurnya, mereka akan mengipasi telur tersebut dengan sirip dada, untuk mencegah adanya kotoran atau spora jamur yang melekat selama menjaga telurnya, induk tetap harus diberi pakan dan kondisi aquarium harus terlihat bersih.
Dalam waktu 6 hari sejak peletakan telur, telur akan menetas menjadi larva-larva kecil, yang kemudian akan berkembang menjadi diskus dewasa.
F.  Penetasan Telur
Seperti ikan Chiclid lainnya, ikan diskus bersifat menempelkan telurnya  pada suatu benda atau substrat. Oleh karena itu tempat pemijahan harus diberi potongan paralon atau benda lain yang permukaannya halus sebagai tempat menempelnya telur. Telur ikan diskus akan menetas dalam waktu 40 - 60 jam sejak dibuahi. Induk ikan diskus tersebut bisa dijadikan inang asuh apabila hanya bisa bertelur tetapi tidak mampu merawat telurnya dengan baik.
Penetasan telur terkadang tidak terjadi secara serentak, telur bisa sampai 8 hari baru menetas. Bila dalam waktu lama (4 hari) telur belum menetas juga, induk diskus akan gelisah sehingga akan memakan telurnya. Memang sifat kanibalisme yang timbul pada induk ini bukan karena induk terlalu sayang pada keturunannya, namun juga ada sebab lain. Misalnya karena kualitas air yang kurang bagus, adanya suara berisik dari luar, nervous melihat orang mondar-mandir dilingkungan sekitarnya, dan sebagainya.
Untuk itu tingkat penetasan telur (SR) pada ikan diskus diperkirakan mencapai 50% dari jumlah telur yang terbuahi. Namun hal tersebut tidak mutlak sebagai landasan dalam budidaya ikan diskus, mortalitas pada telur akan semakin tinggi apabila perlakuan kita kurang intensif dalam menjaga kualitas air serta menjaga lingkungan sekitar agar tetap aman dan tidak berisik. Natalitas yang tinggi dapat kita peroleh apabila perlakuan yang kita terapkan dalam proses pemijahan ikan diskus sesuai dengan kriteria yang diinginkan ikan diskus.
G.  Perkembangan Telur
1.  40 jam pertama
Pada tahap ini, telur-telur mulai menunjukkan perkembangannya. Pada telur yang semula berwarna kuning sampai merah transparan mulai terlihat bintik hitam tepat di tengahnya. Bintik hitam ini merupakan bintik mata pada benih ikan diskus. Hal ini menandakan bahwa telur-telur tersebut terbuahi dengan baik. Telur yang tidak terbuahi akan tetap terlihat transparan, yang kemudian akan memutih dan membusuk.
2.  55 jam pertama
Pada tahap ini telur-telur akan menetas, awalnya kulit telur akan menipis kemudian larva-larva yang telah berkembang penuh akan membuat gerakan seperti getaran halus, menembus membran kulit telur. Bagian ekor larva terlihat mencuat keluar dan bergerak dengan motil. Larva-larva tersebut tetap melekat pada substratnya.
3.  Hari ke-4
Pada tahap ini, terlihat kemajuan pada perrtumbuhan larva. Pasangan induk akan memindahkan sekumpulan larva baik sebagian maupun seluruhnya. Umumnya induk tersebut akan memilih tempat yang aman bagi larva-larva tersebut.
4.  Hari ke-5
Pada tahap ini aktivitas larva semakin meningkat, ditandai dengan sering bergeraknya larva keluar dari kumpulannya. Pasangan induk diskus akan sibuk mengumpulkan larva-larva yang tercerai-berai dan mengembalikannya ke kumpulan mereka.
5. Hari ke-6
Pada tahap ini, larva sudah cukup kuat untuk berenang bebas. Dimulai dengan satu-dua ekor yang mulai berenang dari substrat ke tubuh induknya. Larva-larva tersebut akan memperoleh makanan dari induknya yaitu berupa lendir yang di produksi oleh induk diskus serta memperoleh perlindungan dari induknya.
H.  Pemeliharaan Larva
Untuk mendapatkan benih diskus yang berkualitas baik, harus diperhatikan cara penetasan telur dan perawaatan benihnya. Ikan diskus tidak sepenuhnya dapat mengasuh anaknya, ada diskus yang tidak dapat mengasuh anaknya. Hal ini sulit untuk diketahui penyebab utamanya, untuk itu dalam pemeliharaan larvanya diterapkan tiga cara dalam pemeliharaan larva diskus diantaranya adalah :
1. Pemeliharaan larva secara alami
Telur yang dijaga oleh induknya pada saat penetasan.  Dua hari setelah menetas larva diskus sudah dapat bergerak meskipun belum terarah.  Larva diskus akan menempel pada induk untuk memakan lendir yang dihasilkan induknya hal ini berlangsung selama lima sampai tujuh hari. Kemudian setelah berumur satu minggu mulai diberi makanan hidup Artemia sampai diskus bisa memakan kutu air baru dihentikan dan diganti dengan pemberian cacing darah sampai ikan dewasa atau berumur 1 bulan.  Pada gambar 5 memperlihatkan induk ikan diskus merawat anaknya, benih ikan diskus tersebut selalu bergerak mengikuti induknya dengan memakan lendir yang diproduksi oleh induk ikan diskus itu.
2. Pemeliharaan larva dengan Inang asuh
Penetasan telur secara buatan telur dipisahkan dari induknya kemudian telur akan menetas 2 - 3 hari, setelah larva berumur dua hari larva dipindahkan dari akuarium penetasan dengan cara disifon.
Ambil ± 5 ekor larva kemudian  masukkan kedalam akuarium induk yang sedang mengasuh anaknya yang ukurannya hampir sama dengan larva yang akan dimasukkan.  Apabila setelah tiga menit larva tidak dimakan oleh induk tersebut dan dapat menempel pada tubuhnya, maka larva yang lain dapat dimasukkan kedalam akuarium tersebut.
3. Pemeliharaan larva secara buatan
Larva yang sudah dapat berenang dipindahkan kedalam baskom plastik dengan cara disifon, secara berlahan-lahan larva yang ada dibaskom dimasukkan kedalam akuarium pemeliharaan larva, pada tahap awal  makanan yang diberikan adalah kuning telur yang sudah direbus dicampur dengan Rotifera yang sudah dikeringkan, bila akan diberikan pada larva harus dicampur terlebihdahulu dengan putih telur, agar makanan tersebut lebih lama menempel pada pinggir media pemeliharaan. Makanan diberikan 12 kali sehari atau dilakukan  setiap tiga jam sekali  selama 2 – 3 hari, hingga larva bisa makan Artemia.
DAFTAR  PUSTAKA
Susanto, H.  2000.  DISKUS.  Penebar Swadaya. Jakarta.
Indarta, D. 2002. Memelihara dan Membudidayakan Diskus Unggul, AgroMedia Pustaka. Jakarta

Wednesday, April 12, 2017

DIVERSIFIKASI BUDIDAYA BAWAL BINTANG

April 12, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ada bintang baru dalam usaha budidaya laut. Adalah ikan bawal bintang yang saat ini sudah dibudidayakan dalam keramba jaring apung (KJA). Bawal bintang memeiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan bawal air tawar. Yang berbeda dari keduanya adalah ukuran bawal bintang bisa mencapai lebih dari 5 kg per ekor. Harga jual ikan karnivora ini juga termaksud mahal sekelas dengan ikan kakap dan kerapu ekspor.
Ikan bawal bintang ialah salah satu jenis ikan nan banyak penggemarnya. Hal itu bisa dilihat dari menu kuliner ikan bawal bintang di loka makan di kota besar nan semakin menjamur. Kepopuleran ikan bawal bintang ini berawal dari kesuksesan beberapa petani ikan di daerah pantai Sumatra, terutama Batam.
Ikan bawal bintang bisa dibuat menjadi berbagai kuliner nan menggiurkan sebab dagingnya nan tebal, gurih, dan memiliki sedikit duri. Selain lezat, ternyata ikan berdaging tebal ini memiliki kandungan gizi nan luar biasa. Bahkan, ikan bawal bintang tak memiliki kolesterol atau lemak dursila bagi tubuh nan biasanya ada pada daging-daging hewan ternak, seperti kambing, ayam dan sapi.
Ikan bawal bintang memiliki nama spesies biologi Trachinotus blochii dan banyak dibudidayakan di negara Taiwan. Ikan bawal bintang ini memiliki harga jual nan cukup mahal bila dibandingkan dengan ikan budidaya lainnya, seperti ikan mas, lele, mujair, bandeng, tombro, dan nila. Dengan harga jual nan tinggi tersebut, ikan berbentuk bintang ini mulai mengalahkan jagoan ikan budidaya, seperti ikan gurami dan kerapu.
