Friday, July 15, 2016

BUDIDAYA UDANG VANNAMEIYANG Aman (Back to Basic Aquaculture)

July 15, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Mencermati keadaan bisnis tambak udang yang semakin menuntut pemikiran secara  sungguh-sungguh, sehubungan dengan semakin ketatnya persaingan mau pun profit margin yang  semakin menipis, keberadaan produsen pakan udang sebagai salah satu stake holder pendukung keberhasilan budidaya udang di tambak pun harus berbenah agar dapat seiring sejalan dengan dinamika bisnis tambak udang.
Pilihan sulit yang harus diambil pabrik pakan udang adalah mempertahankan pangsa pasar dengan tetap profitable, sementara pihak pelaku bisnis tambak udang selalu mengharapkan kualitas pakan yang mampu menekan FCR dan memberikan ADG yang tinggi.
Namun, membandingkan kualitas pakan udang tidak semudah menilai produk industri yang lain, banyak factor yang mempengaruhi produktifitas tambak udang selain factor kualitas pakan udang sehingga meski pun dalam suatu kawasan (area) tambak yang sama antara satu petak tambak dengan yang lain performanya berbeda.
Faktor tehnis dan system yang digunakan sangatlah menentukan hasil akhir proses budidaya udang di tambak, di samping factor manajemen sumberdaya manusia dan kualitas benur yang digunakan.
Di sinilah pentingnya peranan seorang tehnisi tambak dan pihak manajemen yang mendukungnya, sedangkan dari sisi produsen pakan udang peran technical support dapat menjembatani antara kepentingan divisi marketing pabrik pakan udang dengan pihak manajemen tambak udang sebagai pengambil keputusan penentuan brand pakan udang yang akan digunakan.
Technical support harus mampu mendeskripsikan kondisi proses budidaya udang di tambak secara obyektif, tentu saja lengkap dengan kekurangan dan kelebihan yang ada, tanpa adanya tendensi tertentu, sehingga pihak manajemen tambak akan dapat mengevaluasi keadaan tersebut dan merasa sangat terbantu.
Di sisi yang lain, technical support dapat memberi masukan kepada pabrik pakan udang kondisi tehnis tambak udang yang menjadi target pangsa pasar., di samping kualitas pakan udang yang digunakan.
Demikian sekilas peranan Technical Support pakan udang yang sering kali dianggap remeh dan tidak penting, bahkan di beberapa pabrik pakan udang hanya sebagai pelengkap penderita atau bahkan dianggap memboroskan anggaran perusahaan.
Budidaya udang vannamei yang aman
(back to basic aquaculture)
Oleh Bambang Setyo Raharjo, Technical Support PT Gold Coin Indonesia (Specialities)
Tingkat kesulitan budidaya udang Vannamei yang semakin tinggi, sementara komponen sarana produksi budidaya semakin mahal mengharuskan pelaku budidaya udang Vannamei mengernyitkan dahi, memutar otak dan berpikir keras.
Bagaimana agar keberadaan (eksistensi) bisnis budidaya udang Vannamei mampu bertahan..?  Sementara keuntungan bisnis ini pun menurun sampai maksimal hanya 30%, dari yang dulunya dapat mencapai 70%.
Salah satu  solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah ‘budidaya udang vannamei yang aman’, yang maksudnya adalah  :    Merencanakan lebih cermat, teliti dan terperinci proses budidaya sebelum penebaran udang dimulai.
Mereduksi dan mengeliminir seminimal mungkin faktor-faktor penyebab kegagalan dalam proses budidaya.
Mencanangkan target budidaya yang paling realistis.
A. Merencanakan lebih cermat, teliti dan terperinci proses budidaya sebelum   
   penebaran udang dimulai.
Dalam hal perencanaan budidaya, sebaiknya menganalisis diagram alir sebagai berikut  :
Persiapan Lahan
Penebaran Benur
Proses Budidaya
Panen
1.Persiapan Lahan
Metoda persiapan lahan untuk budidaya harus mempertimbangkan hasil panen perioda sebelumnya.  Apakah panen dalam kondisi udang normal atau terserang penyakit.
