Monday, June 20, 2016

MANFAAT PEMBERIAN KAPUR PADA KOLAM BUDIDAYA

June 20, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 16 comments
Air sebagai sumberdaya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumberdaya air harus ditanamkan pada segenap penggunaan air (Fuad Cholik, 1986).
Kolam merupakan salah satu perairan tawar yang bersifat menggenang atau lentic water yang sengaja diciptakan dan dirancang sedemikian rupa untuk kegiatan budidaya perairan. Jenis biota yang dibudidayakan di dalam kolam dapat berupa ikan maupun udang. Kegiatan budidaya yang biasa dilakukan dapat berupa pembenihan maupun pembesaran.
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas yang diinginkan sesuai fungsi peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisis alamiahnya. Adapun yang dapat dilakukan dalam mengelola kualitas ais suatu perairan pengelolaan tanah dasar, pengapuran, dan pemupukan. Banyak hal yang dapat dilakukan namun ketiga inilah hal mendasar yang wajib dilakukan.
Pemberian kapur selain dapat membunuh hama dan parasit ikan juga dapat menaikan pH dasar kolam. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan fitoplankton sebagai makanan zooplankton maupun ikan (Fuad Cholik, 1986).
Tujuan penggunaan kapur adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian CaCO3 dalam suatu sampel untuk meningkatkan pH sehingga mendekati pH normal.   
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan keasaman (pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit. Jenis kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya adalah kapur pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2 dan kapur  tohor/kapur aktif (CaO). Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah kapur karbonat yaitu kapur yang bahannya dari batuan kapur tanpa lewat proses pembakaran tapi langsung digiling. Kapur pertanian ada dua yaitu kalsit dan Dolomit. Kalsit bahan bakunya lebih banyak mengandung karbonat, magnesiumnya sedikit (CaCO3), sedangkan dolomit bahan bakunya banyak mengandung kalsium karbonat dan magnesium karbonat [CaMg(CO3)]2. Dolomit merupakan kapur karbonat yang dimanfaatkan untuk mengapuri lahan bertanah masam. Kapur tohor adalah kapur yang pembuatannya lewat proses pembakaran. Kapur ini dikenal dengan nama kapur sirih, bahannya adalah batuan tohor dari gunung dan kulit kerang (Bowles, 1991).
Dosis kapur yang akan ditebarkan harus tepat karena jika berlebihan kapur akan menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam akan menyebabkan tanah dasar kolam menjadi asam. Peningkatan kandungan alkalinitas total pada kolam pemeliharaan ikan dapat digunakan kapur pertanian. Kolam pemeliharaan ikan sebelum digunakan dilakukan proses pengapuran dengan menggunakan beberapa jenis batu kapur yang disesuaikan dengan kualitas tanah dasar kolam pemeliharaan (Suriadi, 2000).
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan. Penulisan 0.000001 (bayangkan kalau pH 14) terlalu panjang maka orang melogaritmakan angka tersebut sehingga menjadi -6. Tanda “-“ (negatif) dibelakang angka tersebut yang dinilai kurang praktis, maka mengalikannya lagi dengan tanda - (minus) sehingga diperoleh angka positif 6. pH diartikan sebagai "-(minus) logaritma dari konsenstrasi ion H".
pH = - log (H+)
Perlu diperhatikan adalah bahwa selisih satu satuan angka pH itu artinya perbedaan kosentrasinya adalah 10 kali lipat. Apabila selisih angkanya adalah 2 maka perbedaan konsentrasinya adalah 10x10 = 100 kali lipat. Sebagai contoh pH 5 menunjukkan konsentrasi H sebanyak 0.00001 atau 1/100000 (seperseratus ribu) sedangkan pH 6 = 0.000001 atau 1/1000000 (sepersejuta). Penurunan pH dari 6 ke 5 artinya kita meningkatkan kepekatan ion H+ sebanyak 10 kali lipat. Kalau kita misalkan pH itu gula, maka dengan menurunkan pH dari 6 ke 5, sama artinya bahwa larutan tersebut sekarang 10 kali lebih manis dari pada                sebelumnya (Sucipto, 2008).
Semua mahluk tidak dapat bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisma yang unik agar perubahan tidak tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. Sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an.
pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air, selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka.
Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral. Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap gangguan terhadap pengubahan pH. Menaikkan pH dapat dilakukan dengan memberikan aerasi yang intensif, melewatkan air melewati pecahan koral, pecahan kulit kerang atau potongan batu kapur. Penambahan dekorasi berbahan dasar kapur seperti tufa, atau pasir koral atau dengan melakukan penggantian air (Afrianto, 1991).
Reaksi tanah yang akan digunakan untuk media budidaya harus netral atau basa dan tidak bereaksi asam. Tanah yang baik untuk dijadikan media budidaya harus mempunyai pH kurang lebih 6,5-8,5. Potter (1977) menggolongkan tingkat keasaman tanah menjadi 3 kelompok, yaitu :
Tanah bersifat agak basa
Tanah yang produktif untuk dijadikan media budidaya adalah yang mempunyai pH netral sampai basa. Tanah demikian kaya akan garam nutrien yang dapat merangsang pertumbuhan klekap menjadi cepat. Klekap dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai kisaran pH antara 6,6-7,5. karena pada kisaran pH demikian, unsur hara dan kandungan phospor mencapai tingkat yang terbaik untuk pertumbuhan klekap (Mintardja, 1985).
Tanah asam juga dapat terbentuk sebagai hasil pengendapan senyawa-senyawa tertentu. Proses pembentukan tanahnya sering di ikuti dengan terakumulasinya pyrit (FeS2), yaitu senyawa yang dapat menyebabkan keasaman tanah. Tanah yang mempunyai pH rendah akan menghasilkan pH air yang rendah pula. terjadinya efek pencucian yang menyebabkan pH tanah menjadi asam. Akibat yang timbul bila tanah terlalu asam adalah :
1. pH air menjadi rendah (berkisar 3-4)
2. Terjadi efek pencucian besi (Fe) dan Aluminium (Al)
3. Terjadi pengikatan unsur phospor (P) oleh besi dan aluminium sehingga pemupukan dengan phospor tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan kesuburan tanah.
Cara mengatasi tanah asam sulfat ialah dengan pemberian kapur. Fungsi pengapuran tersebut adalah :
1. Meningkatkan pH tanah dan air.
2. Membakar jasad-jasad renik penyebab penyakit dan hewan liar.
3. Mengikat dan mengendapkan butiran lumpur halus.
4. Memperbaiki kualitas tanah
5. Kapur yang berlebihan dapat mengikat phospat yang sanagt dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton.
Hubungan antara keasaman tanah dan tekstur tanah dengan jumlah kapur (CaO) yang dibutuhkan pada proses pengapuran (Kisto, 1985):
Hasil pengapuran akan lebih baik jika dikombinasikan dengan alumunium [Al2(SO2)3. H2O]. Pemberian pupuk dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak ada angin, agar gumpalan-gumpalan yang telah terbentuk tidak lepas lagi. Pengapuran akan menjadikan susunan tanah menjadi lebih baik sehingga proses pertukaran dan peredaran udara di dalam tanah dapat berlangsung dengan baik. Pengapuran dapat merangsang aktivitas organisme tanah sehingga akan meningkatkan fungsi bahan organik dan nitrogen di dalam tanah. Jumlah kapur (CaO) yang ditaburkan pada proses pengapuran tanah dasar tambak tergantung dari tingkat kemasaman tanah (Bambang, 1985).

