Sunday, November 20, 2016

KEBERLANJUTAN PERIKANAN BUDIDAYA MELALUI STANDARDISASI, MONITORING LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN RESIDU

November 20, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Untuk menjamin berjalannya sistem pembangunan perikanan budidaya tersebut diperlukan dukungan pengorganisasian dan pengembangan kompetensi sumber daya yang kuat di tingkat pusat maupun daerah. Pengorganisasian meliputi pengorganisasian di tingkat lembaga/instansi maupun kelompok jabatan fungsional terkait.
Kondisi nyata di lapangan menunjukkan bahwa pengembangan perikanan budidaya sering mengalami kendala. Kendala-kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan perikanan budidaya antara lain adanya serangan penyakit ikan, perubahan lingkungan budidaya yang ekstrim, serta produk perikanan budidaya yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan keamanan pangan.
Sebagai gambaran dampak ekonomi yang ditimbulkan, beberapa kejadian penyakit, perubahan lingkungan dan  ditolaknya produk perikanan budidaya yang pernah tercatat adalah sebagai berikut :
1.      Kerugian akibat wabah penyakit
2.      Kerugian akibat faktor lingkungan
3.      Kerugian akibat ditolaknya ekspor produk perikanan budidaya
Berbagai persoalan terkait dengan serangan penyakit, perubahan lingkungan budidaya, obat ikan serta residu berbahaya harus segera diatasi dengan pengambilan kebijakan strategis yang dapat segera dilaksanakan di tingkat lapangan secara berkelanjutan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) adalah dengan meningkatkan peran strategis sumber daya manusia yang ada dalam pengendalian konsistensi mutu obat ikan, hama dan penyakit, lingkungan budidaya, serta residu berbahaya. Apabila pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan tidak dapat dijalankan dengan baik, maka ketersediaan sumberdaya alam akuakultur yang sangat besar ini akan menjadi malapetaka di masa depan.
Kegiatan Pengelolaan Kesehatan Ikan dan lingkungan akan tercapai sampai di tingkat teknis yang sangat detail apabila didukung oleh sumber daya manusia yang mempunyai kedudukan, tugas dan fungsi serta jaminan pengembangan karier yang jelas dan terukur. Namun demikian, sampai dengan saat ini belum ada pejabat fungsional yang mempunyai tugas dan fungsi khusus di bidang tersebut di atas, sehingga kegiatan-kegiatan yang terkait dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil dengan latar belakang yang cukup bervariasi, antara lain oleh pejabat struktural, Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan (Jabfung PHPI), Perekayasa maupun staf fungsional umum. Akibat langsungnya adalah tidak adanya standar kompetensi yang jelas petugas yang menangani tugas dan fungsi tersebut.
Berdasarkan kondisi yang ada, DJPB mengusulkan terbentuknya sebuah jabatan fungsional baru, yaitu Jabatan Fungsional Pengelolaan Kesehatan Ikan dan Lingkungan (PKIL).  Tugas dan fungsi utama jabatan ini adalah kegiatan-kegiatan yang terkait  dengan pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan, antara lain pengelolaan unit pengelola kesehatan ikan dan lingkungan sesuai standard ISO 17025, pengendalian obat ikan, pelayanan kesehatan ikan dan lingkungan budidaya, survaillans dan monitoring serta penyiapan kebijakan yang terkait dengan kegiatan pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan.
Perikanan budidaya terus didorong untuk meningkatkan kualitas produksinya di samping kuantitasnya, untuk memenuhi kebutuhan pasar. Penekanan pada peningkatan kualitas produksi perikanan budidaya ini selaras dengan di bukanya Pasar Bebas ASEAN (MEA) yang mendorong perlunya peningkatan daya saing, salah satunya dengan kualitas produk yang meningkat dan aman di konsumsi. “Selain produk perikanan budidaya harus bisa memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar, harus di dukung dengan kualitas produk yang mampu bersaing baik di pasar regional maupun pasar global. Untuk itu melalui program pembangunan perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan, kita harus menerapkan system jaminan mutu dan keamanan mutu hasil perikanan budidaya dari hulu sampai hilir proses produksi perikanan budidaya, baik itu melalui penerapan standardisasi system produksi perikanan budidaya, system monitoring lingkungan maupun pengendalian residu”, demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, pada saat memberikan arahan dalam acara Rapat Koordinasi Standardisasi Perikanan Budidaya, Monitoring Lingkungan Perikanan Budidaya dan Pengendalian Residu di Yogyakarta.
“Persaingan pasar yang semakin terbuka, menuntut kita untuk menghasilkan produk perikanan budidaya yang sesuai standar, baik itu standar system produksi maupun standar mutu hasil perikanan. Standardisasi harus dilakukan di semua lini, baik itu standar pembenihan, standar prasarana dan sarana budidaya, standar produksi maupun standar pakan yang di dukung dengan penerapan standar metode uji di laboratorium, untuk memberikan jaminan keamanan dan jaminan mutu produk perikanan budidaya”, jelas Slamet.
Saat ini, terdapat 250 buah Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang perikanan budidaya (lima diantaranya adalah RSNI) yang digunakan sebagai standar untuk mendukung peningkatan produksi perikanan budidaya dalam memasuki persaingan pasar bebas baik di tingkat regional maupun global.
Pengendalian Residu
“Disamping penerapan standardisasi perikanan budidaya, diperlukan upaya lain untuk dapat menghasilkan produk perikanan budidaya yang berkualitas dan aman dikonsumsi, tanpa mengandung residu antibiotik dan bahan kimia yang dilarang yaitu penerapan sistem monitoring residu nasional”, terang Slamet.
Slamet menambahkan bahwa Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah berhasil melakukan pengendalian residu dan sekaligus melakukan monitoring penggunaan residu pada usaha budidaya sejak tahun 2013, Indonesia telah dimasukkan oleh Direktorat Jenderal Konsumen dan Kesehatan, European Commission melalui Commission Decision 2011/163/EU, ke dalam daftar negara-negara yang diperbolehkan mengekspor produk perikanan budidaya ke Uni Eropa. Kondisi ini membuktikan bahwa Sistem Monitoring Residu perikanan budidaya Indonesia telah dinilai setara dengan standard Uni Eropa. Hal ini harus terus dipertahankan antara lain melalui koordinasi yang berkelanjutan dan semakin baik diantara pihak terkait (stakeholders), baik di tingkat pusat dan daerah dalam pelaksanaan monitoring residu”, papar Slamet.
Slamet lebih lanjut mengatakan bahwa setelah di terbitkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 39 Tahun 2015 tentang Pengendalian Residu Obat Ikan, Bahan Kimia dan Kontaminan pada kegiatan Pembudidayaan Ikan Konsumsi, membuktikan keseriusan pemerintah dalam hal peningkatan jaminan keamanan pangan dan mutu produk perikanan budidaya. “Permen ini menjadi acuan dalam monitoring dan pengendalian residu. Ini harus di terapkan untuk meningkatkan daya saing produk perikanan budidaya, sampai ke tingkat daerah,” kata Slamet.
Monitoring Lingkungan Perikanan Budidaya
Pembangunan perikanan budidaya berbasis lingkungan atau ekosistem terus di kembangkan dan di gulirkan. Dengan memperhatikan lingkungan atau ekosistem, perikanan budidaya akan menjadi tumpuan dalam pengembangan ekonomi daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang sekaligus memperhatikan dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, agar tetap lestari dan berkelanjutan.
“Untuk mendukung keberlanjutan usaha perikanan budidaya, perlu upaya penerapan pendekatan terhadap lingkungan dalam pengembangan perikanan budidaya atau disebut dengan Ecosystem Approach for Aquaculture (EAA), untuk mengelola perikanan budidaya yang berkelanjutan, bertanggung jawab dan berdasarkan ekosistem di Indonesia. Program Culture Based Fisheries (CBF) juga sangat sesuai dengan EAA. Ini akan kita coba terapkan di beberapa lokasi, sebagai percontohan”, papar Slamet.
Pengelolaan usaha perikanan budidaya di perairan umum perlu dilakukan. “Usaha perikanan budidaya di Karamba Jaring Apung (KJA) di perairan umum, perlu di tata ulang sehingga memberikan hasil yang positif baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Penggunan teknologi pakan yang efisien dan ramah lingkungan harus terus di dorong, sehingga meminimalisir dampak negative bagi lingkungan”, tutur Slamet.
Usaha perikanan budidaya yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan akan  menghasilkan keberhasilan usaha. Karena perikanan budidaya tidak bisa terlepas dari kondisi lingkungan baik lingkungan budidaya maupun lingkungan di sekitarnya. “Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti, sangat perhatian sekali dengan permasalahan lingkungan ini. Karena ini akan menjadi warisan ke anak cucu kita di masa depan. Dengan membangun perikanan budidaya yang berwawasan lingkungan saat ini, artinya kita juga sedang membangun masa depan”.
Sumber: http://djpb.kkp.go.id/arsip/c/378/KEBERLANJUTAN-PERIKANAN-BUDIDAYA-MELALUI-STANDARDISASI-MONITORING-LINGKUNGAN-DAN-PENGENDALIAN-RESIDU/?category_id=12

SISTEM EKSKRESI DAN OSMOREGULASI IKAN (Materi Ichtyologi)