Apabila kondisi udang hasil panen perioda sebelumnya terserang penyakit, persiapan  lahan harus lebih berhati-hati, termasuk perlunya sterilisasi dengan desinfektan yang efektif.
Selanjutnya mempersiapkan air masuk ke petakan tambak, sebaiknya benar-benar mempertimbangkan kondisi air laut, yaitu antara lain : apakah pada saat  air laut diambil dalam kondisi pasang besar, sehingga kemungkinan terkontaminasi polutan lebih kecil.
2.Penebaran Benur
Tahap penebaran benur dimulai dari perencanaan jumlah kolam yang akan ditebar serta kepadatan per m2 yang akan dibudidayakan.
Kemudian mencari benur dari hatchery  yang mempunyai ‘track record’ bagus, serta mengikuti tahapan benur yang akan diambil, sejak naupli hingga PL siap panen.
Sebaiknya melakukan stress test, meliputi  : suhu, salinitas dan formalin, untuk mengetahui stamina dan daya tahan benur.
Pemilhan benur yang selektif setidaknya telah memperkecil risiko kegagalan karena faktor benur atau genetik, sehingga dalam proses budidaya tinggal mengoptimalkan manajemen air (lingkungan) dan manajemen sumberdaya manusia.
Sementara ini faktor benur menjadi kendala utama dalam budidaya udang Vannamei karena tidak konsisten dalam hal kualitas.
Benur F1 yang dihasilkan oleh hatchery jumlahnya terbatas dengan kualitas yang fluktuatif.  Padahal faktor benur minimal memberikan kontribusi 30% dari keberhasilan, selain lingkungan dan sumberdaya manusia.
3. Proses Pemeliharaan
Setelah tahap penebaran benur dilakukan, maka konsentrasi berikutnya adalah : bagimana mengantarkan benur hingga mencapai umur panen, dengan target size, FCR dan SR sesuai yang direncanakan.
Dalam proses pemeliharaan setiap kemungkinan dapat terjadi, baik yang telah diprediksi, mau pun yang di luar prediksi.
Prioritas proses pemeliharaan meliputi  :
 Menjaga kesehatan dan pertumbuhan udang yang baik,
 Manajemen kualitas air, yaitu : kualitas air budidaya yang terjaga dengan stabil,
 Mempertahankan tingkat kehidupan (survival rate) yang tinggi dari penebaran sampai dengan saat panen,
 Manajemen pakan yang tepat sasaran, yaitu tercapainya stamina dan pertumbuhan udang dengan tetap memperhitungkan efisiensi pemberian pakan, sehingga dicapai FCR bagus.
 Manajemen sumberdaya manusia di tambak.
 Menjaga kesehatan dan pertumbuhan udang yang baik
 Monitoring kesehatan dan pertumbuhan udang dilakukan dengan pengamatan secara langsung di tambak dari saat ke saat, memasukkan juga pengamatan  cuaca dan fenomena yang lain, seperti pergiliran rotasi bulan terhadap bumi yang mempengaruhi siklus pasang surut laut.
 Fokus pengamatan udang diperoleh dari hasil cek anco setiap jam pemberian pakan dan sampling jala secara periodik. Hasil cek anco merepresentasikan kondisi kesehatan udang setiap saat, sedangkan sampling jala menggambarkan pertumbuhan bobot udang secara berkala.
 Pada dasarnya pertumbuhan udang sebanding dengan konsumsi nutrisi, lingkungan dan kesehatan udang, di samping peran genetik dari benur. Komposisi nutrisi yang berimbang dan jumlahnya mencukupi, didukung lingkungan yang kondusif dan kondisi udang sehat, serta benur yang ‘fast grow’ akan diperoleh pertumbuhan udang optimal.
b. Manajemen kualitas air, yaitu : kualitas air budidaya yang  terjaga dengan stabil
Keseimbangan siklus-siklus kimia, biologi dan fisika di lingkungan air budidaya merupakan kunci utama untuk mendapatkan kualitas air budidaya yang terjaga dengan stabil. Tentu saja kualitas air yang diharapkan sesuai dengan parameter ideal yang dibutuhkan oleh udang Vannamei yang dibudidayakan.
