Sunday, August 20, 2017

KEBUTUHAN DALAM PENYULUHAN PERIKANAN YANG DINAMIS

August 20, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Penyuluhan hak asasi warga negara Republik Indonesia;
Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang berkelanjutan merupakan suatu keharusan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat mengentaskan masyarakat dari kemiskinan serta menjaga kelestarian lingkungan;
Untuk lebih meningkatkan peran sektor Kelautan dan Perikanan, diperlukan SDM yang berkualitas, andal, serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis
Berdasarkan UU n0 16 tahun 2006 tentang sistem Penyuluhan di Indonesia Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan penyuluhan. Negara kita dikaruniai dengan kekayaan alam yang berlimpah, sehingga pemanfaatannya secara optimal akan dapat mendorong tercapainya kualitas hidup manusia. Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) dengan jelas menyatakan bahwa: ”Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”, termasuk di dalamnya kekayaan dan sumber daya kelautan dan perikanan. Implikasinya, tujuan pembangunan  kelautan dan perikanan di Indonesia, sesungguhnya untuk kesejahteraan anak bangsa.
Hal ini telah dituangkan dalam visi pembangunan kelautan dan perikanan, yakni Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar Tahun 2015. Dalam rangka mencapai visi pembangunan kelautan dan perikanan tersebut diperlukan langkah nyata, terencana, dan terarah dengan pentahapan yang jelas.  Visi tersebut tertuang dalam grand strategy sebagai berikut: (a) memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi, (b) mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan, (c) meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan, dan (d) memperluas akses pasar domestik dan internasional dengan sasaran strategi yang didukung oleh kegiatan penyuluhan perikanan untuk menjadikan semua kawasan potensi perikanan menjadi kawasan minapolitan dengan indikator kinerja peningkatan presentase kelompok pelaku utama yang bankable. Berdasarkan hal diatas, penyuluhan perikanan diharapkan mampu menjadi katalisator bagi upaya pembangunan perekonomian masyarakat, khususnya dalam mewujudkan visi pembangunan kelautan dan perikanan diatas.
APA PENGERTIAN PENYULUHAN ITU
Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan, dapat diartikan sebagai suatu sistem pendidikan yang bersifat non formal bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha beserta keluarganya.
Penyuluhan perikanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka tahu, mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup;
APA YANG MENJADI TUJUAN DALAM PENYULUHAN PERIKANAN
Memperkuat pengembangan kelautan dan perikanan, yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan
Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi;
Memberikan kepastian bagi terselenggaranya penyuluhan yang produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan gender, berwawasan luas ke depan, berwawasan lingkungan, dan bertanggung gugat yang dapat menjamin terlaksananya pembangunan kelautan dan perikanan
Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan; dan
Mengembangkan sumber daya manusia, yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan kelautan dan  perikanan
SIAPAKAH PENYULUH PERIKANAN
PENYULUH PEGAWAI NEGERI SIPIL adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup kelautan dan perikanan,  untuk melakukan kegiatan penyuluhan.
PENYULUH SWASTA adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi di bidang penyuluhan.
PENYULUH SWADAYA adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.
PENYULUH NON FUNGSIONAL.Pegawai negeri sipil bukan pejabat penyuluh fungsional yang ditetapkan  oleh pejabat yang berwenang untuk  melaksanakan tugas penyuluhan perikanan
PENYULUH PERIKANAN BANTU Tenaga profesional yang diberi tugas dan wewenang untuk melaksanakan tugas penyuluhan perikanan dalam suatu ikatan kerja selama jangka waktu tertentu
PENYULUH KEHORMATAN.Seseorang yang bukan petugas penyuluh perikanan yang karena jasanya diberi penghargaan sebagai Penyuluh Kehormatan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan dan Wakil Masyarakat.
Dalam sistim penyuluhan perikanan Prinsip merupakan suatu pernyataan mengenai kebijaksanaan yang dijadikan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan dan dilaksanakan secara konsisten.  Artinya bahwa setiap penyuluh dalam melaksanakan kegiatannya harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang sudah disepakati agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Disini akan kami informasikan ada 11 prnsip Penyuluhan perikanan menurut mardikanto. Adapun prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Minat dan kebutuhan; artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan kebutuhan masyarakat, utamanya sebagai pelaku utama dan pelaku usaha.
Organisasi masyarakat bawah; artinya penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga sebagai pelaku utama dan pelaku usaha.
Keragaman budaya; artinya penyuluhan harus memperhatikan adanya keragaman budaya.
Perubahan budaya; artinya setiap penyuluhan akan mengakibatkan perubahan budaya.
Kerjasama dan partisipasi; artinya penyuluhan hanya akan efektif jika menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan.
Demokrasi dalam penerapan ilmu; artinya dalam penyuluhan harus selalu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap alternatif.
Belajar sambil bekerja; artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.
Penggunaan metode yang sesuai; artinya penyuluhan harus dilakukan dengan penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai sosial budaya.
Kepemimpinan; artinya penyuluh tidak melakukan kegiatan yang hanya bertujuan untuk kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan kepemimpinan.
Spesialis yang terlatih; artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telah mengikuti latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh
Segenap keluarga; artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial.
Selanjutnya, Mardikanto (2006) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip dalam metode penyuluhan perikanan, meliputi:
Upaya Pengembangan untuk berpikir kreatif: Prinsip ini dimaksudkan bahwa melalui penyuluhan pertanian harus mampu menghasilkan petani-petani yang mandiri, mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi dan mampu mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahui untuk memperbaiki mutu hidupnya.
Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan sasaran:Prinsip ini akan mendorong petani belajar pada situasi nyata sesuai permasalahan yang dihadapi.
Setiap individu terkait dengan lingkungan sosialnya:Prinsip ini mengingatkan kepada penyuluh bahwa keputusan-keputusan yang diambil petani dilakukan berdasarkan lingkungan sosialnya.
Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran:Keakraban hubungan antara penyuluh dan sasaran memungkinkan terciptanya keterbukaan sasaran dalam mengemukakan masalahnya.
Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.
Metoda yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu siap (dalam arti sikap dan pikiran) dan dengan sukahati melakukan perubahan-perubahan demi perbaikan mutu hidupnya sendiri, keluarganya dan masyarakatnya.
Terjadinya perubahan ” context dan content ” pembangunan perikanan dalam ini memberi pengaruh yang sangat besar karena saat ini tidak hanya pelaku utama dan pelaku usaha yang dijadikan sebagai sasaran utama (objek) kegiatan penyuluhan tapi melibatkan pula stakeholder yaitu pelaku agrobisnis. Jadi, penyuluhan perikanan merupakan suatu upaya atau proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat yang melibatkan petani dan nelayan sebagai pelaku utama dan pelaku usaha.
Secara khusus, penerapan penyuluhan perikanandalam era disentralisasi (lokalita) sebagaimana yang diamanatkan oleh UU sistim penyuluhan  tentang pelaksanaan penyuluhan perikanan spesifik lokalita yang bersifat partisipatif yaitu, pendidikan nonformal  melalui upaya pemberdayaan dan kemampuan memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah masing-masing dengan prinsip kesetaraan dan kemitraan, keterbukaan, kesetaraan kewenangan, dan tanggung jawab serta kerja sama, yang ditujukan agar mereka berkembang menjadi dinamis dan berkemampuan untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri.
Sumber Referensi:
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Badan Pengembagngan SDMKP
Pusat pengembangan Penyuluhan Perikanan
Diklat Penyuluhan Perikanan

Thursday, August 17, 2017

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA KAKAP PUTIH (Lates calcarifer, Bloch)

August 17, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments

Krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah membuktikan bahwa sector perikanan mempunyai daya tahan yang relatif lebih tinggi dibanding sektor lain, Kenyataan lain menunjukan bahwa permintaan dunia terhadap produk – produk perikanan dan hasil olahannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan..
Sebagai upaya mendukung keberhasilan dimaksud, pengembangan teknologi pembenihan merupakan kegiatan strategis mengingat besarnya target yang dibebankan pada usaha budidaya. Teknologi budidaya komoditas perikanan laut yang bernilai ekonomi tinggi sejak tahun 1996 dan, sejak tahun 1988 telah berhasil melakukan pembenihan ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) secara massal. Rangkaian teknologi yang telah dihasilkan dan siap di masyarakatkan meliputy teknologi pemeliharaan induk dan pematangan gonad, pemijahan dan pemeliharaan larva sampai menjadi benih, serta teknologi - teknologi pendukungnya meliputi kultur pakan alami dan teknologi penanggulangan hama dan penyakit.Dalam buku ini disajikan berbagai macam informasi yang berkaitan dengan teknologi penanggulangan hama dan penyakit. 
II.    DESKRIPSI
2.1    Klasifikasi
Klasifikasi dari ikan Kakap Putih secara rinci adalah sebagai berikut :
•    Fillum    :  Chordata
•    Sub Fillum    :  Vertebrata
•    Kelas    Pisces
•    Sub Kelas    :  Teleostomi
•    Ordo    :  Percomorphi
•    Famili    :  centropomidae
•    Genus    :  Lates
•    Species    :  Lates calcarifer, Bloch
2.2    Morfologi
Adapun beberapa ciri-ciri khusus yang dapat kita lihat secara kasat mata yang terdapat pada ikan Kakap Putih adalah :
•    Badan memajang , gepeng, batang sirip ekor lebar, kepala lancip dengan bagian atas cekung i cembung didepan sirip punggung.
•    Mulut lebar, gigi halus dan bagian bawah preoporculum berduri kuat. Operculum mempunyai duri kecil, cuping bergerigi diatas pangkal gurat sisi..
•    Sirip punggung berjari- jari keras 7 – 9 dan 10 – 11  jari jari lemah.
•    Sirip dada pendek dan membulat. Sirip punggung dan sirip dubur mempunyai lapisan bersisik. Sirip dubur bullat,berjari keras 3dan berjari lemah 7 – 8. • Sirip ekor bulat. Sisik bertype sisir besar. Tubuh berwarna dua tingkatan yaitu kecoklatan dengan bagian sisik dan perut berwarna keperakan untuk ikan yang hidup dilaut dan coklat keemasan pada ikan yang ada dilingkungan tawar. Ikan dewasa berwarna kehijauan atau keabu – abuan pada bagian atas dan keperakan pada bagian bawah.