November 20, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan tergolong hewan bertulang belakang (termasuk vertebrata) yang berhabitat di dalam perairan. Ikan bernapas dengan insang, bergerak dan menjaga keseimbangan tubuhnya menggunakan sirip-sirip. Ikan bersifat poikilotermal. (http://smartsains.blogspot.com/2008/06/anatomi-dan-biologi-ikan.html)
   Alat ekskresi ikan berupa ginjal opistonefros yaitu merupakan tipe ginjal yang paling primitive. Pada ginjal ini, tulbulus-tubulus bagian anterior telah lenyap, beberapa tubulus bagian tengah berhubungan dengan testis serta terdapat konsentrasi dan pelipatgandaan tubulus di bagian posterior. Mekanisme eksresi ikan air tawar berbeda dengan ikan air laut. Ikan air tawar mengeksreksi ammonia dan aktif menyerap ion anorganik melalui insang serta mengeluarkan urine dalam jumlah besar. Sebaliknya pada ikan air laut mengeksresksikan sampah nitrogen berupa trimetilamin oksida (TMO), mengekresikan ion-ion lewat insang dan mengeluarkan urine sedikit. (Buku Biologi unuk SMU, Hartini Etik Widayati, Intan Pariwara, 2009)
   Ikan mempunyai system ekskresi berupa ginjal dan suatu lubang pengeluaran yang disebut urogenital. Lubang urogenital ialah lubang tempat bermuaranya saluran ginjal dan saluran kelamin yang berada tepat dibelakang anus. Ginjal pada umumnya terletak antara columna vertebralis dan gas bladder. Ginjal terdiri dari dua bagian yaitu caput renalis anterior yang tersusun atas jaringan hemapoeitik, limfoid dan endokrin serta trunkus renalis posterior yang tersusun atas nefron-nefron dikelilingi jaringan limfoid interstitial. Sisi kanan dan kiri dari trunkus renalis berfusi dan membentuk lengkungan yang mengisi ruangan diantara kedua gas bladder. Di bagian posterior dari lengkungan ini trunkus renalis menipis menyesuaikan lekukan pada gas bladder. Caput renalis terpisah atas bagian kana dan kiri, terletak di anterior dari lengkungan tersebut memasuki daerah cranium. (http://zaifbio.wordpress.com/category/fisiologi-hewan/)
   Sistem ekskresi ikan menurut pemaparan diatas dapat ditekankan bahwa ikan memiliki sistem ekskresi yang terdiri dari ginjal (terutama) dan suatu lubang yang disebut urogenital sebagai tempat bermuaranya saluran ginjal dan saluran kelamin yang terdapat di belakang anus.
Sistem Ekskresi dan Osmoregulasi
  Sistem ekskresi adalah sistem pembuangan proses metabolisme tubuh baik berupa gas, cairan, maupun padatan melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan. Ginjal terletak di atas rongga perut, di luar peritonium, di bawah tulang punggung dan aorta dorsalis, sebanyak satu pasang, berwarna merah, memanjang. Ginjal memiliki fungsi untuk  menyaring sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang, zat-zat yang diperlukan tubuh diedarkan lagi melalui darah dan mengatur kekentalan urin yang dibuang untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh.
  Osmoregulasi adalah sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan). Organ – organ pada sistem osmoregulasi terdiri dari kulit, ginjal, insang, lapisan tipis mulut. Tekanan osmotik cairan tubuh pada ikan berbeda antara ikan-ikan bertulang sejati (Teleostei) yang hidup di laut dengan yang hidup di perairan tawar, demikian juga dengan ikan-ikan bertulang rawan (Elasmobranchii) sehingga struktur dan jumlah ginjalnya juga berbeda, demikian juga dengan sistem osmoregulasinya.
1.2  Sistem Ekskresi Ikan
        Sistem ekskresi ikan seperti juga pada vertebrata yang lain, yang mempunyai banyak fungsi. Diantara fungsi sistem ekskresi ikan yaitu untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein. Alat pengeluaran ikan terdiri dari:
1.      Insang yang digunakan untuk mengeluarkan CO2 dan H2O
2.      Kulit (kelenjar kulit) untuk mengeluarkan lendir sehingga ubuh ikan senantiasa licin untuk memudahkan bergerak dalan air.
3.      Sepasang ginjal untuk mengeluarkan urine. Pada ikan berkembang dua tipe ginjal, yaitu:
Ø  Pronefros
Ginjal pronefros adalah ginjal primitif. Pada ginjal ini, tubulus – tubulus bagian anterior tidak ada, beberapa tubulus bagian tengah berhubungan dengan testis serta terdapat konsentrasi dan pelipatgandaan tubulus di bagian posterior.  Meskipun terdapat perkembangan embrional sebagian besar ikan, tetapi saat dewasa tidak fungsional. Fungsi ginjal ini akan digantikan oleh ginjal mesonefros. Perkecualian pada ikan Hagfish dan Lamprey.
Ø  Mesonefros
Ginjal bertipe mesonefros berfungsi hampir sam dengan ginjal pronefros, perbedaan prinsip adalah kaitannya dengan sistem peredaran darah, tingkat kompleksitas, dan pada efesiensi kerja.
     Ikan beradaptasi terhadap lingkungannya secara khusus. Terdapat perbedaan adaptasi antara ikan air laut dan ikan air tawar dalam proses ekskresi. Jumlah glomerulus ikan air tawar lebih banyak dan diameternya lebih besar dibandingkan dengan ikan air laut. Keduanya memiliki cara berlawanan dalam mempertahankan keseimbangan kadar garam di dalam tubuhnya.
Sistem Ekskresi Ikan Air Laut
     Air garam pada air laut cenderung menyebabkan tubuh ikan air laut terdehidrasi berbeda dengan kadar garam pada air tawar yang rendah menyebabkan naiknya konsentrasi dalam tubuh. Beberapa ikan laut memiliki kelenjar ekskresi garam pada bagian insang yang berperan dalam mengurangi kelebihan garam. Ginjal berfungsi untuk menyaring sesuatu yang terlarut dalam air dan darah yang hasilnya akan dikeluarkan melalui korpus renalis. Tubulus yang bergulung berperan penting dalam menjaga keseimbangan air. Hasil yang hilang pada bagian tubulus nefron, termasuk air dan yang lain diabsorbsi kembali ke dalam aliran darah.Bagian korpus renalis pada ikan air laut lebih kecil daripada ikan air tawar, sehingga cairan tubuh tidak banyak keluar karena penting untuk menjaga agar cairan tubuh tidak terlalu encer (overdilusi). Elasmobranchii tidak seperti kebanyakan air laut. Elasmobranchii memiliki korpus renalis yang besar dan mengeluarkan air relatif banyak seperti ikan air tawar.
     Ikan air laut memiliki konsentrasi garam yang tinggi didalam darahnya. Ikan air laut cenderung untuk kehilangan air di dalam sel – sel tubuhnya karena proses osmosis. Untuk itu, insang ikan air laut aktif mengeluarkan garam dari tubuhnya.untuk mengatasi kehilangan air, ikan air laut meminum air yang kandungan garam tinggi akan meningkat dalam cairan tubuh. Sebaliknya, dehidrasi dicegah dengan proses osmosis dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan air laut mengkondisikan dengan tekanan osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan air tawar. Tubulus ginjal berfungsi sebagai penahan air. Oleh sebab itu, jumlah glomerulus ikan air laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil daripada ikan air tawar.
Sistem Ekskresi Ikan Air Tawar
     Ikan air tawar cenderung menyerap air dari lingkungannya dengan cara osmosis. Insang ikan air tawar secara aktif memasukkan garam dari lingkungan ke dalam tubuh. Ginjal memompa kelebihan air keluar dalam bentuk air seni. Ginjal mempunyai glomerulus dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Hal ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam – garam dalam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak – banyaknya. Ketika cairan dari badan malpighi memasuki tubulus ginjal, glukosa akan diserap kembali oleh tubulus proximalis dan garam – garam diserap kembali pada tubulus distal. Dinding tubulus ginjal bersifat impermeable atau tidak dapat ditembus oleh air. Air seni yang dihasilkan mengandung konsentrasi air yang tinggi.
     Cairan tubuh dari ikan air tawar memiliki konsentrasi ion yang lebih tinggi dibanding dengan lingkungan sekitarnya, kondisi ini disebut dengan hiperosmotik. Untuk mempertahankan gradien konsentrasi tersebut dibutuhkan sistem pembuangan dan konserbasi dari ion-ion disamping adanya proses ekskresi air yang telah difiltrasi oleh ginjal. Proses filtrasi ini dilakukan ginjal yaitu pada bagian nefron glomerulus yang terdiri dari corpus renalis dan tubulus renalis. Corpus renalis terdiri atas glomerulus-glomerulus yang diselubungi oleh capsula Bowman. Epitelia parietalis dan visceralis membentuk “Bowman’s space” yang memisahkan glomerulus dengan bagian-bagian lain dari ginjal. Glomeruli berukuran kecil dan avasculer dengan tubuli renalis yang mempunyai enam regio sitologis yang berbeda.