Setiap penggunaan perlakuan (treatment) harus selalu diperhitungkan terhadap pengaruh (dampak) berantai setelah perlakuan diberikan, terutama pengaruh secara langsung terhadap udang.
Karena kompleksitas faktor yang mempengaruhi mau pun variabel yang ikut berperan dalam membentuk kualitas air, suatu bahan yang dimasukkan ke perairan tambak akan mengubah keseimbangan kualitas air yang ada, sehingga kemampuan memprediksi mau pun mengantisipasi setiap perubahan harus tepat guna dan tepat waktu. Di sinilah dibutuhkan ketelitian yang tinggi dan pengalaman yang cukup memadai seorang tehnisi tambak.
Berbagai produk dan cara banyak ditawarkan untuk mendapatkan kualitas air tambak yang bagus, namun yang perlu dijadikan pertimbangan utama adalah kesesuaian dengan kondisi di mana tambak berada, karena setiap tempat dan lokasi tambak spesifik.
c.  Mempertahankan tingkat kehidupan (survival rate) yang tinggi dari
penebaran benur  sampai dengan saat panen.
Beberapa indikator keberhasilan budidaya udang Vannamei secara tehnis adalah, tercapainya hasil panen dengan  :
Tingkat kehidupan (survival rate) dari penebaran benur di atas 80%
Ukuran udang (size) seperti yang diharapkan
Rasio konversi pakan (feed convertion ratio) yang bagus
Kondisi udang yang sehat.
Terjaganya tingkat kehidupan (survival rate) selama budidaya tidak terlepas dari stamina udang, sehingga pada saat kondisi kualitas air berubah secara tiba-tiba masih mampu bertahan dengan tingkat stress minimal. Demikian pula ketika proses pemulihan kondisi kualitas air melalui perlakuan (treatment), udang tidak terpengaruh kondisi kesehatannya.
Namun stamina udang, sebaliknya juga sangat bergantung pada kualitas air yang stabil dan keberadaan penyakit udang di lingkungan, yang secara sederhana dapat diillustrasikan sebagai berikut  :
Stamina
udang
Penyakit udang di tambak
Kualitas air tambak
Udang terinfeksi penyakit karena stamina yang dimiliki buruk, kondisi kualitas air buruk dan adanya penyakit udang di tambak.
Pencapaian tingkat kehidupan (survival rate) udang Vannamei sebaiknya di atas 80% dari jumlah penebaran.  Apabila diperoleh tingkat kehidupan yang rendah, perlu segera dianalisis penyebab utama hilangnya populasi selama proses budidaya.  Semakin cepat mendeteksi berkurangnya populasi selama budidaya, segera dapat mengantisipasi program pakan yang diberikan tanpa mengganggu pertumbuhan dan stamina udang.
d. Manajemen pakan yang tepat sasaran, yaitu tercapainya stamina dan       pertumbuhan udang dengan tetap memperhitungkan efisiensi pemberian pakan, sehingga dicapai FCR bagus.
Manajemen pakan budidaya udang Vannamei telah bergeser mendekati manajemen pakan budidaya udang Windu (Penaeus Monodon).
Berbeda pada saat awal kemunculan budidaya udang Vannamei, yang mana manajemen pakan begitu sederhana, tapi hasilnya FCR yang diperoleh sekitar 1,3 sampai dengan 1,5.  Kondisi rasio konversi pakan budidaya udang Vannamei terkini cenderung tinggi, bahkan di atas 2,0.  Padahal beragam upaya telah dilakukan untuk menekan FCR.
Beberapa faktor penyebab tingginya FCR antara lain adalah  :
    Hilangnya populasi selama proses budidaya udang yang tidak terdeteksi, sementara asumsi tingkat kehidupan tinggi,
    Pertumbuhan udang lambat, sehingga tidak berimbang dengan jumlah pakan yang sudah diberikan,
    Kematian udang selama proses budidaya, padahal udang yang mati telah ikut mengkonsumsi pakan,
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, sebaiknya program pakan dibuat atas dasar kondisi riil di lapangan.