2.3  Daur Hidup dan Penyebarannya
Ikan Kakap putih selama kurang lebih  2-3  tahun.hidup diperairan tawar seperti sungai dan danau yang berhubungan dengan laut dengan ukuran 3 – 5  kg. Ikan dewasa yang berumur 3 – 4 tahun beruaya kemuara sungai, danau atau laguna yang mempunyai salinitas 30 – 32  permil untuk pematangan kelamin, kemudian memijah ( Grey, 1987 ). Pergerakan kearea pemijahan biasanya terjadi pada akhir musim panas dan pemijahan terjadi pada awal musim penghujan.Pemijahan pada musim penghujan terjadi karena salinitas dan suhu merupakan salah satu factor penting yang mempengaruhi siklus pemijahan.Bila musim hujan terlambat kemungkinan musim pemijahan juga terlambat.Biasanya ikan Kakap Putih memijah pada permulaan bulan gelap atau bulan penuh mulai pukul enam sore sampai delapan malam bersamaan dengan datangnya air pasang.
III. TEKNIK PEMBENIHAN
3.1.    Penyedian Induk
Keberhasilan dalam pembiakan ikan terutama tergantung pada ketersediaan induk matang telur dengan mutu yang baik, yang mampuh menghasilkan ikan yang cepat tumbuh dengan tingkat kelulushidupan yang tinggi. Biasanya dibutuhkan 3 – 4  tahun bagi unit pembenihan untuk mempunyai stock dalam jumlah yang cukup untuk pengoperasiannya. Induk – induk dapat diperoleh baik dengan cara menangkapnya dari alam atau memeliharanya dari ukuran benih tebar didalam kolam atau Karamba Jaring Apung.
3.2.    Pemijahan
Induk ikan kakap putih dapat dirangsang untuk memijah dilingkungan pemeliharaan dengan rangsangan hormon, manipulasi lingkungan  atau mijah secara alami.Sebulan sebelum musim pemijahan induk – induk ikan dipindahkan kedalam bak pemijahan dengan kepadatan 2 – 5 kg / m3 dan perbandingan jantan betina 1 : 1 ( kg ).
Induk – induk yang akan dipijahkan biasanya dipilih dengan criteria :
-    Aktif bergerak
-    Sirip dan sisik lengkap
-    Tubuh tidak cacat
-    Bebas dari penyakit /parasit.
-    Lebih disukai ukuran jantan dan betina yang sama -    Berat : 3,5 – 7 kg betina  2,5 – 7  kg jantan .
Untuk menjaga mutu air di bak pemijahan, perlu dilakukan pergantian air.Biasanya  200 % volume air diganti setiap hari.Salinitas air dijaga pada kisaran 30 – 32 0/00. Namun demikian untuk menjamin agar air dibak pemijahan tetap bermutu baik , akan lebih baik bila dilakukan pengailiran air terus menerus sehingga selam satu hari total pergantian mencapai 200 – 300  %.
3.3 . Panen dan Perawatan Telur
Panen telur dilakukan dengan sistim air mengalir, telur yang dibawah oleh air disaring dengan jarring halus atau plankton net yang berukuran mata jarring 200  mikron yang dipasang pada bak panen telur. Telur yang sudah ditampung di bak panen dipindahkan kedalam akuarium, kemudian kotoran dan telur yang telur tidak dibuahi yang mengendap didasar akuarium dibuang dengan cara menyipon kotoran tersebut dengan selang plastik.
Telur yang dibuahi dan telah dibersihkan kemudian diteteskan kedalam bak penetesan dengan kepadatan 200 telur /L atau langsung diteteskan dalam bak pemeliharaan larva dengan kepadatan 80 – 100 telur/L.Pada suhu 26 – 280C telur akan menetas dalam waktu 11 – 18  jam. 
IV. PENYAKIT DAN PENANGGULANGANNYA
4.1.    Jenis-Jenis Penyakit
Penyakit yang sering menyerang ikan Kakap Putih beserta penanggulangannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Jenis Penyakit dan Penyebabnya
No    Nama Penyakit    Penyebab
1.    Bintik Putih
(Parasit)    Penyebabnya     adalah     protozoa    Ichthiopthirius multifiliis. Faktor pendukung penyebab penyakit ini adalah:
-    kualitas air yang buruk,
-    suhu yang terlalu rendah,
-    pakan yang buruk,
-    dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit bintik putih.
Penularan penyakit ini dapat melalui air dan kontak langsung antar ikan.
2.    Penyakit Gatal
(Parasit)    Penyakit yang sering menyerang benih arwana ini disebabkan oleh Trichodina sp. bagian tubuh yang diserang adalah kulit, sirip, dan insang.
3    Penducle
(Bakteri)    Penyakit ini sering disebut dengan penyakit air dingin (cold water descareases) yang bisa terjadi pada suhu 160 C. penyebabnya adalah bakteri Flexbacter psychropahila yang berukuran sekitar 6 mikron.
Tabel 2. Jenis Penyakit dan Gejala Serangan
No    Nama Penyakit    Gejala Serangan
1.    Bintik Putih    Bagian tubuh ikan yang diserang adalah sel lendir, sisik, dan lapisan insang. Ikan  yang terserang penyakit ini tampak sulit bernafas, sering menggosok-gosokkan tubuhnya kedinding wadah, munculnya bintik putih pada insang dan sirip, lapisan lendir rusak, dan terjadi pendarahan pada sirip dan insang.
2.    Penyakit Gatal    Serangan penyakit gatal ditandai dengan gerakan ikan yang lemah dan sering menggosok-gosokkan tubuhnya kebenda keras dan dinding wadah pemeliharaan.
3.    Penducle    Ikan arwana yang terserang penyakit penducle tampak lemah, tidak mempunyai nafsu makan, muncul borok atau nekrosa pada kulit secara perlahan.

4.2.    Cara Pengobatan
Untuk mengetahui cara pengobatan ikan Kakap Putih yang terserang penyakit lihat pada Tabel dibawah  :
Tabel 3. Pengobatan Penyakit dengan Bahan Kimia
No    Nama
Penyakit    Pengobatan dengan Bahan Kimia
1.    Bintik putih    Direndam dalam larutan garam dapur dengan dosis 1-3 gram/100 cc air selama 5-10  menit.
• Methylene Blue (MB 1%) sebanyak 1 gram dilarutkan dalam 100 cc air. Ambil 2-4 cc larutan tersebut dan encerkan kembali didalam 4 liter air. ikan yang sakit selanjutnya direndam didalam larutan tersebut selama 24 jam. Perendaman dilakukan 3-5  kali dengan selang waktu 1  hari.
2.    Gatal    •    Ikan yang sakit diobati dengan cara merendamnya di dalam larutan formalin 150-200 ml/m3 air atau 150-200 ppm selama 15 menit.
•    Direndam dalam larutan Malacyte Green Oxalate (MGO) dengan dosis 19 gram/m3 air selama 24 jam.
3.    Penducle    •    Merendam ikan  yang sakit di dalam Oxytetracycline (OTC) 10  ppm selama 30 menit (100 mg/l ).
•    Pakan dicampur dengan Sulfixazole. Sebanyak 100 mg/1 kg berat ikan. Pencampuran dilakukan dengan cara mengencerkan Sulfixazole tersebut dalam 15 cc air dan menyemprotkannya ke pakan. Kemudian diberikan selama 10-20  hari.
Tabel 4. Pengobatan Penyakit dengan Bahan Alami
No    Nama
Penyakit    Pengobatan dengan Bahan Alami
1.    Bintik putih    Dapat diberikan ekstrak sambang darah. Dengan dosis yang digunakan sebanyak 0,5 ml/5 liter air. ikan yang terserang penyakit direndam setiap hari selama 30-60 menit, sampai ikan benar-benar sembuh.
2.    Gatal    Dapat diberikan ekstrak daun sambiloto, dengan dosis yang digunakan yaitu 0,2 ml daun sambiloto untuk  2 liter air. Ikan yang terserang penyakit direndam selama 15-30 menit.
3.    Penducle    Ikan yang terkena penyakit ini dapat diberikan ekstrak dari kunyit dengan dosis 1 ml/1 liter air dan direndam selama 15  menit.

DAFTAR PUSTAKA
Kurniastutydan julinasari Dewi. 1999. Hama dan Penyakit Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch)  di Karamba Jaring Apung.
Notowinarto dan Hanum Santoso. Teknik Pemijahan Kakap Putih (Lates calcarifer
Bloch)     Dengan     Rangsangan    Hormonal.     Infish     Manual     Seri     No.     26. 1991 .Dirjenkan.
Lingga, Pinus dan Heru Susanto.Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta : 2001
Susanti, P. dan A. Rukyani , 1989 . Pengendalian Penyakit Dalam Kurungan Apung Di Laut. Makalah Temu Tugas Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Lautan Bagi Budidaya. Serang 23 – 24  Mei  1989. 

Wednesday, August 16, 2017

BUDIDAYA IKAN JELAWAT (Leptobabus hoevani, Blkr)

August 16, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan Jelawat (Leptobabus hoevani, Blkr) atau yang lebih dikenal dengan sebutan ikan kelemak    (Sumatera) atau ikan menjuhan (Kalimantan Tengah) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang banyak ditemui di sungai dan daerah genangan air kawasan tengah hingga hilir, bahkan di bagian muara sungai. Habitat yang disukainya adalah anak – anak sungai yang berlubuk dan berhutan di bagian pinggirnya, terutama pohon  – pohon yang buahnya dapat mereka makan bila jatuh ke air seperti tengkawang, biji karet atau bunga – bunga di permukaan air
Ikan Jelawat biasanya berupaya ke hulu sungai pada setiap permulaan musim hujan ( Oktober -Februari) yaitu ketika permukaan air mulai naik dengan tujuan untuk berpijah di muara – muara sungai, dan apabila permukaan air mulai turun atau pada awal musim kemarau mereka akan berupaua kembali ke hilir.  Anak jelawat banyak dijumpai didaerah genangan dari Daerah Aliran Sungai  (DAS). Disaat air menyusut, anakan dari ikan jelawat secara bergerombol berupaya kea rah bagian hulu sungai
Ikan Jelawat hidup normal dan tumbuh  dengan baik diperairan yang bersuhu 26 – 28.5℃, oksigen terlarut 5 – 7 ppm dan pH air 7.0 – 7,5. Namun demikian ikan jelawat dapat hidup pada suhu 25 – 37 ℃,oksigen terlarut 5 – 7 ppm dan pH air 5 – 7, serta pada perairan yang kurang subur hingga sedang. Ikan ini dijumpai  di beberapa sungai di Sumatera dan Kalimantan serta kawasan Asia Tenggara  lainnya seperti  Malaysia, Vietnam, Thailand dan Kamboja
Ikan Jelawat tidak terlalu popular seperti ikan mas, nila, patin, hanya dikenal pada kalangan tertentu, hal ini disebabkan ikan ini tidak ditemukan disetiap daerah dan hanya ada di daerah asalnya, yaitu Nanggroe Aceh Darusssalam,  Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung,  Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.  Didaerah ini, ikan jelawat sangat digemari bahkan di beberapa negara tetangga seperti  Malaysia dan Brunei, sehingga ikan jelawat memiliki potensi  ekonomis penting, bahkan dapat dimasukkan dalam kategori komoditas ekspor potencial
Secara morfologi, ikan ini memiliki bentuk tubuh agak bulat dan memanjang, mencerminkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala bagian sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah gurat sisi melengkung agak ke bawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna kemerah-merahan, mempunyai 2 pasang sungut
Panjang maksimum ikan ini dapat mencapai 100 cm dengan berat 10kg. Diperairan Muara tebo dan Jambi, Ikan Jelawat memijah secara alami bobotnya 3,7 – 5 kg, dengan ukuran panjang 46 – 58 cm, sedangkan di Sungai Tembeling, Malaysia bobot rata – rata ikan jelawat yang memijah adalah 2,5kg.
Ikan Jelawat bersifat omnivore yang cenderung herbivore, yang makanannya antara lain umbi singkong, daun papaya, ampas kelapa dan daging ikan yang telah dicincang. Dalam lingkungan pemeliharaan terkontrol, ikan jelawat juga menyantap makanan berbentuk pellet dan usus ayam.  Oleh karena itu ikan ini apabila dipelihara dapat diberikan pakan berupa sayuran dalam campuran pakan pellet
Secara umum klasifikasi ikan jelawat adalah sebagai berikut :

    Phylum : Chordata
    Kelas : Actinopterygii
    Ordo : Cypriniformes
    Famili : Cyprinidae
    Genus : Leptobarbus
    Spesies : Leptobarbus hoevenii

Pematangan Gonad

    Induk dipelihara dalam kolam khusus berukuran 500-700 m2 penebaran 0,1-0,25 kg/m2
    Selama pemeliharaan, induk ikan dibi pakan pelet dengan kandungan protein 25-28%
    Pakan diberikan sebanyak 3 % dari berat badan dengan frekwensi 2-3 per hari
    Selain pelet diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya
    Lama pemeliharaan induk lebih kurang 8 bulan
    Induk yang siap pijah diperoleh dengan cara seleksi

Pemijahan
Pemijahan jelawat dapat dilakukan scara alami dan buatan. Dalam paket teknologi ini dilakukan pemijahan buatan.

    Induk terseleksi perlu diberok selama satu hari
    Penyuntikan hormon HCG dan kelenjar hipofisa terhadap induk betina dilakukan 2 kali
    Penyuntikan I (PI) : 1 dosis kelenjar hipofisa ditambah 200 IU HCG per induk betina
    Penyuntikan II (PII) : 2 dosis kelenjar hipofisa ditambah 300 IU per induk betina
    Selang waktu antara PI dan PII, 5-6 jam
    Ovulasi terjadi antara 10-1 jam dari PI
    Telur dan sperma dikeluarkan dengan cara diurut
    Pembuahan telur dilakukan dengan mencampurkan sperma dan telur di baskom plastik
    Jika telur telah mengembang siap untuk disimpan dalam wadah penetasan

Penetasan

    Padat tebar 400-500 butir telur per liter
    Selama penetasan air harus dijaga kialitasnya (O2 4-8 ppm; pH 7,0-8,0; T:25-28 derajat C)
    Pada suhu air 25-28 derajat C telur akan menetas 18-4 jam setekah pembuahan

Pemeliharaan Larva

    Larva dipelihara langsung ditempat penetasan telur
    Cangkang dan telur yang tidak menetas dibersihkan secara penyiponan
    Hari ke 3 larva diberikan pakan Naupil Artemia (yang baru menetas) secukupnya
    Pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang ,sore)
    Hari ke 7 setelah menetas benih ikan siap untuk didederkan di kolam

