Monday, July 25, 2016

ARTI PENTING PENYAKIT DALAM BUDIDAYA IKAN

July 25, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Penyakit di dalam Akuakultur tumbuh paling cepat dalam memproduksi bahan pangan bagi masyarakat dunia. Penyakit merupakan hambatan karena:
menyebabkan kematian ikan budidaya
penurunan produksi
kerugian ekonomi pagi pembudidaya.
Kemoterapi (obat dan antibiotika) salah satu upaya pengendalian penyakit parasitik dan bakterial, tetapi Antibiotika menimbulkan masalah-masalah antara lain:
resistensi bakteri
residu antibiotika di ikan à keamanan pangan
residu antibiotika di perairan à kerusakan lingkungan
Tujuan Vaksinasi yaitu antara lain:
  Sebagai upaya PENCEGAHAN terhadap serangan penyakit  (patogen) tertentu
  Menumbuhkan kekebalan spesifik: pembentukan antibodi yang tinggi dan tahan lama
  Menghasilkan memori kekebalan
  Meningkatkan SR hingga 30 %
Sistem immune adalah Sistem yang bekerja untuk:
  mempertahankan tubuh terhadap
  serangan agensia penyakit (penempelan,
  infeksi, target organ, berkembang, menyebar
Bentuk pertahanan sistem immune yaitu SELULER, HUMORAL yang terdiri:
  Yang selalu ada (bawaan, alami)
  Yang timbul setelah ada serangan (adaptive immunity)
  Immune memory yang diproduksi setelah ada serangan.
1.  Sistem Kekebalan Non Spesifik
    Pertahanan terhadap berbagai patogen, selalu ada pada tubuh ikan.
a. Pertahanan Pertama
Fisik   : Lendir, sisik dan kulit
    Kimia : pH, enzim proteolitik, lisosim, neutrofil, respon inflamatori.
b. Pertahanan Kedua (seluler)
    Darah, banyak faktor kekebalan dalam serum dan butir darah a.l. enzim, komplemen, makrofag, PMN termasuk neutro/baso/eusinophils, interferon > inflamatori, kapsulasi.
2. Sistem Kekebalan SPESIFIK

    Peran Ab, dibuat oleh limfosit (sel beta & TH) karena ada benda asing (Ag, patogen, VAKSIN).

Umur ikan sangat berpengaruh thd kelengkapan organ dan daya tahan.
Apakah Respons Imun Bisa Ditingkatkan?
Jawabannya Bisa, baik spesifik maupun non-spesifik
Respon Non-Spesifik: dapat menggunakan komponen tertentu dari organisme lain seperti dinding sel bakteri, inaktif LPS, glukan, dan sebagainya untuk meningkatkan jumlah sel fagositik dan aktifitasnya dalam darah ikan
Upaya tersebut dikenal dengan istilah imunostimulasi. Efek imunostimulasi dapat berupa peningkatan produksi sel fagositik, atau meningkatkan sensitas dan aktifitas fagositosis
LPS (lipopolisakarida)  merupakan imunostimulan yang dapat menstimulasi sel B
Levamisol dan Glukan merupakan imunostimulan yang dapat menstimulasi sel T
Respons Spesifik: melalui vaksinasi yaitu memasukkan patogen yang dilemahkan/dimatikan, sub-unit patogen maupun DNA patogen ke dalam tubuh ikan sehingga dapat memicu bekerjanya mekanisme kekebalan spesifik  (humoral/seluler).
Prinsip dasar vaksinasi adalah mengenalkan patogen tertentu pada sistem imunitas untuk diingat dan disimpan oleh sel memori tanpa harus berhadapan dengan resiko infeksi.
Jenis-jenis vaksin yaitu antara lain:

    Killed vaccine (vaksin in-aktif):

        Patogen yang dimatikan
        Paling banyak dipakai: bakteri utuh yang diinaktivasi dengan formalin atau pemanasan.
        Efektif menginduksi respon humoral (antibodi), tetapi kurang efektif merangsang kekebalan selular dan mukosal.
        Vaksin Vibriosis di Eropa tahun 1970-an Aeromonas hydrophila (formalin 0,03%)

    Live-vaccine (vaksin hidup):

        Patogen dilemahkan (live-attenuated)
        Seperti infeksi oleh patogen tapi tidak menimbulkan penyakit.
        Terpapar antigen dalam waktu yang lama sehingga efektif dalam merangsang kekebalan selular.
        Kemungkinan patogen menjadi ganas kembali à sulit mendapatkan ijin.
        Rekayasa genetik: gen virulensi dihilangkan sehingga patogen tidak ganas cth: KV-3 (Kovac, Israel)

    Vaksin sub-unit (vaksin rekombinan):

        Vaksin dari bagian/komponen mikroorganisme misalnya kapsul polisakarida, exotoksin, atau
        Protein rekombinan hasil rekayasa genetik:

                -  Kloning gen imunogenik ke dalam bakteri
                -  Bakteri sebagai ‘pabrik’ produksi protein imunogenik.
            - Cocok untuk membuat vaksin dari patogen yang sulit dikultur masal seperti virus,     Piscirickettsia dan Renibacterium salmoninarum (Vaksin gen VP2 untuk IPN pada ikan salmon)