Di sinilah ketepatan memprediksi kondisi udang dan tingkat kehidupan udang di tambak akan sangat mempengaruhi ketepatan pemberian pakan dari hari ke hari yang pada akhirnya merupakan jumlah kumulatif pemberian pakan selama proses budidaya berlangsung.
Apabila program pakan sesuai yang diharapkan, akan diperoleh konversi pakan di bawah 1,5 dengan size minimal 50 pada umur pemeliharaan 120 hari.
e. Manajemen sumberdaya manusia di tambak
Ada sementara pendapat, bahwa keberhasilan budidaya udang Vannamei secara intensif di tambak lebih dari 60% ditentukan oleh faktor manajemen sumberdaya manusia, sedangkan sisanya menyangkut faktor tehnis.
Hal tersebut dapat dimengerti, mengingat ritme kerja di tambak yang memerlukan sikap kerja (attitude) dari para karyawan yang baik, disamping keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).
Beberapa karakter sikap kerja (attitude) berikut ini sebaiknya dimiliki oleh karyawan tambak  :
    Jujur
    Disiplin
    Rajin
    Teliti
    Ulet (kerja keras)
    Sabar & Rasa memiliki (sense of belonging) yang tinggi.
Sebagus apa pun program kerja yang dibuat, apabila dalam pelaksanaan di lapangan tidak sesuai dengan ‘standard operation procedure’ akan menimbulkan sumir (bias) terhadap hasilnya, atau bahkan akan muncul masalah yang baru.
Pelaksanaan program kerja akan optimal apabila didukung oleh sumberdaya manusia yang memiliki karakter sikap kerja (attitude) yang baik pula.
Program kerja di tambak dapat dibedakan atas program kerja rutin dan program kerja insidentil (mendadak atau darurat).
Program kerja rutin seperti  :
    Pemberian pakan
    Cek anco
    Sampling pertumbuhan udang
    Pengukuran parameter kualitas air
    Perawatan peralatan tambak
    Perawatan kualitas air
Program kerja insidentil antara lain  :
    Perlakuan (treatment) air tambak
    Penggantian kincir yang ‘trouble’
    Perbaikan peralatan tambak yang rusak
    Pergantian air tambak
Menjadi dirigen orkestra (pengatur harmoni) kerja di tambak memerlukan tehnis manajemen khusus, yaitu antara irama lambat (slow) dan cepat (fast) sehingga mampu membuat suasana kerja yang kondusif selama 24 jam, selama masa pemeliharaan udang.
4.  Panen
Mengakhiri sebuah perioda budidaya udang Vannamei adalah aktifitas panen, yang hasilnya merupakan tumpuan harapan dari seluruh proses budidaya yang sudah dilalui.
Membuat prediksi hasil panen memerlukan tingkat ketelitian dalam menganalisis data pakan harian dan kondisi udang selama pemeliharaan, supaya diperoleh hasil yang akurat.
Produk akhir dari budidaya udang Vannamei diharapkan  :
    Kondisi udang sehat, terlihat dari ciri organoleptik secara visual.
    Ukuran udang seragam.
    Penanganan (handling) udang sejak dipanen dari tambak hingga selesai ditimbang dilakukan secara cepat, teliti dan dalam kondisi suhu dingin, sehingga kemunduran kualitas udang dapat dihambat.
Selain pertimbangan secara tehnis, panen sebaiknya juga berdasarkan kecenderungan harga di pasaran.  Kemudian menggabungkan kedua perhitungan tersebut untuk menentukan waktu yang tepat dilakukan panen.  Dengan demikian akan diperoleh margin keuntungan yang optimal.
B.       Mereduksi dan mengeliminir seminimal mungkin faktor-faktor penyebab
           kegagalan dalam proses budidaya
Dari seluruh uraian yang sudah dipaparkan pada tahap perencanaan sebelum budidaya, dapat disimpulkan dalam sebuah tabel untuk mereduksi dan mengeliminir seminimal mungkin faktor-faktor penyebab kegagalan dalam proses budidaya udang Vannamei, yaitu  :
Topik
    Masalah dan Antisipasi
1. Persiapan lahan
    Pengukuran Redoks Potensial (untuk tambak tanah), lalu pengapuran.