Pendederan

    Persiapan kolam meliputi pengeringan 2-3 hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kamalir) dan pemupukan dengan pupuk kandung sebanyak 500-700 gr per m2. Kolam diisi air sampai ketinggian 80-100 cm. Pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar
    Benih ditebarkan 3 hari setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100-150 ekor/m2
    Benih ikan diberi pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis 10-20 % per hari yang mengandung lebih kurang 25% protein
    Lama pemeliharaan 2-3 minggu
    Benih yang dihasilkan ukuran 2-3 cm dan siap untuk pendederan lanjutan
Budidaya ikan air tawar terutama ikan Jelawat mengalami peningkatan produksi disemua negara karena ikan-ikan ini memiliki nilai jual bagi pembudidaya untuk mendapatkan uang dengan teknik sederhana dan investasi kecil.
Namun ada beberapa kasus kematian pada tiap spesies yang berupa infeksi yang menjadi kendala dalam budidaya.  Pengendalian penyakit ikan akan semakin penting dibandingkan sebelumnya karena usaha budidaya akan menguntungkan bila penyakit ikan dikendalikanDESKRIPSI IKAN JELAWAT
2.1. Klasifikasi Ikan Jelawat
Class        :  Pisces
Sub class    :  Tolestei
Ordo        :  Ostariophysi
Sub ordo    :  Cyprinoidea
Family        : Cyprinidae
Sub Family    :  Cyprininae
Genus        : Leptobarbus
Spesies        : Leptobarbus hoevani
Nama lain    :  Lemak, Klemak( Sumatra )
Manjuhan ( Kalimantan Tengah)
Jelawat (Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
2.2. Bentuk Tubuh
Ikan jelawat mempunyai sisik yang besar- besar  ini mempunyai bentuk badan yang memanjang indah seperti torpedo dan berenang sangat cepat. Reaksinya terhadap sesuatu rangsangan dari luar cekatan.  Mulutnya lebarnya terletak di ujung moncongnya agak ke bawah, dan dapat dijulurkan ke depan seperti bibir- bibir ikan karper.  Ikan jelawat mempunyai empat kumis.
Badannya berwarna coklat kehitam - hitaman di bagian punggungnya, dan putih keperak - perakan di bagian perutnya, sedangkan sirip- siripnya dan ekornya berwarna merah. Dibandingkan ikan karper, Ikan Jelawat ini memang lebih menarik, karena bentuk tubuhnya yang gagah indah, dan warnanya yang berseri-seri. Di waktu muda, pada sisi badannya ada garis hitam yang memanjang dari kepala ke pangkal sirip ekor, tetapi kalau sudah tua, garis itu hilang.
2.3. Habitat dan Makanannya
Sebagai ikan di sungai, ikan jelawat hanya terkenal mendiami perairan bebas Kalimantan dan Sumatra, sedangkan pulau lain tidak diketemukan. Tempat- tempat yang mereka senangi adalah bagian-bagian sungai yang banyak tunggul yang terbenam dalam air atau bagian- bagian lain yang dinaungi pohon besar, terutama pohon- pohon yang buahnya dapat mereka makan bila jatuh ke air. Misalnya buah Tengkawang, bijinya banyak mengandung lemak, biji karet, atau bunga- bunga di permukaan air seperti kambing menyikat rumput. Ikan jelawat tergolong ikan pemakan segalagalanya, makanan antara lain umbi singkong, daun pepaya, ampas kelapa, dan daging- daging ikan yang telah dicincang.
Dari bentuk tubuhnya yang memanjang seperti torpedo dapat diketahui mereka adalah perenang cepat.  Ikan jelawat beruaya ke hulu pada setiap permulaan musim kemarau (Juni - Juli) kalau permukaan air mulai turun. Sebaliknya, mereka akan beruaya ke hilir pada setiap permulaan musim hujan (Desember - Januari) kalau permukaan mulai naik.  Hal ini dilakukan oleh ikanikan sudah dewasa.
Tempat- tempat yang dituju saat beruaya ke hilir ini selalu bekas - bekas daerah kering yang baru saja tergenang air.  Di tempat itulah terdapat makanan- makanan yang disukai. Dan mereka pun umumnya lebih gemuk daripada di waktu-waktu lain diluar musim hujan.
Pada saat-saat jelawat beruaya inilah (umumnya berlangsung pada malam hari) para nelayan menangkap secara besar- besaran.  Memang pada saat - saat demikian ikan mudah diketahui tempatnya, karena timbulnya julur julur di permukaan liar.
III. PEMBENIHAN IKAN JELAWAT
3.1. Pematangan Gonad
• Induk dipelihara dalam kolam khusus berukuran 500-700 m2 penebaran 0,1-0,25 kg/m2
• Selama pemeliharaan, induk diberikan pakan pelet dengan kandungan protein 25-28 %
• Pakan diberikan sebanyak 3 % dari total berat badan dengan frekwensi 2-3  per hari
• Selain pelet diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya
• Lama pemeliharaan induk lebih kurang 8 bulan
• Induk yang siap pijah diperoleh dengan cara seleksi
3.2. Pemijahan
Pemijahan jelawat dapat dilakukan secara alami dan buatan. Dalam paket teknologi ini dilakukan pemijahan buatan.
1)Ciri induk matang gonad
• Induk jelawat betina matang gonad dengan ciri bentuk perut agak menggelembung ke arah anus, bila dipijit terasa lembut.
• Induk jelawat jantan matang gonad dengan ciri sirip dada terasa kasar, bila dipijit bagian testis mengeluarkan sperma. .
2)Alat:
• Jaring, hapa, serok, baskom, alat suntik, bulu ayam, corong penetasan telur, akuarium, corong tetas artemia.
3)Bahan
• Induk jantan dan betina matang gonad
• Hormon Ovaprim 4)Metode:
• Pemijahan secara buatan (induced breeding):
• Induk terseleksi perlu diberok selama satu hari
• Penyuntikkan dengan hormon ovaprim dosis 0,5 ml/kg/induk.
• Penyuntikkan I pada induk betina 1/3 dari dosis dan penyuntikkan II sebanyak   2/3 dari dosis.
• Penyuntikkan pada induk jantan hanya satu kali bersamaan penyuntikkan II pada induk betina.
• 4 - 7  jam setelah penyuntikkan II, induk sudah ovulasi dan dapat dilakukan stripping.
• Pembuahan telur dilakukan dengan mencampurkan sperma dan telur di baskom plastik
• Jika telur telah mengembang,    siap untuk disimpan dalam wadah penetasan
3.3. Penetasan
• Penetasan telur dalam wadah inkubasi berbentuk corong dengan diameter     60 cm dan tinggi 50 cm. Padat tebar 400 - 500  butir telur per liter
• Selama penetasan air harus dijaga kualitasnya (O2 4 - 8 ppm; pH 7,0 8,0 ; suhu 25 - 28 derajat 0C)
• Pada suhu air 25 - 28 derajat 0C telur akan menetas 18-24 jam setelah pembuahan.
3.4. Hasil
• Fekunditas berkisar 29.000 - 44.000 butir telur/Kg induk, fertilisasi 80 %, dan Hatching Rate (derajat penetasan) 70%.
3.5. Pemeliharaan Larva
• Larva dipelihara langsung ditempat penetasan telur
• Cangkang dan telur yang tidak menetas dibersihkan secara penyiponan
• 1 - 2  hari setelah menetas, telur dapat dipindahkan ke akuarium
• Hari ke 3 larva diberikan pakan Nauplii Artemia (yang baru menetas) secukupnya
• Pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang ,sore)
• Hari ke 7 setelah menetas benih ikan siap untuk didederkan di kolam.
3.6. Pendederan
• Persiapan kolam meliputi pengeringan 2 - 3  hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kemalir) dan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 500 - 700 gr per m2. Kolam diisi air sampai ketinggian 80 - 100  cm. Pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar.
• Benih ditebarkan 3 hari setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100 - 150 ekor/m2.
• Benih ikan diberi pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis 10
- 20% /hari yang mengandung lebih kurang 25% protein
• Lama pemeliharaan 2 - 3  minggu
• Benih yang dihasilkan ukuran 2 - 3 cm dan siap untuk pendederan lanjutan. 
IV.    PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT
Penyakit ikan  adalah merupakan suatu keadaan fisik, morfologi, atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam ( internal ) dan luar (eksternal). Penyakit ikan umumnya adalah eksternal.
Penyakit internal dari genetic, sekresi internal, imunodefisiensi, saraf dan metabolik. Penyakit eksternal tergolong dua yaitu non patogen dan patogen. Non patogen dapat berasal dari lingkungan ( suhu, kualitas air) dan nutrisi  ( pakan yang kurang nutrisi atau bahan beracun ) sedangkan patogen yaitu penyakit virus, jamur, bakteri, dan parasit. Karakteristik infeksi pada ikan yaitu ikan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air. Infeksi bakteri dan parasit tidak terjadi pada hewan dara melalui perantara udara, namun pada ikan sering terjadi melalui air. Pada budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga perantara bagi patogen. Pencegahan yang harus dilakukan yaitu melaui ikan, dan lingkungannya. Dalam manipulasi lingkungan yang harus diperhatikan :
1. Kondisi air
Air merupakan media hidup ikan sehingga untuk menjaga agar ikan tetap sehat perlunya air disaring dengan filter.  Filter tersebut menyaring air dari jenis kotoran yang masuk dan zat – zat yang dapat mengganggu kondisi ikan dan pembawa penyakit.
2. Pakan
Dalam petumbuhan dan reproduksi selama hidup ikan perlu di berikan pakan alami dan buatan.  Pakan buatan yang diberikan harus diperhatikan yaitu :
- Bahan baku yang dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan gizi ikan ,
- Suhu pada saat penyimpanan haruslah sesuai dengan kondisi kamar sehingga tidak cepat rusak.
- Pakan yang diberikan tidak kadarluarsa
- Pakan yang diberikan terbungkus dan tersimpan dengan rapi    (  tidak kontak dengan lantai ).
3. Hygienis
Untuk menjaga kondisi ikan agar tidak sakit salah satunya yaitu dengan menjaga dan menggunakan alat–alat dan bahan selama pemeliharaan haruslah desinfektan dan diusahakan pada satu wadah budi daya haruslah mempunyai alat dan bahan sendiri sehingga bila tertular penyakit ,maka wadah lain tidak langsung terkena penyakit.  Selain itu ikan juga harus desinfektan agar dapat menjaga kesehatan ikan agar baik.
4. Keberadaan Ikan Liar
Ikan liar dalam wadah budidaya dapat sebagai pembawa penyakit, bertindak sebagai competitor, dan sebagai tempat menempel inang (parasit, jamur, bakteri).  Selain sebagai competitor, ikan liar juga dianggap sebagai pesaing dalam pemanfaatan pakan, oksigen dan ruang di dalam wadah budidaya.  Agar ikan liar tidak dapat masuk ke dalam wadah budidaya, pada saluran pemasukan air diberi filter atau saringan. Selain pemasangan saringan, juga perlu dilakukan seleksi benih sebelum benih ditebar.
5. Vektor Pest Control (VPC)
VPC adalah suatu usaha yang dilakukan untuk pengontrolan organisme hidup sebagai pembawa penyakit pada organisme lainnya, misalnya Argulus sp yang merupakan parasit bagi ikan, walaupun demikian Argulus sp juga dapat diserang oleh parasit lain.  Ikan seribu juga dapat sebagai pembawa penyakit larnea sp bagi ikan-ikan peliharaan.  Vektor tersebut menggangu ikan peliharaan sehingga menyebabkan produksi ikan menurun.
6. Pengaturan Air
Pengaturan air dilakukan pada wadah budidaya agar air masuk dan keluar seimbang, sehingga kondisi air terjaga sesuai dengan kebutuhan hidup ikan.
7. Tindak Karantina dan Pemusnahan
Karantina merupakan salah satu usaha pencegahan masuk dan ke luarnya ikan yang membawa penyakit dari satu daerah ke daerah lain sehingga penularan penyakit dapat dicegah.  Bila ikan yang baru datang dari tempat lain sebaiknya dipelihara terpisah terlebih dahulu (1 – 2  hari), dan bila ikan-ikan tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda terserang penyakit barulah ditebar di kolam bersama ikan-ikan lain.
8. Monitoring
Dalam usaha budidaya haruslah dilakukan monitoring secara berkala. Monitoring ini bertujuan untuk melihat gejala-gejala yang  timbul pada ikan, apakah ikan tersebut sakit atau tidak.  Misalnya dari perubahan tingkah laku, penurunan nafsu makan dan perubahan warna tubuh.
9. Saluran Air
Saluran air juga dapat berperan sebagai faktor pendukung dalam penyebaran penyakit.  Saluran air yang baik digunakan untuk menghambat penyebaran penyakit adalah saluran dengan system paralel, karena apabila kolam yang satu terserang oleh penyakit, tidak mudah menyebar langsung ke kolam yang lain.  Saluran air secara paralel pada setiap kolam atau wadah budidaya sudah tersedia masing - masing saluran pemasukan dan pengeluaran air.  Berbeda dengan saluran air sistem seri, karena air yang ada pada satu kolam dialirkan lagi kekolam yang lain sampai seluruh kolam yang ingin diairi terpenuhi, karena kolam yang satu dengan kolam yang lainnya mempunyai saluran yang menyatu sehiungga penyebaran penyakit mudah terjadi.
10. Seleksi Umur dan Padat Tebar
Seleksi ini dilakukan agar ikan tidak kanibal.  Selain itu juga perlu diperhatikan dosis dan waktu pemberian pakan untuk mencegah kanibal tersebut.
Upaya untuk memperhatikan ikan itu sendiri, yaitu :
1. Manipulasi Genetik
Dengan manipulasi genetik, kita dapat menghasilkan ikan dengan kualitas yang baik, seperti pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap serangan penyakit.  Manipulasi genetik merupakan salah satu cara agar benih yang dihasilkan baik atau normal (tidak cacat).
2. Imunisasi
Imunisasi diberikan pada ikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan.  Vaksin dapat diberikan sewaktu memijah pada ikan dan akan berlanjut pada keturunannya (imunisasi pasif).
3. Stress
Stress adalah gejala fisiologis pada ikan yang kurang baik sehingga aktifitas ikan menurun.  Seperti nafsu makan, berenang dan metabolismenya.  Gejala stress dipengaruhi oleh saraf dan hormon dalam tubuhnya.
4. Kepadatan
Padat tebar dalam usaha budidaya haruslah sesuai sehingga kebutuhan ruang O² dan makan tidak kekurangan.  Untuk menebar benih perlu diperhatikan ukuran benih ikan, karena ukuran tertentu akan mempengaruhi padat tebar ikan itu sendiri.
Pengobatan penyakit ikan sangatlah tidak disarankan, merupakan alternative terakhir, dengan pertimbangan yang seksama.  Teknik pengobatan yang dilakukan diagnosa yang tepat dan cepat, Jenis dan dosis efektif obat dan antibiotic , biaya dan ketersediaan, waktu dedah, peluang keberhasilan dan teknik aplikasi.  Teknik aplikasi dapat dilakukan dengan perendaman (diping, short bat, long bath di akuarium/kolam). Langkah sebelum pengobatan sebaiknya, ikan dipuasakan, gunakan bahan plastic untuk mencampur, cek kembali perhitungan dosis dan jumlah, lakukan pada suhu terendah, percobaan skala kecil, evaluasi hasil percobaan, pengulangan bila diperlukan dan dosis (mg/l) tergantung jenis sedianya obat serta teknik pemberian.
Tabel 1. Penyakit, gejala pencegahan dan pengobatan  ikan jelawat
PENYAKIT        GEJALA    PENCEGAHAN/ PENGOBATAN    KETERANGAN
1.Trichodina    -    -    -        Terdapat bintik putih keabuabuan pada kulit, insang dan sirip.
Produksi lendir bertambah sehingga tubuh
terlihat mengkilat
Sirip kuncup, menyendiri dan nafsu makan merosot.    -    Pencegahan: menjaga
kualitas air dan diberi ekstrak sambiloto
-    Pengobatan : merendam ikan yang terserang dalam larutan garam 30 ppm.
atau larutan
formalin 15
ppm    Perendaman
ekstrak daun sirih Bila ada luka diberikan daun jambu biji
2.Ichthyophtiriu s multifiliis    -    -    -        Ikan banyak
mengeluarkan
lendir
Bagian     tubuh yang     terinfeksi terlihat     adanya bintik-    bintik putih (kulit, sirip dan ingsang) Ikan mengosokgosokan     tubuh ke dasar kolam/ benda     keras lainnya.    -    Pencegahan: ikan yg baru didatangkan sebaiknya dikarantina terlebih dahulu dan diberi ekstrak sambiloto
-    Pengobatan: ikan yang terserang dimasukan ke dalam media air mengalir, secara kimiawi dapat dilakukan NaCL 100  ppm selama  1 jam    Perendaman
ekstrak daun sirih Bila ada luka diberikan daun jambu biji
PENYAKIT    GEJALA        PENCEGAHAN/ PENGOBATAN    KETERANGAN
3.Dactylogyrus    -    -        Menyerang bagian epidermis terutama sisik ikan Frekuensi pernapasan
meningkat,
Produksi lendir meningkat, i nsang rontok, tutup insang selalu
terbuka    -    -        Pencegahan : sebelum digunakan kolam didesinfektan
dan     diberi
ekstrak sambiloto pengobatan: secara kimiawi: Formalin     200 ppm selama 10 menit    Perendaman
ekstrak daun sirih Bila ada luka diberikan daun jambu biji
4. Achlya    -    -    -        Menyerang pada telur dan benih yang lemah
Parasit     ini menerobos kulit bagian dalam dan masuk ke otot daging bahkan
tulang- tulang Serabut spt kapas
pada kulit    -    -        Pencegahan : sebelum kolam digunakan
didesinfektan dan pengontrolan kualitas air dan diberi ekstrak sambiloto Pengobatan : Formalin 200 ppm selama 10 jam    Perendaman
ekstrak daun sirih Bila ada luka diberikan daun jambu biji
5. Aeromonas    -    Bahan organic tinggi Warna     tubuh menjadi gelap Ingsang rusak Pendarahan pada pangkal     sirip, ekor, dan bagian lainnya
Sirip lepas, luka dan borok.
Mati lemas dipermukaan air.    -    -        Pencegahan : desinfektan alat dan sanitasi, pengontrolan kualitas air, dan diberi ekstrak sambiloto Pengobatan : perendaman PK 20 ppm 3060  menit.    Perendaman
ekstrak daun sirih Bila ada luka diberikan daun jambu biji
DAFTAR PUSTAKA
http :// www.dkp.go.id/content.php?c=  550. Informasi Teknologi Budidaya
Ikan Jelawat. 01 /09/ 03
http://dunia-perairan.blogspot.com/2012/08/ikan-jelawat.html
Maksoem,S.O,. dkk. 2000.”Peta Geografis Penyebaran Penyakit Ikan Air Tawar”. Direktorat Jendral Dinas Perikanan dan Kelautan. Jakarta. Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Jelawat Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Yuasa.K,. dkk.2003. ” Paduan Diagnosa Penyakit Ikan Air Tawar “.JICA.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 