Sunday, June 19, 2016

TEKNIS REHABILITASI TERUMBU KARANG

June 19, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 1 comment
Transplantasi Terumbu Karang merupakan salah satu upaya rehabilitasi terumbu karang yang semakin terdegradasi melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup yang selanjutnya ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan atau menciptakan habitat baru. Teknik ini semakin populer baik di pihak pemerintah (KKP-red) maupun di kalangan masyarakat.
Transplantasi karang dapat dilakukan untuk berbagai tujuan yaitu : (1). Untuk pemulihan kembali terumbu karang yang telah rusak; (2).Untuk pemanfaatan terumbu karangsecara lestari (perdagangan karang hias); (3).Untuk perluasan Terumbu Karang; (4). Untuk tujuan pariwisata;(5). Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan statusterumbu karang; (6). Untuk tujuan perikanan; (7). Terumbu karang buatan; (8.) Untuk tujuan penelitian. Tercatat hampir seluruh dinas perikanan kota maupun provinsi di Indonesia yang memiliki kawasan terumbu karang dan mulai rusak mempunyai program rehabilitasi karang melalui teknik transplantasi karang.
Seiring dengan perjalanan di lapangan, telah muncul beberapa persepsi yang cenderung salah kaprah mengenai teknik transplantasi karang tersebut. Program rehabilitasi yang tidak didukung dengan sosialisasi mengenai pentingnya terumbu karang membuat program rehabilitasi ini diartikan sebagai salah satu cara yang paling efektif atau bahkan sebagai satu-satunya cara yang efektif untuk merehabilitasi karang. Sehingga teknik ini menjadi populer dan muncul persepsi di masyarakat bahwa jika terumbukarang mulai rusak maka saatnya dilakukan transplantasi karang. Beberapa kasus terjadi ketika nelayan sadar bahwa tangkapan ikan karangnya mulai menurun, dan mereka menganggap bahwa transplantasi karang dapat mengembalikan stok ikan karang dengan cepat. Di sisi lain praktik perikanan yang tidak lestari masih terus berlangsung. Padahal kegiatan tersebut merupakan faktor utama yang menyebabkan kerusakan karang yang pada akhirnya stok ikan karang pun menurun. Sehingga usaha-usaha perlindungan kawasan menjadi pilihan yang tidak populer dan menurut mereka cenderung merugikan karena adanya pembatasan mengenai penggunaan alat tangkap maupun pembatasan fishing ground.
1. Pemulihan Terumbu Karang yang Telah Rusak.
Transplantasi karang dengan tujuan pemulihan terumbu karang yang telah rusak dilakukan dengan memindahkan potongan karang hidup dari terumbu karang yang kondisinya masih baik ke lokasi terumbu karang telah rusak. Teknik dan prosedurnya sebagai berikut: (1) Lokasi pengambilan bibit di sekitar terumbu karang yang telah rusak (tidak boleh jauh dari lokasi penanaman) dengan kondisi terumbu karang yang masih baik. (2) Antara lokasi pengambilan bibit dengan lokasi terumbu karang yang telah rusak mempunyai kondisi lingkungan (kedalaman dan keadaan arus) yang mirip. (3) Pengambilan bibit dilakukan dengan memotong cabang karang induk di tempat, dan tidak melakukan pemotongan koloni karang induk yang letaknya saling berdekatan untuk menghindari kerusakan ekosistem secara menyolok. (4) Transportasi bibit dari lokasi pengambilan bibit dengan lokasi transplantasi tidak lebih dari satu jam.
2. Pemanfaatan Terumbu Karang Secara Lestari (Perdagangan Karang Hias).
Transplantasi untuk tujuan perdagangan karang hias, dilakukan dengan memindahkan potongan jenis-jenis karang hias yang diperdagangkan ke substrat buatan yang diletakkan di sekitar habitat terumbu karang alami, yang nantinya akan menjadi induk karang hias yang akan diperdagangkan. Teknik dan prosedurnya sebagai berikut: (1) Dilakukan oleh pengusaha karang hias yang telah mempunyai izin sebagai eksportir karang hias. (2) Jenis-jenis karang hias yang dibiakkan adalah jenis-jenis karang hias yang diperdagangkan untuk pembuatan aquarium dan tidak diperdagangkan sebagai karang mati. (3) Jumlah bibit karang hias yang akan ditanam sebagai induk karang hias sesuai dengan kuota yang telah memperoleh persetujuan dari MA. (4) Pengusaha melaporkan kepada MA tentang waktu kapan penanaman dimulai, lokasi pembiakan, jumlah, dan jenis karang hias yang akan ditanam.
3. Perluasan Terumbu Karang
Transplantasi terumbu karang dengan tujuan perluasan terumbu karang merupakan suatu usaha untuk membuat habitat terumbu karang baru atau merubah habiat lain di luar habitat terumbu karang menjadi habitat terumbu karang.
Persyaratan teknik dan prosedur pengambilan bibit dan tempat pengambilan bibit sama dengan persyaratan pada transplantasi terumbu karang untuk tujuan pemulihan terumbu karang yang rusak.
4. Tujuan Pariwisata
Transplantasi karang untuk tujuan wisata dibedakan dari transplantasi karang untuk tujuan perluasan terumbu karang. Tujuannya adalah untuk membuat habitat terumbu karang yang tinggi keanekaragaman hayatinya. Atau membuat panorama yang indah didasar laut seperti halnya di ekosistem terumbu karang. Untuk itu bibit karang yang akan dipindahkan harus terdiri dari jenis-jenis karang yang beraneka ragam bentuk dan warnanya.
Substrat dasar buatan harus menggambarkan bentuk dasar yang menarik dan tahan terhadap arus dan air laut. Selain itu, juga harus dibuat peta lokasi trasplantasi karang menurut kelompok atau jenis karang dan kedalamannya. Peta ini sangat berguna bagi para wisatawan maupun kelompok pelestarian terumbu karang.
5. Membangun Kesadaran Masyarakat
Transplantasi karang dengan tujuan membangun kesadaran masyarakat dilakukan oleh masyarakat pesisir yang sudah menyadari dampak negatif akibat kerusakan terumbu karang. Kegiatan pelatihan teknik transplantasi karang, cara penentuan lokasi pembibitan, cara pengambilan bibit dari induknya, cara pengangkutan bibit, cara penempelan bibit pada substratnya, dan selanjutnya cara pemeliharaannya dilaksanakan secara konsisten kepada masyarakat pesisir. Dengan menjaga keutuhan hasil transplantasi terumbu karang, masyarakat nelayan akan dapat merasakan hasilnya.
6. Pengelolaan Perikanan
Transplantasi karang dengan tujuan meningkatkan produksi perikanan sering disebut“Fish Aggregation Device” (FAD), yaitu suatu cara yang digunakan untuk mengubah suatu perairan yang sepi ikan menjadi perairan yang banyak ikan. Terumbu karang buatan dibangun di sekitar terumbu karang, sehingga nelayan tidak lagi menangkap ikan di terumbu karang, tetapi berpindah di terumbu karang buatan.
7. Penelitian
Transplantasi karang untuk tujuan penelitian, dibedakan dari persyaratan yang harus dilakukan oleh pelaksana keenam transplantasi diatas, transplantasi untuk tujuan penelitian ini diberbolehkan mengambil bibit di sekitar lokasi penelitian, dengan teknik pemotongan cabang di tempat, tanpa memindahkan induknya. Karena transplantasi untuk tujuan penelitian biasanya tidak memerlukan banyak specimen, dan dengan biaya dan waktu sangat terbatas.
Tujuan transplantasi terumbu karang yang mempunyai karakteristik masing-masing. Jika sahabat ingin ikut berpartisipasi dalam pelestarian (khususnya transplantasi terumbu karang) bisa dipertimbangkan tujuan pencapaian kegiatan yang diinginkan. Untuk metode dan tahapan transplantasi terumbu karang saya tulis di kesempatan lain.