 Bawal bintang memiliki nama ilimiah Trachinotus blochii dan dalam bahasa inggris disebut sebagai silver pompano. Bawal bintang merupakan ikan pemakan segala, perenang cepat dengan bentuk tubuh gepeng agak membulat, ekor bercagak dan warna perak keabu-abuan. Sisik bertipe ctenoid (sisir) yang halus. Ikan dewasa yang sudah matang gonad berukuran lebih dari 1 kg dengan panjang lebih dari 25 cm. Ukuran dewasa biasanya berumur sekitar 3 tahun. Daging ikan ini tebal, memiliki rasa yang gurih, kandungan gizi yang luar biasa dan sedikit duri.
Bawal bintang adalah komoditas perikanan laut yang dapat dijadikan alternatif usaha perikanan budidaya laut. Berikut ini keuntungan atau kelebihan usaha budidaya bawal bintang, yaitu :
2. Laju Pertumbuhan relatif cepat (6-8 bulan)
Pertumbuhan ikan bawal bintang relatif cepat dengan ukuran panjang 2,5-3,0 cm, setelah dipelihara di dalam tangki dan KJA selama 7,5 – 9,0 bulan mencapai bobot 350-500 gram, sedangkan pemeliharaan selama 16 – 20 bulan mencapai bobot 1.200 – 1.850 gram dapat digunakan sebagai calon induk (Nur Muffich Junianto et al, 2008).
3. Adaptasi pakan sangat mudah
Adaptasi ikan bawal terhadap pakan yang diberikan terbilang mudah. Pakan dapat diberikan berupa pelet ataupun ikan rucah. Untuk ikan yang masih berupa bibit, dapat diberikan pakan dengan frekuensi 4-5 kali sehari. Pemberian pakan pada benih ikan bawal bintang yang telah dilepas ke dalam petakan dilakukan dengan frekuensi 4 kali/hari yaitu pada pukul 07.00, 10.00, 13.00, dan 15.00 WIB. Sedangkan untuk ikan yang sudah besar berilah pakan sebanyak dua kali dalam sehari.
Pertumbuhan harian ikan bawal bintang dengan menggunakan pakan buatan adalah sebesar 2,89 gram/hari, sedangkan dengan pemberian pakan ikan rucah pertumbuhan hariannya sebesar 1,6 gram/hari. FCR yang diperoleh selama masa pemeliharaan 6 bulan dengan menggunakan pakan buatan sebesar 1 : 2, sedangkan dengan menggunakan pakan ikan rucah sebesar 1 : 7. Manajemen pemberian pakan induk harus diperhatikan kualitas dan kuantitas pakan. Kualitas pakan akan terpenuhi dengan pemberian ikan rucah segar, pelet, pencampuran vitamin dan multivitamin. Sedangkan untuk kuantitas pakan yang baik diberikan 3-5% dari berat total induk yang akan dipijahka
4. Tahan terhadap serangan penyakit dan tidak bersifat kanibalisme
Ikan bawal bintang termasuk komoditas perikanan yang tahan terhadap serangan penyakit. Namun walaupun termasuk kategori ikan yang tahan penyakit tetap saja perlu diperhatikan terhadap kualitas lingkungan pemeliharaan budidaya ikan bawal.selain itu ikan bawal bintang tidak bersifat predator sehingga ikan ini tidak akaan memakan sesamanya. Dengan tidak adanya sifat ini maka proses budidaya ikan bawal bintang akan lebih mudah karena kontrol pertumbuhan ikan tidak serumit ikan dengan sifat predator.
5. Padat tebar cukup tinggi dengan SR tinggi
Padat tebar ikan bawal bintang dalam proses pembudidayaan ikan cukup tinggi yakni anatara 150 – 200 ekor per petak keramba jaring apung (KJA) dengan ukuran petak 3x3x3 . Dengan kepadatan tebar yang cukup tinggi ini tentu menguntungkan karena hasil panen yang didapat jadi lebih banyak. Pemilahan ukuran perlu dilakukan walaupun ikan ini tidak bersifat kanibalisme. Hal ini berguna untuk menghindari variasi ukuran yang menyebabkan ikan yang kecil akan kalah bersaing makanan dengan ikan yang besar sehingga pertumbuhanya terganggu, maka dilakukan pemilahan atau penyeragaman ukuran. Dengan demikian pada satu waring atau jaring hanya dipelihara ikan yang satu ukuran.
Penyeragaman ukuran (Sortir) pada awal pemeliharaan dilakukan minimal dua minggu sekali dan selanjutnya dapat dilakukan setiap satu bulan. Tingkat kehidupan atau Survival Rate (SR) ikan bawal bintang yang dibudidayakan di karamba jaring apung cukup tinggi dan bisa mencapai 90 persen.
6. Ketersediaan Benih Cukup Melimpah
Jenis ini sebagai ikan introduksi baru yang dikembangkan, indukannya berasal dari Taiwan dan baru dibenihkan secara komersial tahun 2007. Pada awalnya benih ikan bawal bintang didapat dari alam. Seiring dengan semakin menipis ketersediaan benih di alam maka keberlangsungan sempat menemui kendala. Namun dengan keberhasilan Balai Budidaya Laut Batam dalam pembenihan maka masalah benih tidaklah menjadi kendala dalam proses pembudidayaan ikan bawal bintang ini. Sejak 2 tahun terakhir Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali sudah mulai melakukan kegiatan pembesaran calon induk dengan ukuran 20-25 cm, bobot 450-600 g dan pada tahun ini sudah mencapai ukuran panjang total 38,0-46,50 cm dan bobot sekitar 1.200-1.850 g sudah berhasil memijah.
7. Teknologi Budidaya sudah tersedia
Menurut Balai Budidaya Laut Batam, proses budidaya ikan bawal dimulai dari pemilihan telur agar memperoleh benih yang berkualitas. Telur yang telah dipanen diseleksi antara yang dibuahi dan yang tidak dibuahi. Untuk menjaga dari penyakit (agar steril) dilakukan perendaman dengan acriflavin. Bak pemeliharaan larva adalah fiber glass bulat dilengkapi dengan sistem sirkulasi air dan oksigen.
Kepadatan telur adalah 50 butir/liter, setelah itu secara periodik dilakukan penjarangan pada D3O sebanyak 10 ekor/liter. Pakan yang diberikan pada tahap awal (D2-D12) adalah algae (Chlorella/Tetracelmis) dan Rotifera (Brachionus sp.). Copepoda dan Naupli Artemia adalah pakan alami yang diberikan setelah larva berumur 12 hari s.d. umur 30 hari. Untuk menjaga kondisi larva tetap stabil pengelolaan media pemeliharaan dilakukan dengan pergantian air sebanyak 10-20% / hari.
Setelah umur 30 hari dilakukan pendederan terhadap benih yang telah dihasilkan. Bak yang digunakan adalah fiber glass dengan dilengkapi sistem aerasi dan air mengalir selama 24 jam. Pakan yang digunakan adalah kombinasi ikan cincangan, biomassa artemia dewasa dan pellet sebanyak tiga kali sehari ( pagi, siang dan sore). Guna meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan percepatan pertumbuhan diberikan multivitamin, dan untuk mengontrol kualitas air supaya tetap baik setiap hari dilakukan penyiponan dasar bak.
Benih siap tebar berukuran 3 inchi yang dicapai setelah pendederan selama 2 bulan dipelihara di keramba jaring apung untuk dibesarkan. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Aklimatisasi perlu dilakukan karena adanya perbedaan, suhu dan salinitas antara daerah asal benih atau media transportasi dengan kondisi air tempat pemeliharaan. Apabila sistem transportasi dengan menggunakan kantong plastik, maka aklimatisasi dilakukan dengan membuka kantong plastik dan memasukkan air laut kedalam kantong sedikit demi sedikit. Setelah suhu dan salinitas hampir sama maka benih dapat ditebarkan.
Untuk pengangkutan jarak pendek, aklimatisasi dilakukan dengan cara menambahkan air laut sedikit demi sedikit kedalam wadah pengangkutan. Padat tebar berkaitan erat dengan pertumbuhan dan angka kelulushidupan. Apabila kepadatan terlalu tinggi pertumbuhannya lambat akibat adanya persaingan ruang, oksigen dan pakan. Jadi, budidaya ikan bawal bintang adalah sebuah alternatif usaha perikanan budidaya yang cukup menggiurkan untuk dilaksanakan. Dengan harga yang cukup mahal, penghasilan yang didapat cukup menjanjikan dengan keuntungan mencapai puluhan juta rupiah. Apalagi keuntungan yang besar ini dengan masa pemeliharaan yang tidak terlalu lama.

Tuesday, April 11, 2017

MENGENAL BUDIDAYA BELUT UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN

April 11, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Tehnik Pemeliharaan Budidaya Belut sebenarnya tidak sulit dan juga tidak mahal. Masyarakat yang memiliki lahan sempitpun dapat memelihara belut. Secara Teknis Budidaya dan pemeliharaan belut (monopterus albus) hanya memerlukan perhatian dalam memilih tempat/lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih benih, perkembangbiakan belut, penetasan, makanan dan kebiasaan makan serta hama.