Tuesday, August 15, 2017

TEKNIS REHABILITASI TERUMBU KARANG

August 15, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Transplantasi Terumbu Karang merupakan salah satu upaya rehabilitasi terumbu karang yang semakin terdegradasi melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup yang selanjutnya ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan atau menciptakan habitat baru. Teknik ini semakin populer baik di pihak pemerintah (KKP-red) maupun di kalangan masyarakat.
Transplantasi karang dapat dilakukan untuk berbagai tujuan yaitu : (1). Untuk pemulihan kembali terumbu karang yang telah rusak; (2).Untuk pemanfaatan terumbu karangsecara lestari (perdagangan karang hias); (3).Untuk perluasan Terumbu Karang; (4). Untuk tujuan pariwisata;(5). Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan statusterumbu karang; (6). Untuk tujuan perikanan; (7). Terumbu karang buatan; (8.) Untuk tujuan penelitian. Tercatat hampir seluruh dinas perikanan kota maupun provinsi di Indonesia yang memiliki kawasan terumbu karang dan mulai rusak mempunyai program rehabilitasi karang melalui teknik transplantasi karang.
Seiring dengan perjalanan di lapangan, telah muncul beberapa persepsi yang cenderung salah kaprah mengenai teknik transplantasi karang tersebut. Program rehabilitasi yang tidak didukung dengan sosialisasi mengenai pentingnya terumbu karang membuat program rehabilitasi ini diartikan sebagai salah satu cara yang paling efektif atau bahkan sebagai satu-satunya cara yang efektif untuk merehabilitasi karang. Sehingga teknik ini menjadi populer dan muncul persepsi di masyarakat bahwa jika terumbukarang mulai rusak maka saatnya dilakukan transplantasi karang. Beberapa kasus terjadi ketika nelayan sadar bahwa tangkapan ikan karangnya mulai menurun, dan mereka menganggap bahwa transplantasi karang dapat mengembalikan stok ikan karang dengan cepat. Di sisi lain praktik perikanan yang tidak lestari masih terus berlangsung. Padahal kegiatan tersebut merupakan faktor utama yang menyebabkan kerusakan karang yang pada akhirnya stok ikan karang pun menurun. Sehingga usaha-usaha perlindungan kawasan menjadi pilihan yang tidak populer dan menurut mereka cenderung merugikan karena adanya pembatasan mengenai penggunaan alat tangkap maupun pembatasan fishing ground.
1. Pemulihan Terumbu Karang yang Telah Rusak.
Transplantasi karang dengan tujuan pemulihan terumbu karang yang telah rusak dilakukan dengan memindahkan potongan karang hidup dari terumbu karang yang kondisinya masih baik ke lokasi terumbu karang telah rusak. Teknik dan prosedurnya sebagai berikut: (1) Lokasi pengambilan bibit di sekitar terumbu karang yang telah rusak (tidak boleh jauh dari lokasi penanaman) dengan kondisi terumbu karang yang masih baik. (2) Antara lokasi pengambilan bibit dengan lokasi terumbu karang yang telah rusak mempunyai kondisi lingkungan (kedalaman dan keadaan arus) yang mirip. (3) Pengambilan bibit dilakukan dengan memotong cabang karang induk di tempat, dan tidak melakukan pemotongan koloni karang induk yang letaknya saling berdekatan untuk menghindari kerusakan ekosistem secara menyolok. (4) Transportasi bibit dari lokasi pengambilan bibit dengan lokasi transplantasi tidak lebih dari satu jam.
2. Pemanfaatan Terumbu Karang Secara Lestari (Perdagangan Karang Hias).
Transplantasi untuk tujuan perdagangan karang hias, dilakukan dengan memindahkan potongan jenis-jenis karang hias yang diperdagangkan ke substrat buatan yang diletakkan di sekitar habitat terumbu karang alami, yang nantinya akan menjadi induk karang hias yang akan diperdagangkan. Teknik dan prosedurnya sebagai berikut: (1) Dilakukan oleh pengusaha karang hias yang telah mempunyai izin sebagai eksportir karang hias. (2) Jenis-jenis karang hias yang dibiakkan adalah jenis-jenis karang hias yang diperdagangkan untuk pembuatan aquarium dan tidak diperdagangkan sebagai karang mati. (3) Jumlah bibit karang hias yang akan ditanam sebagai induk karang hias sesuai dengan kuota yang telah memperoleh persetujuan dari MA. (4) Pengusaha melaporkan kepada MA tentang waktu kapan penanaman dimulai, lokasi pembiakan, jumlah, dan jenis karang hias yang akan ditanam.
3. Perluasan Terumbu Karang
Transplantasi terumbu karang dengan tujuan perluasan terumbu karang merupakan suatu usaha untuk membuat habitat terumbu karang baru atau merubah habiat lain di luar habitat terumbu karang menjadi habitat terumbu karang.
Persyaratan teknik dan prosedur pengambilan bibit dan tempat pengambilan bibit sama dengan persyaratan pada transplantasi terumbu karang untuk tujuan pemulihan terumbu karang yang rusak.
4. Tujuan Pariwisata
Transplantasi karang untuk tujuan wisata dibedakan dari transplantasi karang untuk tujuan perluasan terumbu karang. Tujuannya adalah untuk membuat habitat terumbu karang yang tinggi keanekaragaman hayatinya. Atau membuat panorama yang indah didasar laut seperti halnya di ekosistem terumbu karang. Untuk itu bibit karang yang akan dipindahkan harus terdiri dari jenis-jenis karang yang beraneka ragam bentuk dan warnanya.
Substrat dasar buatan harus menggambarkan bentuk dasar yang menarik dan tahan terhadap arus dan air laut. Selain itu, juga harus dibuat peta lokasi trasplantasi karang menurut kelompok atau jenis karang dan kedalamannya. Peta ini sangat berguna bagi para wisatawan maupun kelompok pelestarian terumbu karang.
5. Membangun Kesadaran Masyarakat
Transplantasi karang dengan tujuan membangun kesadaran masyarakat dilakukan oleh masyarakat pesisir yang sudah menyadari dampak negatif akibat kerusakan terumbu karang. Kegiatan pelatihan teknik transplantasi karang, cara penentuan lokasi pembibitan, cara pengambilan bibit dari induknya, cara pengangkutan bibit, cara penempelan bibit pada substratnya, dan selanjutnya cara pemeliharaannya dilaksanakan secara konsisten kepada masyarakat pesisir. Dengan menjaga keutuhan hasil transplantasi terumbu karang, masyarakat nelayan akan dapat merasakan hasilnya.
6. Pengelolaan Perikanan
Transplantasi karang dengan tujuan meningkatkan produksi perikanan sering disebut“Fish Aggregation Device” (FAD), yaitu suatu cara yang digunakan untuk mengubah suatu perairan yang sepi ikan menjadi perairan yang banyak ikan. Terumbu karang buatan dibangun di sekitar terumbu karang, sehingga nelayan tidak lagi menangkap ikan di terumbu karang, tetapi berpindah di terumbu karang buatan.
7. Penelitian
Transplantasi karang untuk tujuan penelitian, dibedakan dari persyaratan yang harus dilakukan oleh pelaksana keenam transplantasi diatas, transplantasi untuk tujuan penelitian ini diberbolehkan mengambil bibit di sekitar lokasi penelitian, dengan teknik pemotongan cabang di tempat, tanpa memindahkan induknya. Karena transplantasi untuk tujuan penelitian biasanya tidak memerlukan banyak specimen, dan dengan biaya dan waktu sangat terbatas.
Tujuan transplantasi terumbu karang yang mempunyai karakteristik masing-masing. Jika sahabat ingin ikut berpartisipasi dalam pelestarian (khususnya transplantasi terumbu karang) bisa dipertimbangkan tujuan pencapaian kegiatan yang diinginkan. Untuk metode dan tahapan transplantasi terumbu karang saya tulis di kesempatan lain.