        Kecil resiko patogen menjadi ganas.
Tabel 3. Macam Penyakit Ikan, Komoditas Ikan yang banyak diserang dan jenis vaksin yang digunakan
No.
Penyakit/Patogen
Komoditas
Vaksin
1
Streptococcosis/
Sterptococcus iniae
Ikan Laut (Kakap Putih , Bawal Bintang)
Norvax Strep Si 
2.
Streptococcosis/
Sterptococcus agalactiae
Ikan  Air Tawar (Nila)
Aquavac Strep Sa
Dan StreptoVac
3
Koi Herpes /
Koi Herpesvirus
Ikan Koi dan Mas
KV3
4
Motil Aeromonas Septicemia (MAS)/
Aeromonas hydrophilla
Ikan Air Tawar (Lele, Mas, Gurame, Patin, Nila)
Caprivac Aero – L dan HydroVac
5
Vibriosis pada ikan/
Vibrio  sp
Kerapu
Caprivac Vibrio L
6
Grouper Sleepy Disease
Kerapu
Aquavac®Irido-V
7
Enteric Septicemia of Catfish
Patin
Caprivac ICTA
Tabel 4. Merk dan Jenis Vaksin yang Terdaftar di Indonesia
No.
Nama Vaksin
Penggunaan
No. Registrasi
1.
Norvax Strep Si 
Pencegahan bakteri Streptococcus  iniae
DKP RI. No. I 060641 VKC
2.
Aquavac Garvetil   
Pencegahan bakteri Streptococcus  iniae
DKP RI.  No. I 0703071 VKC
3.
Aquavac Garvetil Oral 
Pencegahan bakteri Streptococcus  iniae
DKP RI. No. I 0703070 VKC
4.
KV3
Pencegahan  Koi Herpes  Virus
KKP RI.  No. I  1101152 VKC
5.
Himmvac Agilban S – Plus
Pencegahan bakteri Streptococcus  iniae
KKP RI.  No. I 1105165 VKC
6.
Aquavac Strep Sa 
Pencegahan bakteri Streptococcus  agalactiae
KKP RI.  No. I  1101166 VKC
7.
Caprivac Aero – L
Pencegahan bakteri Aeromonas  hydrophila
KKP RI.  No. D 1206201 BKC
8.
Caprivac Vibrio – L
Pencegahan bakteri Vibrio sp
KKP RI. No. D 1206202 BKC
9.
HydroVac
Pencegahan bakteri Aeromonas  hydrophila
KKP RI. No. D 1206203 BKC
10.
Caprivac Vibrio
Pencegahan bakteri Vibrio sp
KKP RI. No.  D 1207206 BKC
11.
Caprivac Aero
Pencegahan bakteri Aeromonas  hydrophila
KKP RI. No.  D 1208207 BKC
12.
Aquavac ® Irrido V
Pencegahan Irrido  Virus
KKP RI. No.  I 1211221 BKC
13.
Caprivac ICTA
Pencegahan bakteri Edwardsiella ictaluri
KKP RI. No.  D 1211222 BKC
14.
Streptovac
Pencegahan bakteri Streptococcus agalactiae
KKP RI. No. D 1305224  BKC

    
Prinsip Dasar Vaksinasi:
1. Ikan sehat:

    cek gejala klinis dan tingkah laku (visual)
    cek parasit, bakteri, jamur (laboratorium)

2.  Tepat aplikasi:

    oral, rendam, suntik
    jenis ikan~jenis vaksin
    umur ikan

3.  Tepat dosis.
4.  Tepat sarana: air dan wadah yang “bersih”
5.  Keamanan pasca vaksinasi: sterilisasi (vaksin yang dilemahkan + dimatikan)
PERSYARATAN VAKSIN
1.  Aman pada lingkungan, ikan & konsumen à Terdaftar
2.  Vaksin masih efektif à Belum kadaluarsa
3.  Level proteksi tinggi
4.  Aplikasi mudah
5.  Ekonomis
6.  Halal
Bahan dan Peralatan
1.  Air yang digunakan saat  dan sesudah vaksinasi harus bebas dari penyakit ikan dan diaerasi
2.  Injektor dan Jarum Suntik harus selalu dalam kondis steril sebelum atau sesudah digunakan
3.  Ukuran Jarum Suntik
4.  Gunakan volume injektor yang sesuai
Penyimpanan dan Pengangkutan
- Simpan dan angkut vaksin sesuai dengan petunjuk pada setiap jenis vaksin (suhu, kemasan, dll)
Penanganan Limbah Vaksin
- Penanganan Botol/ampul bekas vaksin dan air bekas perendaman sesuai dengan pedoman pada setiap jenis vaksin
Pasca Vaksinasi
1.  Selama masa induksi dan pemulihan, pelihara ikan dalam kondisi kualitas air yang optimal selama 1 – 2 minggu setelah vaksinasi
Hindari stress pada ikan, stress dan menurunkan efikasi vaksin sehingga dapat menurunkan level dan durasi proteksi.

Vaksinator
1.  Memiliki Standar Kompetensi Kerja Khusus
2.  Level Supervisor dan Fasilitator
3.  Bersertifikat
Metode Vaksinasi
1.  Perendaman
2.  Melalui Pakan
3.  Penyuntikan
PERENDAMAN
1.  Ideal untuk benih ikan dalam jumlah banyak
2.  Tingkat stress ikan sedang
3.  Perendaman selama 15 – 30 menit 
4   Dosis vaksin 100 ml vaksin untuk 1.000 liter air
5  Sebaiknya dilengkapi aerasi, dan kepadatan ikan tidak terlalu tinggi (antara 100 – 200 gram/L air).
Tahapan-tahapan vaksinasi dengan perendaman adalah:

    Siapkan alat dan bahan: ember/jolang/bak; instalasi aerasi; serok; termometer; vaksin; air bersih; benih ikan.
    Isi air ke dalam ember sebanyak 10 liter. Pasang aerasi. Cek suhu dengan termometer. Suhu optimal untuk vaksinasi adalah >25 0C.
    Ambil vaksin. Kocok beberapa saat lalu tuangkan ke dalam ember sebanyak 30 ml. Aduk hingga merata.
    Masukkan benih ikan ukuran 2-3 cm ke dalam ember (maks.3.750 ekor).
    Rendam selama 15-30 menit. Amati kondisi ikan. Jika ada ikan yang bermasalah, sebaiknya dipisahkan lalu dimusnahkan (dibakar/dikubur).
    Setelah perendaman, pindahkan ikan ke wadah penampungan/inkubasi yang bersuhu >25 0C minimal selama 1 minggu.
    Sterilisasi Air larutan vaksin yang telah digunakan sebelum dibuang.
    Sterilisasi dengan pemberian kaporit/deterjen sebanyak 2 gram/100 liter larutan sisa vaksinasi. Perendaman selama 24 jam.