Saturday, June 18, 2016

PENGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN JELAWAT

June 18, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Sekarang ini di Indonesia, budidaya ikan air tawar memegang peranan penting sebagai salah satu sumber protein bagi masyarakat.  Sementara budidaya laut merupakan salah satu usaha yang penting untuk pendapatan luar negri.
Budidaya ikan air tawar terutama ikan Jelawat mengalami peningkatan produksi disemua negara karena ikan-ikan ini memiliki nilai jual bagi pembudidaya untuk mendapatkan uang dengan teknik sederhana dan investasi kecil.
Namun ada beberapa kasus kematian pada tiap spesies yang berupa infeksi yang menjadi kendala dalam budidaya.  Pengendalian penyakit ikan akan semakin penting dibandingkan sebelumnya karena usaha budidaya akan menguntungkan bila penyakit ikan dikendalikanDESKRIPSI IKAN JELAWAT
2.1. Klasifikasi Ikan Jelawat
Class        :  Pisces
Sub class    :  Tolestei
Ordo        :  Ostariophysi
Sub ordo    :  Cyprinoidea
Family        : Cyprinidae
Sub Family    :  Cyprininae
Genus        : Leptobarbus
Spesies        : Leptobarbus hoevani
Nama lain    :  Lemak, Klemak( Sumatra )
Manjuhan ( Kalimantan Tengah)
Jelawat (Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
2.2. Bentuk Tubuh
Ikan jelawat mempunyai sisik yang besar- besar  ini mempunyai bentuk badan yang memanjang indah seperti torpedo dan berenang sangat cepat. Reaksinya terhadap sesuatu rangsangan dari luar cekatan.  Mulutnya lebarnya terletak di ujung moncongnya agak ke bawah, dan dapat dijulurkan ke depan seperti bibir- bibir ikan karper.  Ikan jelawat mempunyai empat kumis.
Badannya berwarna coklat kehitam - hitaman di bagian punggungnya, dan putih keperak - perakan di bagian perutnya, sedangkan sirip- siripnya dan ekornya berwarna merah. Dibandingkan ikan karper, Ikan Jelawat ini memang lebih menarik, karena bentuk tubuhnya yang gagah indah, dan warnanya yang berseri-seri. Di waktu muda, pada sisi badannya ada garis hitam yang memanjang dari kepala ke pangkal sirip ekor, tetapi kalau sudah tua, garis itu hilang.
2.3. Habitat dan Makanannya
Sebagai ikan di sungai, ikan jelawat hanya terkenal mendiami perairan bebas Kalimantan dan Sumatra, sedangkan pulau lain tidak diketemukan. Tempat- tempat yang mereka senangi adalah bagian-bagian sungai yang banyak tunggul yang terbenam dalam air atau bagian- bagian lain yang dinaungi pohon besar, terutama pohon- pohon yang buahnya dapat mereka makan bila jatuh ke air. Misalnya buah Tengkawang, bijinya banyak mengandung lemak, biji karet, atau bunga- bunga di permukaan air seperti kambing menyikat rumput. Ikan jelawat tergolong ikan pemakan segalagalanya, makanan antara lain umbi singkong, daun pepaya, ampas kelapa, dan daging- daging ikan yang telah dicincang.
Dari bentuk tubuhnya yang memanjang seperti torpedo dapat diketahui mereka adalah perenang cepat.  Ikan jelawat beruaya ke hulu pada setiap permulaan musim kemarau (Juni - Juli) kalau permukaan air mulai turun. Sebaliknya, mereka akan beruaya ke hilir pada setiap permulaan musim hujan (Desember - Januari) kalau permukaan mulai naik.  Hal ini dilakukan oleh ikanikan sudah dewasa.
Tempat- tempat yang dituju saat beruaya ke hilir ini selalu bekas - bekas daerah kering yang baru saja tergenang air.  Di tempat itulah terdapat makanan- makanan yang disukai. Dan mereka pun umumnya lebih gemuk daripada di waktu-waktu lain diluar musim hujan.
Pada saat-saat jelawat beruaya inilah (umumnya berlangsung pada malam hari) para nelayan menangkap secara besar- besaran.  Memang pada saat - saat demikian ikan mudah diketahui tempatnya, karena timbulnya julur julur di permukaan liar.
III. PEMBENIHAN IKAN JELAWAT
3.1. Pematangan Gonad
• Induk dipelihara dalam kolam khusus berukuran 500-700 m2 penebaran 0,1-0,25 kg/m2
• Selama pemeliharaan, induk diberikan pakan pelet dengan kandungan protein 25-28 %
• Pakan diberikan sebanyak 3 % dari total berat badan dengan frekwensi 2-3  per hari
• Selain pelet diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya
• Lama pemeliharaan induk lebih kurang 8 bulan
• Induk yang siap pijah diperoleh dengan cara seleksi
3.2. Pemijahan
Pemijahan jelawat dapat dilakukan secara alami dan buatan. Dalam paket teknologi ini dilakukan pemijahan buatan.
1)Ciri induk matang gonad
• Induk jelawat betina matang gonad dengan ciri bentuk perut agak menggelembung ke arah anus, bila dipijit terasa lembut.
• Induk jelawat jantan matang gonad dengan ciri sirip dada terasa kasar, bila dipijit bagian testis mengeluarkan sperma. .
2)Alat:
• Jaring, hapa, serok, baskom, alat suntik, bulu ayam, corong penetasan telur, akuarium, corong tetas artemia.
3)Bahan
• Induk jantan dan betina matang gonad
• Hormon Ovaprim 4)Metode:
• Pemijahan secara buatan (induced breeding):
• Induk terseleksi perlu diberok selama satu hari
• Penyuntikkan dengan hormon ovaprim dosis 0,5 ml/kg/induk.
• Penyuntikkan I pada induk betina 1/3 dari dosis dan penyuntikkan II sebanyak   2/3 dari dosis.
• Penyuntikkan pada induk jantan hanya satu kali bersamaan penyuntikkan II pada induk betina.
• 4 - 7  jam setelah penyuntikkan II, induk sudah ovulasi dan dapat dilakukan stripping.
• Pembuahan telur dilakukan dengan mencampurkan sperma dan telur di baskom plastik
• Jika telur telah mengembang,    siap untuk disimpan dalam wadah penetasan
3.3. Penetasan
• Penetasan telur dalam wadah inkubasi berbentuk corong dengan diameter     60 cm dan tinggi 50 cm. Padat tebar 400 - 500  butir telur per liter
• Selama penetasan air harus dijaga kualitasnya (O2 4 - 8 ppm; pH 7,0 8,0 ; suhu 25 - 28 derajat 0C)