Sunday, August 13, 2017

MANFAAT PEMBERIAN KAPUR PADA KOLAM BUDIDAYA IKAN

August 13, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Air sebagai sumberdaya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumberdaya air harus ditanamkan pada segenap penggunaan air (Fuad Cholik, 1986).
Kolam merupakan salah satu perairan tawar yang bersifat menggenang atau lentic water yang sengaja diciptakan dan dirancang sedemikian rupa untuk kegiatan budidaya perairan. Jenis biota yang dibudidayakan di dalam kolam dapat berupa ikan maupun udang. Kegiatan budidaya yang biasa dilakukan dapat berupa pembenihan maupun pembesaran.
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas yang diinginkan sesuai fungsi peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisis alamiahnya. Adapun yang dapat dilakukan dalam mengelola kualitas ais suatu perairan pengelolaan tanah dasar, pengapuran, dan pemupukan. Banyak hal yang dapat dilakukan namun ketiga inilah hal mendasar yang wajib dilakukan.
Pemberian kapur selain dapat membunuh hama dan parasit ikan juga dapat menaikan pH dasar kolam. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan fitoplankton sebagai makanan zooplankton maupun ikan (Fuad Cholik, 1986).
Tujuan penggunaan kapur adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian CaCO3 dalam suatu sampel untuk meningkatkan pH sehingga mendekati pH normal.   
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan keasaman (pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit. Jenis kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya adalah kapur pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2 dan kapur  tohor/kapur aktif (CaO). Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah kapur karbonat yaitu kapur yang bahannya dari batuan kapur tanpa lewat proses pembakaran tapi langsung digiling. Kapur pertanian ada dua yaitu kalsit dan Dolomit. Kalsit bahan bakunya lebih banyak mengandung karbonat, magnesiumnya sedikit (CaCO3), sedangkan dolomit bahan bakunya banyak mengandung kalsium karbonat dan magnesium karbonat [CaMg(CO3)]2. Dolomit merupakan kapur karbonat yang dimanfaatkan untuk mengapuri lahan bertanah masam. Kapur tohor adalah kapur yang pembuatannya lewat proses pembakaran. Kapur ini dikenal dengan nama kapur sirih, bahannya adalah batuan tohor dari gunung dan kulit kerang (Bowles, 1991).
Dosis kapur yang akan ditebarkan harus tepat karena jika berlebihan kapur akan menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam akan menyebabkan tanah dasar kolam menjadi asam. Peningkatan kandungan alkalinitas total pada kolam pemeliharaan ikan dapat digunakan kapur pertanian. Kolam pemeliharaan ikan sebelum digunakan dilakukan proses pengapuran dengan menggunakan beberapa jenis batu kapur yang disesuaikan dengan kualitas tanah dasar kolam pemeliharaan (Suriadi, 2000).
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan. Penulisan 0.000001 (bayangkan kalau pH 14) terlalu panjang maka orang melogaritmakan angka tersebut sehingga menjadi -6. Tanda “-“ (negatif) dibelakang angka tersebut yang dinilai kurang praktis, maka mengalikannya lagi dengan tanda - (minus) sehingga diperoleh angka positif 6. pH diartikan sebagai "-(minus) logaritma dari konsenstrasi ion H".
pH = - log (H+)
Perlu diperhatikan adalah bahwa selisih satu satuan angka pH itu artinya perbedaan kosentrasinya adalah 10 kali lipat. Apabila selisih angkanya adalah 2 maka perbedaan konsentrasinya adalah 10x10 = 100 kali lipat. Sebagai contoh pH 5 menunjukkan konsentrasi H sebanyak 0.00001 atau 1/100000 (seperseratus ribu) sedangkan pH 6 = 0.000001 atau 1/1000000 (sepersejuta). Penurunan pH dari 6 ke 5 artinya kita meningkatkan kepekatan ion H+ sebanyak 10 kali lipat. Kalau kita misalkan pH itu gula, maka dengan menurunkan pH dari 6 ke 5, sama artinya bahwa larutan tersebut sekarang 10 kali lebih manis dari pada                sebelumnya (Sucipto, 2008).
Semua mahluk tidak dapat bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisma yang unik agar perubahan tidak tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. Sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an.
pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air, selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka.
Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral. Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap gangguan terhadap pengubahan pH. Menaikkan pH dapat dilakukan dengan memberikan aerasi yang intensif, melewatkan air melewati pecahan koral, pecahan kulit kerang atau potongan batu kapur. Penambahan dekorasi berbahan dasar kapur seperti tufa, atau pasir koral atau dengan melakukan penggantian air (Afrianto, 1991).
Reaksi tanah yang akan digunakan untuk media budidaya harus netral atau basa dan tidak bereaksi asam. Tanah yang baik untuk dijadikan media budidaya harus mempunyai pH kurang lebih 6,5-8,5. Potter (1977) menggolongkan tingkat keasaman tanah menjadi 3 kelompok, yaitu :
Tanah bersifat agak basa
Tanah yang produktif untuk dijadikan media budidaya adalah yang mempunyai pH netral sampai basa. Tanah demikian kaya akan garam nutrien yang dapat merangsang pertumbuhan klekap menjadi cepat. Klekap dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai kisaran pH antara 6,6-7,5. karena pada kisaran pH demikian, unsur hara dan kandungan phospor mencapai tingkat yang terbaik untuk pertumbuhan klekap (Mintardja, 1985).
Tanah asam juga dapat terbentuk sebagai hasil pengendapan senyawa-senyawa tertentu. Proses pembentukan tanahnya sering di ikuti dengan terakumulasinya pyrit (FeS2), yaitu senyawa yang dapat menyebabkan keasaman tanah. Tanah yang mempunyai pH rendah akan menghasilkan pH air yang rendah pula. terjadinya efek pencucian yang menyebabkan pH tanah menjadi asam. Akibat yang timbul bila tanah terlalu asam adalah :
1. pH air menjadi rendah (berkisar 3-4)
2. Terjadi efek pencucian besi (Fe) dan Aluminium (Al)
3. Terjadi pengikatan unsur phospor (P) oleh besi dan aluminium sehingga pemupukan dengan phospor tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan kesuburan tanah.
Cara mengatasi tanah asam sulfat ialah dengan pemberian kapur. Fungsi pengapuran tersebut adalah :
1. Meningkatkan pH tanah dan air.
2. Membakar jasad-jasad renik penyebab penyakit dan hewan liar.
3. Mengikat dan mengendapkan butiran lumpur halus.
4. Memperbaiki kualitas tanah
5. Kapur yang berlebihan dapat mengikat phospat yang sanagt dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton.
Hubungan antara keasaman tanah dan tekstur tanah dengan jumlah kapur (CaO) yang dibutuhkan pada proses pengapuran (Kisto, 1985):
Hasil pengapuran akan lebih baik jika dikombinasikan dengan alumunium [Al2(SO2)3. H2O]. Pemberian pupuk dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak ada angin, agar gumpalan-gumpalan yang telah terbentuk tidak lepas lagi. Pengapuran akan menjadikan susunan tanah menjadi lebih baik sehingga proses pertukaran dan peredaran udara di dalam tanah dapat berlangsung dengan baik. Pengapuran dapat merangsang aktivitas organisme tanah sehingga akan meningkatkan fungsi bahan organik dan nitrogen di dalam tanah. Jumlah kapur (CaO) yang ditaburkan pada proses pengapuran tanah dasar tambak tergantung dari tingkat kemasaman tanah (Bambang, 1985).

Saturday, August 12, 2017

TRANSGENIK IKAN SALMON DENGAN METODE MIKROINJEKSI

August 12, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Definisi Transgenik
Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah, dan gen yang berarti pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya, baik dari satu hewan ke hewan lainnya atau dari satu tanaman ke tanaman lainnya, atau dari gen hewan ke tanaman dan sebaliknya (Alimuddin, 2010).
Transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya, baik dari satu hewan ke hewan lainnya atau dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Salah contoh dari teknologi transgenetik ini yaitu ikan transgenik (Alimuddin, 2010).
Prinsip Transgenik
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari bakteri bisa diselipkan di kromosom tanaman (Budiyanto, 2001).
Teknologi yang dikenal sebagai teknologi DNA rekombinan, atau dengan istilah yang lebih populer rekayasa genetika, ini melibatkan upaya perbanyakan gen tertentu di dalam suatu sel yang bukan sel alaminya. Teknologi DNA rekombinan adalah pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang (Budiyanto, 2001).
Setiap spesies ikan mempunyai kemampuan tumbuh yang berbeda-beda. Perbedaan pertumbuhan ini dapat tercermin, baik dalam laju pertumbuhannya maupun potensi tumbuh dari ikan tersebut. Perbedaan kemampuan tumbuh ikan pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan faktor genetik (gen). Setiap gen ikan terdiri dari DNA (deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid). Ekspresi dari gen-gen tersebut dan sel yang terbentuk menjadi satu paket yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan (Apandi, 1985).
Karakteristik genetik tertentu yang dimiliki oleh seekor ikan biasanya menyatu dengan sejumlah sifat bawaan yang mempengaruhi pertumbuhan seperti kemampuan ikan menemukan dan memanfaatkan pakan yang tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang luas(Apandi, 1985).
Metode Pembentukan Ikan Transgenik
Menurut Apandi (1985), pembentukkan ikan transgenik melalui transfer DNA contruct dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah :
1.    Mikroinjeksi (Microinjection)
Mikroinjeksi (microinjection) adalah metode yang paling banyak digunakan karena mempunyai keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode yang lain. Pertama kali, metode mikroinjeksi dilakukan oleh Gurd (1963) pada telur amphibia dengan menginjeksikan sitoplasma ke dalam zygot katak, namun hasilnya tidak berpengaruh pada perkembangan embrio selanjutnya. Pada ikan juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya telah dilakukan oleh Chourrout (1986) pada ikan Rainbow Trout (Salmo gairdneri), dan Ozato (1986) pada ikan Medika (Oryzias latpes).
2.    Infeksi pada Virus (Retroviral Infection)
Infeksi pada virus dengan kata lain introduksi gen melalui virus sebagai mediator. Pada metode ini, virus ditumpangi oleh gen yang dikehendaki dan diintroduksikan kedalam embrio hewan. Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil dan mampu menembus inti sel dan virus mempunyai genom yang terdiri dari RNA yang mempunyai kemampuan untuk mentraskripsikan DNA. Bila satu sel diinfeksi dengan retrovirus maka akan menghasilkan DNA virus, setelah DNA ditranskripsikan akan berintegrasi dan menjadi bagian dari genome induk. Contoh species ikan yaitu pada ikan Zebrafish (Brachydanio rerio).
3.    Sperma sebagai Pembawa Gen (Sperm-mediated Gene Transfer)
Spermatozoa merupakan sarana seluler yang spesifik dirancang untuk mentransfer DNA asing kedalam oosit, sperma terlibat langsung dalam proses fertilisasi. Matriks DNA diikat pada daerah postacrosomal oleh komponen protein spesifik dan akan bergabung dengan genome induk setelah terjadi fertilisasi. Pengikatan gen oleh sperma secara optimal bila sperma dalam keadaan motil dan konsentrasi DNA cukup tinggi.
4.    Elektroporasi (Electroporation)
Metode ini gamet atau embrio ditempatkan pada suatu cuvet yang mana membran selnya permiabel terhadap molekul DNA bila mendapatkan aliran (pulsa) listrik pendek (beberapa saat). Ketika aliran listrik dihilangkan dan membran selnya kembali seperti semula, beberapa fragment DNA asing akan tinggal dalam gamet atau embrio. Metode ini mudah dan cepat dan memungkinkan untuk melakukannya pada ratusan oosit ikan atau telur ikan yang telah difertilisasi dalam satu kali kejutan.