PENYUNTIKAN
1.  Terutama untuk ikan-ikan yang berukuran relatif besar dan berharga
2.  Keuntungan vaksinasi melalui penyuntikan adalah 100% masuk ke dalam tubuh ikan.
3.  Tingkat stress ikan tinggi
4.  Dosis vaksin adalah 0,2 ml/kg bobot tubuh ikan (Hydrovac), 0,1 ml per dosis (Norvax Strep Si, Caprivac Vibrio L dan Caprivac Vibrio)  dan 0.05 ml per dosis (Aquavac Strep Sa)
Tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

    Siapkan alat dan bahan: ember/jolang/bak; instalasi aerasi; serok; Syringe/spuit; timbangan; vaksin; alkohol 70%; larutan iodine; ikan.
    Ambil vaksin lalu kocok beberapa saat. Siapkan vaksin dalam spuit. Jangan ada gelembung udara pada tabung syringe/spuit. Kondisikan larutan vaksin sesuai suhu tubuh ikan.
    Lakukan sterilisasi bagi vaksinator (dengan alkohol 70%).
    Timbang bobot ikan. Jika bobot ikan bervariasi, kelompokkan ikan dengan bobot yang relatif sama. Misal: 1 kg; 1,5 kg; 2 kg; dst.
    Jika diperlukan, untuk mengurangi tingkat stress, dapat dilakukan pembiusan dengan minyak cengkeh (dosis 0,2 ml/5 liter air).
    Ambil ikan, lalu suntikan vaksin sesuai dosis (0,1-0,2 ml/kg ikan).
    Penyuntikan dapat secara Intra Peritoneal atau Intra Muscular, dengan sudut kemiringan jarum suntik 300.
    Oleskan larutan iodine pada bekas titik penyuntikan.
    Setelah penyuntikan, pindahkan ikan ke wadah penampungan/ inkubasi yang bersuhu >25 0C minimal selama 1 minggu.

Catatan: - Penyuntikan induk ikan yang akan dipijahkan, minimal 1 minggu sebelum dipijahkan.
               - Bila melakukan pembiusan, aerasi pada wadah penampungan harus dibesarkan.
Tabel 5. Macam-Macam Vaksin dengan Perlakuan Inject, Rendam dan Oral
abel 5. Macam-Macam Vaksin dengan Perlakuan Inject, Rendam dan Oral
Vaksin
Inject
Dipping (Rendam)
Oral
Hydrovac
0,1-0,2ml/kg ikan
1 ml/10 lt air selama 15-30 menit untuk 1.000 ekor (2-3 cm)
2-3 ml/kg pakan ikan selama 5-7 hr
Streptovac
0,1-0,2ml/kg ikan
1 ml/10 lt air selama 15-30 menit
Untuk 1.000 ekor (2-3 cm)
2-3 ml/kg pakan ikan selama 5-7 hr
Caprivac Aero-L
0,2-0,4ml/kg ikan
30 ml/10 lt air selama 15-30 Untuk 7.500 ekor (2-3 cm)
X
Strepsa
Single Dosage 0,05 ml/ekor
X
X
KV3
X
100 ml/m3 air selama 45 menit  untuk 250 kg ikan (3 bln)
X
KHV (dna Plasmid)
Uk. 20-100 g: 0,1 ml/ekor
Uk. >200g: 0,3 ml/ekor
X
X
KHV (dna serbuk)
X
5 g/100 lt air selama 30 menit untuk 10.000 ek (5-8 cm)
X


PAKAN

    Sesuai untuk ikan-ikan yang sudah dipelihara dalam kolam/karamba ataupun sebagai booster