Saturday, November 19, 2016

DINAMIKA STOK IKAN FAKTOR PENYEBAB DAN ALTERNATIF PENANGGULANGANYA

November 19, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Pada awal perkembangan perikanan dunia, beberapa ahli beranggapan bahwa stok ikan laut sangat besar dan memiliki daya pulih (recovery) yang cepat sehingga bisa dieksploitasi secara besar-besaran dalam jangka waktu relatif yang lama. Namun kenyataannya, hanya dalam jangka waktu sekitar 20 tahun, stok ikan laut dunia sudah berkurang sekitar 80% [1] dan saat ini kondisinya sudah mengkhawatirkan.
1. Overfishing
Pada awal tahun 1950-an, FAO mencatat adanya pertumbuhan sektor perikanan yang sangat cepat, baik di belahan bumi bagian utara maupun di sepanjang pantai negara-negara yang saat ini dikenal sebagai negara berkembang. Dimana-mana penangkapan berskala industri yang umumnya menggunakan trawl (ada juga dengan purse seining dan long-lining) berkembang dan berkompetisi dengan perikanan skala kecil atau tradisional (artisanal fisheries) yang berperalatan sederhana.
Persaingan yang tidak seimbang ini sangat jelas terlihat di perairan dangkal (kedalaman 10-100 m) di daerah tropis. Perikanan tradisional menjadikan ikan tangkapan mereka untuk konsumsi penduduk lokal, sedangkan perikanan skala besar menggunaan trawl dengan udang sebagai target utama untuk ekspor dan membuang hasil tangkapan yang tidak memiliki nilai ekonomis (by-catch). Dalam periode tahun 1950-an hingga 1960-an, peningkatan usaha penangkapan telah meningkatkan jumlah hasil tangkapan yang sangat besar dan melebihi laju petumbuhan umat manusia [2]. Hal ini telah membuat para penyusun kebijakan dan politisi menjadi percaya bahwa penambahan jumlah kapal yang cepat dan tak terkendali telah melipat-gandakan jumlah tangkapan dalam waktu singkat serta menurunkan hasil tangkapan dalam jangka panjang. Kegagalan perikanan tangkap pertama kali dilaporkan untuk kasus anchovy di Peru pada tahun 1971-1972. Pada awalnya, hancurnya perikanan anchovy ini sering dikaitkan dengan kejadian alam El Niño. Namun demikian, data yang terkumpul menunjukkan bahwa jumlah tangkapan aktual (sekitar 18 juta ton), yang telah melebihi dari apa yang dilaporkan yaitu 12 juta ton menunjukkan bukti lain. Terbukti, runtuhnya perikanan anchovy tersebut adalah lebih banyak karena pengaruh overfishing.
Pada pertengahan tahun 1970-an, total tangkapan ikan di Atlantik utara juga telah menurun. Trend penurunan yang cepat lebih jelas terlihat pada akhir tahun 1980-an dan diawal tahun 1990-an sebagian besar stok ikan cod menjadi habis di New England dan Canada bagian timur.
Kondisi stok ikan laut di kawasan Asia-Pasifik juga tidak jauh berbeda. Kawasan Asia-Pasifik yang saat ini menjadi penyumbang terbesar produksi ikan dunia juga sudah mulai overfishing. Dalam 25 tahun terakhir, penurunan stok ikan di kawasan Asia-Pasifik sekitar 6-33% [3].
Lebih lanjut, diperkirakan bahwa stok ikan laut dunia saat ini yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi tinggal hanya 24%. Sekitar 52% stok sudah termanfaatkan secara maksimal dan tidak mungkin dieksploitasi lebih lanjut, dan sisanya adalah sudah overeksploitasi atau stoknya sudah menurun [4].
Salah satu jalan yang mungkin bisa ditempuh untuk membantu pemulihanan stok ikan laut akibat overfishing adalah dengan cara menurunkan kapasitas penangkapan. Disadari betul bahwa penambahan kapasitas armada penangkapan merupakan salah satu ancaman terhadap kelangsungan sumberdaya laut, dan juga penangkapan itu sendiri.
Perubahan perahu skala kecil berteknologi rendah menjadi kapal besar berteknologi tinggi, subsidi pemerintah, kebijakan open-access pada beberapa wilayah perairan dunia, dan beberapa aspek ekonomi lainnya telah disadari meningkatkan kapasitas penangkapan ikan. Peningkatan kapasitas penangkapan ikan yang tak terdeteksi seperti perubahan alat bantu penangkapan seperti echosounder, GPS, dsb. juga diyakini telah mendorong tingkat overcapacity dibeberapa wilayah perairan.
2. Faktor Iklim
Selain karena overcapacity, perubahan lingkungan diperkirakan menjadi salah satu penyebab penurunan drastis stok ikan di Laut Atlantik Utara atau di dunia seperti yang dilaporkan dalam pertemuan ahli biologi perikanan beberapa waktu yang lalu di London [5]. Perubahan lingkungan yang dimaksud terutama adalah peningkatan suhu permukaan laut. Ekosistem laut, khususnya di Atlantik Utara, sangat mudah terpengaruh dampak fluktuasi kondisi alam dibanding dengan yang diperkirakan sebelumnya.
Projek penelitian Global Ocean Ecosystem Dynamics (GLOBEC) telah berhasil mengidentifikasi mekanisme alam yang mengatur dinamika populasi dan produktivitas laut. Mereka menduga bahwa penurunan stok ikan laut yang turun secara drastis sebagai akibat dari kesalahan mengimplementasikan ilmu ekologi dan ekonomi dalam dekade terakhir.
Para ahli eko-biologi GLOBEC telah menemukan respon biologi terhadap perubahan lingkungan dalam ekosistem laut dari laut Baltik hingga Antartika. Terbukti bahwa perubahan biologis dalam 10 tahun terakhir telah memberikan pengaruh terhadap kelimpahan sumberdaya alam. Tim juga menemukan pengaruh variasi suhu air dan kekuatan angin terhadap rantai makanan (food web) di Atlantik utara. Kepunahan dan kegagalan dalam memulihkan populasi ikan herring di laut Baltik dan stok ikan cod di Newfoundland, Kanada (yang penangkapannya telah dihentikan) menunjukkan bahwa faktor lain selain penangkapan telah berperan besar dalam menjamin kelestarian sumberdaya ikan. Okrh sebab itu, dalam mengembangkan kebijakan perikanan berkelanjutan, penentuan berapa banyak ikan yang hilang akibat penangkapan dan berapa yang diakibatkan oleh faktor lingkungan merupakan hal yang sangat penting. Sebab, bila kita salah memprediksi hal itu, akan berdampak serius terhadap masyarakat.
Perubahan iklim dan faktor lingkungan, selain berdampak terhadap overfishing, juga diyakini sebagai penyebab penurunan stok ikan dunia. Telah diketahui sejak dulu bahwa variasi iklim dapat mempengaruhi restoking burayak (juvenile), khususnya ikan-ikan yang hidup di daerah sekitar pantai. Musim pemijahan dan kelimpahan burayak telah diduga setiap tahun melalui survey dan data penangkapan. Informasi ini telah terintegrasi dengan pengaruh iklim dan karenanya dapat digunakan untuk menentukan kuota penangkapan yang optimal.
3. Pengaruh Akuakultur
Penggunaan ikan hasil tangkapan dari alam sebagai bahan pakan ikan budidaya menjadi tekanan langsung terhadap stok ikan di alam [6]. Budidaya ikan laut yang umumnya bersifat karnivora membutuhkan suplemen minyak ikan yang diekstraksi dari ikan laut sebagai sumber asam lemak esensial untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Akuakultur juga mungkin bisa menyebabkan hilangnya stok ikan di alam secara tidak langsung melalui perubahan kondisi lingkungan, pengumpulan benih alam, interaksi rantai makanan, introduksi jenis ikan asing dan penyakit yang menyerang populasi ikan alami, dan polusi nutrient [2].
Naylor dan kolega memberikan alternatif yang sangat bagus untuk menanggulangi tantangan serius yang dihadapi akuakultur. Menurut mereka, usaha akuakultur selayaknya dilakukan dengan membudidayakan ikan dengan tingkat tropik rendah (rendah pada rantai makanan); mengurangi input tepung ikan dan minyak ikan dalam pakan; pengembangan sistem budidaya terintegrasi; dan praktek budidaya ramah lingkungan. International Centre for Living Aquatic Resources Management (ICLARM) mendukung penuh pendekaran tersebut dan menambahkan poin kelima: memberikan akses untuk konsumen miskin dan produsen skala kecil. Pengembangan pulau-pulau kecil mungkin juga bisa dijadikan sebagai penyangga rusaknya stok ikan laut yang juga bisa dijadikan tumpuan mata pencaharian masyarakat. Akuakultur dapat juga me-restocking populasi ikan terumbu karang yang nilainya mahal yang telah berkurang karena overfishing [7].
Pelepasan burayak hasil budidaya juga dapat membantu pemecahan masalah sedikitnya ikan kecil yang berhasil bertahan di area penangkapan. Cara seperti itu telah dilakukan untuk 90 jenis ikan di Jepang dalam 30 tahun terakhir ini, khususnya untuk kasus kerang-kerangan (scallop) dan bulu babi (sea urchin). Akuakultur dan pemulihan stok perlu terus dilakukan, dan melanjutkan restoking dengan pengawasan yang ketat.
4. Alternatif Penanggulangan
Berdasarkan ulasan di atas, diperlukan usaha untuk membangun kembali ekosistem laut, dan kemungkinan pemulihan ekologi secara praktis untuk laut yang dapat berdampingan dengan usaha pemanfaatan sumber daya laut untuk konsumsi umat manusia. Satu hal yang perlu dicatat disini bahwa tidak ada yang bisa meyakinkan bahwa sumberdaya laut mampu memenuhi kebutuhan manusia yang populasinya terus bertambah. Pola konvensional yang digunakan untuk menganalisa sumberdaya perikanan, dan untuk mengatur jumlah tangkapan, diyakini tidak mampu untuk menghambat laju kerusakan sumberda ikan.
Kapitalisasi penangkapan secara global telah berdampak pada penurunan stok secara gradual, ikan yang berumur panjang dari ekosistem laut, telah tergantikan oleh ikan dengan siklus pendek dan invertebrate, dan merubah rantai makanan menjadi lebih sederhana dan penurunan kapasitas daya dukung seperti bentuk sebelumnya.
Bila trend ini ingin dihentikan, maka dibutuhkan pengurangan penangkapan secara besar-besaran, dengan dukungan peraturan penangkapan yang efektif. Dibutuhkan suatu kemauan politik yang kuat untuk hal ini, namun dalam kenyataannya masih minim kemauan ke arah ini, sebagai akibatnya jumlah wilayah penangkap yang kolaps semakin banyak, dan ikan tangkapan terus mengalami penurunan.
Tingginya ketidakpastian pengelolaan penangkapan telah menjadi salah satu penyebab hilangnya beberapa stok ikan. Karena itu disarankan untuk melakukan penutupan fishing grounds guna mencegah overeksploitasi dengan cara membuat batas maksimum volume tangkapan (upper limit on fishing mortality). Marine protected areas (MPAs), dengan kombinasi usaha kuat untuk menjaga area yang bisa dieksploitasi, telah menunjukkan hasil positif untuk mengembalikan penurunan stok (2). Pada beberapa kasus, MPAs telah berhasil digunakan untuk memproteksi spesies lokal, memulihkan biomassa, dan sedikit menjaga populasi ikan di luarnya dengan melepas ikan burayak (juvenile) atau ikan dewasa. Meskipun migrasi ikan menjadi titik kelemahan dari MPA, namun tetap akan membantu memulihkan spesies ikan dengan menghindarkan kerusakan akibat trawl, dan menurunkan kematian ikan burayak. Penggunaan zona larangan-tangkap dalam MPAs akan menjadi lebih efektif bila didukung dengan teknologi tinggi seperti monitoring dengan satelit, yang saat ini digunakan untuk meningkatkan hasil tangkapan.
Lebih lanjut, MPAs yang mencakup suatu habitat laut mungkin juga akan mampu mencegah kepunahan stok ikan tertentu, mirip dengan kehutanan dan habitat darat lainnya yang telah bisa menjaga spesies liar. Hal ini akan menuntun kepada identifikasi pola reservasi yang akan menjadi contoh di daerah perikanan terdekat, dan selanjutnya mempengaruhi komunitas pantai dan masyarakat sekitarnya yang tertarik dalam reservasi sumber daya ini.
Sekali lagi, bahwa ikan hasil tangkapan dan populasi alami untuk menyuplai kebutuhan penduduk dunia adalah tidak tak terbatas. Dengan demikian, sudah seharusnya usaha lain difokuskan untuk mengembalikan populasi ikan alami yang turun drastis dengan melakukan restoking besar-besaran dan mengurangi total kapasitas penangkapan. Pengelolaan yang tepat terhadap ikan laut di alam akan menghasilkan kemajuan yang berarti, tetapi sayangnya, hal ini membutuhkan pre-kondisi seperti keinginan politik untuk meng- implementasikan perubahan-perubahan dan membuat persetujuan antar negara untuk penggunaan laut secara bersama.
5. Penutup
Dari uraian singkat di atas, jelas bahwa stok ikan dipengaruhi oleh berbagai factor baik yang berasal dari dalam maupun luar sistem perikanan. Perikanan budidaya yang diharapkan sebagai alternatif sumber produksi ikan, ternyata belum mampu memenuhi harapan. Mengingat masih besarnya ketergantungan sumber ikan dari laut, maka langkah pengelolaan perikanan ke depan harus mempertimbangkan semua aspek yang terlibat dalam sistem perikanan tersebut. Suatu metode pendekatan yang mendekati dengan tujuan tersebut adalah Marine Protected Areas (MPAs). MPAs yangb dilengkapi dengan indikator-indikator yang lebih mudah dipahami dan bernilai secara ekologi diharapkan akan mampu mengembalikan kerusakan ekosistem perikanan yang mengalami kerusakan selama ini.
Daftar Pustaka
    Myers, R.A. and B. Worm, 2003, Rapid world depletion of predatory fish communities, Nature, 423, 280-283.
    Pauly, D., V. Christensen, S. Guenette, T.J. Pitcher, U.R. Sumaila, C.J. Walters, R. Watson, and D. Zeller. 2002, Towards sustainability in world fisheries, Nature, 418, 689-695.
    FAO, 2004. Ovefishing on the increase in Asia-Pacific seas. http://www.fao.org/newsroom/en/news/2004/49367/index.html
    FAO, 2005. Depleted fish stocks require recovery efforts. http://www.fao.org/newsroom/en/news/2005/100095/
    Schiermeier, Q., 2004, Climate findings let fishermen off the hook. Nature, 428, 4.
    Naylor, R.L., R.J. Goldburg, J.H. Primavera, N. Kautsky, M.C.M. Beveridge, J. Clay, C. Folke, J. Lubchenco, H. Mooney, and M. Troell, 2000, Effect of aquaculture on world fish supplies, Nature, 405, 1017-1024.
    Alimuddin dan E.S. Wiyono. 2005. Domestikasi laut atau restocking? INOVASI Vol. 5/XVII/November 2005.

Friday, November 18, 2016

SISTEM PENCERNAAN PADA IKAN

November 18, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
A. LATAR BELAKANG
Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis (berdarah dingin), memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata, sekitar 50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di antara vertebrata lain memiliki jenis atau spesies yang terbesar sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar.
Sebagai bahan pangan, ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat baik dan prospektif. Keunggulan utama protein ikan dibandingkan dengan produk lainnya adalah kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna. Mengingat besarnya peranan gizi bagi kesehatan, ikan merupakan pilihan tepat untuk diet di masa yang akan datang.
Sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang ada pada daging ikan diperoleh dari luar, yaitu dengan mengkonsumsi makanan (pakan). Untuk mengkonsumsi makanan maka ikan memerlukan sistem pencernaan agar bahan tersebut dapat diproses. Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah.
B. PERMASALAHAN
a. Bagaimana sistem penbernaan pada ikan?
b. Apa saja organ pencernaan pada ikan?
c. Apa kelenjar pencernaan dan fungsi bagi ikan?
d. Bagaimana proses pencernaan pada ikan berlangsung?
e. Proses Penyerapan Sari Makanan?
f. Proses Pencernaan Secara Fisik Mekanik dan Kimiawi
C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem pencernaan dan kelenjar pencernaan yang terdapat pada ikan.
Mafaat dari penyusunan makalah ini adalah dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan sumber referensi atau acuan bagi para pembaca, baik mahasiswa, masyarakat umum maupun para peneliti
STRUKTUR DAN FUNGSI ALAT PENCERNAAN
2.         1. Sistem Pencernaan
Secara anatomis, struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk tubuh, kebiasan makanan, tingkah laku ikan dan umur ikan. Sistem atau alat pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan (Tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (Glandula digestoria).
2. 2. Saluran pencernaan
Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus.
a. Mulut
Bagian terdepan dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan tertentu bibir tidak berkembng dan malahan hilang secara total karena digantikan oleh paruh atau rahang (ikan famili scaridae, diodotidae, tetraodontidae). Pada ikan belanak atau tambakan, bibir berkembang dengan baik dan menebal, bahkan mulutnya dapat disembulkan. Keberadaan bibir berkaitan erat dengan cara mendapatkan makanan. Di sekitar bibir pada ikan tertentu terdapat sungut, yang berperan sebagai alat peraba. Mulut terletak di ujung hidung dan juga terletak di atas hidung.
b. Rongga mulut
Di bagian belakang mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara anatomis organ yang terdapata pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin. Permukaan rongga mulut diselaputi oleh lapisan sel permukaan (epitelium) yang berlapis. Pada lapisan permukaan terdapat sel-sel penghasil lendir (mukosit) untuk mempermudah masuknya makanan. Disamping mukosit, di bagian mulut juga terdapat organ pengecap (organ penerima rasa) yang berfungsi menyeleksi makanan.
c. Farings
Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih ditemukan organ pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.
d. Esofagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan laut, esofagus berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum akan menurun ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus belakang dan rectum (proses osmoregulasi)
e.  Lambung
Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran lambung berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mukus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dari kerja asam klorida. Sebagai penampung makanan dan mencerna makanan secara kimiawi. Pada ikan-ikan herbivora terdapat gizard (lambung khusus) berfungsi untuk menggerus makanan (pencernaan secara fisik).
f.  Pilorus
Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit.
g.  Usus ( intestinum)
Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Intestinum berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat terjadinya proses penyerapan zat makanan
h. Rektum
Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung. Secara anatomis sulit dibedakan batas antara usus dengan rektum. Namun secara histologis batas antara kedua segmen tersebut dapat dibedakan dengan adanya katup rektum.
i.  Kloaka
Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang rawan memiliki organ tersebut.
j.  Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus terletak di sebelah depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya memanjang, anus terletak jauh dibelakang kepala bedekatan dengan pangkal ekor. Sedangkan ikan yang tubuhnya membundar, posisi anus terletak jauh di depan pangkal ekor mendekati sirip dada.
2.3. Kelenjar Pencernaan
Kelenjar pencernaan berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan. Enzim pencernaan yang dihasilkan oleh ikan buas juga berbeda dengan ikan vegetaris. Ikan buas pada umumnya menghasilkan enzim-enzim pemecah protein, sedangkan ikan vegetaris menghasilkan enzim-enzim pemecah karbohidrat. Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Disamping itu, saluran pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan.
Hati meupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan. Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang kompak, berwarna merah kecokelatan. Posisi hati terletak pada rongga tubuh bagian bawah, di belakang jantung dan disekitar usus depan. Di sekitar hati terdapat organ berbentuk kantong kecil, bulat, oval atau memanjang dan berwarna hijau kebiruan, organ ini dinamakan kantung empedu yang fungsinya untuk menampung cairan empedu yang disekresikan oleh organ hati. Secara umum hati berfungsi sebagi tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta tempat memproduksi cairan empedu.
Pankreas merupakan organ yang mensekresikan bahan (enzim) yang berperan dalam proses pencernaan. Pankreas ada yang berbentuk kompak dan ada yang diffus (menyebar) di antara sel hati. Letak penkreas berdekatan dengan usus depan sebab saluran pankreatik bermuara ke usus depan. Saluran pankreatik yaitu saluran-saluran kecil yang bergabung satu sama lain dan pada akhirnya akan terbentuk saluran yang keluar dari pankreas menuju usus depan.