• Pada suhu air 25 - 28 derajat 0C telur akan menetas 18-24 jam setelah pembuahan.
3.4. Hasil
• Fekunditas berkisar 29.000 - 44.000 butir telur/Kg induk, fertilisasi 80 %, dan Hatching Rate (derajat penetasan) 70%.
3.5. Pemeliharaan Larva
• Larva dipelihara langsung ditempat penetasan telur
• Cangkang dan telur yang tidak menetas dibersihkan secara penyiponan
• 1 - 2  hari setelah menetas, telur dapat dipindahkan ke akuarium
• Hari ke 3 larva diberikan pakan Nauplii Artemia (yang baru menetas) secukupnya
• Pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang ,sore)
• Hari ke 7 setelah menetas benih ikan siap untuk didederkan di kolam.
3.6. Pendederan
• Persiapan kolam meliputi pengeringan 2 - 3  hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kemalir) dan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 500 - 700 gr per m2. Kolam diisi air sampai ketinggian 80 - 100  cm. Pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar.
• Benih ditebarkan 3 hari setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100 - 150 ekor/m2.
• Benih ikan diberi pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis 10
- 20% /hari yang mengandung lebih kurang 25% protein
• Lama pemeliharaan 2 - 3  minggu
• Benih yang dihasilkan ukuran 2 - 3 cm dan siap untuk pendederan lanjutan. 
IV.    PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT
Penyakit ikan  adalah merupakan suatu keadaan fisik, morfologi, atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam ( internal ) dan luar (eksternal). Penyakit ikan umumnya adalah eksternal.
Penyakit internal dari genetic, sekresi internal, imunodefisiensi, saraf dan metabolik. Penyakit eksternal tergolong dua yaitu non patogen dan patogen. Non patogen dapat berasal dari lingkungan ( suhu, kualitas air) dan nutrisi  ( pakan yang kurang nutrisi atau bahan beracun ) sedangkan patogen yaitu penyakit virus, jamur, bakteri, dan parasit. Karakteristik infeksi pada ikan yaitu ikan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air. Infeksi bakteri dan parasit tidak terjadi pada hewan dara melalui perantara udara, namun pada ikan sering terjadi melalui air. Pada budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga perantara bagi patogen. Pencegahan yang harus dilakukan yaitu melaui ikan, dan lingkungannya. Dalam manipulasi lingkungan yang harus diperhatikan :
1. Kondisi air
Air merupakan media hidup ikan sehingga untuk menjaga agar ikan tetap sehat perlunya air disaring dengan filter.  Filter tersebut menyaring air dari jenis kotoran yang masuk dan zat – zat yang dapat mengganggu kondisi ikan dan pembawa penyakit.
2. Pakan
Dalam petumbuhan dan reproduksi selama hidup ikan perlu di berikan pakan alami dan buatan.  Pakan buatan yang diberikan harus diperhatikan yaitu :
- Bahan baku yang dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan gizi ikan ,
- Suhu pada saat penyimpanan haruslah sesuai dengan kondisi kamar sehingga tidak cepat rusak.
- Pakan yang diberikan tidak kadarluarsa
- Pakan yang diberikan terbungkus dan tersimpan dengan rapi    (  tidak kontak dengan lantai ).
3. Hygienis
Untuk menjaga kondisi ikan agar tidak sakit salah satunya yaitu dengan menjaga dan menggunakan alat–alat dan bahan selama pemeliharaan haruslah desinfektan dan diusahakan pada satu wadah budi daya haruslah mempunyai alat dan bahan sendiri sehingga bila tertular penyakit ,maka wadah lain tidak langsung terkena penyakit.  Selain itu ikan juga harus desinfektan agar dapat menjaga kesehatan ikan agar baik.
4. Keberadaan Ikan Liar
Ikan liar dalam wadah budidaya dapat sebagai pembawa penyakit, bertindak sebagai competitor, dan sebagai tempat menempel inang (parasit, jamur, bakteri).  Selain sebagai competitor, ikan liar juga dianggap sebagai pesaing dalam pemanfaatan pakan, oksigen dan ruang di dalam wadah budidaya.  Agar ikan liar tidak dapat masuk ke dalam wadah budidaya, pada saluran pemasukan air diberi filter atau saringan. Selain pemasangan saringan, juga perlu dilakukan seleksi benih sebelum benih ditebar.
5. Vektor Pest Control (VPC)
VPC adalah suatu usaha yang dilakukan untuk pengontrolan organisme hidup sebagai pembawa penyakit pada organisme lainnya, misalnya Argulus sp yang merupakan parasit bagi ikan, walaupun demikian Argulus sp juga dapat diserang oleh parasit lain.  Ikan seribu juga dapat sebagai pembawa penyakit larnea sp bagi ikan-ikan peliharaan.  Vektor tersebut menggangu ikan peliharaan sehingga menyebabkan produksi ikan menurun.
6. Pengaturan Air
Pengaturan air dilakukan pada wadah budidaya agar air masuk dan keluar seimbang, sehingga kondisi air terjaga sesuai dengan kebutuhan hidup ikan.
7. Tindak Karantina dan Pemusnahan
Karantina merupakan salah satu usaha pencegahan masuk dan ke luarnya ikan yang membawa penyakit dari satu daerah ke daerah lain sehingga penularan penyakit dapat dicegah.  Bila ikan yang baru datang dari tempat lain sebaiknya dipelihara terpisah terlebih dahulu (1 – 2  hari), dan bila ikan-ikan tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda terserang penyakit barulah ditebar di kolam bersama ikan-ikan lain.
8. Monitoring
Dalam usaha budidaya haruslah dilakukan monitoring secara berkala. Monitoring ini bertujuan untuk melihat gejala-gejala yang  timbul pada ikan, apakah ikan tersebut sakit atau tidak.  Misalnya dari perubahan tingkah laku, penurunan nafsu makan dan perubahan warna tubuh.
9. Saluran Air