    Tingkat stress ikan rendah

    Dosis vaksin 2-3 ml/kg pakan ikan

    Vaksinasi diberikan selama 5 – 7 hari



Sumber : Dwi Wahyuni Yulianty dan berbagai sumber

Friday, July 22, 2016

SISTEM PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

July 22, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai  dalam usaha perikanan. Harga jual ikan, selain ditentukan oleh ukuran, juga ditentukan oleh kesegarannya. Oleh karena itu, kegagalan dalam pengangkutan ikan merupakan suatu kerugian. Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi pengangkutan dalam jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan perlakuan-perlakuan khusus untuk mempertahankan kelangsungan hidup ikan.
Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu dengan menggunakan air sebagai media atau sistem basah, dan media tanpa air atau sistem kering.
A. PENGANGKUTAN SISTEM BASAH
Transportasi sistem basah (menggunakan air sebagai media pengangkutan) terbagi menjadi dua, yaitu :
(1). Sistem Terbuka
     Pada sistem ini ikan diangkut dalam wadah terbuka atau tertutup tetapi secara terus menerus diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan. Biasanya sistem ini hanya dilakukan dalam waktu pengangkutan yang tidak lama. Berat ikan yang aman diangkut dalam sistem ini tergantung dari efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis spesies ikan.
(2). Sistem Tertutup
     Dengan cara ini ikan diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan. Wadah dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan adalah kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan (Berka, 1986).
(1). Kualitas Ikan
     Kualitas ikan yang ditransportasikan harus dalam keadaan sehat dan baik. Ikan yang kualitasnya rendah memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dalam waktu pengangkutan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan yang kondisinya sehat.
(2). Oksigen
Kemampuan ikan untuk menggunakan oksigen tergantung dari tingkat toleransi ikan terhadap perubahan lingkungan, suhu air, pH, konsentrasi CO2 dan hasil metabolisme seperti amoniak. Biasanya dasar yang digunakan untuk mengukur konsumsi O2 oleh ikan selama transportasi adalah berat ikan dan suhu air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan selalu tergantung pada jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkatikan akan mengkonsumsi O2 pada kondisi stabil dan ketika kadar O2 menurun konsumsi O2 oleh ikan lebih rendah dibandingkan konsumsi pada kondisi kadar O2 yang tinggi.
(3). Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting dalam transportasi ikan. Suhu optimum untuk transportasi ikan adalah 6 – 8 0C untuk ikan yang hidup di daerah dingin dan suhu 15 – 20 0 untuk ikan di daerah tropis.
(4). Nilai pH, CO2, dan amonia
Nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknik akibat kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam selama transportasi. Nilai pH optimum selama transportasi ikan hidup adalah 7 sampai 8. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, untuk menanggulanginya dapat digunakan larutan bufer untuk menstabilkan pH air selama transportasi ikan. Amoniak merupakan anorganik nitrogen yang berasal dari eksresi organisme perairan, permukaan, penguraian senyawa nitrogen oleh bakteri pengurai, serta limbah industri atau rumah tangga.
(5). Kepadatan dan aktivitas ikan selama transportasi
Perbandingan antara volume ikan dan volume air selama transportasi tidak boleh lebih dari 1 : 3 . Ikan-ikan lebih besar, seperti induk ikan dapat ditrasportasi dengan perbandingan ikan dan air sebesar 1 : 2 sampai 1 : 3 , tetapi untuk ikan-ikan kecil perbandingan ini menurun sampai 1 : 100 atau 1 : 200. Kesegaran ikan juga dipengaruhi oleh kondisi apakah ikan dalam keadaan meronta-ronta dan letih selama transportasi. Ketika ikan berada dalam wadah selama transportasi, ikan-ikan selalu berusaha melakukan aktivitas. Selama aktivitas otot berjalan, suplai darah dan oksigen tidak memenuhi, sehingga perlu disediakan oksigen yang cukup sbagai alternatif pengganti energi yang digunakan.
Beberapa permasalahan dalam pengangkutan sistem basah adalah selalu terbentuk buih  yang disebabkan banyaknya lendir  dan kotoran ikan yang dikeluarkan. Kematian diduga karena pada saat diangkut, walaupun sudah diberok selama satu hari, isi perut masih ada. Sehingga pada saat diangkut masih ada kotoran yang mencemari media air yang digunakan untuk transportasi. Disamping itu, bobot air cukup tinggi, yaitu 1 : 3 atau 1 : 4 bagian ikan dengan air menjadi kendala tersendiri untuk dapat meningkatkan volume ikan yang diangkut.
B. Transportasi Sistem Kering (Semi Basah)
Pada transportasi sistem kering, media angkut yang digunkan adalah bukan air, Oleh karena itu ikan harus dikondisikan dalam keadaan aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi energi dan oksigen juga rendah. Makin rendah metabolisme ikan, terutama jika mencapai basal, makin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya sehingga ketahanan hidup ikan untuk diangkut diluar habitatnya makin besar .
Penggunaan transportasi sistem kering dirasakan merupakan cara yang efektif meskipun resiko mortalitasnya cukup besar. Untuk menurunkan aktivitas biologis ikan (pemingsanan ikan) dapat dilakukan dengan menggunkan suhu rendah, menggunakan bahan metabolik atau anestetik, dan arus listrik.
Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan metabolisme ikan berada dalam taraf metabolisme basal, karena pada taraf tersebut, oksigen yang dikonsumsi ikan sangat sedikit sekedar untuk mempertahankan hidup saja. Secara anatomi, pada saat ikan dalam keadaan tanpa air, tutup insangnya masih mangandung air sehingga melalui lapisan inilah oksigen masih diserap .
PEMINGSANAN IKAN
Kondisi pingsan merupakan kondisi tidak sadar yang dihasilkan dari sistem saraf pusat yang mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan rendahnya respon gerak dari rangsangan tersebut. Pingsan atau mati rasa pada ikan berarti sistem saraf kurang berfungsi ..
Pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penggunaan suhu rendah, pembiusan menggunakan zat-zat kimia dan penyetruman menggunakan arus listrik.
1. Pemingsanan dengan penggunaan  suhu rendah .
Metode pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
q  penurunan suhu secara langsung, dimana ikan langsung dimasukan dalam air yang bersuhu 100 – 150C. Sehingga ikan akan pingsan.
q  Penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan.
2. Pemingsanan ikan dengan bahan anestasi (bahan pembius)
Bahan anestasi yang dapat digunakan untuk pembiusan ikan adalah :
No    BAHAN    DOSIS
1    MS-222    0.05 mg / l
2    Novacaine    50 mg / kg berat ikan
3    Barbitas sodium    50 mg / kg berat ikan
4    Ammobarbital sodium    85 mg / kg berat ikan
5    Methyl paraphynol (dormisol)    30 mg / l
6    Tertiary amyl alcohol    30 mg / l
7    Choral hydrate    3-3.5 g lt
8    Urethane    100 mg / l
9    Hydroksi quinaldine    1 mg / l
10    Thiouracil    10 mg / l
11    Quinaldine    0.025 mg / l
12    2-Thenoxy ethanol    30 – 40 ml / 100 lt
13    Sodium ammital    52 – 172 mg / l

Selain bahan-bahan anestasi sintetik diatas pembiusan juga dapat dilakukan dengan menggunakan zat  caulerpin  dan caulerpicin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp.
Pembiusan  ikan dikatakan berhasil bila memenuhi tiga kriteria, yaitu :
1  Induksi bahan pembius dalam tubuh ikan terjadi dalam waktu tiga menit atau kurang, sehingga ikan lebih mudah ditangani.
2. Kepulihan ikan sampai gerakan renangnya kembali normal membutuhkan waktu kurang dari 10 menit.
3. Tidak ditemukan adanya kematian ikan selama 15 menit setelah pembongkaran
Proses pembiusan ikan meliputi 3 tahap yaitu :
1.  Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam muara pernapasan organisme
2.  Difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pembius ke dalam darah.
3.  Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan subtansi ke seluruh tubuh. Kecepatan distribusi dan penyerapan oleh sel bergantung pada persediaan darah dan kandungan lemak pada setiap jaringan sehingga bahan anestasi juga harus mudah larut dalam air dan lemak.