2.4    Awal Mula Transgenik pada Ikan Salmon
Kehadiran ikan transgenik diawali oleh Jepang ketika mencoba menciptakan “ikan tuna super” secara genetis tahun 1980-an. Selain sulit, penelitiannya membutuhkan banyak dana, karena susunan genetisnya rumit. Mula-mula peneliti mengamati ikan flounder yang bertahan hidup dalam laut Kanada yang beku. Mereka menemukan bahwa adanya gen yang memungkinkan flounder mampu hidup di air beku. Gen itu digabungkan dengan gen pemicu pertumbuhan dengan harapan salmon dapat tumbuh sampai 20 – 30% lebih besar. Kedua gen disuntikkan ke embrio salmon sehingga terus memproduksi hormon pertumbuhan. Hasilnya, salmon tumbuh 400 – 600% lebih cepat dalam 14 bulan pertama, dan dapat dipasarkan setahun lebih cepat dari salmon biasa (Rudiyanto, 2011).

2.5    Mikroinjeksi Pada Ikan Salmon
Menurut Sumantadinata (2008), teknologi transgenik dengan mikroinjeksi pada ikan dilakukan melalui michrophile yang terdapat pada chorion telur (oosit). Metode ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:


1.    Persiapan Gen
Pertama-tama dipersiapkan gen yang akan ditranfer. Persiapan ini dimulai dari isolasi DNA, yang dapat diisolasi dari darah, daging, sirip ataupun sisik. Misalnya dari sisik dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
a.    Isolasi dan Purifikasi DNA
1)    Sampel dari jaringan ikan ditimbang sebanyak 25-50 mg lalu dicacah menggunakan skapel, kemudian dimasukkan ke dalam tabung evendorf ukuran 2 ml.
2)    200 µl tissue lysis buffer dan 40 µl Proteinase K ditambahkan ke dalam tabung yang berisi sampel jaringan, kemudian dicampur dengan segera dan diinkubasi pada suhu 55 oC selama 1 jam (atau sampai jaringan hancur dengan sempurna).
3)    200 µl binding buffer ditambahkan lagi ke dalam tabung lalu dihomogenkan dengan segera, kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 70oC.
4)    100 µl isopropanol ditambahkan ke dalam tabung, kemudian dihomogenkan.
5)    Memindahkan sampel ke dalam high filter tube yang telah dipasangkan dengan collection tube.
6)    Sampel disentrifuge selama 1 menit dengan kecepatan 9200 rpm.
7)    Membuang collection tube, menambahkan 500 µl inhibitor removal Buffer, kemudian disentrifuge selama 1 menit pada kecepatan 9200 rpm.
8)    Membuang collection tube, menambahkan 500 µl wash buffer, kemudian disentrifuge selama 1 menit pada kecepatan 9200 rpm.
9)    Membuang supernatan dari collection tube, kemudian disentrifuge selama 10 detik dengan kecepatan 14.000 rpm.
10)    Membuang collection tube, memasangkan tabung evendorf baru pada high filter tube.
11)    200 µl elution buffer (yang telah diinkubasi hingga suhu 70oC) ditambahkan ke dalam high filter tube, kemudian disentrifuge selama 1 menit dengan kecepatan 9200 rpm.
12)    Membuang high filter tube, menambahkan 140 µl isopropanol, kemudian disentrifuge selama 30 menit dengan kecepatan 14.000 rpm.
13)    Membuang supernatan, menambahkan 66,7 µl Et-OH (alkohol 70%) dingin, kemudian disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 14.000 rpm.
14)    Membuang supernatan (pelet tidak boleh ikut terbuang), kemudian diangin-anginkan hingga pelet mengering (kurang lebih selama 12 jam).
15)    20 µl TE ditambahkan ke dalam tabung, dan DNA total siap diproses lebih lanjut.

b.    Isolasi Promotor (Restriksi DNA)
Mencari sekuen promoter region gen pengkode, tergantung pada jenis gen yang akan ditranfer, misal gen GH ikan jenis lain yang telah dilaporkan sebelumnya pada gene bank.
1)    Mencari dan menentukan enzim restriksi yang sesuai untuk memotong promoter region gen pengkode, misalnya untuk GH adalah BamHl, Ball , Sfil, Sbal, dan EcoRl.
2)    Hasil dari pemotongan dengan enzim restriksi kemudian dielektroforesis dan dibandingkan berat molekulnya dengan DNA marker.
3)    Pita (band) yang sesuai dengan DNA marker untuk promotor gen pengkode dipisahkan dengan cara memotong gel yang berisi band tersebut kemudian diisolasi dari gel dengan menggunakan DNA elution kit.
4)    Diperoleh suspect DNA promotor gen pengkode, misalnya promotor gen pengkode GH.



Gambar 1. Skematis pemotongan (restriksi) gen
2.    Koleksi Telur, Sperma & Fertilisasi
Koleksi telur dan sperma dapat dilakukan melalui pemijahan buatan (induced breeding) dengan menggunakan hormon. Jenis hormon yang dapat digunakan diantaranya adalah GnRHa, LHRHa, Ovaprim (GnRHa ikan Salmon + dopamin), Ovopel (GnRHa mamalia + dopamin). Setelah telur dan sperma dikumpulkan atau dikoleksi, maka dilakukan fertilisasi, yaitu dengan menyatukan sperma dan ovum (telur) dalam suatu wadah dan kemudian diaduk dengan bulu ayam selama kira-kira satu menit. Setelah itu telur atau Ova siap untuk dilakukan transfer gen secara mikroinjeksi.









Gambar 2. Fertilisasi Ikan Salmon
3.    Injeksi Gen ke Dalam Telur
Mikroinjeksi gen pada telur dapat dilakukan secara manual ataupun dengan menggunakan mesin yang diseput dengan Gen Pusher. Pada ikan injeksi atau trans gen dilakukan pada mikropil, sebagai contoh diameter lubang mikropil telur ikan salmon 17 ųm, dalamnya 4 ųm, dan diameter mikropil canalnya 1,2 ųm. Setelah gen diinjeksikan, maka telur-telur tersebut di inkubasi untuk ditetaskan, kemudian dilakukan pula perawatan larva sampai menjadi benih dan seterusnya sampai bereproduksi kembali.






Gambar 3. Mikroinjeksi Gen pada Pronukleus Telur

2.6    Kelebihan dan Kekurangan Ikan Transgenik
2.6.1    Kelebihan Ikan Transgenik
Hasil penelitian transgenik pada ikan telah memberikan dampak yang positif pada pertumbuhan ikan dan terbukti bahwa gen luar yang ditranfer telah mampu berintregrasi dengan genomnya, hal ini dapat dilihat dari hasil pertumbuhan keturunannya yang cukup meyakinkan yaitu sekitar 4-6 kali lipat pada ikan salmon. Adapun FCR (food conversi ratio) atau perbandingan antara pakan yang diberikan dengan daging yang dibentuk pada ikan transgenik mencapai 0,76 sedangkan nontransgenik sebesar 1,02, ini berarti bahwa ikan transgenik untuk menghasilkan satu kilogram daging hanya memerlukan pakan sebanyak 0,76 kg, sedangkan pada ikan biasa untuk menghasilkan daging  satu kilogram memerlukan 1,02 kg pakan,   dengan demikian menunjukkan bahwa didalam pemanfaatan pakan ikan trangenik lebih efisien dibandingkan dengan ikan nontransgenik (Alimuddin, 2010).
2.6.2    Kekurangan Ikan Transgenik
Selain kelebihan yang dimiliki, ikan transgenik  juga memiliki beberapa kelemahan. Terdapat skenario lain yang menandai resiko-resiko global yang berhubungan dengan lepasnya ikan transgenik ke dalam lingkungan. Ikan transgenik lebih agresif dan memakan lebih banyak makanan. Mereka juga tidak berenang sebaik ikan liar, sehingga mereka dapat dapat berkumpul di suatu area dan memonopoli persediaan makanan dan sumber daya lain. Hal ini dapat mempunyai efek menghancurkan lingkungan alami, khususnya karena sebagian besar ikan yang direkayasa saat ini – misalnya salmon, trout, carp dan tilapia – adalah pemangsa/ predator. Pengalaman lalu telah menunjukkan bahwa memperkenalkan spesies-spesies predator besar kedalam lingkungan baru dapat menyebabkan bencana ekologi (Alimuddin, 2010).
BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Ikan dapat dilakukan transgenik misalnya pada ikan salmon dengan metode mikroinjeksi, dengan tahapan isolasi DNA, isolasi promotor, koleksi sperma dan telur serta fertilisasi. Pertumbuhan ikan hasil transgenik 4 kali lebih cepat dibanding ikan biasa sehingga lebih cepat panen. Namun, ikan transgenik memiliki nafsu makan yang cukup besar dan bila ikan yang dilakukan transgenik merupakan jenis predator maka ikan tersebut dapat menggangu ekologi apabila dilepas dalam perairan bebas.

Daftar Pustaka
Alimuddin. 2010. Transgenik Mikroinjeksi Pada Ikan. Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 115–127.
Apandi, muchidin. 1985. Dasar-Dasar Genetika. Erlangga: Jakarta.
Budiyanto. 2001. Peranan Mikroorganisme dalam Kehidupan Kita. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Rudiyanto, 2011. Rekayasa Genetika (Transgenik). Jurnal Ristek April 2011, Vol. 4 No. 1.
Sumantadinata, Komar. 2008. Transgenetik Ikan Salmon dengan Metode Mikroinjeksi. Jurnal Ristek Juli 2008, Vol. 1, No. 5.

Friday, August 11, 2017

MENGENAL JENIS IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminckii)