Disisi lain kita juga memerlukan tata cara panen, pasca panen, pemasaran dan pencatatan analisa usaha dalam melakukan Budidaya belut. Pemilihan bibit belut yang paling bagus untuk di budidayakan adalah bibit yang di hasilkan dari hasil budidaya (pembenihan sendiri), walau bibit hasil tangkapan masih tetap bisa hidup dan bisa di besarkan di air besih. Tetapi jika dalam cara penangkapannya tidak benar, belut bisa lama jika dibesarkan karena mengalami stres sehingga kita harus mengadaptasinya terlebih dahulu dengan waktu yang cukup lama (tergantung tehnik perawatannya), kalau tehnik perawatannya salah, belut hasil tangkapan tersebut bisa mengalami kematian. sumber http://belut.yolasite.com/budidaya-belut/teknik-pemeliharaan-budidaya-belut Seperti contoh bibit belut yang di hasilkan dengan menggunakan setrum : cara penangkapannya dengan Voltase terlalu tinggi, untuk pengadaptasianya bisa mencapai 1 bulan bahkan bisa lebih dan jika dalam Proses pengaptasian salah, bisa mengakibatkan kematian pada waktu pemeliharaan. Jika dalam waktu menangkapnya (belut) dengan menggunakan alat setrum, apabila stik strum mengenai badan belut, belut tidak akan bisa tahan hidup lebih lama. Belut hasil setruman akan tetap bisa hidup dan bisa dibesar di air bersih jika cara penangkapannya dengan tehnik yang benar misal: Voltase strum tidak terlalu besar, stik strum tidak mengenai badan belut, waktu penyetruman, tidak terlalu lama (belut tidak sampai kaku) dan Belut yang kita ambil dari tanah/lumpur yang subur itu juga sangat berpengaruh. Ciri-ciri bibit belut hasil Setruman antara lain: Pada bagian dubur berwarna kemerahan, pada bagian insang juga berwarna kemerahan. jika stik setrum mengenai badan belut, pada badan belut tersebut dalam waktu 2 hari atau lebih akan timbul luka seperti koreng dan lama-lama belut akan mati. Ciri-ciri Bibit Belut Tidak semua bibit belut bila kita pelihara akan bisa besar, adapun ciri-ciri balut yang bisa besar dan tidak bisa besar bila kita budidayakan antara lain: Bibit belut yang warna hitam dari kepala sampai ekor , bibit ini tidak bisa besar.
Bibit belut yang berwarna kemerah-merahan terang disekujur tubuhnya,bibit ini tidak bisa besar. Bibit belut yang berwarna hitam dan panjang, lambat pertumbuhannya atau kemungkinan tidak bisa besar walau lama dipelihara. Bibit belut warna hitam kepala lebih besar (tidak proporsional) tidak baik untuk dibudidayakan karena tidak bisa besar. Bibit ini kalau dipegang terasa agak keras. Bibit belut yang berwarna abu-abu paling besar seukuran jempol tangan namun perkembangannya sangat lambat. Bibit yang berwarna dominan coklat dan kehijau-hijauan seluruh tubuhnya,bibit ini bisa besar bila di budidaya dan Bibit ini kebanyakan di dapat dari sawah Bibit belut yang dominan warna "coklat bening" dan totol-totol hitam sangat bagus untuk dibudidayakan karena cepat besar dalam waktu singkat. Bibit yang paling bagus, warna rata-rata punggung kuning kecoklatan dan ada batikannya di bagian ekor, Di bagian Kepala ada "coretan-coretan" warna kuning, dada berwarna kuning / oranye. bibit ini bisa mencapai ukuran sebesar pergelangan tangan orang dewasa. Namun bibit belut yang sudah kita yakini termasuk jenis belut yang bisa besar dan sudah memiliki ciri-cirinya, khusus untuk bibit belut yang di hasilkan dari tangkapan alam, bahwa sanya belut tersebut ada yang tetap tidak mau besar bila kita budidayakan baik di media lumpur ataupun di media air bersih. Akan tetapi mereka(belut) diperoleh ada dari sawah yang subur dan tidak subur atau kurang subur , bisa jadi yang berwarna kuning pun,ada yang Kuntet, karena bibit belut tersebut hidup di areal persawahan yang tidak banyak cacing Lor sawahnya.Sehingga pertumbuhannya terganggu. Dan ini ditunjukkan dengan banyak ditemukannya bibit seukuran Finggerling atau jari kelingking sudah matang gonad (perutnya sudah banyak mengandung butiran telur yang berwarna kuning), Kalau mereka sudah mengeluarkan telurnya, lalu kita tangkap untuk dipelihara, bisa jadi Tidak Bisa Membesar walupun sudah dipelihara selama lebih dari 4 bulan, akan tetapi masih bisa bertelur, karena fa’al tubuhnya sudah mendukung (dewasa) matang gonad walaupun badannya kecil.Karena lingkungannya kurang Gizi(kurang asupan makanan cacing lor dll). Proses Karantina Karantina sepertinya merupakan sebuah kosa kata yang cukup popular di kalangan para pemelihara atau pembudidaya belut maupun jenis ikan lainnya, sebelum berbicara lebih jauh tentang ini, mungkin lebih baik kita memahami apa maksud dan tujuan dari karantina itu sendiri. Karantina boleh disebut juga sebagai suatu kegiantan untuk mengisolasi atau memisahkan sesuatu dari lingkungan tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu. Dalam hal pemeliharaan atau pembudidaya, kita melakukan karantina dengan tujuan untuk menjaga agar belut yang akan kita budidayakan sudah benar-benar sehat atau tidak terjangkit penyakit tertentu yang dibawa oleh bibit belut yang akan kita tebar. Latar Belakang Yang banyak terjadi di kalangan pembudidaya belut terutama pembudidaya pemula adalah kurang paham benar apa yang menjadi maksud dan tujuan karantina untuk memaksimalkan hasil karantina tersebut. Sebelum berbicara lebih jauh akan maksud dan tujuan karantina alangkah baiknya kita untuk terlebih dahulu memahami latar belakang dari kegiatan ini. Setiap mahluk hidup, hidup di komunitas / lingkungan mereka masing – masing, dan setiap komunitas hidup antara yang satu dengan yang lain tidaklah sama. Antara lingkungan yang satu dengan yang lain mempunyai banyak perbedaan, walaupun juga memiliki kesamaan. Sedangkan mahluk hidup sendiri mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkunngan hidupnya. Untuk lebih memahami kita ambil contoh manusia. Seorang petani yang menanam padi disawah tidak merasa gatal walaupun seharian berendam di lumpur yang basah dan kotor, akan tetapi seorang pekerja kantoran yang mencoba membantu petani menanam padi di sawah, merasa gatal – gatal pada kulitnya bahkan sampai menderita iritasi. Begitu juga anggota keluarga petani keesokan harinya perut mereka merasa kurang nyaman karena pada malam sebelumnya makan makanan yang dibawa oleh “ si pekerja kantoran “. “ Si Petani “ sendiri karena tidak punya makanan tetap makan makanan.