3. Pemingsanan Ikan dengan Arus Listrik
Arus listrik yang aman digunakan untuk pemingsanan ikan adalah yang mempunyai daya 12 volt, karena pada 12 Volt ikan mengalami keadaan pingsan lebih cepat dan tingkat kesadaran setelah pingsan juga cepat.
PENGEMASAN
Pada pengangkutan kering diperlukan media pengisi sebagai pengganti air. Menurut Wibowo (1993), yang dimaksud dengan bahan pengisi dalam pengangkutan ikan hidup adalah bahan yang dapat ditempatkan diantara ikan hidup dalam kemasan untuk menahan ikan dalam posisinya. Selanjutnya disebutkan bahwa bahan pengisi memiliki fungsi antara lain mampu manahan ikan agar tidak bergeser dalam kemasan, menjaga lingkungan suhu rendah agar ikan tetap hidup serta memberi lingkungan udara dan kelembaban memadai untuk kelangsungan hidupnya.
Media pengisi yang sering digunakan dalam pengemasan adalah serbuk gergaji, serutan kayu, serta kertas koran atau bahan karung goni. Namun penggunaan karung goni sudah tidak digunakan karena hasilnya kurang baik. Jenis serbuk gergaji atau serutan kayu yang digunakan tidak spesifik, tergantung bahan yang tersedia.Dari bahan pengisi yaitu sekam padi, serbuk gergaji, dan rumput laut , menururt Wibowo (1993) ternyata sekam padi dan serbuk gergaji merupakan bahan pengisi terbaik karena memiliki karakteristik, yaitu :
q  Berongga
q  Mempunyai kapasitas dingin yang memada
q  Tidak beracun, dan
q  Memberikan RH tinggi.
Media serbuk gergaji memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis media lainnya. Keunggulan tersebut terutama pada suhu. Serbuk gergaji mampu mempertahankan suhu rendah lebih lama yaitu 9 jam tanpa bantuan es dan tanpa beban di dalamnya. Sedangkan rumput laut kurang efektif karena menimbulkan lendir dan bau basi selama digunakan

Thursday, July 21, 2016

MENGEMBANGKAN PEMBENIHAN IKAN OSCAR

July 21, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
PEMBENIHAN IKAN OSCAR
Ikan oscar adalah salah satu jenis ikan hias yang banyak digemari oleh kalangan hobiis, karena ikan ini memiliki komposisi warna yang menarik sehingga dalam pemeliharaannya, ikan ini memerlukan makanan dan perawatan khusus. Bercak warna indah yang menempel pada tubuhnya tidak akan muncul apabila ikan ini mengalami stres. Terjadinya stres dapat merupakan satu langkah awal terserangnya ikan ini oleh organisme penyabab penyakit, sehingga selain pengetahuan tentang cara perawatan yang baik, pengetahuan tentang penyakit yang sering menyerang ikan oscar dan cara-cara menanggulanginya, perlu dimiliki oleh para hobiis ataupun para pembudidaya ikan hias ini.
Sistematika
*   Ordo    : Percomorpjoidei
*   Famili    : Cichlidae
*   Genus    : Astronotus
*   Spesies    : Astronotus acellatus, Cuvier
Oscar termasuk pada golongan Cichlidae yang mempunyai ciri:
*   Susunan duri-duri keras pada farink
*   Mempunyai satu lubang hidung pada setiap sisi moncongnya
*   Badannya selalu memanjang dan pipih ke samping
*   Kepalanya relatif besar dengan moncong lebar dan tumpul
*   Linea lateralis terpotong menjadi 2 bagian.
Morfologi
Ikan Oscar memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan nila, ia memiliki kepala yang besar dengan mulutnya lebar, bergerigi, agak meruncing, dan terletak di tengah (terminal). Sirip punggung (dorsal fin) berbentuk lebar yang ujungnya bersebrangan dengan sirip dada (pectoral fin), serta ujung sirip punggung dan sirip anus meruncing agak tumpul. Sirip ekornya berbentuk bulat (rounded).
Tubuhnya dilapisi warna dasar bervariasi, akan tetapi lebih sering ditemukan Oscar yang memiliki warna dasar hijau zaitun gelap atau coklat tua dengan coretan dan bintik-bintik tidak beraturan di bagian sisi yang berasal dari sisik yang berwarna kuning keemasan atau kemerah-merahan. Ikan jantan mempunyai beberapa tanda merah menyala pada tutup insang dan dekat daerah perut di samping. Kecerahan warna ikan ini sering berganti-ganti tergantung pada kondisi ikan. Ikan ini memiliki pergerakan yang gesit karena ditunjang dengan bentuk badan yang langsing, pipih ke samping (compressed).