Saluran air juga dapat berperan sebagai faktor pendukung dalam penyebaran penyakit.  Saluran air yang baik digunakan untuk menghambat penyebaran penyakit adalah saluran dengan system paralel, karena apabila kolam yang satu terserang oleh penyakit, tidak mudah menyebar langsung ke kolam yang lain.  Saluran air secara paralel pada setiap kolam atau wadah budidaya sudah tersedia masing - masing saluran pemasukan dan pengeluaran air.  Berbeda dengan saluran air sistem seri, karena air yang ada pada satu kolam dialirkan lagi kekolam yang lain sampai seluruh kolam yang ingin diairi terpenuhi, karena kolam yang satu dengan kolam yang lainnya mempunyai saluran yang menyatu sehiungga penyebaran penyakit mudah terjadi.
10. Seleksi Umur dan Padat Tebar
Seleksi ini dilakukan agar ikan tidak kanibal.  Selain itu juga perlu diperhatikan dosis dan waktu pemberian pakan untuk mencegah kanibal tersebut.
Upaya untuk memperhatikan ikan itu sendiri, yaitu :
1. Manipulasi Genetik
Dengan manipulasi genetik, kita dapat menghasilkan ikan dengan kualitas yang baik, seperti pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap serangan penyakit.  Manipulasi genetik merupakan salah satu cara agar benih yang dihasilkan baik atau normal (tidak cacat).
2. Imunisasi
Imunisasi diberikan pada ikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan.  Vaksin dapat diberikan sewaktu memijah pada ikan dan akan berlanjut pada keturunannya (imunisasi pasif).
3. Stress
Stress adalah gejala fisiologis pada ikan yang kurang baik sehingga aktifitas ikan menurun.  Seperti nafsu makan, berenang dan metabolismenya.  Gejala stress dipengaruhi oleh saraf dan hormon dalam tubuhnya.
4. Kepadatan
Padat tebar dalam usaha budidaya haruslah sesuai sehingga kebutuhan ruang O² dan makan tidak kekurangan.  Untuk menebar benih perlu diperhatikan ukuran benih ikan, karena ukuran tertentu akan mempengaruhi padat tebar ikan itu sendiri.
Pengobatan penyakit ikan sangatlah tidak disarankan, merupakan alternative terakhir, dengan pertimbangan yang seksama.  Teknik pengobatan yang dilakukan diagnosa yang tepat dan cepat, Jenis dan dosis efektif obat dan antibiotic , biaya dan ketersediaan, waktu dedah, peluang keberhasilan dan teknik aplikasi.  Teknik aplikasi dapat dilakukan dengan perendaman (diping, short bat, long bath di akuarium/kolam). Langkah sebelum pengobatan sebaiknya, ikan dipuasakan, gunakan bahan plastic untuk mencampur, cek kembali perhitungan dosis dan jumlah, lakukan pada suhu terendah, percobaan skala kecil, evaluasi hasil percobaan, pengulangan bila diperlukan dan dosis (mg/l) tergantung jenis sedianya obat serta teknik pemberian.
Tabel 1. Penyakit, gejala pencegahan dan pengobatan  ikan jelawat
PENYAKIT        GEJALA    PENCEGAHAN/ PENGOBATAN    KETERANGAN
1.Trichodina    -    -    -        Terdapat bintik putih keabuabuan pada kulit, insang dan sirip.
Produksi lendir bertambah sehingga tubuh
terlihat mengkilat
Sirip kuncup, menyendiri dan nafsu makan merosot.    -    Pencegahan: menjaga
kualitas air dan diberi ekstrak sambiloto
-    Pengobatan : merendam ikan yang terserang dalam larutan garam 30 ppm.
atau larutan
formalin 15
ppm    Perendaman
ekstrak daun sirih Bila ada luka diberikan daun jambu biji
2.Ichthyophtiriu s multifiliis    -    -    -        Ikan banyak
mengeluarkan
lendir
Bagian     tubuh yang     terinfeksi terlihat     adanya bintik-    bintik putih (kulit, sirip dan ingsang) Ikan mengosokgosokan     tubuh ke dasar kolam/ benda     keras lainnya.    -    Pencegahan: ikan yg baru didatangkan sebaiknya dikarantina terlebih dahulu dan diberi ekstrak sambiloto
-    Pengobatan: ikan yang terserang dimasukan ke dalam media air mengalir, secara kimiawi dapat dilakukan NaCL 100  ppm selama  1 jam    Perendaman
ekstrak daun sirih Bila ada luka diberikan daun jambu biji
PENYAKIT    GEJALA        PENCEGAHAN/ PENGOBATAN    KETERANGAN
3.Dactylogyrus    -    -        Menyerang bagian epidermis terutama sisik ikan Frekuensi pernapasan
meningkat,
Produksi lendir meningkat, i nsang rontok, tutup insang selalu
terbuka    -    -        Pencegahan : sebelum digunakan kolam didesinfektan
dan     diberi
ekstrak sambiloto pengobatan: secara kimiawi: Formalin     200 ppm selama 10 menit    Perendaman
ekstrak daun sirih Bila ada luka diberikan daun jambu biji
4. Achlya    -    -    -        Menyerang pada telur dan benih yang lemah
Parasit     ini menerobos kulit bagian dalam dan masuk ke otot daging bahkan
tulang- tulang Serabut spt kapas
pada kulit    -    -        Pencegahan : sebelum kolam digunakan
didesinfektan dan pengontrolan kualitas air dan diberi ekstrak sambiloto Pengobatan : Formalin 200 ppm selama 10 jam    Perendaman
ekstrak daun sirih Bila ada luka diberikan daun jambu biji
5. Aeromonas    -    Bahan organic tinggi Warna     tubuh menjadi gelap Ingsang rusak Pendarahan pada pangkal     sirip, ekor, dan bagian lainnya
Sirip lepas, luka dan borok.
Mati lemas dipermukaan air.    -    -        Pencegahan : desinfektan alat dan sanitasi, pengontrolan kualitas air, dan diberi ekstrak sambiloto Pengobatan : perendaman PK 20 ppm 3060  menit.    Perendaman
ekstrak daun sirih Bila ada luka diberikan daun jambu biji
DAFTAR PUSTAKA
http :// www.dkp.go.id/content.php?c=  550. Informasi Teknologi Budidaya
Ikan Jelawat. 01 /09/ 03
http://dunia-perairan.blogspot.com/2012/08/ikan-jelawat.html
Maksoem,S.O,. dkk. 2000.”Peta Geografis Penyebaran Penyakit Ikan Air Tawar”. Direktorat Jendral Dinas Perikanan dan Kelautan. Jakarta. Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Jelawat Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Yuasa.K,. dkk.2003. ” Paduan Diagnosa Penyakit Ikan Air Tawar “.JICA.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 