August 11, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri berbentuk nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Di kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 sentimeter. Klasifikasi ilmiah
Kerajaan    : Animalia
Filum        : Chordata
Kelas        : Actinopterygii
Ordo        : Perciformes
Upaordo    : Anabantoidei
Famili        : Helostomatidae
Genus        : Helostoma
Spesies    : H. temminckii
Nama binomial : Helostoma temminckii
Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang. Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air.[3]
Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, namun mereka masih termasuk dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna hijau dan ikan tambakan berwarna pucat atau merah muda. Belakangan, ada juga jenis ikan tambakan yang ukurannya lebih kecil dari ikan tambakan kebanyakan dan bentuknya bundar nyaris menyerupai balon. Variasi genetis ikan tersebut biasa dikenal dengan nama "gurami pencium kerdil" atau "balon merah muda".[4]
Habitat
Ikan tambakan merupakan ikan air tawar yang bersifat bentopelagik (hidup di antara permukaan dan wilayah dalam perairan). Wilayah asli tempatnya tinggal umumnya adalah wilayah perairan tropis yang dangkal, berarus tenang, dan banyak terdapat tanaman air.[1] Pada awalnya ikan tambakan hanya ditemukan di perairan air tawar Asia Tenggara, namun belakangan mereka menyebar ke seluruh wilayah beriklim hangat sebagai binatang introduksi.[4]
Perilaku
Makanan Ikan tambakan adalah ikan omnivora yang mau memakan hampir segala jenis makanan. Makanannya bervariasi, mulai dari lumut, tanaman air, zooplankton, hingga serangga air. Bibirnya yang dilengkapi gigi-gigi kecil membantunya mengambil makanan dari permukaan benda padat semisal batu.[1] Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel plankton dari air. Saat sedang mencabut makanan yang menempel di permukaan benda padat memakai mulutnya itulah, ikan ini bagi manusia terlihat seolah-olah sedang "mencium" benda tersebut.[4]
Reproduksi
Ikan tambakan termasuk ikan yang mudah berkembang biak. Di alam liar, dalam waktu kurang dari 15 bulan, populasi minimum mereka sudah bisa bertambah hingga dua kali lipat populasi awalnya. Reproduksi ikan tambakan sendiri terjadi ketika periode musim kawinnya sudah tiba.[4] Di Thailand misalnya, musim kawin ikan tambakan terjadi antara bulan Mei hingga Oktober.
Perkawinan antara kedua ikan tambakan yang berbeda jenis kelamin terjadi di bawah tanaman air yang mengapung. Ikan tambakan betina selanjutnya akan melepaskan telur-telurnya yang kemudian akan mengapung di antara tanaman air. Tidak seperti anggota subordo Anabantoidei lainnya, ikan tambakan tidak membuat sarang maupun menjaga anak-anaknya sehingga anak ikan tambakan yang baru menetas sudah harus mandiri. Sehari setelah pertama kali dilepaskan ke air, telur-telur tersebut akan menetas dan setelah sekitar dua hari, anak-anak ikan tambakan sudah bisa berenang bebas.[4]
Kebiasaan "Mencium"
Ikan tambakan juga dijuluki sebagai "ikan gurami pencium" karena kebiasaannya dalam memakai bibirnya untuk "mencium" benda-benda lain maupun ikan tambakan lainnya. Sebenarnya ikan tambakan tidak bena-benar mencium. Saat sedang mencium benda-benda padat semisal batu, ikan ini sebenarnya sedang menggerogoti makanan yang menempel pada permukaan benda padat tersebut. Ikan tambakan jantan juga saling beradu mulut satu sama lain untuk menegaskan supremasinya atas pejantan lain saat menjaga wilayah kekuasaannya. Perilaku adu bibir ini tidak pernah berakibat fatal, namun di dalam tangkapan, ikan tambakan jantan yang terus menerus kalah usai duel adu bibir bisa mati akibat stress.[5]
Manfaat bagi manusia
Ikan tambakan sudah sejak lama membawa manfaat bagi manusia. Di wilayah aslinya di Asia Tenggara, ikan ini dibudidayakan untuk diambil dagingnya. Ikan tambakan juga biasa dipancing di alam liar. Belakangan, ikan tambakan menjadi salah satu komoditas ikan hias air tawar karena wujud dan perilakunya yang unik.[1] Sebagai dampak dari popularitasnya sebagai ikan hias, sejumlah besar ikan tambakan yang masih berukuran kecil diekspor ke negara-negara lain seperti Jepang, Eropa, Amerika Utara, dan Australia.[1]Hama Pengganggu dan Pemberantasannya
Hama dikenal sebagai pemangsa (predator) merupakan organisme hidup yang bisa terdiri dari hewan air ataupun hewan darat.  Hama yang umum ditemukan antara lain ular air, bulus (kura-kura), biawak, sero (lingsang), kodok dan burung.
Pemberantasan yang paling efektif yaitu dengan cara mekanik atau dengan membunuhnya secara langsung bila kebetulan ditemukan dilokasi.  Cara lain yaitu dengan memasang perangkap (ranjau) bagi jenis hama tertentu serta memasang umpan yang telah dicampur dengan racun.
Selain hama, terdapat pula sekelompok hewan yang dapat digolongkan kedalam insekta air.  Kelompok hewan ini banyak ditemukan pada areal pembenihan dan pendederan ikan, terutama menyerang serta memangsa telur dan benih ikan yang masih kecil.  Berikut diantara insekta air yang sering ditemukan pada kolam pembenihan atau pendederan ikan tambakan.
a.      Kini-kini
Kini-kini hidup dibawah permukaan air, berasal dari capung (ordonata).  Kemampuan menangkap dan memakan mangsanya sangat tinggi dalam waktu yang sangat singkat.  Cara memangsannya mula-mula ikan ditangkap kemudian menghisap darah dan memakan mangsanya dengan cara bertahap.
Pemberantasan
•      Menghalangi capung agar tidak  bertelur  dipermukaan air
•      Mengurangi padat penebaran
b.      Ucrit
Ucrit (peupeundeuyan) merupakan larva dari Cybister atau kumbang air.  Bentuknya memanjang seperti ulat, berwarna kehijauan, panjangnya 3-5 cm.  Mula-mula ikan ditangkap dan dilumpuhkan dengan ujung ekor yang bercabang dua dan tajam.  Ikan digenggam erat, mangsanya dimakan bagian demi bagian dengan cara digigit.
Pencegahan
•    Gunakan sistem filter pada kolam pembenihan maupun kolam pendederean
•    Hindari penebaran ikan pada kolam yang digenangi lebih dari satu minggu
•    Padat penebaran jangan terlalu tinggi
•    Gunakan sumber air yang kira-kira tidak mengandung bibit parasit dan hama
c.       Notonekta
Bentuk maupun ukuran badan notonekta (bebeasan) persis seperti butiran beras dan seluruh dari bawah badannya (perut) berwarna putih.  Hewan ini membunuh mangsanya dengan alat penusuk sekaligus berfungsi sebagai alat penghisap cairan tubuh ikan yang diserang.
Pencegahan
Pemasangan saringan pada pintu pemasukan air.
Pemberantasan
•    Percikan minyak tanah keseluruh permukaan air kolan sebanyak 0,5 l/50 m2 luas permukaan air
•    Penyemprotan kolam menggunakan insektisida dengan dosis 0,5-1,0 ml/m2 air dan biarkan selama 24 jam.
Parasit Penyebab dan Pemberantasannya  
Penyakit ikan mudah sekali ditularkan dari satu ikan terhadap ikan lainya melalui kulit, insang, dan terutama melalui air sebagai media hidup ikan.  Penurunan produksi dapat diakibatkan oleh adanya wabah penyakit, hama dan pengganggu.  Penyebab penurunan produksi harus
dikendalikan dan diberantas hingga tuntas tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan.
Adapun jenis penyakit yang menyerang ikan tambakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini berikut  pengendalian dan pemberantasannya.
abel 1. Penyakit dan gejala
NO    PENYAKIT    SIKLUS HIDUP    GEJALA-GEJALA
1.    Lerneae Sp
    Secara sepintas menyerupai cacing yang menempel pada ikan dan termasuk udang kelas rendah dengan tiga stadium, yaitu : Nauplius, Cepepodid, Cyplopodid. Pada stadium dewasa bagian kepala berbentuk jangkar yang biasanya menghajam kedalam daging ikan, sedang pada bagian posteriornya terdapat dua kantung telur.    •         Adanya binatang renik mirip cacing pada sekujur badannya termasuk sisik dan matanya.
•         Luka-luka dan  pendarahan pada sekujur badan yang ditempeli parasit ini.
•         Ikan yang terserang Lerneae  kurus karena parasit ini menghisap cairan dalam tubuh ikan.
NO    PENYAKIT    SIKLUS HIDUP    GEJALA-GEJALA
2.    Argulus    
Bentuk Argulus bulat pipih dan hidup dengan menghisap darah ikan dan dapat berpindah-pindah dari satu ikan ke ikan yang lain. Organ yang diserang parasit ini adalah permukaan perut, sisik, dan biasanya menimbulkan pendarahan pada permukaan kulit ikan.  Argulus juga dapat menularkan penyakit-penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri dan virus.    •        
19 Terlihat  iritasi berat, berenang tidak normal dengan kecepatan tinggi.
•         Ikan biasanya menggosok-gosokan badannya pada benda-benda keras,
•         mengkonsumsi pakan berkurang sehingga pertumbuhannya menurun karena sel-sel darah dimakan oleh kutu. 
3.    Saprolegnia Sp & Achlya    Keduanya memiliki bentuk hampir sama menyerupai benang-benang yang halus. Perbedaannya Sparogia dari Spralorogenia terbentuk dalam hypae sedangkan Sparogia dari Achlya terjadi diujung-ujung hypae.    Bila telah terkena inveksi dan tidak segera diobati maka ikan akan menjadi kurus dan akhirnya mati. Karena celium cendawan ini dapat menerobos bagian dalam dan lalu masuk ke otot daging bahkan sampai ketulang-tulang ikan.
4.    Ichtyopthirius multifilis
Seluruh tubuhnya diselimuti oleh bulu-bulu halus (cilia) yang dapat digunakan untuk berenang mencari inangnya dengan sebuah nucleus yang bentuknya seperti kacang tanah.    •         Banyak mengeluarkan lendir
•         Terlihat bintik putih pada sirip/ kulit/ insang
•         Sering terdapat pada permukaan air
•         Pertumbuhannya terlambat dan warnanya pucat
Tabel 2. Penyakit, pencegahan dan penanggulangannya
NO    PENYAKIT    PENCEGAHAN    PENGOBATAN    TREATMEN ALAMI
1.    Lerneae S
    Pembuatan filter pada pemasukan air
    Pencelupan dalam larutan Formalin 25 ml/100 lt air selama 10-15 menit, dan pengobatan ini harus dilakukan 2-3 kali dengan selang waktu 2-3 hari sampai ikan benar-benar terbebas dari Lernaea.    Perendaman dengan menggunakan ekstrak daun sirih atau mahkota dewa. Karena kedua jenis itu mempunyai khasiat anti bakteri dan anti septic.
2.    Argulus inducus    Pengeringan kolam selama 2-3 hari, pengeringan kolam dapat menggunakan CaCo3 dengan dosis 25 kg / ha dan biarkan selama 3 minggu.
    -Secara Mekanis
Ikan yang terkena infeksi  Argulusnya dapat diambil dengan pinset.
-Secara kimia
Dengan metoda perendaman, menggunakan :
•         Lysol 1:500 ml selama 15 detik
•         DDT 1:1000 ml selama15 detik
Kemudian ikan dimasukan kedalam bak yang berisi air bersih dan mengalir.
Dengan metoda dimandikan, menggunakan :
•              Diberikan ekstrak daun sirih ke dalam kolam untuk membunuh protozoa tersebut.
3.    Saprolegnia Sp & Achlya    Malacithe Green 0,5 ppm untuk pengangkutan telur-telur dan benih-benih ikan, sedangkan di dalam kolam dapat melakukan penyemprotan kedalam kolam yang terserang cendawan 3 kali ulangan interval 3 hari sekali.
    •         Perendaman dalam larutan Malacithe Green 1:200.000 selama 1½ jam
•         Potassium Permanganate 1:100.000 selama 1½ jam
•         Potassium Bichormate 1 : 25.000 selama 1 minggu    Diberikan ekstrak daun sirih yang berfungsi mengobati luka serta membunuh jamur-jamur yang menyerang.
4.    Ichtyopthirius multifilis
    Ikan-ikan yang baru datang dari luar dikarantinakan terlebih dahulu didalam air mengalir selama 3 minggu.
Kolam yang akan ditebari ikan harus dikeringkan terlabih dahulu selama3 hari.
Pemberian kapur CaCO3nyak 12 ½ kg/ are. Peremdaman dalam NaCl 25 % 10-15 menit    Dilakukan perendaman menggunakan ekstrak sambiloto. Hal ini untuk membunuh parasit tsb karena bersifat anti bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Daelami, D.  2002.  Agar Ikan Sehat.  Penebar Swadaya.  Jakarta
Hardjamulia, A. 1978. Budidaya. Departemen Pertanian Badan Pendidikan dan oenyuluhan Pertanian. SUPM Bogor
Kusumah, H. 1985. Penyakit dan Hama Ikan. Departemen Pertanian Badan pendidikan, Latihan dan penyuluh Pertanian. SUPM Bogor
Susanto, H.  1990.  Budidaya Ikan di Pekarangan. Peenebar Swadaya. Jakarta
Yusmaningsih J. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Tambakan Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Thursday, August 10, 2017