Tingkah Laku
Ikan oscar  termasuk ikan yang cerdas, karena ikan ini mudah mengenali pemiliknya. Selain itu, dapat kita ketrahui bahwa ikan ini juga sensitif terhadap gerakan, intesnsitas cahaya, dan irama akan tetapi ikan ini juga mempunyai kebiasaan merusak atau mengganggu ornamen-ornamen yang ada di dalam akuarium.
Ikan oscar dewasa termasuk ikan buas, karena ia mempunyai kebiasaan memakan ikan-ikan yang berukuran kecil terlebih jika ikan itu bukan dari famili yang sama dengannya. Ikan oscar dapat hidup rukun apabila dipelihara dengan ikan dari Famili Chiclidae lainnya yang memiliki ukuran tubuh sama dengannya.

Makanan
Makanan yang biasa diberikan pada ikan oscar sangat variatif seperti ikan-ikan kecil, jentik nyamuk, ataupun potongan-potongan ikan lainnya. Akan tetapi, untuk menghasilkan ikan oscar yang memiliki kualitas warna yang baik, maka sebaiknya makanan yang diberikan pada ikan ini adalah makanan yang mengandung zat chitine. Jenis makanan yang mengandung zat chitine kebanyakan adalah makanan alami berupa hewan-hewan yang memiliki cangkang seperti kutu air, udang  kali, rayap, dan lain-lain.

Reproduksi
Ikan oscar dapat dipijahkan setelah mencapai ukuran panjang 15 cm dengan lebar 10 cm. Telur hasil pemijahan akan ditempatkan oleh induk oscar pada substrat yang memiliki permukaan licin seperti kaca, porselin, ataupun pecahan genting, dan selanjutnya akan dijaga oleh induk sampai telur tersebut menetas.
Ikan oscar dapat bertelur setiap 10 hari sekali dengan jumlah telur sekitar 1000-3000 butir per induk. Sepasang induk oscar dapat dipijahkan sampai 5 musim pemijahan atau sampai berumur 7 tahun. Semakin tua umur ikan oscar, maka kuantitas telur yang dihasilkannyapun akan semakin menurun.

Persiapan Sarana Pemijahan
*        Bak Pemijahan
Sarana pemijahan yang sering dipakai untuk memijahkan ikan oscar adalah berupa bak semen dengan ukuran 2 x 2 x 0,5 m. Sebelum digunakan, bak pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu dengan melakukan kegiatan pembersihan bak dari kotoran dan sampah-sanpah. Apabila bak yang akan dipakai adalah bak yang baru dibuat, maka sebaiknya bak tersebut direndam dengan air sumur selama 4 minggu dengan perlakuan setiap 2 minggu sekali bak dikuras. Setelah itu lakukan penjemuran terhadap bak pemijahan, hal ini dilakukan selain untuk memberikan rangsangan terhadap oscar, juga untuk membunuh bibit penyakit yang diperkirakan bersarang dalam bak.
Setelah bak pemijahan disiapkan, selanjutnya air dimasukan ke dalam bak dengan ketinggian 25-30 cm. Sumber air yang dapat digunakan adalah air sumur ataupun air PAM, akan tetapi air tersebut perlu diendapkan selama 12-24 jam.

Substrat (Penempel Telur)
Telur ikan oscar bersifat adhesiv, artinya telur memerlukan tempat untuk menempel (substrat). Jenis substrat yang biasa digunakan dalam pemijahan ikan oscar adalah berupa batu yang memiliki permukaan datar ataupun bahan lain yang memiliki permukaan licin, seperti pecahan genting, porselin, kaca ataupun pipa paralon.
Sebelum dimasukan ke dalam bak pemijahan, substrat yang akan dipakai sebaiknya dicuci dahulu untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel agar tidak mengganggu telur. Jumlah substrat yang dimasukan disesuaikan dengan jumlah induk oscar yang akan dipijahkan. Untuk setiap pasangan induk oscar yang akan dipijahkan, cukup diberikan substrat 1 saja, dan substrat tersebut kita simpan di bagian sudut bak. Ukuran substrat yang ideal biasanya adalah 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm.

Pemasukan Induk
Ikan oscar dapat dipijahkan dengan perbandingan induk jantan dan betina 1 : 1. Jumlah induk oscar yang akan dipijahkan, sebaiknya disesuaikan  dengan ukuran bak pemijahan 2 x 2 m dapat dimasukan induk sebanyak 4 pasang.

Proses Pemijahan
Proses pemijahan pada ikan oscar dimulai dengan gerakan-gerakan lincah dari induk jantan untuk memikat induk betina, kemudian kedua induk akan mencari tempat yang dianggap cocok dan membersihkannya. Setelah itu, induk betina akan mulai mengeluarkan telurnya di permukaan substrat, dan induk jantan akan langsung mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur-telur tersebut.
Telur-telur hasil pemijahan tadi, akan dijaga oleh kedua induk, akan tetapi sering pula terjadi induk oscar memakan telur-telurnya kembali karena ia kekurangan makanan. Oleh karena itu untuk mencegah hal itu terjadi, maka sebaiknya telur-telur tadi kita pindahkan ke tempat lain untuk ditetaskan.
Penetasan Telur
Telur-telur hasil pemijahan sebaiknya di tetaskan di dalam wadah terpisah dengan bak pemijahan. Wadah yang biasa digunakan adalah akuarium yang diisi air setinggi 6-8 cm. Akuarium tersebut kita tempatkan pada tempat yang terlindung dari hujan dan panas yang berlebihan. Akuarium penetasan sebaiknya di aerasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlarut bagi telur.
Gelembung udara yang dihasilkan oleh aerator jangan terlalu besar, hal ini bertujuan agar telur tidak terganggu.
Dalam waktu 3 hari, telur-telur yang kita tetaskan biasanya sudah mulai menetas. Larva ikan oscar tidak langsung kita beri makan, karena ia masih memiliki kantung kuning telur sebagai sumber makanannya. Pada umur 4 hari benih sudah mulai diberi makanan alami berupa kutu air. Benih yang dapat dihasilkan dari sepasang induk adalah 1000-3000 ekor.
Perawatan
Larva yang telah menetas selanjutnya kita pelihara di dalam akuarium penetasan sampai berumur 1 bulan. Selama pemeliharaan, ketinggian air dalam akuarium ditingkatkan secara bertahap setiap 7 hari sekali yaitu dari 6 cm menjadi 10 cm, 15 cm dan 20 cm.
Setelah berumur 1 bulan, benih-benih tersebut kita pelihara dalam bak berukuran 4 m2 dengan kepadatan 250 ekor per m2. Selama pemeliharaan, benih di beri makanan berupa kutu air ataupun cacing sutera. Makanan diberikan sebanyak 2-3 kali sehari secara adlibitum.
DAFTAR PUSTAKA
Afriantio, Eddy dan Evi Liviawati. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta : 1993
Daelami, Deden. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya.
Jakarta :2001
Hakim A.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Oscar Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
http://www.google.com/imgres?imgurl=http://3.bp.blogspot.com/_u96_MMNGtog/R0aDjJ7avVI/AAAAAAAAAGk/s773tHO38oE/s400/Ocellatus.jpg&imgrefurl=http://uplixs-fish.blogspot.com/2007/11/oscar.html&h=257&w=388&sz=38&tbnid=QE2gTkHEfv_eOM:&tbnh=90&tbnw=136&zoom=1&usg=__jOMO3teBbgMwkC7t4WPH3NSfqy8=&docid=uLqxf6Moe9_QMM&hl=id&sa=X&ei=d36IUZuDKsX_rQfvlIGoAQ&sqi=2&ved=0CDMQ9QEwAg&dur=2980