    Pengisian air.
    Sterilisasi
    Pengukuran parameter kualitas air, perlakuan.
    Siap tebar benur.
    Biosecurity
    Air lebih dulu siap, baru dicarikan benur, meski pun dengan waktu tebar yag sudah direncanakan

2. Penebaran benur
Pemesanan benur di hatchery yang kredibel dan telah mempunyai ‘standard operation procedure’.
Monitor benur sejak Nauplii hingga PL siap panen benur.
Scoring penilaian benur
Test PCR, SPF  : WSSV, IHHNV, TSV
Stress test  :  salinitas, suhu, formalin.
3. Proses pemeliharaan
    Penentuan sistem budidaya udang Vannamei
    Monitoring kondisi kesehatan udang dan pertumbuhan
    Monitoring kualitas air tambak
    Program pakan
    Manajemen sumberdaya manusia
4. Panen
    Prediksi hasil panen.
    Penentuan waktu panen berdasarkan perhitungan tehnis dan kecenderungan harga di pasaran
    Penanganan (handling saat panen  :  cepat, teliti dan dalam kondisi suhu dingin.).
C. Mencanangkan target budidaya udang Vannamei yang paling realistis.
Maksud mencanangkan target budidaya udang Vannamei yang paling realistis adalah membuat perhitungan secara teliti dan terperinci seluruh komponen yang dimiliki tambak dalam budidaya udang Vannamei, kemudian menetapkan kapasitas kemampuan produksi tambak sesuai dengan potensi yang ada.
Beberapa komponen penting tambak yang menjadi pembatas kapasitas kemampuan produksi tambak antara lain  :
Sumberdaya perairan
Sumberdya perairan merupakan modal utama dalam budidaya udang Vannamei, seperti pendapat beberapa pelaku budidaya udang  :  “Pada dasarnya budidaya udang adalah budidaya air”.
Menilai potensi sumberdaya perairan untuk tambak mencakup kualitas sumberdaya air dan kuantitas (ketercukupan) sumberdaya air.
Selanjutnya penilaian atas potensi sumberdaya perairan ini akan menentukan tingkat kesulitan manajemen kualitas air tambak, yang ikut menentukan besarnya biaya operasional demi mendapatkan kualitas air yang sesuai untuk budidaya udang Vannamei.
Konstruksi tambak
Konstruksi tambak didesain menyesuaikan kondisi lahan tempat tambak dibangun, ide dasarnya adalah menonjolkan  (mengakomodir) unsur-unsur positif yang berkaitan dengan kepentingan budidaya udang Vannamei.
Setiap lokasi tambak selalu ada nilai lebih dibandingkan lokasi tambak yang lain, meski pun kekurangannya juga selalu ada.  Dalam operasionalnya kelebihan konstruksi tambak dapat dioptimalkan, sedangkan kekurangannya dapat direduksi.
Sumberdaya listrik dan mekanik
Faktor pembatas kapasitas produksi tambak udang Vannamei pola intensif salah satunya adalah sumberdaya listrik dan mekanik, yaitu sumberdaya penggerak kincir dan pompa air di tambak. Target budidaya udang Vannamei harus disesuaikan dengan sumberdaya listrik dan mekanik yang ada.
    Kelengkapan peralatan tambak
Selama proses budidaya udang Vannamei berlangsung harus diperhitungkan adanya peralatan cadangan bila sewaktu-waktu peralatan utama mengalami gangguan atau trouble. Hal tersebut untuk menjaga kestabilan kualitas air tambak, sehingga udang tidak mengalami stress yang berkepanjangan.
    Kemampuan pembiayaan operasional tambak
Dalam satu perioda pemeliharaan udang, seluruh biaya operasional sebaiknya telah dianggarkan sesuai dengan target budidaya yang ingin dicapai.  Kemudian ditambah 20% sebagai persediaan  jika terjadi masalah di tambak yang perlu penanganan dengan segera.

0 comments:

Post a Comment