Friday, June 17, 2016

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA KAKAP PUTIH

June 17, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah membuktikan bahwa sector perikanan mempunyai daya tahan yang relatif lebih tinggi dibanding sektor lain, Kenyataan lain menunjukan bahwa permintaan dunia terhadap produk – produk perikanan dan hasil olahannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan..
Sebagai upaya mendukung keberhasilan dimaksud, pengembangan teknologi pembenihan merupakan kegiatan strategis mengingat besarnya target yang dibebankan pada usaha budidaya. Teknologi budidaya komoditas perikanan laut yang bernilai ekonomi tinggi sejak tahun 1996 dan, sejak tahun 1988 telah berhasil melakukan pembenihan ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) secara massal. Rangkaian teknologi yang telah dihasilkan dan siap di masyarakatkan meliputy teknologi pemeliharaan induk dan pematangan gonad, pemijahan dan pemeliharaan larva sampai menjadi benih, serta teknologi - teknologi pendukungnya meliputi kultur pakan alami dan teknologi penanggulangan hama dan penyakit.Dalam buku ini disajikan berbagai macam informasi yang berkaitan dengan teknologi penanggulangan hama dan penyakit. 
II.    DESKRIPSI
2.1    Klasifikasi
Klasifikasi dari ikan Kakap Putih secara rinci adalah sebagai berikut :
•    Fillum    :  Chordata
•    Sub Fillum    :  Vertebrata
•    Kelas    Pisces
•    Sub Kelas    :  Teleostomi
•    Ordo    :  Percomorphi
•    Famili    :  centropomidae
•    Genus    :  Lates
•    Species    :  Lates calcarifer, Bloch
2.2    Morfologi
Adapun beberapa ciri-ciri khusus yang dapat kita lihat secara kasat mata yang terdapat pada ikan Kakap Putih adalah :
•    Badan memajang , gepeng, batang sirip ekor lebar, kepala lancip dengan bagian atas cekung i cembung didepan sirip punggung.
•    Mulut lebar, gigi halus dan bagian bawah preoporculum berduri kuat. Operculum mempunyai duri kecil, cuping bergerigi diatas pangkal gurat sisi..
•    Sirip punggung berjari- jari keras 7 – 9 dan 10 – 11  jari jari lemah.
•    Sirip dada pendek dan membulat. Sirip punggung dan sirip dubur mempunyai lapisan bersisik. Sirip dubur bullat,berjari keras 3dan berjari lemah 7 – 8. • Sirip ekor bulat. Sisik bertype sisir besar. Tubuh berwarna dua tingkatan yaitu kecoklatan dengan bagian sisik dan perut berwarna keperakan untuk ikan yang hidup dilaut dan coklat keemasan pada ikan yang ada dilingkungan tawar. Ikan dewasa berwarna kehijauan atau keabu – abuan pada bagian atas dan keperakan pada bagian bawah.