Susanto, Heru. Oscar. Penebar Swadaya. Jakarta : 1993

Tuesday, July 19, 2016

CARA PENGOLAHAN IKAN TUNA MENJADI TAHU TUNA YANG NIKMAT

July 19, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan tuna yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan tuna kaleng harusmemenuhi persyaratan dalam SNI 01-2712.1-1992, yaitu (Eko, H.R dan TeukuMuamar, 2007):1.
Ikan yang digunakan segar atau beku, utuh atau tanpa isi perut. 2.
Bahan baku berasal dari perairan yang tidak tercemar 3.
Bahan baku harus bersih, bebas dari setiap bau yang menandakanpembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifatalami lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakankesehatan.
Berdasarkan medium jenis medium yang digunakan, produk tuna kaleng dibedakanatas produk tuna in oil dan tunain water/brine (Eko, H.R dan Teuku Muamar, 2007).
Berikut ini adalah proses pengalengan ikan tuna (Eko, H.R dan Teuku Muamar,2007):
1.. Penerimaan bahan baku
Pada tahap pemeriksaan bahan baku diambil 5% untuk dilakukan pengujianterhadap suhu, kadar histamin, kadar garam dan organoleptik. Selain itu,dilakukan pengujian honeycomb, brosis dan parasit dengan menggunakantest pack pada 2 ekor ikan tuna.Bahan baku yang dipindahkan dari mobil pengangkut ke cold storage tidakboleh lebih dari 3 jam. Penyimapanan bahan baku dalam cold storage padasuhu -18 C dan lama penyimpanan maksimal 3 bulan. Sebelum diolah ikantunah harus melalui proses pelelehan terlebih dahulu.
2. Penyiangan Proses ini diawali dengan pemotongan tuna menjadi 7-8 bagian yang terbagimenjadi 4 atau 5 bagian tengah, 1 bagian leher, 1 bagian kepala, dan 1bagian ekor. Kemudian proses dilanjutkan dengan pengambilan isi perut daninsang. Limbah dari proses penyiangan ini biasanya dimanfaatkan menjaditepung ikan. 
3. Penyusunan dalam rak Penyusunan bagian-bagian tuna dalam rak dipisahkan berdasarkan bagianbadan, ekor, dan kepala. Pemisahan ini dilakukan karena setiap bagian ikanmemiliki waktu pemasakan pendahuluan ( precooking) yang berbeda.
4. Pemasakan pendahuluan (precooking)
Tujuan dari pemasakan pendahuluan ini adalah untuk memudahkan prosespembersihan daging ikan, mengurangi kandungan air, lemak dan membuatdaging ikan menjadi lebih kompak. Proses pemasakan dilakukan di dalam cooker dengan mengalirkan uap panas. Pengaliran uap panas dihentikanapabila telah mencapai suhu 100 C. Setelah diberi uap panas dilakukanpenyemprotan dengan air agar tekstur menjadi kompak
Bahan-bahan Tahu Tuna
• 1000 potong tahu                           
• 7 kg ikan tuna segar
• 4 kg tepung kanji
Bumbu-bumbu
•  0,5 kg bawang putih
•  2 ons Merica
•  2 Bungkus garam
•  3 plastik es
Cara pengolahan :
1. Penyiangan
Penyiangan dilakukan segera mungkin yaitu dengan cara membuang kepala dan isi perut sebelum daging dipisahkan. Penyiangan dilakukan secara cepat, cermat dan saniter sehingga tidak menyebabkan pencemaran pada tahap berikutnya. Ikan harus disiangi segera mungkin setelah ikan mati karena apabila darahnya mulai beku, maka daging akan mengalami diskolorisasi (perubahan warna) sehingga akan mempengaruhi warna produk akhir. Perubahan warna banyak disebabkan karena perubahan zat warna darah dan zat warna lain. Hemoglobin dan myoglobin yang mula-mula berwarna cerah akan berubah menjadi merah kecoklatan atau coklat karena terbentuknya methemoglobin.
2. Pencucian
Ikan dicuci dengan secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter dengan menggunakan air dingin bersih yang mengalir.
3. Pemfilletan dan Pengambilan daging
Ikan yang telah disiangi dan dicuci kemudian di fillet yaitu mengambil dan memisahkan  daging dari kulit dan tulang ikan. Pemfilletan ini dilakukan dengan cara ikan diletakkan di atas talenam, kemudian disayat memanjang dengan pisau pada ekor hingga ke arah kepala.
Selama proses, bahan baku ditangani secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter dan tetap mempertahankan suhu ikan maksimal 5˚C. Daging ikan yang masih menempel di tulang  diambil (dikerok) menggunakan sendok. Proses ini dapat dilakukan menggunakan mesin  maupun secara manual. Daging fillet harus tetap dipertahankan suhunya dengan selalu  menambahkan es. Cara yang paling mudah untuk mendinginkan  ikan adalah dengan menggunakan es. Es mendinginkan dengan cepat tanpa banyak  mempengaruhi keadaan ikan, serta biayanya murah. Pada prinsipnya, es harus dicampurkan   dengan ikan sedemikian rupa sehingga permukaan ikan bersinggungan dengan es, maka pendinginan ikan akan berlangsung lebih cepat sehingga pembusukan dapat segera dihambat.