Begitu juga petani yang bermalam di rumah pekerja kantoran, keesokan harinya sakit demam karena semalaman tidur di kamar yang menggunakan AC ( Air Conditioning ). Begitu juga anggota keluarga “ si pekerja kantoran “ tertular penyakit kulit karena menggunakan handuk mandi yang pernah digunakan petani tersebut. Kalau kita menyimak ilustasi diatas mungkin kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : • Setiap mahluk hidup dapat menyesuaikan atau beradaptasi terhadap lingkungannya. • Dalam proses adaptasi terhadap lingkungan setiap mahluk hidup bisa mengalami “ganguan” • Setiap mahluk hidup dapat menjadi sarana ( carrier ) “penyakit” terhadap lingkungan barunya. • Mahluk hidup yang sehat belum tentu tidak mengandung “ bibit penyakit “. • Apabila mahluk hidup dapat menyesuaikan dengan lingkungannya berarti mahluk tersebut sudah memiliki kekebalan ( imum ) terhadap “ penyakit di lingkungannya “. Jadi meskipun bibit Belut yang baru didatangkan sudah kelihatan sehat belum tentu bebas dari bibit penyakit. Demikian juga belut yang sudah ada di kolam kita belum tentu bebas dari bibit penyakit walaupun belut tersebut sehat. Mungkin dari gambaran diatas kita sedikit bisa memahami langkah – langkah untuk melakukan kegiatan karantina. Tujuan Yang seharusnya menjadi tujuan dari karantina adalah untuk menjaga agar belut yang telah kita miliki tidak tertular bibit penyakit yang mungkin dibawa oleh belut yang baru. Selain itu maksud dan tujuan karantina adalah untuk menyesuaikan lingkungan hidup belut yang baru dengan lingkungan asal sehingga bila belut yang baru kurang dapat beradaptasi dan mengalami gangguan tidak menjangkiti belut yang lainnya atau yang sudah kita miliki. Kegiatan Karantina. Apakah setiap bibit belut baru wajib karantina ??? Karantina/Pengadaptasian - tidak semua belut mudah meyesuaikan dengan lingkungan baru (media air bersih) terutama belut yang dihasilkan dari hasil tangkapan alam. - Biasanya belut tertentu akan mengalami “gangguan” sebelum dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya. - Belut mudah stress bila berubah lingkungan hidupnya sehingga mudah terserang penyakit karena sistim imum tubuhnya menurun. Janglah karantina yang ideal sebenarnya membutuhkan proses yang cukup detail yang seolah – olah sangat rumit padahal tidaklah demikian, asal kita dapat memahami “ tehniknya”. Langkah karantina yang ideal, dimulai pada saat kedatangan belut Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah meyiapkan tempat karantina yang memadai baik luas maupun volume tempat karantina tersebut, yang sebelumnya sudah kita isi dengan air kolam yang rencananya akan kita gunakan untuk pemeliharaan belut tersebut. Apakah harus ? tidak , dengan mengisi tempat karantina dengan sumber air yang sama dengan kolam yang rencananya akan kita gunakan untuk memelihara belut tersebut sudah cukup memadai bila sumber air yang digunakan bukan air PDAM/PAM, bila memakai air PDAM/PAM hendaknya ditreatment terlebih dahulu. Salah satu Tehnik Proses karantina sekaligus adaptasi yang sudah saya terapkan, bibit belut yang dihasilkan dari tangkapan alam (setrum atau sedek) Untuk kolam/tempat karantina , sebaiknya "jangan" ada yang berbentuk sudut/menyiku, kolam yang kita siapkan harus berbentuk bundar ataupun lonjong, kolam karantina bibit belut air bersih "tidak" usah terlalu besar dan untuk bibit yang kita masukan kedalam kolam karantina Volumenya harus diperpadat, kepadatan dalam proses karantina adalah sangat berpengaruh penting. Ketinggian air pada kolam karantina 10 sampai dengan 15 dari permukaan belut yang kita masukan. Bila tempat karantina sudah siap, belut yang masih berada di wadah pengangkutan airnya harus di ganti terlebih dahulu untuk menghilangkan lendir yang berada di dalam wadah pengangkutan, lalu masukkan belut tanpa lendir/busa.Untuk pemindahan bibit belut dari wadah pengangkutan, sebaiknya dilakukan dengan sehati-hati mungkin, gunakanlah alat seperti jaring (serok) usahakan bibit jangan sering dipegang dengan tangan secara langsung biar belut tidak stress. Setelah belut tenang, Langkah berikut adalah pada tempat karantina diberi kocokan telur ditambah dengan madu supaya bibit cukup Vitamin dan energi, kemudian tambahkan perasan daun pepaya dengan harapan untuk mengembalikan lendir yang sudah banyak dikeluarkan belut selama dalam pengangkutan. Setelah satu jam kemudian kuraslah air dan di ganti dengan air yang baru. 1 sampai 2 hari, bibit belut jangan di beri pakan terlebih dahulu, setelah 2 hari kemudian, pemberian pakan baru dilakukan sampai bibit belut benar-benar sudah sehat. Ciri-ciri bibit belut yang sudah siap ditebar di kolam pembesaran (media air bersih), belut sudah tidak ada yang mendongakan kepalanya keatas (permukaan air). Apabila masih ada bibit belut yang mendongakan kepalanya keats dan sudah membalikan badannya segeralah diambil, pisahkan dengan bibit yang sudah sehat. CATATAN : pada waktu proses karantina dilakukan, air harus dalam keadaan jernih (bening), tidak boleh keruh. biofish fishtamin (vitamin complex) Namun Bila bibit belut yang kita dapatkan dari hasil budidaya, untuk proses karantina/adaptasinya tidak membutuhkan waktu yang lama, cukup 1 hari atau 2 hari, bibit sudah siap kita tebarkan di kolam pembesaran media air bersih (air bening) tanpa lumpur. Tata Cara Perawatan Setelah proses karantina/adaptasi dilakukan dengan benar, masukan bibit kekolam pembesaran dan kemudian lakukan perawatan. Pakan dan Pengaturan Air Meskipun sudah banyak ilmuwan-ilmuwan dan peneliti berpendapat "Waktu pemberian pakan pada belut adalah sore menjelang malam, karena belut aktif pada malam hari" namun dalam budidaya belut di air bersih yang sudah kami terapkan pemberian pakan bisa dilakukan dalam sehari semalam 3 kali (pagi,siang dan sore hari) dengan dosis 5% dari jumlah benih yang ditebar. Pemberian pakan bisa dilakukan 3 kali dalam sehari semalam kalau kita sudah memenuhi unsurKENYAMANAN bagi belut itu sendiri. Sedangkan faktor kenyamanan terdiri faktor internal dan eksternal 1. Faktor internal. Media harus tersedia yaitu. Substrat ( paralon, atau genteng, roster, eceng gondok maupun kiambang, dsb) Faktor Oksigen. (sangat berpengaruh besar terhadap reaksi dan nafsu makan, sekaligus kelangsungan hidup) Khusus Untuk budidaya air bersih, faktor oksigen sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup dan daya nafsu makan belut). Air menjadi syarat utama kolam pemeliharaan belut, karena itu lubang sirkulasi air dan lubang pembuangan kelebihan air menjadi syarat utama. Air harus terus mengalir walau dalam jumlah debit yang sangat kecil dari sumber air agar oksigen terlarut tetap terjaga persediaannya 2. Faktor Eksternal. Faktor eksternal adalah suasana Gelap dan tenang. ( Gelap berarti tempat harus ditutup dengan terpal hitam atau coklat, tidak boleh warna terang atau tembus cahaya, Tenang berarti tidak boleh ada aktifitas lain di lingkungan budidaya) Pakan, pemberian pakan bisa di lakukan dalam sehari semalam 3 kali bisa berjalan apabila Faktor eksternal dan internal terpenuhi. Untuk menambah nafsu makan belut dapat diberikan jamu empon-empon, bahan-bahan bakunya seperti "temulawak (curcuma xanthorhiza), kunyit, kencur dan temu ireng. untuk perbandingan 1,5 : 0,5 : 0,5 : 0,5 dengan cara: kesemua bahan tersebut di rebus dan kemudian di saring, setelah dingin air dari bahan-bahan tersebut di masukan ke kolam secara merata. Pemberian jamu nafsu makan sebaiknya di berikan pada sore hari kemudian pada pagi hari, air dikuras dan di ganti dengan air yang baru. Dalam waktu pemberian jamu nafsu makan tersebut, belut jangan diberi pakan terlebih dahulu sebelum pengurasan dilakukan. Air Pemeliharaan Lendir yang dikeluarkan belut memang menjadi salah satu mekanisme untuk menjaga agar tubuhnya tetap licin sehingga dapat membantu gerak belut dan menjadi sarana melepaskan diri dari musuh-musuhnya. Namun, dalam pemeliharaannya, lendir belut yang terus menerus dikeluarkan dalam jumlah yang banyak akan membahayakan belut itu sendiri, dari hasil penelitian mengemukakan, jika dalam air yang di gunakan untuk budidaya belut sudah terlalu banyak lendir yang dikeluarkan oleh belut itu sendiri maka air harus segera diganti maka air tersebut akan meracuni belut itu sendiri dan juga bisa mengakibatkan kematian pada belut. lendir yang sudah banyak di keluarkan juga akan sangat mempengaruhi kualitas air, terutama akan meningkatkan derajat keasaman/pH air. untuk itu, kualitas air menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Walau tidak ada persyaratan khusus, tetapi idealnya air yang digunakan sebagai media pembesaran belut harus jernih, memiliki suhu antara 25-28 derajat C, Tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, serta kendungan pH-nya tidak lebih dari 7. Budidaya Belut Di Air Bersih Tekhnik Terbaru, Budidaya Belut Di Air Bersih. Belut bisa hidup dan bisa dibesarkan di air Bersih (air bening) tanpa lumpur ini adalah hal yang sangat luar biasa, ini bener-bener ilmu yang sangat bermanfaat bagi kita khususnya para pembudidaya belut, sehingga kita bisa lebih effisien dalam melakukan usaha ini. Dengan adanya tehnik terbaru ini sehingga para pembudidaya belut sudah tidak pusing-pusing mencari "debog pisang, jerami, lumpur dan lain-lain, kita sudah tidak repot lagi untuk melakukan bokasi dan menfermentasikan-nya. Ini bukan penampungan dan bukan hasil rekayasa tetapi bener-bener hasil budidaya. Tempat hidup alami belut (Monopterus albus) yang tinggal di dalam lumpur. Banyak orang, baik penelitian atau usaha, yang sudah mencoba membikin lumpur untuk usaha budidaya. Mungkin beberapa yang berhasil meskipun kebanyakan yang lainnya masih bergelut dengan ‘teknologi doa’ untuk panen. karena hidup di dalam lumpur, tidak banyak yang bisa dilakukan untuk memastikan jumlah serta perkembangan belut selama masa pemeliharaan. sehingga, sangat layak bila kemudian mencoba berinovasi: "Budidaya Belut Di Air Bersih (air bening) tanpa lumpur" Dalam hipotesis: mungkin belut bisa hidup