2.3  Daur Hidup dan Penyebarannya
Ikan Kakap putih selama kurang lebih  2-3  tahun.hidup diperairan tawar seperti sungai dan danau yang berhubungan dengan laut dengan ukuran 3 – 5  kg. Ikan dewasa yang berumur 3 – 4 tahun beruaya kemuara sungai, danau atau laguna yang mempunyai salinitas 30 – 32  permil untuk pematangan kelamin, kemudian memijah ( Grey, 1987 ). Pergerakan kearea pemijahan biasanya terjadi pada akhir musim panas dan pemijahan terjadi pada awal musim penghujan.Pemijahan pada musim penghujan terjadi karena salinitas dan suhu merupakan salah satu factor penting yang mempengaruhi siklus pemijahan.Bila musim hujan terlambat kemungkinan musim pemijahan juga terlambat.Biasanya ikan Kakap Putih memijah pada permulaan bulan gelap atau bulan penuh mulai pukul enam sore sampai delapan malam bersamaan dengan datangnya air pasang.
III. TEKNIK PEMBENIHAN
3.1.    Penyedian Induk
Keberhasilan dalam pembiakan ikan terutama tergantung pada ketersediaan induk matang telur dengan mutu yang baik, yang mampuh menghasilkan ikan yang cepat tumbuh dengan tingkat kelulushidupan yang tinggi. Biasanya dibutuhkan 3 – 4  tahun bagi unit pembenihan untuk mempunyai stock dalam jumlah yang cukup untuk pengoperasiannya. Induk – induk dapat diperoleh baik dengan cara menangkapnya dari alam atau memeliharanya dari ukuran benih tebar didalam kolam atau Karamba Jaring Apung.
3.2.    Pemijahan
Induk ikan kakap putih dapat dirangsang untuk memijah dilingkungan pemeliharaan dengan rangsangan hormon, manipulasi lingkungan  atau mijah secara alami.Sebulan sebelum musim pemijahan induk – induk ikan dipindahkan kedalam bak pemijahan dengan kepadatan 2 – 5 kg / m3 dan perbandingan jantan betina 1 : 1 ( kg ).
Induk – induk yang akan dipijahkan biasanya dipilih dengan criteria :
-    Aktif bergerak
-    Sirip dan sisik lengkap
-    Tubuh tidak cacat
-    Bebas dari penyakit /parasit.
-    Lebih disukai ukuran jantan dan betina yang sama -    Berat : 3,5 – 7 kg betina  2,5 – 7  kg jantan .
Untuk menjaga mutu air di bak pemijahan, perlu dilakukan pergantian air.Biasanya  200 % volume air diganti setiap hari.Salinitas air dijaga pada kisaran 30 – 32 0/00. Namun demikian untuk menjamin agar air dibak pemijahan tetap bermutu baik , akan lebih baik bila dilakukan pengailiran air terus menerus sehingga selam satu hari total pergantian mencapai 200 – 300  %.
3.3 . Panen dan Perawatan Telur
Panen telur dilakukan dengan sistim air mengalir, telur yang dibawah oleh air disaring dengan jarring halus atau plankton net yang berukuran mata jarring 200  mikron yang dipasang pada bak panen telur. Telur yang sudah ditampung di bak panen dipindahkan kedalam akuarium, kemudian kotoran dan telur yang telur tidak dibuahi yang mengendap didasar akuarium dibuang dengan cara menyipon kotoran tersebut dengan selang plastik.
Telur yang dibuahi dan telah dibersihkan kemudian diteteskan kedalam bak penetesan dengan kepadatan 200 telur /L atau langsung diteteskan dalam bak pemeliharaan larva dengan kepadatan 80 – 100 telur/L.Pada suhu 26 – 280C telur akan menetas dalam waktu 11 – 18  jam. 
IV. PENYAKIT DAN PENANGGULANGANNYA
4.1.    Jenis-Jenis Penyakit
Penyakit yang sering menyerang ikan Kakap Putih beserta penanggulangannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Jenis Penyakit dan Penyebabnya
No    Nama Penyakit    Penyebab
1.    Bintik Putih
(Parasit)    Penyebabnya     adalah     protozoa    Ichthiopthirius multifiliis. Faktor pendukung penyebab penyakit ini adalah:
-    kualitas air yang buruk,
-    suhu yang terlalu rendah,
-    pakan yang buruk,
-    dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit bintik putih.
Penularan penyakit ini dapat melalui air dan kontak langsung antar ikan.
2.    Penyakit Gatal
(Parasit)    Penyakit yang sering menyerang benih arwana ini disebabkan oleh Trichodina sp. bagian tubuh yang diserang adalah kulit, sirip, dan insang.
3    Penducle
(Bakteri)    Penyakit ini sering disebut dengan penyakit air dingin (cold water descareases) yang bisa terjadi pada suhu 160 C. penyebabnya adalah bakteri Flexbacter psychropahila yang berukuran sekitar 6 mikron.
Tabel 2. Jenis Penyakit dan Gejala Serangan
No    Nama Penyakit    Gejala Serangan
1.    Bintik Putih    Bagian tubuh ikan yang diserang adalah sel lendir, sisik, dan lapisan insang. Ikan  yang terserang penyakit ini tampak sulit bernafas, sering menggosok-gosokkan tubuhnya kedinding wadah, munculnya bintik putih pada insang dan sirip, lapisan lendir rusak, dan terjadi pendarahan pada sirip dan insang.
2.    Penyakit Gatal    Serangan penyakit gatal ditandai dengan gerakan ikan yang lemah dan sering menggosok-gosokkan tubuhnya kebenda keras dan dinding wadah pemeliharaan.
3.    Penducle    Ikan arwana yang terserang penyakit penducle tampak lemah, tidak mempunyai nafsu makan, muncul borok atau nekrosa pada kulit secara perlahan.