PEMBUATAN PAKAN IKAN MANDIRI YANG MURAH DAN BERKUALITAS

August 10, 2017 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Untuk mendapatkan beaya produksi yang lebih efelktitif lebih ekonimis maka dikembangkan pembuatan pakan ikan yang mandiri lebih murah dengan bahan-bahan yang ada disekitar kita serta mudah didapat. Pembuatan pakan ikan ini memerlukan ilmu yang tepat dengan campuran bahan yang cukup lengkap.
Bahan-Bahan Untuk Pakan Buatan
A. Bahan Hewani
1. Tepung Ikan
Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (tidak bernilai ekonomis) yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan bau khas yang dapat merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan < 11-12 bulan, bila lebih dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin yang merupakan asam amino essensial yang paling essensial sampai 8%. Kandungan gizi: protein=22,65%; lemak=15,38%; Abu=26,65%; Serat=1,80%; Air=10,72%; Nilai ubah=1,5–3.
Cara pembuatannya:
a) Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.
b) Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil minyaknya.
c) Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
2. Tepung Rebon dan Benawa
Rebon adalah sejenis udang kecil yang merupakan bahan baku pembuatan terasi. Benawa adalah anak kepiting laut. Rebon dan Benawa muncul pada awal musim hujan di sekitar muara sungai, mengerumuni benda yang terapung.
Cara pembuatan:
a) Bahan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas;
b) Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
Kandungan gizi: Protein: Udang rebon=59,4% (udang rebon), 23,38% (benawa); Lemak =3,6% (Udang rebon), 25,33% (Benawa); Karbohidrat 3,2% (Udang rebon), 0,06% (benawa); Abu=11,41% (Benawa); Serat=11,82% (Benawa); Air=21,6% (Udang rebon); 5,43% Benawa ,Nilai ubah: Benawa=4–6
3. Tepung Kepala Udang
Bahan yang digunakan adalah kepala udang, limbah pada proses pengolahan udang untuk ekspor. Cara pembuatannya:
a) Bahan direbus, dijemur sampai kering dan digiling;
b) Tepung diayak untuk membuang bagian-bagian yang kasar dan banyak mengandung kitin.
Kandungan gizinya: Protein= 53,74%; Lemak= 6,65%; Karbohidrat= 0%; Abu= 7,72%; Serat kasar= 14,61%; Air= 17,28%.
4. Tepung Anak Ayam
Bahan: anak ayam jantan dari perusahaan pembibitan ayam petelur. Cara pembuatan:
a) Anak-anak ayam dimatikan secara masal, bulu-bulunya dibakar dengan lampu semprot. Kemudian direbus sampai kaku (setengah masak).
b) Diangin-anginkan sampai kering dan digiling beberapa kali sampai halus. Hasil gilingan yang masih basah disebut pastadan dapat langsung digunakan.
c) Pasta dapat dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
Kandungan gizinya: Protein=61,65%, Lemak=27,30%, Abu=2,34%, Air=8,80%, Nilai ubah=5–8. Juga mengandung hormon, enzim, vitamin, dan mineral yang dapat merangsang nafsu makan dan pertumbuhan.
5. Tepung Kepompong Ulat Sutra
Bahan: kepompong ulat sutra yang merupakan limbah industri pemintalan benang sutra alam. Kandungan gizinya: Protein= 46,74%, Lemak= 29,75%, Abu= 4,86%, Serat= 8,89%, Air= 9,76%, Nilai ubah= 1,8.
6. Ampas Minyak Hati Ikan
Bahan: amapas hati ikan yang telah diperas minyaknya. Cara pembuatannya:
a) digunakan sebagai pasta, karena kandungan lemaknya tinggi, sehingga sukar dikeringkan.
b) Digiling halus sampai bentuknya seperti pellet.
Kandungan gizinya: Protein= 25,08%, lemak= 56,75%, Abu= 6,60%, Air=12,06%, Nilai ubah= 8.
7. Tepung Darah
Bahan: darah, limbah dari rumah pemotongan ternak. Cara pembuatannya:
a) darah beku yang masih mentah dimasak dan dikeringkan
b) kemudian digiling menjadi tepung.
Kandungan gizinya: Protein= 71,45%, Lemak= 0,42%,Karbohidrat= 13,12%, Abu= 5,45%, Serat= 7,95%, Air= 5,19. Proteinnya sukar dicerna, sehingga penggunaannya untuk ikan < 3% dan untuk udang < 5%.
8. Silase Ikan
Bahan: ikan rucah dan limbah pengolahan.
Silase adalah hasil olahan cair dari bahan baku asal ikan/limbahnya.
Cara pembuatan:
a) Bahan dicuci, dicincang kecil-kecil, kemudian digiling. Hasil gilingan direndam dalam larutan asam formiat 3% 24 jan, kemudian diperas.
b) Air perasan ditampung dan lapisan minyak yang mengapung di lapisan atas disingkirkan.
c) Cairan yang bebas minyak dicampur dengan ampas dan ditambah asam propionat 1%, untuk mencegah tumbuhnya bakteri / cendawan dan menambah daya awet ± 3 bulan dengan pH ± 4,5.
d) Bahan diperam selama 4 hari dan diaduk 3- 4 kali sehari.
e) Bahan cair yang bersifat asam dapat dicampur dengan dedak, ketela pohon/tepung jagung dengan perbandingan 1:1, dikeringkan dan digunakan untuk campuran dalam ramuan makanan.
Kandungan gizinya: Protein=18-20%, Lemak=1-2%, Abu=4-6%, Air=70- 75%, Kapur=1-3%, Fosfor=0,3-0,9%.
9. Arang Bulu Ayam dan Tepung Tulang
Bahan: arang bulu ayam, tulang ternak.
Cara pembuatan: Tulang dipotong sepanjang 5-10 cm, direbus selama 2-4 jam dengan suhu 100 ° C, kemudian dihancurkan hingga menjadi serpihan-serpihan sepanjang 1-3 cm. Serpihan tulang direndam dalam air kapur 10% selama 4-5 minggu dan dicuci dengan air tawar. Pemisahan selatin dengan jalan pemanasan 3 tahap, yaitu pada suhu 60 ° C selama 4 jam, suhu 70 ° C selama 4 jam, dan 100 ° C selama 5 jam. Pemrosesan selatin. Tulang dikeringkan pada suhu 100 ° C, sampai kadar airnya tinggal 5% dan digiling hingga menjadi tepung. Pengemasan dan penyimpanan.
Kandungan gizinya: Protein=25,54%, Lemak=3,80%, Abu=61,60%, Serat=1,80%, Air=5,52%.
10. Tepung Bekicot
Bahan: daging bekicot mentah dan daging bekicot rebus.
Cara pembuatan: Daging bekicot dikeringkan lalu digiling. Untuk campuran makanan sebesar 5-15%.
Kandungan gizi: Protein=54,29%, Lemak=4,18%, Karbohidrat=30,45%, Abu=4,07%, Kapur=8,3%, Fosfor=20,3%, Air=7,01.
11. Tepung Cacing Tanah
Dapat menggantikan tepung ikan, dapat diternak secara masal. Jumlah penggunaan dalam ramuan 10-25%. Cara pembuatan: Cacing dikeringkan lalu digiling. Kandungan proteinnya 72% dan mudah diserap dinding usus.
12. Tepung Artemia
Dapat menggantikan tepung ikan/kepala udang.
Kandungan protein (asam amino essensial) untuk burayak 42% dan dewasa 60%, sedangkan asam lemak tak jenuh untuk burayak 20% dan dewasa 10%. Daya cernanya tinggi.
13. Telur Ayam dan Itik
Bahan: telur mentah atau telur rbus. Penggunaan: Telur mentah langsung dikopyok dan dicampur dengan bahan lain. Telur rebus, diambil kuningnya, dihaluskan dan dilarutkan sampai membentuk emulsi atau suspensi. Kandungan gizinya: Protein=12,8%, Lemak=11,5%, Karbohidrat=0,7%, Air=74%.
14. Susu
Bahan: tepung susu tak berlemak (skim). Kandungan gizi: Protein=35,6% Lemak=1,0% Karbohidrat=52,0%, Air=3,5%
B. Bahan Nabati
1. Dedak
Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras, dengan kandungan gizi: Protein=11,35%, Lemak=12,15%, Karbohidrat=28,62%, Abu=10,5%, Serat kasar=24,46%, Air=10,15%, Nilai ubah= 8.
2. Dedak Gandum
Bahan: hasil samping perusahaan tepung terigu. Tepung yang paling baik untuk pakan ikan adalah “wheat pollard” dengan kandungan gizi: Protein=11,99%, Lemak=1,48%, Karbohidrat=64,75%, Abu=0,64%, Serat kasar=3,75%, Air=17,35%, Nilai ubah=2-3.
3. Jagung
Terdapat 2 jenis, yaitu: (1) Jagung kuning, mengandung protein dan energi tinggi, daya lekatnya rendah; (2) Jagung putih, mengandung protein dan enrgi rendah, daya lekatnya tinggi. Sukar dicerna ikan, sehingga jarang digunakan.
4. Cantel/Sorgum
Berwarna merah, putih, kecoklatan. Warna putih lebih banyak digunakan. Mempunyai zat tanin yang dapat menghambat pertumbuhan, sehingga harus ditambah metionin/penyosohan yang lebih baik. Kandungan gizi: Protein=13,0%, Lemak=2,05%, Karbohidrat=47,85%, Abu=12,6%, Serat kasar= 13,5%, Air=10,64%, Nilai ubah2-5.
5. Tepung Terigu
Berasal dari biji gandum, berfungsi sebagai bahan perekat dengan kandungan gizi: Protein=8,9%; Lemak=1,3%; Karbohidrat=77,3%; Abu=0,06%; Air=13,25%.
6. Tepung Kedele
Keuntungan: mengandung lisin asam amino essensial yang paling essensial dan aroma makanan lebih sedap, penggunaannya ± 10%. Kekurangan: mengandung zat yang dapat menghambat enzim tripsin, dapat dikendalikan dengan cara memasak. Kandungan gizi: Protein: 39,6%, Lemak=14,3%, Karbohidrat=29,5%, Abu=5,4%, Serat=2,8%, Air=8,4%, Nilai ubah=3-5.
7. Tepung Ampas Tahu
Kandungan gizinya: Protein=23,55%, Lemak=5,54%, Karbohidrat=26,92%, Abu=17,03%, Serat kasar=16,53%, Air=10,43%.
8. Tepung Bungkil Kacang Tanah
Bungkil kacang tanah adalah ampas pembuatan minyak kacang. Kelemahannya: dapat menyebabkan penyakit kurang vitamin, dengan gejala sirip tidak normal dan dapat dicegah dengan membatasi penggunaannya. Kandungan gizi: Protein=47,9%, Lemak=10,9%, Karbohidrat =25,0%, Abu=4,8%, Serat kasar=3,6%, Air=7,8%, Nilai ubah=2,7-4.
9. Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa adalah ampas dari proses pembuatan minyak kelapa. Sebagai bahan ramuan dapat dipakai sampai 20%. Kandungan gizi: Protein=17,09%, Lemak=9,44%, Karbohidrat=23,77%, Abu=5,92%, Serat kasar=30,4%, Air=13,35%.
10.  Biji Kapuk/Randu
Bahan: bungkil kapuk yang telah diambil minyaknya. Kelemahannya: Mengandung zat siklo-propenoid yang bersifat racun bius. Penggunaannya < 5%. Kandungan gizinya: Protein=27,4%, Lemak=5,6%, Karbohidrat=18,6%, Abu=7,3%, Serat kasa=25,3%, Air=6,1 %.
11.  Biji Kapas
Bahan: bungkil dari pembuatan minyak. Kelemahannya: mengandung zat gosipol yang bersifat sebagai racun, yaitu merusak hati dan perdarahan/pembengkakan jaringan tubuh. Untuk penggunaannya harus dimasak dulu. Kandungan gizi: Protein=19,4%, Lemak=19,5%, Asam lemak linoleat=47,8%, Asam lemak palmitat=23,4%, Asam lemak oleat=22,9%.
12.  Tepung Daun Turi
Kelemahannya: mengandung senyawa beracun : asam biru (HCN), lusein, dan alkoloid-alkoloid lainnya. Kandungan gizinya: Protein=27,54%, Lemak=4,73%, Karbohidrat=21,30%, Abu=20,45%, Serat kasar=14,01%, Air=11,97 %.
13.  Tepung Daun Lamtoro
Kelemahannya: mengandung mimosin, dalam pemakaiannya < 5% saja. Kandungan gizinya: Protein=36,82%, Lemak=5,4%, Karbohidrat=16,08%, Abu=1,31%, Serat kasar=18,14%, Air=8,8%.
14.  Tepung Daun Ketela Pohon
Kelemahannya: racun HCN/asam biru. Kandungan gizi: Protein=34,21%, Lemak=4,6%, Karbohidrat=14,69%, Air=0,12.
15. Isi Perut Besar Hewan Memamah biak
Bahan: dari rumah pemotongan ternak. Cara pembuatan: dikeringkan, digiling sampai menjadi tepung. Kandungan gizinya: Protein=8,39%, Lemak=5,54%, Karbohidrat=33,51%, Abu=17,32%, Serat kasar=20,34%, Air=14,9%, Nilai ubah=2.
C.  Bahan Tambahan
1.  Vitamin dan Mineral
Cara memperoleh: dari toko penjual makanan ayam (poultry shop) yang sudah dikemas dalam bentuk premiks (premix).
Premix tersebut mengandung vitamin, mineral, dan asam-asam amino tertentu.
Contoh-contoh merek dagang:
§  Top mix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B kompleks), 2 asam amino essensial (metionin dan lisin) dan 6 mineral (Mn, Fe, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan (BHT)
§  Rhodiamix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B kompleks), asam amino essensia metionin, dan 8 mineral (Mg, Fe, Mo, Ca, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan.
§  Mineral B12: mengandung tepung tulang, CaCO3, FeSO4, MnSO4, KI, CuSO4, dan ZnCO3, serta vitamin B12 (sianokobalamin).
§  Merek lain: Aquamix, Rajamix U, Pfizer Premix A, Pfizer Premix B.
Penggunaannya : Untuk ikan 1-2% dan untuk udang 10-15%.
2.  Garam Dapur (NaCl)
Fungsi: sebagai bahan pelezat (gurih), mencegah terjadinya proses pencucian zat-zat lain yang terdapat dalam ramuan makanan ikan. Penggunaannya cukup 2%.
3.  Bahan Perekat
Contoh bahan perekat: agar-agar, gelatin, tepung terigu, tepung sagu, dll. Yang paling baik adalah tepung kanji dan tapioka. Penggunaannya cukup 10%.
4.  Antioksidan
Bahan: fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikulin (1,2dihydro-6-etoksi-2,2,4 trimethyquinoline), BHT (butylated hydroxytoluena), dan BHA (butylated hydroxyanisole).
Penggunaannya: etoksikulin 150 ppm, BHT dan BHA 200 ppm.
5.  Ragi dan Ampas Bir
Ragi adalah sejenis cendawan yang dapat merubah karbohidrat menjadi alkohol dan CO2.
Macam ragi: ragi tape, ragi roti, dan bir.
Kandungan gizi: Protein=59,2%, Lemak=0, Karbohidrat=38,93%, Abu=4,95%, Serat kasar=0, Air=6,12%.
Ampas bir merupakan limbah pengolahan bir.
Kandungan gizinya: Protein=25,9%, Serat kasar=15%
Penggunaannya: ampas bir basah 3-6% dan kering 10%.
Referensi:
Budidaya Perikanan – Pakan Ikan.Teknologi Tepat Gunawarintek – Menteri Negara Riset dan Teknologi . http://www.iptek.net.id/ind/warintek/3d1c1.html