dan dibesarkan pada air bersih tapi tetap harus menggunakan lumpur untuk reproduksi alami. Secara teknis: sejauh kebiasaan makan bisa diadaptasikan dan kebutuhan pakan bisa disuplay secara terkontrol, seharusnya pembesaran belut di air bersih dapat dilakukan. hanya saja, kontrol terhadap kemungkinan serangan penyakit akibat proses adaptasi harus benar-benar diamati dan dijaga. Keuntungan: dengan pembesaran belut pada air bersih, jumlah (yang berkaitan dengan kelangsungan hidup) dan pertumbuhan (yang berhubungan dengan penambahan bobot) dapat selalu terkontrol sehingga target produksi bisa lebih ter-realistis dan untuk jumlah penebaran bibit belut di air bersih bisa lebih besar (bisa 10 bahkan sampai 30 kali lipat dibanding dengan penebaran benih di media lumpur). Walau masih banyak orang yang tidak/belum percaya dengan adanya Ilmu terbaru ini (belut bisa hidup dan bisa dibesarkan di 100% air bersih (air bening) tanpa lumpur, mungkin karena mereka belum pernah melihat dan belum pernah mencobanya karena belum tahu tehnik-tehnik dalam melakukan Budidaya Belut Di Air Bersih. Sekilas Tentang Belut Belut adalah sekelompok ikan berbentuk mirip ular memiliki bentuk tubuh memanjang, tidak bersirip dan tidak bersisik, serta memiliki lapisan lendir di sekujur tubuhnya yang termasuk dalam suku Synbranchidae. Suku ini terdiri dari empat genera dengan total 20 jenis. Jenis-jenisnya banyak yang belum diberikan dengan lengkap sehingga angka-angka itu dapat berubah. Anggotanya bersifat pantropis (ditemukan di semua daerah tropika). Belut berbeda dengan sidat, yang sering dipertukarkan. Ikan ini boleh dikatakan tidak memiliki sirip, kecuali sirip ekor yang juga tereduksi, sementara sidat masih memiliki sirip yang jelas. Ciri khas belut yang lain adalah tubuh licin berlendir, tidak bersisik, dapat bernafas dari udara, bukaan insang sempit, tidak memiliki kantung renang dan tulang rusuk. Belut praktis merupakan hewan air darat, sementara kebanyakan sidat hidup di laut meski ada pula yang di air tawar. Mata belut kebanyakan tidak berfungsi baik, bermata kecil. Ukuran tubuh belut bervariasi. Monopterus indicus hanya berukuran 8,5 cm, sementara belut marmer Synbranchus marmoratus diketahui dapat mencapai 1,5m. Belut sawah Monopterus albus sendiri, yang biasa dijumpai di sawah dan dijual untuk dimakan, dapat mencapai panjang sekitar 1m (dalam bahasa Betawi disebut moa). Kebanyakan belut tidak suka berenang dan lebih suka bersembunyi di dalam lumpur (tempat persembunyian). Semua belut adalah pemangsa. Daftar mangsanya biasanya hewan-hewan kecil di rawa atau sungai, seperti ikan, katak, serangga, serta krustasea kecil dan juga ada yang bersifat kanibalisme. Spesies belut mempunyai nilai pemakan yang tinggi. Khasiatnya dikatakan setanding dengan ikan tengiri dan selar, mengandungi 18.6 % protein dan 15 % lemak. Belut juga kaya dengan lemak, kalsium, vitamin B, Vitamin D dan zat besi. Tidak heranlah banyak yang percaya belut boleh membantu mengubati penyakit seperti sakit pinggang, lelah, darah tinggi, lemah tenaga batin dan penyembuhan luka pembedahan. Spesies ikan ini jika dikonsumsi secara rutin miniman 100 gram/hari dikatakan boleh menguatkan daya tahan tubuh, menormalkan tekanan darah, menghaluskan kulit, mencegah penyakit mata, menguatkan daya ingatan dan membantu mencegah hepatitis. Keunggulan dan Kelebihan Bidudaya Belut Di Air Bersih Belut Mudah Dikontrol Budidaya belut di Media Air Bersih tanpa lumpur terbilang lebih effektif dibandingkan dengan budidaya belut di media lumpur. Khususnya kemudahan dalam melakukan pengontrolan terhadap belut yang dibesarkan, selain itu jika ada belut yang terlihat sakit atau mati, akan mudah terlihat sehingga bisa segera diambil dari kolam budidaya. Penebaran Benih Belut Lebih Banyak Budidaya Belut dengan media air bersih memungkinkan pembudidaya untuk meningkatkan jumlah belut yang di besarkan dikolam hingga bisa mencapai 30 kali lipat per m2 di banding budidaya belut di media lumpur. Hal ini dapat di lakukan karena di media air bersih, fungsi lumpur sebagai alat perlindungan/persembunyian bagi belut, sedangkan budidaya belut di air bersih peranan tubuh belut itu sendiri bisa di jadikan tempat perlindungan/persembunyian bagi belut itu sendiri (pengganti lumpur). Dalam Budidaya belut di air bersih berdasarkan uji coba, untuk ukuran 1m2 bisa ditebar benih belut 30kg, sedangkan di media lumpur penebaran benih untuk ukuran 1 m2 hanya bisa kita tebar 1kg maksimal 1,5kg, jika penebaran melebihi angka tersebut pertumbuhan belut akan terganggu, bahkan bisa terjadi saling nyerang menyerang antar belut untuk berebut wilayah hidupnya. Sehingga tingkat kematian belut di media lumpur akan semakin tinggi. Meminimalkan Angka Kanibalisme Seperti binatang-binatang lainnya, belut yang dibesarkan di dalam air yang berlumpur terutama belut jantan atau belut yang sudah mencapai umur 6-8 bulan, akan memperlakukan habitat tempatnya bernaung sebagai daerah kekuasaannya. bila merasa terusik oleh belut yang lain dan daerah kekuasaannya terancam, belut tersebut akan saling serang menyerang. Hal itulah yang menyebabkan tingginya angka kematian pada belut-belut yang kita pelihara di media air berlumpur. namun, dalam hal ini tidak akan terjadi pada belut yang dipelihara di media air bersih tanpa lumpur, karena antara belut satu dengan yang lainya justru saling membutuhkan, dalam metode budidaya belut di air bersih, badan belut adalah sebagai tempat untuk saling melindungi dan sebagai tempat persembunyian. Lebih Effisien Dan Effektif Belut yang sudah kita kenal dengan gaya hidupnya yang selalu bersembunyi didalam lumpur yang berair. Namun hal yang sebenarnya dimana ada lobang belut yang masih ada belutnya disitu pasti akan terdapat air yang jernih. Dengan adanya hal tersebut berarti syarat hidup belut adalah di air jernih (air bersih), dan tanpa lumpurpun masih bisa hidup dan bisa dibesarkan. Budidaya belut di air bersih (air jernih) tanpa lumpur memungkinkan para pembudidaya tidak akan kerepotan karena harus mencari jerami, debog pisang ataupun lumpur sebagai medianya namun dengan budidaya belut di air bersih cukup dengan air yang jernih saja dan dalam budidaya belut di air bersih juga akan menghemat lahan karena dalam pembikinan kolam dengan media air bersih, bisa disusun menjadi 3 tingkat atau lebih. dalam pemberian pakan di media air bersih juga tidak cuma-cuma(mubadzir) karena setiap kita tebar pakannya, belut akan melihat sehingga belut akan langsung memangsanya. Faktor-fator Utama Dalam Budidaya Belut Di Air Bersih Beberapa Fator-faktor Utama Yang Harus Kita perhatikan Dalam Budidaya Belut Di Air Bersih antara lain : Air Dalam Budidaya belut di air bersih, air adalah faktor utama yang sangat berpengaruh pada perkembangan belut. Jika air yang kita gunakan dalam budidaya belut tidak rutin di kontrol maka akan sangat mempengaruhi pada perkembangan belut kita. Air yang bagaimana yang layak digunakan Budidaya belut air bersih? air yang layak digunakan dalam budidaya belut di air bersih adalah air yang jernih, memiliki suhu antara 25-28 derajat C, air yang tidak mengandung zat-zat kimia berbahaya. Air yang kurang layak/tidak bagus untuk budidaya belut di air bersih air PDAM karena banyak mengandung zat-zat kimia (kaporit), air yang langsung diambil dari sumur bur karena sangat minim kandungan oksigennya dan air limbah Usahakan dalam melakukan budidaya belut di air bersih, kolam harus ada sirkulasi air walau dengan debit yang sangat kecil (ada yang masuk dan ada yang keluar). Dengan adanya aliran air kedalam kolam budidaya maka akan menambah kandungan oksigen didalamnya sehingga sangat berpengaruh dalam untuk perkembangan serta pertumbuhan belut dan kita juga tidak terlalu repot untuk penggatian air. Jika kolam budidaya belut tidak ada sirkulasi air dan pembuangan, air akan cepat kotor/keruh, maka kita harus sering mengganti air paling tidak selama 2 atau 3 hari sekali, tentunya kita akan sangat kerepotan bukan? Jika air sudah kotor/keruh (warna kuning kecoklatan) air harus segera kita ganti. tapi beda dengan kotoran yang mengendap didasar kolam, walau didasar kolam sudah terdapat endapan tapi airnya masih jernih, air masih layak kita gunakan, asal endapannya tidak terlalu tebal. Pakan Pakan, pakan juga termasuk salah satu faktor yang sangat penting untuk perkembangan serta pertumbuhan belut. Berilah pakan secukup mungkin, usahakan jangan sampai kekurangan atau jangan berlebihan dan berilah pakan yang paling disukai belut, jika dalam pemberian pakan pada belut terlalu banyak bisa mengakibatkan air cepat kotor(karena sisa makanan) dan bisa mengakibatkan effek negatif pada belut, sehingga belut mudah sakit dan lama kelamaan bisa mengakibatkan kematian. Jika pemberian pakan pada belut kurang, maka bisa menimbulkan sifat kanibalisme pada belut kita dan kita juga akan rugi karena pertumbuhannya akan lama. Selama belut masih mau makan dengan pakan tersebut jangan beralih ke pakan yang lain secara total, kecuali belut mau makan dengan pakan yang kita berikan, jika belut tidak mau makan dengan pakan yang kita berikan, kembalilah kepakan yang sebelumnya. Jenis-jenis pakan belut antara lain: cacing lor, cacing merah, cacing lumbricus, ikan cere, ikan cithol, ikan guppy, anakan ikan mas, berudu (kecebong), lambung katak, keong mas/sawah, ulat hongkong dan masih banyak yang lainnya. Bibit Pemilihan bibit belut berkualitas adalah salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan budi daya belut. Umumnya bibit belut yang ada saat ini sebagian besar masih merupakan hasil tangkapan alam. Karena itu, teknik penangkapan bibit dari alam menentukan kualitas bibit. Bibit yang ditangkap dengan cara alami menggunakan perangkap, seperti bubu, merupakan bibit yang cukup baik karena tidak mengalami perlakuan yang menurunkan kualitasnya. Sebaliknya, bibit yang diperoleh dengan cara tidak baik seperti disetrum bukan termasuk bibit berkualitas. Pasalnya, bibit seperti ini pertumbuhannya tidak akan maksimal (kuntet). Lebih baik lagi jika bibit yang digunakan berasal dari hasil budidaya. Ukurannya akan lebih seragam dan jarang terserang penyakit seperti yang mungkin terjadi pada belut hasil tangkapan alam. Sayangnya, bibit belut hasil budidaya untuk saat ini masih sangat sedikit. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan terkait bibit belut yang berkualitas. 1. Bibit yang digunakan sehat dan tidak terdapat bekas luka Luka pada bibit belut dapat terjadi akibat disetrum, pukulan benda keras, atau perlakuan saat pengangkutan. Umumnya, bibit yang diperoleh dengan cara disetrum cirinya tidak dapat langsung terlihat, tetapi baru diketahui 10 hari kemudian. Salah satu ciri-cirinya terdapat bintik putih seperti garis di permukaan tubuh yang lama-kelamaan akan memerah dan pada bagian dubur berwarna kemerahan. Bibit yang disetrum akan mengalami kerusakan syaraf sehingga pertumbuhannya tidak maksimal. 2. Bibit terlihat lincah dan agresif Bibit yang yang selalu mendongakan kepalanya keatas dan tubuhnya sudah membalik sebaiknya diambil saja karena belut yang sudah seperti ini sudah tidak sehat dan lama kelamaan bisa mati. belut yang sehat mempunyai ciri-ciri: tenang tapi lincah, belut akan mengambil oksigen keatas dengan cepat kamudian kembali kebawah lagi. 3. Penampilan sehat yang dicirikan, tubuh yang keras dan tidak lemas pada waktu dipegang pada waktu kita memegang belut tentunya kita akan bisa merasakan keadaannya, bila belut tersebut bila kita pegang tetap diam/lemas atau tidak meronta/tidak ada perlawanan ingin lepas, sebaiknya belut dipisahkan, karena belut belut yang seperti ini kurang sehat. Dan sekaliknya jika kita pegang badannya terasa keras dan selalu meronta ingin lepas dari genggaman tangan kita, belut yang mempunyai ciri seperti ini layak kita budidayakan. 4. Ukuran bibit seragam dan dikarantina terlebih dahulu Bibit yang dimasukkan ke dalam wadah pembesaran ukurannya harus seragam. Hal ini dilakukan untuk menghindari sifat kanibalisme pada belut. Bibit yang berasal dari tangkapan alam harus disortir dan dikarantina. Tujuannya untuk menghindari serangan bibit penyakit yang mungkin terbawa dari tempat hidup atau kolam pemeliharaan belut sebelumnya dan untuk pemilihan belut yang sehat dan tidak sehat. Caranya adalah dengan memasukkan bibit belut ke dalam kolam atau bak yang diberi air bersih biarkan belut tenang dulu (kurang lebih 1 jam) kemudian berilah kocokan telur dicampur dengan madu 1 jam kemudian penggantian air dilakukan dan biarkan belut sampai bener-bener tenang diamkan kurang lebih 1 hari 1 malam kemudaian masuk bibit kekolam pembesaraan. Kepadatan (Volume) Kepadatan penebaran bibit dalam pembesaran jenis-jenis ikan sangatlah mempengaruhi pada perkembangan pertumbuhan dan tingkat kematian, misal, dalam pembesaran jenis-jenis ikan seperti lele,gurame, nila dll, kalau penebarannya terlalu padat, waktu pembesaran bisa terhambat walau pemberian pakan sudah sesuai dengan ukurannya dan juga bisa mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi. Namun metode pembesaran Belut di media air bersih ini sangatlah berbeda dengan penebaran bibit jenis-jenis ikan yang lainnya, Kepadatan penebaran bibit belut sangat berperan penting pada pertumbuhan dan tingkat kematian. Kepadatan penebaran bibit belut untuk pertumbuhan, tergantung dalam proses pemberian pakan dan untuk tingkat kematian justru bisa meminimalkannya. Mempersiapkan Pembesaran Langkah Awal Langkah awal untuk melakukan usaha budidaya belut di air bersih adalah memelihara pakan, dalam melakukan usaha budidaya belut,jika kita tidak ingin mengalami kendala terutama masalah pakan dan kita juga akan bisa mengurangi biaya operasional usaha ini, lakukanlah langkah awal ini yaitu 3 atau 4 bulan memelihara pakannya terlebih dahulu sebelum kita menebar bibit belut. Karena selama ini kendala dari para pembudidaya belut baik yang menggunakan media lumpur maupun media air bersih adalah pada pemberian pakan yang tidak menentu karena mereka sebelumnya tidak mempersiapkan pakannya terlebih dahuludan hingga kini pakan yang paling disukai belut adalah pakan dari alam, walaupun sudah ada pembudidaya belut dalam pemberian pakannya menggunakan jenis pelet, namun setelah dihitung-hitung hasil analisa usahanya masih sangat minim,padahal dalam setiap usaha tentunya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih, bukan malah membuang-buang duit atau tenaga kita kan??? Banyak pembudidaya belut yang masih meremehkan hal ini dan akhirnya mereka yang akan kerepotan sendiri karena setiap hari harus mencari pakan buat belut kalau tidak, mereka harus membeli pakannya, sehingga untuk biaya operasionalnya akan semakin membengkak untuk pembelian pakan. Dengan kita memelihara pakan terlebih dahulu insyaALLOH akan mudah menghitung jumlah panen dan analisa usahanya. Persyaratan Lokasi Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik. Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi kolam tidak beracun. Suhu udara/temperatur optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-28 derajat C. Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil. Belut adalah binatang air yang selalu mengeluarkan lendir dari tubuhnya sebagai mekanisme perlindungan tubuhnya yang sensitif. Lendir yang keluar dari tubuh belut cukup banyak sehingga lama kelamaan bisa mempengaruhi derajad keasaman (pH) air tempat hidupnya. pH air yang dapat diterima oleh belut rata-rata maksimal 7. Jika pH dalam air tempat pembesaran telah melebihi ambang batas toleransi, air harus dinetralkan, dengan cara menggati ataupun mensirkulasikan airnya. Dengan demikian, kolam/tempat pembesaran harus dilengkapi dengan peralatan yang memungkinkan untuk penggantian atau sirkulasi air. Ada beberapa macam tempat yang dapat digunakan untuk untuk budidaya belut di air bersih (air bening) tanpa lumpur di antaranya: kolam permanen (bak semen), bak plastik, tong (drum). Dalam Budidaya Belut dengan menggunakan media lumpur dalam wadah/tempat dan ruangan 5X5 meter, hanya bisa dibuat untuk 1 kolam saja berbeda dengan Budidaya belut diair bersih dengan wadah dan Ruangan 5X5 meter, bisa dikembangkanya 3 Kali lipat dari wadah budidaya itu sendiri, karena dalam budidaya air bersih kita hanya memerlukan ketinggian air 30 Cm, maka tempat budiaya kita bisa tingkat menjadi 3 susun atau 3 apartemen. BUDIDAYA IKAN BELUT Seputar BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )
1.SEJARAH SINGKAT Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor. 2.SENTRA PERIKANAN Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan. 3.JENIS Klasifikasi belut adalah sebagai beriku Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Synbranchoidae Famili : Synbranchidae Genus : Synbranchus Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut) Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah. 4.MANFAAT Manfaat dari budidaya belut adalah: 1)Sebagai penyediaan sumber protein hewani. 2)Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 3)Sebagai obat penambah darah. 5.PERSYARATAN LOKASI 1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik. 2)Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun. 3)Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C. 4)Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh. 6.PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 6.1.Penyiapan Sarana dan Peralatan 1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm. 2)Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri. 3)Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm. 4)Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester. 5)Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya. 6)Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50cm (bahan organic + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam. 6.2.penyiapan Bibit 1) Menyiapkan Bibit a.anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan. b)Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bias juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam. c.Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm. d.Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5¬2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan. 2) Perlakuan dan Perawatan Bibit Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir. 6.3. Pemeliharaan Pembesaran 1) Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organic utama. 2)Pemberian Pakan Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali. 3)Pemberian Vaksinasi 4)Pemeliharaan Kolam dan Tambak Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun. 7.HAMA DAN PENYAKIT 7.1.Hama 1)Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut. 2)Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, nmusang air dan ikan gabus. 3)Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama. 7.2. Penyakit Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil. 8.PANEN Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu : 1)Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan. 2)Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen). Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut,dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja. 9.PASCAPANEN Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar,penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas 10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA 10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut: 1) Biaya Produksi a.pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,- b.Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,- c.Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,- d.Lain-lain Rp. 30.000,- Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,- 2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- = Rp. 750.000,- 3) Keuntungan Rp. 422.000,- 4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28 10.2.Gambaran Peluang Agribisnis Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
1) Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya (Anggota IKAPI). Jakarta.
2) Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Monday, April 10, 2017

KEANEKA RAGAMAN IKAN DI INDONESIA

April 10, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Indonesia kaya raya dengan berbagai jenis komoditas ikan yang berlindung pada karang-karang laut. Dasar laut Indonesia sangat kompleks dan tidak ada negara lain yang mempunyai topografi dasar laut begitu beragam seperti Indonesia.   Hampir segala bentuk topografi dasar laut dapat dijumpai, seperti paparan dangkal, terumbu karang, lereng curam maupun landai, gunung api bawah laut, palung laut dalam, basin atau pasu yang terkurung dan lain sebagainya. Karakteristik ini menjadikan Lautan Indonesia merupakan wilayah Marine Mega - Biodiversity terbesar di dunia, memiliki 8.500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950 species biota terumbu karang. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo pada Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan dalam Mewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan, di Universitas Diponegoro Semarang Jawa Tengah, Selasa (27/08).
     Sharif menegaskan, laut Indonesia pada dasarnya menyimpan berbagai sumberdaya alam yang dapat dijadikan modal pembangunan nasional.Karena itu, berbagai kegiatan ekonomi yang berbasis kelautan dapat dikembangkan, dalam rangka membangun masyarakat Indonesia yang sejahtera.  Kondisi ini merupakan anugrah yang sangat besar bagi pembangunan sektor Kelautan dan Perikanan. Indonesia merupakan negara maritime dengan luas lautan mencapai 5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan teritorial, perairan laut 12 mil dan perairan ZEE Indonesia.  Indonesia juga memiliki 17.504 buah pulau dengan  panjang garis pantai 104.000 km. "Karakteristik arus laut di Indonesia juga khas. Dari Samudera Pasifik melewati kepulauan Nusantara menuju Samudera Hindia merupakan indikator muncul dan lenyapnya El-nino dan La-nina. Indikator ini mempengaruhi perubahan iklim global, dan berdampak pada kemarau panjang, banjir, gagal panen, kebakaran hutan serta naik turunnya produksi perikanan," jelasnya
     Sharif menjelaskan, dalam 5 tahun terakhir telah terjadi perubahan cukup signifikan terhadap potensi laut dunia. Bahkan Laporan Food Agricultural Organization (FAO) tahun 2012 menunjukkan produksi ikan dunia dari kegiatan penangkapan di laut maupun diperairan umum cenderung stagnan dalam 5 (lima) tahun terakhir, yaitu dari 90,0 juta ton pada tahun 2006 menjadi 93,5 juta ton pada tahun 2011.  Indonesia, juga mengalami hal serupa. Dimana, potensi lestari sumberdaya perikanan tangkap laut Indonesia adalah sekitar 6,5 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 5,71 juta ton pada tahun 2011 (77,38%).  "Dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan laut tersebut, harus diakui bahwa di beberapa Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) tertentu seperti Laut Jawa, telah terjadi lebih tangkap atau over fishing.  Sementara di perairan lainnya seperti Laut Cina Selatan, Arafura dan lain sebagainya, potensi ikannya belum dimanfaatkan secara optimal," paparnya
     Potensi Perikanan
     Dijelaskan, disisi lain dalam beberapa tahun terakhir, produksi perikanan budidaya mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan produksi perikanan tangkap, Produksi perikanan budidaya mengalami peningkatan cukup pesat, yaitu dari 47,3 juta ton menjadi 62,7 juta ton. Potensi perikanan budidaya ini akan semakin besar, apabila memasukan potensi budidaya air tawar seperti kolam (541.100 ha), budidaya diperairan umum (158.125 ha) dan mina-padi (1,54 juta ha). Disamping itu, potensi perikanan budidaya payau (tambak) mencapai 2,96 juta hektar dan baru dimanfaatkan seluas 682.857 hektar (23,04%) serta potensi budidaya laut yang mencapai luasan 12,55 juta hektar dengan tingkat pemanfaatan yang relatif masih rendah, yaitu sekitar 117.649 hektar atau 0,94 persen.  "Produksi perikanan memang tumbuh sangat positif. Tercatat, ekspor hasil perikanan telah mengarah pada produksi bernilai tambah, dengan pertumbuhan pada periode 2011 - 2012 sebesar 11,62 persen. Sedangkan nilai impor periode yang sama mengalami penurunan sebesar 15,43 persen.  Dengan demikian, neraca perdagangan perikanan pada tahun 2012 mengalami surplus sebesar US$ 3,52 milyar," jelasnya
     Blue Economy
     Menurut Sharif, pembangunan kelautan dan perikanan selama ini telah membawa hasil menggembirakan.Namun dengan perubahan tatanan global yang berkembang dinamis, menuntut adanya percepatan pembangunan kelautan dan perikanan. Guna mendorong percepatan pembangunan sektor Kelautan dan Perikanan, dan menjamin pembangunan sektor kelautan dan perikanan berlangsung secara berkelanjutan, diperlukan pendekatan Blue Economy dalam pembangunan menjadi sangat penting dan strategis. Blue Economy merupakan  model ekonomi baru untuk mendorong pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan kerangka pikir seperti cara kerja ekosistem.  "Paradigma Ekonomi Biru telah mengajak kita belajar dari alam, sehingga pada akhirnya akan menjamin bahwa suatu pembangunan yang dijalankan tidak hanya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, akan tetapi juga menciptakan lebih banyak lapangan kerja sekaligus menjamin terjadinya keberlanjutan," jelasnya

     Sharif menjelaskan, penerapan konsep Ekonomi Biru akan terus dikaji dan disempurnakan. Diantaranya, tanggal 26 November 2012 dilaksanakan workshop dengan thema "Blue Economy, Menuju Pembangunan Kelautan dan Perikanan Berkelanjutan" yang dihadiri oleh para cendekiawan, praktisi bisnis, wakil dari unsur pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, termasuk  Gunter Pauli,  seorang entrepreneur dan cendekiawan penulis buku The Blue Economy: 10 Years, 100 Innovations, 100 Million Jobs,  Lain itu, pendekatan Ekonomi Biru dikembangkan untuk mendorong peningkatan peran swasta dalam pembangunan ekonomi pro lingkungan melalui pengembangan bisnis dan investasi inovatif dan kreatif. "Dalam kaitan ini, kebijakan pembangunan sektor Kelautan dan Perikanan akan diarahkan untuk mendorong pelaku bisnis dan investor dapat mengembangkan usahanya dengan prinsip - prinsip efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam dengan menghasilkan lebih banyak produk turunan dan produk lain terkait, sehingga menghasilkan revenue lebih besar," ujarnya.
     Menurut Sharif, konsep Ekonomi Biru memang bukan identik dengan ekonomi kelautan atau ocean-based economy, namun prinsip - prinsip dasarnya dapat diterapkan di sektor kelautan dan perikanan. Terutama untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien dan tidak merusak lingkungan, namun mampu meningkatkan kesejahteraan  masyarakat.  Selain itu, Ekonomi Biru juga bukan Ekonomi Hijau (green economy) yang diterapkan di sektor kelautan dan perikanan, karena ada beberapa prinsip yang tidak begitu pas dengan karakteristik sektor kelautan dan perikanan.  Konsep Ekonomi Biru diharapkan dapat dijadikan kerangka kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan yang sedang berjalan, yaitu industrialisasi sebagai upaya percepatan pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan, melalui modernisasi, peningkatan nilai tambah, dan daya saing. "Dengan demikian, industrialisasi kelautan dan perikanan dapat dilaksanakan dengan baik, yaitu dapat meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, namun tidak merusak lingkungan," tegasnya.