2.4. Proses Pencernaan
Sebelum makanan di sambar dan ditelan, terlebih dahulu telah menimbulkan rangsangan berupa nafsu untuk makan. Nafsu untuk makan ini dapat dirangsang melalui penglihatan, bau dan rabaan. Begitu ada nafsu untuk makan, maka alat-alat pencernaanya segera bersiap-siap untuk menerima makanan dan selanjutnat mencernakannya. Setelah makanan digigit, untuk menelannya diperlukan bahan pelicin yaitu air liur. Selai sebagai pelicin, air liur juga mengandung enzim ptialin yang merupakan enzim pemecah karbohidrat menjadi maltosa yang kemudaian dilanjutkan menjadi glukosa. Tapi karena ikan tidak mengunyah makanan, padahal pemecahan karbohidrat membutuhkan waktu yang lama, maka ptialinnya baru dapat bekerja aktif setelah makanan sampai di lambung. Selain mengandung enzim ptialin, air liur juga mengandung senyawa penyangga derajat keasaman (bufer) yang berguna untuk memecah terjadinya penurunan pH agar proses pencernaan dapat berjalan normal.
Apabila makanan telah masuk ke dalam saluran pencernaan, maka dindng saluran pencernaannya akan terangsang untuk menghasilkan hormon gastrin. Hormon ini akan memacu pengeluaran asam klorida (HCL) dan pepsinogen. HCL akan mengubah pepsinogen menjadi pepsin yang merupakan enzim pencernaan akif, yaitu sebagai pemecah protein menjadi pepton (polipeptida). Apabila makanannya banyak mengandung lemak, maka akan dihasilkan juga hormon entergastron.
Di dalam usus, makanan itu sendiri akan merangsang keluarnya hormon kolsistokinin. Hormon ini kemudian akan memacu keluarnyagetah empedu dari hati. Getah empedu itu sebenarnya dibuat dari sel-sel darah merah yang telah rusak di dalam hati. Pengeluaran getah empedu tersebut melalui pembuluh hepatikus yang kemidaian ditampung di dalam kantong empedu. Fungsi getah empedu tersebut adalah memeperhalus butiran-butiran lemak menjadi emulsi sehingga mudah larut dalam air dan diserap oleh usus.
Dinding usus juga mengeluarkan hormon sekretin dan pankreozinin. Sekretin akan memacu pengeluaran getah empedu dan pankreas. Getah penkreas ini mengandung enzim amilase, lipase dan protase. Sedangkan hormon pankreozinin menyebabkan rangsangan untuk mempertinggi produksi getah pankreas.
Enzim amilase akan memecah karbohidrat menjadi glukosa. Enzim lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan protase memecah protein menjadi asam amino. Ketiga enzim tersebut dapat mencapai puncak keaktifan apabila kadar protein dalam makanan antara 40-60%. Apabila kadar proteinnya berubah maka untuk mencapai puncak keaktifan, enzim-enzim tersebut membutuhkan waktu untuk menyseuaikan diri.
2.5. Penyerapan Sari Makanan
Makanan yang sudah dicerna halus sekali kemudian sari-sarinya akan diserap oleh dinding usus. Sebenarnya di dalam lambung juga sudah mulai penyerapan, tapi jumlahnya masih sangat sedikit. Penyerapan yang utama terjadi di dalam usus. Untuk menyerap sari makanan tersebut, dinding usus mempunyai jonjot-jonjot agar permukaannya lebih luas. Melalui pembuluh darah rambut pada jonjot usus tersebut, sari makanan akan diserap ke dalam darah.
Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, yaitu glikosa, galaktosa, fruktosa dan lain-lain. Proses penyerapannya dipengaruhi oleh hormon insulin. Hormon tersebut dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol. Di dalam lapisan lendir dinding usus, asam lemak dan gliserol bersatu lagi, untuk kemudian diedarkan keseluruh tubuh melalui limfe (70%) dan melalui pembuluh darah (30%). Sedangkan protein diserap dalam bentuk asam amino yang dibawa ke hati dulu untuk diubah menjadi protein lagi, akan tetapi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan tubuh ikan yang bersangkutan.
Zat-zat makanan yang telah diserap oleh darah kemudian diedarkan ke seluruh tubuh untuk keperluan metabolisme, yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah pembentukan zat-zat yang lebih kompleks dari zat-zat yang lebih sederhana. Misalnya pembentukan protein dan asam-asam amino. Sedangkan katabolisme adalah pemecahan zat-zat yang merupakan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Misalnya pemecahan karbohidrat menjadi tenaga, air dan karbondioksida.
Pada hewan-hewan darat, yang digunakan sebagai sumber tenaga pertama-tama adalah karbohidrat kemudian disusul oleh lemak sebagai sumber nomor dua dan terakhir protein. Sedangkan pada ikan adalah kebalikan dari hewan darat, yaitu protein, lemak dan karbohidrat.
2.6. Pencernaan Secara Fisik Mekanik dan Kimiawi
Pencernaan secara fisik dan mekanik dimulai di bagian rongga mulut yaitu dengan berperannya gigi pada proses pemotongan dan penggerusan makanan. Pencernaan secara mekanik ini juga berlangsung di segmen lambung dan usus yaitu melalui gerakan-gerakan (kontraksi) otot pada segmen tersebut. Pencernaan secara mekanik di segmen lambung dan usus terjadi lebih efektif oleh karena adanya peran cairan digestif. Pada ikan, pencernaan secara kimiawi dimulai di bagian lambung, hal ini dikarenakan cairan digestif yang berperan dalam proses pencernaan secara kimiawi mulai dihasilkan di segmen tersebut yaitu disekresikan oleh kelenjar lambung. Pencernaan ini selanjutnya disempurnakan di segmen usus. Cairan digestif yang berperan pada proses pencernaan di segmen usus berasal dari hati, pankreas dan dinding usus itu sendiri. Kombinasi antara aksi fisik dan kimiawi inilah yang menyebabkan perubahan makanan dari yang asalnya bersifat komplek menjadi senyawa sederhana atau yang asalanya berpartikel makro menjadi partikel mikro. Bentuk partikel mikro inilah makanan menjadi zat terlarut yang memungkinkan dapat diserap oleh dinding usus yang selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
KESIMPULAN
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah.
Sistem atau alat pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan (Tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (Glandula digestoria). saluran pencernaan terdiri dari mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas yang berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan.