4. Penghancuran daging/Penggilingan
Daging ikan dihancurkan dengan menggunakan alat penghancur. Proses dilakukan secara cepat, cermat dan saniter serta tetap mempertahankan suhu 00C- 50C. Penggilingan daging ikan dilakukan dengan menggunakan mesin penggiling yang umummya disebut alat penghancur (grinder) selama kurang lebih 5 menit hingga daging ikan hancur dan halus. Penggilingan yang terlalu lama akan menyebabkan tekstur daging ikan lembek sehingga produk yang dihasilkan tidak dapat dibentuk atau dicetak.
5. Pencucian daging
Proses pencucian meliputi pencucian daging ikan yang dilumatkan dengan air es (air dingin). Dan diberi garam ( ± 0,3 %). Perbandingan ikan dengan air dingin 1: 3 dan perendaman dilakukan selama 15 menit sambil diaduk-aduk. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk memperbaiki warna daging. Hasil pencucian daging menjadi membentuk gel (kenyal), proses pencucian ini akan dapat memperbaiki gel dan juga memperbaiki warna daging. Pencucian akan menghilangkan kandungan protein sakroplasma yang dapat larut dalam air yang tidak bisa membentuk gel, enzim protease, darah atau warna yang dapat merusak penangkapan lemak komponen utama yang menyebabkan oksidasi lemak dan denaturasi protein.
Selama pencucian daging ikan dibersihkan dari darah, lemak, lendir dan protein yang larut dalam air, dengan cara ini warna dan bau daging menjadi lebih baik disamping kandungannya aktomiosinnya meningkat yang dibuat dengan proses pencucian sehingga secara nyata dapat memperbaiki sifat elastisitas produk. Pencucian dengan air es merupakan tahap yang paling penting dalam pembuatan surimi, karena dalam proses pencucian ini komponen nitrogen terlarut, darah dan juga lemak yang ada pada daging lumat akan terbuang, sedangkan protein myofibliar menjadi pekat, sehingga kemampuan membentuk gel meningkat.
Air yang digunakan untuk pencucian haruslah air dingin. Pencucian dengan air kran dapat merusak tekstur dan mempercepat degradasi lemak, sedangkan pencucian dengan air laut dapat meningkatkan kehilangan protein. Pencucian berulang dilakukan dengan penambahan hancuran es pada saat pencucian agar suhu tetap stabil sekitar 10 oC
Gel berbentuk rekat hasil pencucian mengubah daging bewarna putih, tidak berbau, tidak berlemak dan kenyal, adanya asam amino actin dan myosin yang banyak terkandung dalam protein daging ikan. Apabila protein daging ikan yang sedang dilumatkan ditambah dengan garam (NaCl), maka actin dan myosin ini akan terekstrak dalam bentuk actomyosin yang teksturnya seperti jala. Masa ini disebutsol, yang sifatnya lengket dan adesing, apabila masa sol ini dipanaskan maka akan terbentuk gel, yang memberikan elastisitas.
6. Pencampuran/Pengadonan
Hancuran daging dimasukkan kedalam alat pencampur, ditambahkan garam .dan dicampur hingga didapatkan adonan yang lengket. Selanjutnya dilakukan penambahan bumbu lainnya, dicampur sampai homogen. Adapun bumbu yang dicampurkan ke dalam daging ikan sebagai berikut : garam, tepung tapioka, air es, minyak sayur, gula, bawang putih. Proses ini harus dilakukan dengan cepat dan bersih dan suhu adonan dipertahankan sampai 50C. Cara pencampuran adonan.
7. Pengisian adonan
Tahu yang sudah digoreng dilubangi tengahnya kemudian diisi dengan adonan daging tuna.
8. Perebusan atau pemasakan
Tahu tuna direbus menggunakan panci stainless steel pada suhu 100˚C selama 10 menit.
9. Penirisan
Setelah perebusan, tahu tuna diletakkan di meja untuk penirisan. Penirisan juga sekaligus untuk menurunkan suhu yang biasanya dilakukan dengan alat bantu kipas angin. Proses ini dilakukan hingga  menjadi agak kering dan tidak menyebabkan penguapan setelah   dikemas. Penirisan dilakukan selama 10 – 15 menit.
10. Pengemasan
Tahu tuna dikemas dengan menggunakan plastik HDPE (High Density Poly Etilen) dengan kapasitas sesuai keinginan, kemudian direkatkan dengan electric heatseller. Dipilihnya plastik HDPE karena mempunyai ketebalan yang dapat melindungi produk yang telah dikemas agar tidak rusak selama masih di dalam kemasan.
11. Penyimpanan
Tahu tuna disimpan di dalam freezer dengan suhu -25oC. Penyimpanan produk sebaiknya dilakukan terpisah dari bahan baku (ikan beku).