     Perlu diketahui bahwa sinergitas KKP dengan UNDIP sebenarnya sudah lama terjalin. Misalnya, dari total tugas dan ijin belajar TA 2013 sebanyak 284 pegawai KKP dengan anggaran Rp 6.812.633.000, dialokasikan untuk menempuh pendidikan di Undip sebanyak 14 orang (pendidikan magister 12 orang dan doktor 2 orang)  dengan anggaran Rp 527.330.000. Tujuannya adalah untuk peningkatan kapasitas SDM KKP, baik pengetahuan, kemampuan, dan profesionalisme, melalui pendidikan formal, yang diharapkan dapat memberikan dampak yang baik di bidang teknis maupun manajerial di sektor kelautan dan perikanan.
     Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Plt. Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Sunday, April 9, 2017

Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6141-1999)

April 09, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
BATASAN
Standar ini  meliputi definisi, istilah dan persyaratan produksi serta cara pengukuran dan pemeriksaan. Produksi benih nila hitam kelas benih sebar ukuran larva, kebul, gabar, belo dan sangkal adalah suatu rangkaian kegiatan praproduksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan benih nila hitam kelas benih sebar sesuai SNI 01-61391999.
PERSYARATAN PRODUKSI
Pra produksi
1)   Lokasi : bebas banjir dan bebas dari pengaruh pencemaran. a) jenis tanah : liat berpasir (sandy clay) dengan perbandingan 3 : 2; b) ketinggian lahan : 0 m - 1000 m di atas permukaan laut. c) lokasi jaring apung : terletak di waduk, danau dengan ketinggian        < 700 meter dari permukaan laut, kedalaman air minimal 5 meter dari dasar jaring pada saat surut terendah, luas areal pemasangan jaring maksimal 10 % dari luas potensial dan luas jaring maksimal 10 % dari luas areal pemasangan jaring, kekuatan arus dasar  (20 - 40) cm/detik.
2)   Sumber air : jernih tidak tercemar, tersedia sepanjang tahun, suplai pemasukan dan pembuangan air pipa paralon, atau saluran tembok kedap air.
3)   Wadah : a) produksi larva : wadah pemijahan dan penetasan telur : happa ukuran (6 x 3 x 1,25) m3, wadah corong dengan diameter atas 30 cm dan bawah 15 cm serta tinggi 45 cm; b) wadah produksi kebul : bak semen : ukuran minimal (5 x 2 x 1,25) m3, atau   kolam tanah : luas minimum 500 m2, kedalaman air 60 cm; c) wadah produksi gabar : kolam tanah ukuran minimal 500 m2; kedalaman air 60 - 100 cm dan sawah; d) wadah  produksi belo dan sangkal : kolam tanah ukuran minimal 500 m2, kedalaman 80 - 100 cm, sawah, karamba jaring apung dengan mata jaring 0,5 - 1,0 cm yang terbuat dari bahan nilon.
4)   Induk : sesuai dengan SNI 01-6138-1999. 5)  Bahan : a) pakan : pelet, kandungan protein 20 - 25%, lemak 6 - 8%. b) pupuk : organik (pupuk kandang). c) bahan kimia dan obat-obatan : biru metilena, kalium permanganat, organo fosfat (hanya untuk produksi kebul), kapur tohor, formalin, antibiotik. 6)  Peralatan : a) produksi larva : hapa, pengukur kualitas air (termometer, sechi disk, pHmeter), peralatan lapangan (timbangan,waring, ember, lambit); b) produksi kebul, gabar, belo dan sangkal : pengukur kualitas air (termometer, sechi disk, pH-meter), peralatan lapangan (waring, ember, cangkul).

Proses produksi
1)   Produksi larva (pemijahan dan penetasan telur) : a) kualitas air media pemijahan dan penetasan telur : suhu 25 - 30ºC, pH 6,5 - 8,5, kandungan oksigen terlarut minimal 5 mg/l, ketinggian air : 70 - 100 cm, kecerahan sechi disk : > 50 cm; b) bahan kimia dan obat-obatan : kalium permanganat 2 - 4 ppm, biru metilena 1 - 3 ppm, oksitetrasiklina 10 ppm; c) padat tebar induk : pada bak 5 ekor/ m3 , pada hapa 5 ekor/ m3 , pada kolam 1 ekor/2 m3; d) nisbah kelamin : jantan : betina = 1 : 3; e) produksi larva : 500 - 750 larva per ekor induk per satu periode.
2)   Produksi kebul, gabar, belo dan sangkal (pendederan I, II, III dan IV) : a) kualitas dan kuantitas air media di kolam : suhu 25 - 30ºC, pH  6,5 - 8,5, kandungan oksigen terlarut : minimum 5 mg/l, ketinggian  air 50 cm - 70 cm, kecerahan secchi disk  20 - 40 cm; b) kelimpahan plakton : 5000 - 7000 individu per ml; c) kualitas dan kuantitas air media di sawah : suhu 25 - 30ºC, pH 6,5 - 8,5, kandungan oksig terlarut  minimum 5 mg/l, ketinggian air  5 - 10 cm, kecerahan dasar kelihatan.
3)   Kualitas dan kuantitas air media di jaring : suhu :25 - 30ºC, pH  5 - 8,5, ketinggian air  1 - 1,5 m, kedalaman air minimal 5 m dari dasar jaring, kelimpahan fitoplakton  5000 - 10000 individu per ml, kecerahan  65 - 85 m.
4)   Penggunaan bahan pada produksi kebul (pendederan I) di bak : a) penggunaan pakan : pelet (dosis dan frekuensi pemberian pada PI di bak seperti pada tabel di bawah;           b) penggunaan bahan kimia dan obat-obatan : oksitetrasiklina (jika diperlukan) dengan dosis 10 ppm dengan cara perendaman selama 5 menit; c) penggunaan bahan (pada produksi kebul, gabar, belo, sangkal kolam) : pakan : pelet (dosis dan frekuensi pemberian pada P I, P II, P III dan P IV seperti pada tabel di bawah; pupuk : pupuk kandang dosis urea, TSP seperti pada tabel di bawah; kapur : kapur tohor (CaO), dosis seperti tabel di bawah; bahan kimia dan obat-obatan : oksitetrasiklina (jika diperlukan) dengan dosis 10 ppm dengan cara perendaman selama 5 menit.
5)   Penggunaan bahan pada produksi gabar, belo dan sangkal (pendederan II, III dan IV) di sawah : a) pakan : pelet (dosis dan frekuensi pemberian pada P II, III dan P IV seperti pada tabel di bawah; b) obat-obatan : formalin 25 ppm; c) bahan pada produksi belo dan sangkal (pendederan III dan IV) di jaring : pakan : pelet (dosis dan frekuensi pemberian pada P III dan P IV seperti pada tabel di bawah; obat-obatan : oxytetracycline (jika diperlukan) dengan dosis 10 ppm dengan cara perendaman selama 5 menit.
6)   Padat tebar benih : a) padat tebar benih pada produksi kebul (P I) di bak seperti pada tabel di bawah; b) padat tebar benih pada produksi kebul, gabar, belo dan sangkal           (P I, P II, P III dan P IV) di kolam seperti pada tabel di bawah; c) padat tebar benih pada produksi gabar, belo dan sangkal (P II, P III dan P IV) di sawah seperti pada tabel di bawah; d) padat tebar benih pada produksi belo dan sangkal (P III dan P IV) di jaring seperti pada tabel di bawah.
7)   Waktu pemeliharaan : a) waktu pemeliharaan pada produksi kebul ( P I ) di bak seperti pada tabel di bawah; b) waktu pemeliharaan pada produksi kebul, gabar, belo dan sangkal (P I, P II, P III dan P IV) di kolam seperti pada tabel di bawah; c) waktu pemeliharaan pada produksi gabar, belo dan sangkal (P I, P II, P III dan P IV) di sawah seperti pada tabel di bawah; d) waktu pemeliharaan pada produksi belo dan sangkal (P III dan P IV) di jaring seperti pada tabel di bawah.
Pemanenan
1)   Sintasan : a) sintasan kebul (P I) di bak seperti pada tabel di bawah; b) sintasan kebul, gabar, belo dan sangkal (P I, P II, P III dan P IV ) di kolam seperti pada tabel di bawah;  c) sintasan gabar, belo dan sangkal (P II, P III dan P IV ) di sawah seperti pada tabel di bawah; d) sintasan produksi belo dan sangkal (P III dan P IV) di jaring seperti pada tabel di bawah.
2)   Ukuran panjang total dan berat benih yang dipanen : ukuran panjang total dan berat larva, kebul, gabar, belo dan sangkal sesuai SNI 01-6140-1999.
REFERENSI
BSN, 1999. SNI 01-6141-1999  Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
https://www.google.co.id/search