Thursday, November 17, 2016

SISTEM HORMON PADA IKAN

November 17, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Latar Belakang makalah sistem hormon pada hewan ini adalah sebagai berikut : Hormon merupakan zat kimia yang di hasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu yang mempunyai efek tertentu pada aktivitas organ – organ lain dalam tubuh. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah. Apabila sampai pada suatu organ maka hormone akan merangsang terjadinya perubahan.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang di hasilkan oleh kelenjar endokrin vertebrata, walaupun demikian, hormone dihasilkan oleh hampir semua system organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormone dilepaskan langsung ke aliran darah. Walaupun demkian, ada juga hormon yang disebut ektohormon yaitu hormone yang tidak langsung dialirkan dalam darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
A.    Latar Belakang
Hormon adalah zat kimia yang di hasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu yang mempunyai efek tertentu pada aktivitas organ – organ lain dalam tubuh. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah. Apabila sampai pada suatu organ maka hormone akan merangsang terjadinya perubahan.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang di hasilkan oleh kelenjar endokrin vertebrata, walaupun demikian, hormone dihasilkan oleh hampir semua system organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormone dilepaskan langsung ke aliran darah. Walaupun demkian, ada juga hormon yang disebut ektohormon yaitu hormone yang tidak langsung dialirkan dalam darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
Pada pembahasan kali ini akan di bahan system hormon pada ikan. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada bab berikutnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana system hormon pada ikan?
C.    Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui system hormone pada ikan.
PEMBAHASAN
Hormon adalah zat kimia yang di hasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu yang mempunyai efek tertentu pada aktivitas organ – organ lain dalam tubuh.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang di hasilkan oleh kelenjar endokrin vertebrata, walaupun demikian, hormone dihasilkan oleh hampir semua system organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormone dilepaskan langsung ke aliran darah. Walaupun demkian, ada juga hormon yang disebut ektohormon yaitu hormone yang tidak langsung dialirkan dalam darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
  Sistem Hormon Pada Ikan
Ikan memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilhan hormon, antara lain pituitari, tiroid, ginjal, gonad, pankreas dan urophisis.
Gambar 1. Diagram lokasi kelenjar endokrin pada ikan; (A). Pitiutari, (B). Tiroid, (C).  Pankreas, (D). Gonad, (E). Ginjal, (F). Urofisis.
1.      Pituitari
Kelenjar pituitari atau hipofisa terletak pada lekukan tulang di dasar otak (sela tursika), terdiri atas dua bagian utama, yakni adenohipofisa dan neurohipofisa, adeno hipofisa terdiri atas pars distalis dan pars intermedia, sedangkan, neurohipofisa hanya terdiri atas pars  nervosa yang berfungsi mensekresikan ocytoxin, arginin vasotocin dan isotocin. Pars distalis merupakan bagian utama adenohipofisa yang menghasilkan sel-sel pesekresi hormon prolaktin, hormon adrenocorticotropic (ACTH), hormon pelepas tiroid (Thyroid Stimulating Hormone), hormon pertumbuhan (STH-Somatotropin), dan gonadotropin serta pars intermedia mensekresi hormon pelepas melanosit (Melanocyte Stimulating Hormone), yang mana, pelepasan hormonnya diatur oleh faktor-faktor yang berasal dari hipotalamus.
Tabel. Hormon-Hrmon yang Mengatur Pelepasan Hormon Pituitari
HORMON HIPOTALAMUS    SINGKATAN
Corticotropin (ACTH) releasing hormonThyrotrpin (TSH) releasing hormon    GnRH, GnRF
Gonadotropin –releasing hornon    GnRIH, GnRIF
Gonadotropin –release-inhibiting hormon    SRH, SRF
Somatostatin hormon (STH) –releasing hormon    SRIH,  SRIF
Somatostatin hormon (STH) –release-innhibiting hormon
Prolaktin –releasing hormon    PRH,  PRF
Prolaktin  release-inhibiting hormon    PRIH, PRIF
Melancyte –stimulating hormon (MSH) releasing hormon    MRH,  MRF
Melanocyte stimulaitng hormon (MSH) –release –innhibiting hormon CRH,  CRFTRH,  TRF   
2.      Tiroid
Tirotrofin pituitari merupakan faktor utama yang mengontrol fungsi tiroid dibawah kondisi normal, fungsi tiroid adalah membuat, menyimpan dan mengeluarkan sekresi yang terutama berhubungan dengan pengaturan laju metabolisme.  Sintesis dan pengeluaran hormon tiroid secara otomatis diatur untuk memenuhi tuntutan kadar hormon dalam darah lewat mekanisme feedback hipotalamik.
Gambar 2. Lokasi Kelenjar tiroid pada ikan herring (Clupea Harengus).  av, aorta ventralis; bs, Bagian dasar dienchepalon; j, infundibulun; hg, akar saraf tigeminus (V); hy, hipofisis; oe, tulang entoglessum; pr, rhombencephalon; ps, sinus posterior; th, folikel kelenjar tiroid; vj, vena jugularis; I, II, III, arteri insang.(sumber: Harder, 1975, hlm. 82, dalam  Fujaya, 2004)
Bila kadar hormon tiroid yang beredar dalam darah tinggi maka akan menekan output TSH pituitari, sedangkan kadar rendah menaikkannya Hormon tiroid yang penting adalah tetraiodotironin (T4) dan triiodotironin (T3). Hormon ini penting dalam pertumbuhan, metamorfosis dan reprooduksi. Secara spesifik tiroksin menambah produksi energi dan konsumsi oksigen pada jaringan yang normal, mempunyai pengaruh anabolik dan katabolik terhadap protein, meningkatkan proses oksidasi dalam tubuh, mempercepat laju penyerapan monosakarida dari saluran pencernaan, meningkatkan glikogenolisis hati, dan diduga mengontrol pelepasan somatotropin, kortikotropin dan gonadotropin dari hipofisis (Fujaya, 2004).
3.      Gonad
Gonad merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh gonadotropin hormon (GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari. Meskipun gonadotropin tidak secara langsung mempengaruhi perkembangan telur atau seperma ikan, namun mempengaruhi sekresi estrogen oleh sel folikel telur dan androgen oleh jaringan testis.  Estrogen  yang umum didapatkan dalam cairan ovarium teleostei adalah estradiol -17β yang merupan derivat dari 17αhydroxyprogesterone, sedangkan androgen yang umum disintesis adalah testosteron.
4.      Ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki sel-sel endokrin, antara lain jaringan internal, sel-sel kromaffin, juxtaglomerulus, dan korpuskel stanius.  Fungsi kelenjar ini dikontrol oleh pituitari melalui ACTH.
5.      Kelenjar Ultimobranchial
Pada teleostei, kelenjar ultimobranchial terletak pada septum pemisah antara rongga abdomen dan sinus venosus, tampak sebagai pita berwarna putih pada septum. Kelenjar ini serupa dengan paratiroid pada vertebrata tingkat tinggi, tetapi tidak berupa folikel, malainkan menyebar pada septum.
Kalsitonin merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar ultimobranchial.  Hormon ini berperanan menurunkan kadar kalsium darah.  Beberapa kajian juga menunjukkan bahwa kalsitonin dapat melakukan peranan dalam membuat ikan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidromineral yang berubah-ubah.
6.      Urofisis
Urofisis, nama lain the caudal neurosekretori sistem, merupakan neurosekretori yang terletak pada bagian belakang spinal cord. Urofisis didapatkan pada setiap spesies ikan, namun fungsi hormon yang dihasilkannya masih menimbulkan kontrofersi, walaupun secara umu, sekresi urofisis berhubungan dengan fungsi osmoregulasi, dimana pengaruh terbesarnya adalah pada ginjal.
Ada empat jenis hormon yang diidentifikasi dari urofisis, yakni urotensin I, II, III dan IV. Pada ikan, urotensin I belum diketahui efeknya secara pasti, namun pada vertebrata darat, berperanan dalam penurunan tekanan darah. Urotensin II berperan dalam kontradiksi otot licin, misalnya otot rektum dan kandung kemih Urotensis III menstimulasi peningkatan penyerapan NA+ oleh insang dan pelepasan NA+ oleh ginjal. Urotensin Iv diduga adalah arginine vasotocin, tetapi hanya teridentifikasi pada rainbow trout Jepang. Pada ikan karper, urofisis memproduksi sejumlah besar acetilcholine.
PENUTUP
  Kesimpulan
Hormon adalah zat kimia yang di hasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu yang mempunyai efek tertentu pada aktivitas organ – organ lain dalam tubuh.
Ikan memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilhan hormon, antara lain :
•         Pituitari
•         Tiroid
•         Ginjal
•         Gonad,
•         Pankreas
•         Urophisis
Pada masing masing kelenjar endokrin akan menghasilkan hormon yang sesuai dengan fungsi organ masing – masing, sehingga sistem hormon berkeja secara berkesinambungan untuk mendukung proses kehidupan ikan.

Wednesday, November 16, 2016

SISTEM SARAF PADA IKAN

November 16, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
A. Latar Belakang
Sistem saraf adalah sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi dsb). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang hormon dikirim ke organ target dan aktivitas metabolisme dibutuhkan  akan merangsang jaringan-jaringan.
v  Sistem saraf terdiri dari :
1. sistem cerebro spinal
2. sistem saraf pusat,  otak dan tulang punggung
3. sistem saraf tepi
4. sistem otonom, simpati dan parasimpati
5. organ-organ khusus, hidung, telinga, mata, LL
6. sistem saraf pada ikan, sistem saraf pada LL  mendeteksi kondisi lingkungan (pH, suhu,)
B.  PERMASALAHAN
1. Pengertian sistem saraf?
2. Proses perubahan lingkungan?
3. Susunan sistem saraf?
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini saya buat untuk mengetahui sistem saraf pada ikan. Dan manfaat dari makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan sumber referensi atau acuan bagi pembaca, baik mahasiswa, masyarakat maupun para peneliti.
SISTEM SARAF
Sistem saraf adalah sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi dsb). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang hormon dikirim ke organ target dan aktivitas metabolisme dibutuhkan  akan merangsang jaringan-jaringan.
v Sistem saraf terdiri dari :
1. sistem cerebro spinal :
2. sistem saraf pusat : otak dan tulang punggung
3. sistem saraf tepi
4. sistem otonomi : simpati dan parasimpati
5. organ-organ khusus : hidung, telinga, mata, LL
6. sistem saraf pada ikan : sistem saraf pada LL  mendeteksi kondisi lingkungan (pH, suhu,)
Vertebrata ( hewan bertulang belakang ) menerima rangsangan dari lingkungan melalui organ perasa (sense organ) yaitu otak dan sumsum tulang belakang yang melalui impuls ke otak atau kelenjar.
Syaraf adalah organ yang paling dulu dibentuk dari lapisan terluar (exoderm) yang berfungsi sebagai penghubung. System syaraf bersama-sama dengan system hormonal mengatur peranan penting dalam proses koordinasi dan pengaturan semua aktivitas yang berlangsung dalam tubuh. Perbedaannya adalah bahwa koordinasi dan pengaturan melalui saraf berjalan relative cepat jika dibandingkan melalui system hormonal.
Pusat koordinasi syaraf terdapat pada otak dan sumsum tulang belakang yang menyampaikan perintah melalui impuls syaraf yang dibawa oleh syaraf motoris ke organ-organ efektor, dan sebaliknya, otak akan menerima informasi melalui sinyal-sinyal yang dibawa oleh syaraf sensoris dari reseptor.
Dalam menjalarkan impuls baik yang berasl dari syaraf pusat ke efektor, maupun dari reseptor ke otak dibantu oleh adanya neurotransmitter yang bekerja pada sinaps sebagai titik temu antara dua neuron. Neuron atau sel syaraf hanyalah merupakan satuan/unit structural, sedangkan unit fungsionalnya merupakan apa yang disebut lengkung refleks yang terdiri atas syaraf pusat sebagai pusat koordinasi, syaraf sensoris, syaraf motoris, efektor dan reseptor.
SENSORY DAN SISTEM SARAF
2.1 Sistem saraf pusat
Ikan biasanya memiliki cukup kecil otak relatif terhadap ukuran tubuh dibandingkan dengan vertebrata lainnya, biasanya satu-lima belas massa otak dari burung berukuran sama atau mamalia. Namun, ikan beberapa memiliki otak yang relatif besar, terutama mormyrids dan hiu , yang telah untuk berat badan otak tentang besar sebagai relatif burung dan marsupial.
Otak Ikan dibagi menjadi beberapa daerah.  Di depan adalah lobus penciuman , sepasang struktur yang menerima dan memproses sinyal dari lubang hidung melalui dua saraf penciuman  Lobus penciuman yang sangat besar dalam ikan yang berburu terutama oleh bau, seperti. hagfish, hiu, dan lele. Di balik cuping pencium adalah dua-lobed telencephalon , setara struktural ke otak dalam vertebrata yang lebih tinggi. Dalam ikan telencephalon yang bersangkutan kebanyakan dengan penciuman.
Bersama ini membentuk struktur otak depan. Menghubungkan otak depan untuk otak tengah adalah diencephalon (dalam diagram, struktur ini adalah di bawah lobus optik dan akibatnya tidak terlihat). Diensephalon melakukan fungsi yang berhubungan dengan hormon dan homeostasis. Struktur ini mendeteksi cahaya, memelihara circadian irama, dan kontrol perubahan warna. Para otak tengah atau mesencephalon berisi dua lobus optik .Ini sangat besar pada spesies yang berburu dengan pengelihatan, seperti rainbow trout dan Cichlids. The hindbrain atau metencephalon terutama terlibat dalam kolam dan keseimbangan.
Serebelum adalah sebuah struktur lobed tunggal yang biasanya merupakan bagian terbesar dari otak. Hagfish dan lamprey memiliki cerebellae relatif kecil, sedangkan mormyrid otak kecil yang besar dan tampaknya mereka terlibat dalam arti listrik. Batang otak atau myelencephalon adalah otak posterior. Dan juga mengendalikan beberapa otot dan organ tubuh, pada ikan bertulang setidaknya, batang otak mengatur pernapasan dan osmoregulasi .
2.2 Sistem otot
Kebanyakan ikan yang bergerak dengan bergantian kontrak set dipasangkan otot di kedua sisi tulang belakang. Kontraksi ini bentuk kurva berbentuk S yang bergerak ke bawah tubuh Seperti kurva masing-masing mencapai sirip punggung, gaya mundur diterapkan untuk air, dan dalam hubungannya dengan sirip, ikan bergerak ke depan. Sirip juga meningkatkan luas permukaan ekor, meningkatkan kecepatan. Sejak jaringan tubuh lebih padat daripada air, ikan harus mengimbangi perbedaan atau mereka akan tenggelam ikan bertulang. Banyak organ internal yang disebut berenang kandung kemih yang menyesuaikan daya apung mereka melalui manipulasi gas.
v  Sistem saraf ikan terdiri dari dua bagian:
1.      sistem serebrospinal (seperti ikan adalah vertebrata a!)
2.      sistem otonom
. Sistem cerebrospinal dibagi menjadi dua divisi: divisi utama, yang terdiri dari kabel otak dan tulang belakang, dan divisi perifer, terdiri dari kedua saraf tengkorak dan tulang belakang dan organ-organ penginderaan khusus, seperti mata dan telinga. Sistem saraf otonom terdiri dari ganglia, serat, dan kedua bagian simpatis dan parasimpatis.
Struktur organ yang paling penting dari sistem saraf, otak itu sendiri, mungkin berbeda antara spesies yang berbeda dari ikan. Namun, semua otak berisi bagian definitif sama dan gigi berlubang. Otak ikan terdiri dari otak depan sebuah, tween otak ', otak tengah, sebuah otak kecil, dan medula oblongata. Juga mengandung banyak rongga otak seperti ventrikel lateral pasangan, ventrikel ketiga, metacoel dan ventrikel keempat, otak ikan dianggap hanya merupakan pembesaran ujung anterior pada tulang belakang, berada dalam tengkorak dari tengkorak untuk perlindungan.
Otak itu sendiri tercakup dalam lapisan pembuluh darah untuk sirkulasi, dan berwarna putih dan lembut. Karena ikan adalah vertebrata, yang memiliki sebuah kolom vertebra yang menjalankan panjang ikan, perumahan sumsum tulang belakang dalam kanal saraf.
2.3 Sistem Otak dan Saraf Ikan
Menjadi sangat kompleks bentuk kehidupan ikan membutuhkan otak dan sistem saraf untuk mengontrol tindakan-tindakan tubuh mereka. Sistem saraf ikan, sama seperti kita, terdiri dari otak pusat koordinasi, kabel tulang belakang dan banyak, banyak saraf.
Otak: Secara umum ikan memiliki otak kecil dalam hubungan dengan berat badan mereka secara keseluruhan. Elasmobranchs (Hiu dan Sinar) pada umumnya memiliki otak sedikit lebih besar untuk massa tubuh yang sama seperti Teleosts (Ikan Bony), namun ada berbagai variasi dalam teleosts ilmuwan telah mempelajari sesuatu yang sangat mengejutkan tentang Ikan Elephantnose (Gnathonemus petersii).
Bersembunyi di vegetasi dan kemudian agresif menyerang sesuatu kecil yang datang dekat tampaknya tidak membutuhkan kecerdasan banyak. (Essox Lucius) memiliki otak yang berjumlah hanya 0,077 persen dari total massa tubuh. Yang berarti bahwa ketika Anda menangkap Pike kilogram 5 Anda telah keluar bermanuver ikan dengan berat 3,85 gram otak atau salah satu tujuh ons. Dalam perbandingan Burbot (Lota Lota) adalah sedikit lebih pintar karena memiliki otak yang merupakan 0,13 persen dari berat tubuhnya arti 5 spesimen kilo akan memiliki otak 6,5 gram, masih nya adalah bodoh ikan cantik. Kebanyakan ikan memiliki otak yang kurang dari 1 persen berat badan mereka, tetapi tidak semua.
Pada ujung lain dari kontinum intelijen ikan ikan Elephantnose listrik, dengan otak yang 3,1 persen dari berat tubuhnya itu jauh lebih pintar dari Pike, jika tumbuh untuk menimbang 5 kilo otaknya akan berat 155 gram, yang akan membuat 40 kali lebih besar dari seorang Pike berat serupa. Untuk melihatnya cara lain manusia memiliki rata-rata, otak yang beratnya di sekitar 2,3 persen dari berat badan. Seorang manusia kilo lima akan memiliki otak hanya 115 gram, yang lebih kecil dibandingkan dengan Ikan Elephantnose.
Intelijen Tidak lebih dari sekedar massa otak atau bahkan otak terhadap tubuh, sedangkan otak besar memang membuat lebih mudah untuk menjadi pintar, itu adalah kompleksitas otak dan proporsi relatif dari otak-depan yang paling penting. Mendominasi otak yang paling kompleks dan paling otak depan di planet ini adalah milik lumba-lumba dan manusia. Namun demikian kita dapat melihat bahwa beberapa ikan jauh lebih cerdas dari yang lain dan ikan Elephantnose dikenal di kalangan aquarists sebagai yang paling lucu dan ingin tahu ikan.
Otak cyclostomes (Hagfish dan lamprey) yang sederhana namun khusus berevolusi untuk memenuhi gaya hidup mereka.. Misalnya lobus optik dikembangkan dengan baik di lamprey visual berorientasi tapi yg tak dpt dibedakan dalam Hagfish buta. Dalam kedua medula Namun besar dan kecil dan otak kecil. Bersama medula otak kecil membuat otak belakang.
Medula yang mengontrol operasi dari organ bagian dalam seperti detak jantung, tekanan darah, pencernaan dan pembuangan limbah. Ini juga merupakan pusat relay untuk banyak saraf mengirimkan pesan ke dan dari pertengahan dan atau otak depan.
Kontrol otak motor koordinasi (tetapi tidak melakukan kegiatan motor). Ini berarti mengontrol waktu dan interaksi otot sekali tindakan otot telah dimulaiOtak kecil juga penting dalam menjaga keseimbangan.
Pertengahan-otak ikan sebagian besar terdiri dari lobus optik, yang sangat bervariasi antar spesies sesuai dengan ketergantungan mereka pada penglihatan, dan pada beberapa spesies lobus optik mungkin begitu besar mereka benar-benar menutupi otak depan. Dalam ikan pertengahan-otak adalah penting dalam memilah informasi yang masuk dan juga pusat utama belajar (sedangkan pada mamalia itu adalah otak depan yang merupakan pusat utama belajar).
Otak depan ikan didominasi oleh lobus penciuman yang memperpanjang ke depan dan dapat ditempatkan pada ujung tangkaiLobus ini penciuman yang besar di cyclostomes dan sangat besar di elasmobranchs mencerminkan pentingnya bau tersebut kepada kelompok-kelompok ikanThe teleosts, untuk siapa penglihatan sering rasa paling penting memiliki cuping pencium yang lebih kecil.
Dalam elasmobranchs banyak dan beberapa teleosts terdapat otak atau sepasang belahan otak ini juga tampaknya menjadi dominan terlibat dengan indera penciuman (pada mamalia otak besar jauh lebih besar dan terlibat dalam perencanaan dan belajar). Pituitary juga muncul dari otak depan, itu memainkan peranan penting dalam regulasi metabolisme.
Otak ikan tidak pernah benar-benar mengisi kranium, rongga dalam tengkorak di mana terletak dilindungi. Akhirnya seperti dalam semua vertebrata otak, plus gel, dikelilingi oleh suatu membran yang membantu menjaga benda asing dan mikro-organisme dari kontak ini organ yang paling penting.
1. Kabel Spinal - Kabel tulang belakang, atau tali saraf yang sama di semua ikan. Ini adalah selubung tebal bahan saraf yang berjalan dari dasar otak kembali sepanjang tubuh ikan melalui, dan dilindungi oleh, saluran saraf tulang belakang. Biasanya ia meluas panjang penuh ikan tubuh, tetapi pengecualian untuk ini adalah Sunfish raksasa (Mola mola) dimana sumsum tulang belakang sebenarnya lebih pendek dari otak. Ini berfungsi sebagai dasar tanggapan sederhana banyak dan sebagai link utama ke otak untuk masukan sensorik dan tanggapan otak-dimediasi.
2. The Saraf - Terlepas dari otak dan sumsum tulang belakang tubuh ikan ini dilengkapi dengan jaringan luas saraf, kabel listrik sepanjang tubuh yang pesan perjalanan. araf dibangun dari banyak neuron dan neuron adalah sistem satu arah, pesan baik perjalanan ke atau dari otak atau sumsum tulang belakang di sepanjang jalur saraf tertentu, tetapi tidak pernah dua arah. Mereka saraf yang muncul dari sumsum tulang belakang disebut saraf tulang belakang dan orang-orang yang timbul dari otak disebut saraf kranial.
Biasanya ada satu sepasang saraf tulang belakang (kiri dan kanan) untuk tiap vertebra, ikan sehingga panjang kurus dengan banyak tulang seperti belut akan memiliki lebih banyak pasangan saraf tulang belakang dari ikan yang jauh lebih singkat seperti sebuah Gobi.. Pada ikan ada 10 pasang saraf kranial semua dengan peran didefinisikan dengan baik.
Pasangan 1. Sensory menghubungkan organ-organ hidung untuk penciuman lobus.
Pasangan 2. Sensory menghubungkan mata dengan lobus optik.
Pasangan 3.  Menghubungkan ke otot.
Pasangan 4. Menghubungkan ke otot.
Pasangan 5. Campuran, bagian otot bagian sensorik.
Pasangan 6. Menghubungkan ke otot.
Pasangan 7. Campuran, bagian otot bagian sensorik.
Pasangan 8.Sensory, menghubungkan otak dengan telinga bagian dalam, penting untuk keseimbangan.
Pasangan 9. Sensory, menghubungkan otak dengan insang dan langit-langit mulut.
Pasangan 10. Campuran, usus, insang, jantung dan garis rusuk.
BAB III
KESIMPULAN
Sistem saraf adalah sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi dsb). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang hormon dikirim ke organ target dan aktivitas metabolisme dibutuhkan  akan merangsang jaringan-jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
•  http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.aqualex.org/elearning/fish_feeding/english/digestion/structure.html
•  http://en.wikipedia.org/wiki/Fish
•  Moyle, PB, & Cech, JJ, Jr. (1982). • Moyle, PB, & Cech, JJ, Jr (1982). Fishes, An Intorduction to Ichthyology. Ikan, Sebuah Intorduction untuk ilmu pengetahuan tentang ikan. (2nd ed.) New Jersey: Prentice-Hall, Inc. (. 2nd ed) New Jersey: Prentice-Hall, Inc

Tuesday, November 15, 2016

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA IKAN

November 15, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 2 comments
Alat peredaran darah ikan terdiri atas jantung dan sinus venosus. Jantung ikan terdiri ata dua ruangan, atrium dan ventrikel dan terletak di belakang insang. Sinus venosus adalah struktur penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan terbuka di ruang depan jantung. Diantara antrium dan ventrikel jantung terdapat klep untuk menjaga agar aliran darah tetap searah.
Peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah dari insang langsung beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya beredar sekali melalui jantung dengan rute dari jantung ke insang lalu ke seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung.
1. Apa yang dimaksud peredaran darah?
2. Bagaimana cara peredaran darah ikan?
3. Alat-alat pada peredaran ikan.
4. Komponen peredaran darah ikan.
Tujuan
1. Mengetahui peredaran darah pada ikan.
2. Mengetahui bagaimana cara peredaran darah ikan.
3. Untuk mengetahui alat-alat pada peredaran ikan.
4. Memahami komponen peredaran darah ikan.
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA IKAN
Alat peredaran darah ikan terdiri atas jantung dan sinus venosus. Jantung ikan terdiri ata dua ruangan, atrium dan ventrikel dan terletak di belakang insang. Sinus venosus adalah struktur penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan terbuka di ruang depan jantung. Diantara antrium dan ventrikel jantung terdapat klep untuk menjaga agar aliran darah tetap searah.
Peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah dari insang langsung beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya beredar sekali melalui jantung dengan rute dari jantung ke insang lalu ke seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung.
A.  Sistem Sirkulasi (Peredaran Darah)
Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh.
Organ-organ : jantung, pembuluh nadi (aorta, arteri) dan pembuluh balik (vena), dan kapiler-kapiler darah. Bahan yang diedarkan : darah (plasma darah dan butir-butir darah)
Melalui pembuluh darah
a.   Jantung
b.   Pembuluh darah
c.   Darah
1.   Jantung
Letak jantung terdapat pada fostorior lengung insang pad jantung ikan energi yang dapat disalurkan pada setiap kontraksi jantung.
a. Energi Kinetik   : Yang menyebabkan darah mengalir
b. Energi Potensial : Energi yang tersimpan dalam pembuluh darah yang menimbulkan tekanan.
Yang mempengaruhi aliran darah:
1. Viscositus / Kelatulan : Semakin kental maka darah akan mengalir
2. Hematosil              : Jika hematosil meningkat maka viscositas meningkat
3. Suhu                   : Jika suhu menurun maka viscositas menurun.
4. Protein plasma         :  Jika Protein plasma meningkat maka koscositas  menurun
5. Plasma Skining         : Jika Plasma Skining meningkat maka viscositas akan menurun
Kantong kerja jantung ada 2 mekanisme
1. Mekanisme Achenergik
2. Mekanisme Cholinergik
2.   Pembuluh Darah
Pembuluh darah terdiri dari:
a. Arteri :darah bersih yang kaya akan O2.
Mempunyai 3 lapis dalam endoterium, subendoterium
b. Vena : Pembuluh darah balik yang alirannya menuju jantung, mempunyai dinding yang tipis dan aliran yang besar strukturnya. Terdiri dari 3 lapis umumnya kaya akan saringan elastis dinding vena umumnya berkontraks aktif.
Jantung ikan :
-  Fungsi       : memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Beda jantung ikan  ada alat pacu jantung yg memungkinkanàdengan jantung hewan lain  jantung terus berdenyut walaupun otak sudah rusak
-  Bagian-bagian jantung :
•  Atrium – berdinding tipis
•  Ventrikal – berdinding tebal, sebagai pemompa darah
•  Bulbus arteriosusSebelum atrium, terdapat sinus venosus (SV) yang mengumpulkan darah berkadar CO2 tinggi, berasal dari organ-organ tertentu. Darah dari SV masuk ke dalam atrium melalui katup sinuautrial, dari atrium darah masuk ke dalam ventricle melalui katup atrioventricular. Dari ventrikel darah ditekan dengan daya pompa padanya, menuju ke arah aorta ventralis, menuju ke insang. Di insang terjadi pertukaran O2 dengan CO2 (pada sistem pernafasan) dan seterusnya darah dengan kandungan O2 tinggi diedarkan ke  setelahàdaerah kepala, ke bagian dorsal, ke ventral, dan ekor   kembali ke jantung dan seterusnya.àmengedarkan
nutrisi dsb
B.  Peredaran Darah Ikan
Mempunyai sistem peredaran darah tunggal. Jantung terdiri atas dua ruang yaitu serambi dan bilik. Jantung berisi darah yang miskin oksigen. Darah yang berasal dari bilik jantung dipompa melalui aorta menuju insang.
Dalam insang karbon dioksida dilepaskan dan oksigen diikat oleh darah. Setelah melewati insang, darah yang banyak mengandung oksigen dialirkan ke seluruh tubuh
C. Alat-alat dalam pada ikan diantaranya adalah
-   Cor (jantung), berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh
-   Gelembung udara, berfungsi sebagai alat pernapasan saat berenang
-   Ventriculus, berfungsi sebagai alat menampung makanan sementara, atau tempat mencerna makanan secara kimiawi,
D.  Komponen-Komponen
Darah Ikan
Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu, komponen darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama dari serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
Gambaran darah suatu organisme dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang sedang dialami oleh organisme tersebut. Penyimpangan fisiologis ikan akan menyebabkan komponen-komponen darah juga mengalami perubahan. Perubahan gambaran darah dan kimia darah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dapat menentukan kondisi kesehatannya.Hemoglobin merupakan protein yang terdiri dari protoporfirin, globin dan besi yang bervalensi 2 (ferro). Satu gram hemoglobin dapat mengikat sekitar 1,34 ml oksigen. Kadar hemoglobin yang rendah dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein pakan, defisiensi vitamin atau ikan mendapat infeksi. Sedangkan kadar tinggi menunjukkan bahwa ikan sedang berada dalam kondisi stress (Wells, 2005 dalam Kuswardani, 2006).
Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit (sel darah merah) dalam darah ikan. Hasil pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan untuk menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukkan terjadinya anemia. Kadar hematokrit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan (Kuswardani, 2006).
Eritrosit (sel darah merah) merupakan sel yang paling banyak jumlahnya. Inti sel eritrosit terletak sentral dengan sitoplasma dan akan terlihat jernih kebiruan dengan pewarnaan Giemsa (Chinabut et al., 1991 dalam Mulyani, 2006). Pada ikan teleost, jumlah normal eritrosit adalah 1,05×106 – 3,0×106 sel/mm3 (Robert, 1978 dalam Mulyani, 2006). Seperti halnya pada hematokrit, kadar eritrosit yang rendah menunjukkan terjadinya anemia. Sedangkan kadar tinggi menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress (Wedemeyer dan Yasutake, 1977 dalam Purwanto, 2006).
Leukosit (sel darah putih) mempunyai bentuk lonjong atau bulat, tidak berwarna, dan jumlahnya tiap mm3 darah ikan berkisar 20.000-150.000 butir, serta merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan (imun) tubuh. Sel-sel leukosit akan ditranspor secara khusus ke daerah terinfeksi. Leukosit terdiri dari dua macam sel yaitu sel granulosit (terdiri dari netrofil, eusinofil, dan basofil dan sel agranulosit) dan sel granulosit (terdiri dari limfosit, trombosit, dan monosit) (Purwanto, 2006).
Limfosit memiliki peranan dalam respon imunitas dan monosit merupakan sel makrofag yang berperan penting dalam memfagosit mikroorganisme patogen. Sedangkan trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah dan berfungsi untuk mencegah kehilangan cairan tubuh pada kerusakan-kerusakan di permukaan (Nabib dan Pasaribu, 1989 dalam Mulyani, 2006). Berbeda dengan ketiga sel di atas, netrofil sangat aktif dalam membunuh bakteri dan jumlahnya besar dalam nanah (Carboni, 1997 dalam Mulyani, 2006). Sel-sel tersebut bersirkulasi dalam darah dan cairan limfa.
KESIMPULAN
Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh.
Organ-organ : jantung, pembuluh nadi (aorta, arteri) dan pembuluh balik (vena), dan kapiler-kapiler darah. Bahan yang diedarkan : darah (plasma darah dan butir-butir darah)

Alat-alat dalam pada ikan diantaranya adalah
-     Cor (jantung), berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh
-     Gelembung udara, berfungsi sebagai alat pernapasan saat berenang
-     Ventriculus, berfungsi sebagai alat menampung makanan sementara, atau tempat mencerna makanan secara kimiawi,

Monday, November 14, 2016

DINAMIKA KELOMPOK PELAKU USAHA DAN UTAMA

November 14, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Dinamika Kelompok adalah suatu keadaan dimana suatu kelompok dapat menguraikan, mengenali kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam situasi kelompok yang dapat membuka perilaku dan anggota-anggotanya.
TUJUAN DINAMIKA KELOMPOK
• Meningkatkan proses interkasi antara anggota kelompok sehingga menyebabkan terjalinnya hubungan psikologis yang nyata diantara anggota kelompok, seperti rasa solidaritas, rasa memiliki kelompok, rasa saling tergantung antara anggota kelompok, dsb.
• Meningkatkan produktivitas kelompok melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan (PSK) anggota kelompok.
• Mengembangkan kelompok kearah yang lebih baik, maju, dan kompak.
• Meningkatkan kesejahteraan hidup anggota kelompok.
A. Pengertian Dinamika Kelompok
Dinamika Kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dinamika berarti gerak atau tenaga yang menggerakkan, sedangkan kelompok berarti kumpulan orang.Dengan demikian dinamika kelompok dapat diartikan sebagai gerak atau kekuatan yg dimiliki sekumpulan orang dl masyarakat yg dapat menimbulkan perubahan dl tata hidup masyarakat yg bersangkutan.
Pada dasarnya, sebuah dinamika sudah terjadi bahkan pada saat kelompok tersebut sedang dalam proses pembentukan. Berikut ini bagaimana proses dinamika terjadi dalam tahap pembentukan sebuah kelompok.
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan  membentuk sebuah kelompok.
Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik).  Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
B. Fungsi Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok.   Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:
 Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup. (Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain).
 Memudahkan segala pekerjaan. (Banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)
 Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efesian. (pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian)
 Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat (setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat)
C.  Ciri-Ciri Kelompok Dinamis
    Berikut ini adalah ciri-ciri kelompok yang dinamis:
1. Interaksi : saling mempengaruhi  secara fisik /verbal, non verbal, dan emosional
2. Orientasi pada pencapaian Tujuan
3. Pembagian tugas & peranan yg rinci
4. Taat azas pada Norma Kelompok yg berlaku
5. Mementingkan Kelompok (Groupness) : in-group feeling, toleransi, solidaritas, saling menghargai
6. Ethos Kelompok  (esprit de corp-jiwa korsa)
D. Unsur-Unsur Dinamika Kelompok   
   Beberapa unsur dinamika kelompok diantaranya:
1. Tujuan Kelompok :
Gambaran  yang diharapkan anggota yang akan dicapai  oleh kelompok.  Tujuan kelompok  harus  jelas  dan  diketahui  oleh  seluruh  anggota. Untuk mencapai tujuan kelompok tersebut diperlukan aktivitas bersama  oleh  para  anggota.
2. Struktur Kelompok
Struktur  kelompok  adalah  bentuk  hubungan  antara  individu-individu  dalam kelompok sesuai posisi dan peranan masing-masing. Struktur Kelompok harus sesuai/mendukung tercapainya  tujuan  kelompok.  Yang  berhubungan  dengan struktur kelompok yaitu :
(1) Struktur Komunikasi:  Sistem  komunikasi  dalam  kelompok  harus  lancar  agar pesan  sampai  kepada  seluruh  anggota,  sehingga tidak  akan  menimbulkan ketidakpuasan
anggota (menyebabkan kelompok menjadi tidak kompak).
(2) Struktur Tugas Atau Pengambilan Keputusan: Pembagian  tugas harus merata dengan memperhatikan kemampuan, peranan, dan posisi masing-masing anggota. Dengan demikian seluruh anggota kelompok ikut berpartisipasi dan terlibat, sehingga dinamika kelompok semakin kuat.
(3) Struktur Kekuasaan atau Pengambilan Keputusan:
 Kedinamisan  kelompok  sangat  erat  kaitannya dengan  kecepatan pengambilan keputusan
 selain  harus  jelas  siapa  yang  mengambil  keputusan  dan  ketidak  cepatan  (kelambatan)
pengambilan  keputusan  menunjukkan  lemahnya  struktur kelompok
(4) Sarana Terjadinya Interaksi:
Interaksi  di  dalam  kelompok  sangat  diperlukan  sedangkan dalam  struktur  kelompok  harus  menjamin  kelancaran interaksi,  kelancaran interaksi
 memerlukan  sarana  (contoh ketersediaan  ruang pertemuan kelompok) dapat menjamin kelancaran interaksi antar anggota.
3. Fungsi Tugas
Segala  kegiatan  yang  harus  dilakukan kelompok dalam rangka mencapai tujuan. Ini sebaiknya dilakukan  dengan  kondisi menyenangkan, sehingga dapat  menjamin  fungsi tugas  ini  dapat  terpenuhi.  Kriteria  terpenuhi atau tidaknya fungsi tugas ini ditandai dengan terdapatnya:
  (1) Fungsi memberi informasi
  (2) Fungsi koordinasi
  (3) Fungsi memuaskan anggota
  (4) Fungsi berinisiatif
  (5) Fungsi mengajak untuk berpartisipasi
  (6) Fungsi menyelaraskan
4. Mengembangkan dan Membina Kelompok :
dimaksudkansebagai  usaha  mempertahankan  kehidupan  kelompok. Kehidupan berkelompok dapat dilihat dari adanya kegiatan :
(1) Mengusahakan/mendorong agar semua anggota  kelompok ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelompok.  Dengan
demikian  rasa  memiliki  kelompok  dari  para  anggotanya akan tinggi.
(2) Tersedianya fasilitas
(3) Mengusahakan/mendorong  menumbuhkan  kegiatan,  agar para anggota bi sa ikut aktif berperan
(4) Menciptakan norma kelompok. Norma kelompok ini digunakan sebagai acuan anggota kelompok bertindak.
(5) Mengusahakan  adanya  kesempatan  anggota  baru,  baik untuk menambah jumlah maupun mengganti anggota yang keluar
(6) Berjalannya proses sosialisasi. Untuk mensosialisasikan adanya anggota baru adanya norma  kelompok  adanya kesepakatan, dan sebagainya
5. Kekompakan Kelompok
Kekompakan kelompok menunjukkan  tingkat rasa untuk tetap tinggal dalam kelompok,  hal  ini  dapat berupa : loyalitas,  rasa memiliki, rasa keterlibatan, dan keterikatan. Terdapat  enam  faktor  yang  mempengaruhi  kekompakan kelompok yaitu:
(1) Kepemimpinan Kelompok; Kepemimpinan  kelompok  yang  melindungi,  menimbulkan
 rasa aman, dapat menetralisir setiap perbedaan.
(2) Keanggotaan Kelompok; Anggota yang loyal dan tinggi rasa memiliki kelompok.
(3) Nilai Tujuan Kelompok; Makin  tinggi  apresiai  anggota  terhadap  tujuan  kelompok, kelompok semakin kompak.
(4) Homogenitas Angota Kelompok;
Setiap  anggota  tidak  menonjolkan  perbedaan  masing -masing, bahkan harus merasa sama, merasa satu.
(5) Keterpaduan Kegiatan Kelompok; Keterpaduan  anggota  kelompok di dalam mencapai tujuan sangatlah penting.
(6) Jumlah Anggota Kelompok; Pada umumnya, bila jumlah anggota kelompok relatif kecil cenderung  lebih  mudah  kompak,  dibandingkan  dengan kelompok dengan jumlah anggota besar.
 6. Suasana Kelompok
Keadaan moral, sikap dan perasaan bersemangat  atau  apatis  yang  ada  dalam  kelompok. Suasana kelompok yang baik bila anggotanya merasa saling menerima, saling menghargai, saling memperc ayai dan bersahabat. Faktor - faktor yang mempengaruhi suasana kelompok diantaranya:
(1) hubungan  antar  anggota.  Hubungan  yang  mendukung adalah hubungan yang rukun, bersahabat, persaudaraan;
(2) kebebasan berpartisipasi. Adanya kebebasan berpartisipasi, berkreasi akan menimbulkan
     semangat  kerja  yang  tinggi; dan
 (3) lingkungan fisik yang mendukung.
7. Tekananan pada Kelompok
Tekanan pada kelompok dimaksudkan adalah adanya tekanan-tekanan dalam  kelompok  yang  dapat  menimbulkan ketegangan, dengan adanya ketegangan akan  timbul dorongan  untuk  mempertahankan  tujuan  kelompok.  Tekanan kelompok yan cermat, dan terukur akan dapat mendinamiskan kelompok, bila tidak justru akan berakibat sebaliknya.
8.  Efektifitas Kelompok
Keberhasilan dalam melaksanakan tugas - tugas kelompok dalam mencapai  tujuan.  Semakin banyak  tujuan  yang  dapat  dicapai,  semakin  banyak keberhasilan,  anggota  kelompok  akan  semakin  puas.  Bila anggota kelompok merasa puas kekompakan dan kedinamisan kelompok akan semakin kuat.

Sunday, November 13, 2016

TEKNIK MENANGKAP IKAN DENGAN CAHAYA

November 13, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan tertarik oleh cahaya yaitu melalui penglihatan dan rangsangan melalui otak. Sebutan untuk peristiwa tertarik nya ikan oleh cahaya yaitu phototaxis. Sebutan untuk ikan-ikan yang menyukai cahaya atau dapat ditarik melalui cahaya yaitu fototaxis (Contohnya ikan-ikan pelagis dan sebagian besar ikan-ikan kecil domersal), sedangkan sebutan untuk ikan-ikan yang tidak menyukai cahaya/akan menjauhi cahaya yaitu fotophobi atau fototaxis negatif.
Menangkap ikan, adalah kegiatan perburuan seperti halnya menangkap harimau, babi hutan atau hewan-hewan liar lainnya di hutan. Karena sifatnya memburu, menjadikan kegiatan penangkapan ikan mengandung ketidakpastian yang tinggi. Untuk mengurangi ketidakpastian hasil tangkapan ikan tersebut, nelayan sudah sejak lama menggunakan sarana “cahaya” sebagai alat bantu penangkapan ikan.
Setiap jenis ikan memiliki sifat yang berbeda-beda untuk mengenal/menyukai intensitas cahaya/tingkat keredupan cahaya. Ada jenis ikan yang menyukai tingkat intensitas cahaya yang rendah dan adapula jenis ikan yang menyukai intensitas cahaya yang tinggi tapi ada juga ikan yang menyukai tingkat intensitas cahaya yang rendah sampai yang tinggi.
Setelah dilakukan penelitian, ditemukan bahwa ikan sudah memberikan reaksi pada tingkat intensitas cahaya antara 0,01 – 0,001 lux. Untuk ambang cahaya tertinggi belum dapat diketahui sampai sekarang, namun pada umumnya ikan laut senantiasa meningkatkan sensitifitasnya terhadap cahaya, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat sensitifitas ikan laut tinggi.
Perbandingan antara penglihatan manusia dengan ikan melalui cahaya biru-hijau yang dapat diterima mata yaitu ; manusia 30% dan ikan 75%, sehingga dapat dikatakan tingkat sensitifitas mata ikan 100 kali lipat dari sensitifitas mata manusia. Maka dari itu ikan yang hidup diperairan lepas sejak pagi sampai sore dapat memantau mangsanya dari kejauhan 100 meter.
Sebelum teknologi electrical light berkembang dengan pesat seperti sekarang ini, nelayan-nelayan di berbagai belahan dunia menggunakan cahaya lampu obor sebagai alat bantu penangkapan ikan. Pada awalnya penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan hanya terbatas pada perikanan tradisional yang terletak di pantai saja, seperti perikanan pukat pantai, sero, dan beberapa alat tangkap bagan lainnya. Namun, seiring dengan berkembangnya kegiatan perikanan tradisional menjadi industri, pemanfaatan cahaya sebagai alat bantu berkembang luas untuk membantu penangkapan ikan pada perikanan purse seine, bagan, stick held deep nets, dan lain-lain.
Penggunaan cahaya listrik dalam kegiatan penangkapan ikan pertama kali dikembangkan di Jepang sekitar tahun 1900, kemudian selanjutnya berkembang ke berbagai belahan dunia. Indonesia sendiri, penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan tidak diketahui dengan pasti. Diduga, perikanan dengan alat bantu lampu berkembang dari bagian timur perairan Indonesia dan menyebar ke bagian barat Indonesia.
Cahaya Sebagai Alat Bantu Penangkapan Ikan
Pemanfaatan cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan sesungguhnya sangat berkaitan dengan upaya nelayan dalam memahami perilaku ikan dalam merespon perubahan lingkungan yang ada di sekitarnya. Hampir semua ikan menggunakan matanya dalam aktivitas hidupnya, seperti memijah, mencari makan, dan menghindari serangan ikan besar atau binatang pemangsa lainnya. Cahaya merupakan faktor utama bagi ikan dalam rangka mempertahankan hidupnya. Atas dasar pengetahuan tersebut, maka nelayan menggunakan cahaya buatan unttuk mendorong ikan melakukan aktivitas tertentu.
Secara umum, respon ikan terhadap sumber cahaya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bersifat phototaxis positif (ikan yang mendekati datangnya arah sumber cahaya) dan bersifat phototaxis negatif (ikan yang menjauhi datangnya arah sumber cahaya).
Ikan-ikan yang bersifat phototaxis positif secara berkelompok akan bereaksi terhadap datangnya cahaya dengan mendatangi arah datangnya cahaya dan berkumpul di sekitar cahaya pada jarak dan rentang waktu yang tertentu. Selain menghindar dari serangan predator (pemangsa), beberapa teori menyebutkan bahwa berkumpulnya ikan disekitar lampu adalah untuk kegiatan mencari makan.
Namun demikian, tingkat gerombolan ikan dan ketertarikan ikan pada sumber cahaya bervariasi antar jenis ikan. Perbedaan tersebut secara umum disebabkan karena perbedaan faktor phylogenetic dan ekologi, selain juga oleh karakteristik fisik sumber cahaya, khususnya tingkat intensitas dan panjang gelombangnya. Hasil kajian beberapa peneliti menyebutkan bahwa, tidak semua jenis cahaya dapat diterima oleh mata ikan. Hanya cahaya yang memiliki panjang gelombang pada interval 400 sampai 750 nanometer yang mampu ditangkap oleh mata ikan.
Pemanfaatan Cahaya
Pemanfaatan cahaya untuk alat bantu penangkapan ikan dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari cahaya buatan itu sendiri. Masuknya cahaya ke dalam air, sangat erat hubungannya dengan panjang gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tersebut. Semakin besar panjang gelombangnya maka semakin kecil daya tembusnya kedalam perairan.
Faktor lain yang juga menentukan masuknya cahaya ke dalam air adalah absorbsi (penyerapan) cahaya oleh partikel-partikel air, kecerahan, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis. Dengan adanya berbagai hambatan tersebut, maka nilai iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut.
Dengan sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh cahaya dan kecenderungan tingkah laku ikan dalam merespon adanya cahaya, nelayan kemudian menciptakan cahaya buatan untuk mengelabuhi ikan sehingga melakukan tingkah laku tertentu untuk memudahkan dalam operasi penangkapan ikan. Tingkah laku ikan kaitannya dalam merespon sumber cahaya yang sering dimanfaatkan oleh nelayan adalah kecenderungan ikan untuk berkumpul di sekitar sumber cahaya.
Untuk tujuan menarik ikan dalam luasan yang seluas-luasnya, nelayan biasanya menyalakan lampu yang bercahaya biru pada awal operasi penanggkapannya. Hal ini disebabkan cahaya biru mempunyai panjang gelombang paling pendek dan daya tembus ke dalam perairan relatif paling jauh dibandingkan warna cahaya tampak lainnya, sehingga baik secara vertikal maupun horizontal cahaya tersebut mampu mengkover luasan yang relatif luas dibandingkan sumber cahaya tampak lainnya.
Setelah ikan tertarik mendekati cahaya, ikan-ikan tersebut kemudian dikumpulkan sampai pada jarak jangkauan alat tangkap (catchability area) dengan menggunakan cahaya yang relatif rendah frekuensinya, secara bertahap. Cahaya merah digunakan pada tahap akhir penangkapan ikan.
Berkebalikan dengan cahaya biru, cahaya merah yang mempunyai panjang gelombang yang relatif panjang diantara cahaya tampak, mempunyai daya jelajah yang relatif terbatas. Sehingga, ikan-ikan yang awalnya berada jauh dari sumber cahaya (kapal), dengan berubahnya warna sumber cahaya, ikut mendekat ke arah sumber cahaya sesuai dengan daya tembus cahaya merah. Setelah ikan terkumpul di dekat kapal (area penangkapan alat tangkap), baru kemudian alat tangkap yang sifatnya mengurung gerombolan ikan seperti purse seine, sero atau lift nets dioperasikan dan mengurung gerakan ikan. Dengan dibatasinya gerakan ikan tersebut, maka operasi penangkapan ikan akan lebih mudah dan nilai keberhasilannya lebih tinggi.
Tantangan
Pemanfaatan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan telah berkembang secara cepat sejak ditemukan lampu listrik. Sebagian besar nelayan beranggapan bahwa semakin besar intensitas cahaya yang digunakan maka akan memperbanyak hasil tangkapannya. Tidak jarang nelayan menggunakan lampu yang relatif banyak jumlahnya dengan intensitas yang tinggi dalam operasi penangkapannya. Anggapan tersebut tidak benar, karena masing-masing ikan mempunyai respon terhadap besarnya intensitas cahaya yang berbeda-beda.
Studi terhadap besarnya nilai intensitas cahaya yang mampu menarik ikan pada setiap jenis ikan perlu dilakukan. Hal ini penting, selain agar ikan target tepat berada dalam area penangkapan, juga untuk menghindari pengurasan ikan tangkapan dan pemborosan biaya penangkapan. Sebab tidak jarang, dalam operasi penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya ini ikan-ikan yang belum layak ditangkap (belum memijah) atau bahkan masih juvenile ikut tertangkap sebagai hasil tangkapan ikan sampingan. Bila ini dilakukan terus-menerus, maka kerusakan sumberdaya ikan tinggal menunggu waktunya.
Oleh karena itu, banyak sekali kajian-kajian yang telah dilakukan selalu merekomendasikan untuk penghapusan alat tangkap yang menggunakan alat bantu ini. Hal ini disebabkan tingginya tingkat ketidakselektifan alat tangkap yang menggunakan lampu dalam operasi penangkapan ikan. Merupakan pekerjaan besar bagi perekayasa alat penangkapan ikan ke depan untuk membuat alat tangkap yang mampu menseleksi hasil tangkapannya sehingga mengurangi hasil tangkapan sampingan.
Syarat Penangkapan
Selain faktor-faktor diatas, ada beberapa syarat lain yang menentukan keberhasilan suatu operasi penangkapan. Beberapa syarat yang perlu diperhatikan antara lain :
1)  Cahaya yang akan digunakan harus tepat untuk jenis ikan yang akan ditangkap dengan
     mengetahui behavior dari ikan-ikan yang hendak ditangkap terhadap jenis cahaya.
2) Cahaya yang digunakan juga harus mampu menarik ikan pada jarak yang jauh baik vertikal maupun horisontal, untuk syarat ini biasa digunakan cahaya berwarna biru atau hijau.
3)  Ikan-ikan diusahakan untuk berkumpul pada area penangkapan tertentu.
4)  Waktu yang tepat untuk menentukan mulai penangkapan terhadap ikan-ikan yang telah berkumpul, setelah ikan mulai berkumpul diusahakan ikan tetap tenang berada pada area penangkapan sampai batas waktu tertentu sebelum dilakukan penangkapan, untuk itu diusahakan agar ikan tidak melarikan diri atau menyebar.