4.2.    Cara Pengobatan
Untuk mengetahui cara pengobatan ikan Kakap Putih yang terserang penyakit lihat pada Tabel dibawah  :
Tabel 3. Pengobatan Penyakit dengan Bahan Kimia
No    Nama
Penyakit    Pengobatan dengan Bahan Kimia
1.    Bintik putih    Direndam dalam larutan garam dapur dengan dosis 1-3 gram/100 cc air selama 5-10  menit.
• Methylene Blue (MB 1%) sebanyak 1 gram dilarutkan dalam 100 cc air. Ambil 2-4 cc larutan tersebut dan encerkan kembali didalam 4 liter air. ikan yang sakit selanjutnya direndam didalam larutan tersebut selama 24 jam. Perendaman dilakukan 3-5  kali dengan selang waktu 1  hari.
2.    Gatal    •    Ikan yang sakit diobati dengan cara merendamnya di dalam larutan formalin 150-200 ml/m3 air atau 150-200 ppm selama 15 menit.
•    Direndam dalam larutan Malacyte Green Oxalate (MGO) dengan dosis 19 gram/m3 air selama 24 jam.
3.    Penducle    •    Merendam ikan  yang sakit di dalam Oxytetracycline (OTC) 10  ppm selama 30 menit (100 mg/l ).
•    Pakan dicampur dengan Sulfixazole. Sebanyak 100 mg/1 kg berat ikan. Pencampuran dilakukan dengan cara mengencerkan Sulfixazole tersebut dalam 15 cc air dan menyemprotkannya ke pakan. Kemudian diberikan selama 10-20  hari.
Tabel 4. Pengobatan Penyakit dengan Bahan Alami
No    Nama
Penyakit    Pengobatan dengan Bahan Alami
1.    Bintik putih    Dapat diberikan ekstrak sambang darah. Dengan dosis yang digunakan sebanyak 0,5 ml/5 liter air. ikan yang terserang penyakit direndam setiap hari selama 30-60 menit, sampai ikan benar-benar sembuh.
2.    Gatal    Dapat diberikan ekstrak daun sambiloto, dengan dosis yang digunakan yaitu 0,2 ml daun sambiloto untuk  2 liter air. Ikan yang terserang penyakit direndam selama 15-30 menit.
3.    Penducle    Ikan yang terkena penyakit ini dapat diberikan ekstrak dari kunyit dengan dosis 1 ml/1 liter air dan direndam selama 15  menit.

DAFTAR PUSTAKA
Kurniastutydan julinasari Dewi. 1999. Hama dan Penyakit Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch)  di Karamba Jaring Apung.
Notowinarto dan Hanum Santoso. Teknik Pemijahan Kakap Putih (Lates calcarifer
Bloch)     Dengan     Rangsangan    Hormonal.     Infish     Manual     Seri     No.     26. 1991 .Dirjenkan.
Lingga, Pinus dan Heru Susanto.Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta : 2001
Susanti, P. dan A. Rukyani , 1989 . Pengendalian Penyakit Dalam Kurungan Apung Di Laut. Makalah Temu Tugas Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Lautan Bagi Budidaya. Serang 23 – 24  Mei  1989. 

Thursday, June 16, 2016

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA KEPITING BAKAU

June 16, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 1 comment
Kepiting bakau (Scylla serrata) yang dikenal juga kepiting lumpur banyak juga dijumpai diperairan Indonesia, terutama perairan payau yang banyak ditumbuhi oleh tanaman bakau. Jenis kepiting ini disenangi masyarakat  mengingat rasanya yang lezat dengan kendungan nutrisi sejajar dengan crustacea lain seperti halnya udang,  Oleh karena itu kepiting ini banyak diminati baik dipasaran dalam negeri maupun luar negeri.
Berkembangnya pangsa kepiting bakau (Scylla serrata) baik di dalam maupun di luar negeri adalah suatu tantangan untuk meningkatkan produksi secara berkesinambungan. Dengan mengandalkan produksi semata dari alam/tangkapan, jelas tidak sepenuhnya dapat diharapkan kesinambungan produksinya. Untuk itu perlu adanya usaha budidaya bagi jenis crustacea yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Di sisi lain produksi kepiting selama ini secara keseluruhan masih mengandalkan dari penangkapan di alam, yang kesinambungan prodsuksinya tidak dapat dipertahankan. Oleh karena itu sudah saatnya dilakukan usaha yang lebih rasional yaitu melalui sistem budidayanya. 
II.    DESKRIPSI KEPITING BAKAU
2.1.    Klasifikasi Kepiting Bakau
Penggolongan kepiting bakau secara lengkap berdasarkan ilmu taksonomi hewan (system pengelompokan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifatsifatnya) dapat dipaparkan sebagai berkut :
Phyllum    :  Arthopoda
Class    :  Crustacea
Ordo    :  Decapoda
Familia    : Portunidae
Genus    : Scylla
Species    : Scyllaserrata
2.2.    Morfologi Kepiting Bakau
Ukuran kepiting yang ada di alam bervariasi tergantung wilayah dan musim. Misalnya diperairan bakau Ujung Alang, terdapat kepiting bakau dengan kisaran panjang karapas (kerangka luar) 18,80 mm-142,40 mm. Sedangkan diperairan bakau Segara Anakan didapatkan kepiting bakau dengan kisaran panjang karapas 19,20 mm-116,70  mm.
Berdasarkan lebar karapasnya, tingkat perkembangan kepiting dapat di bagi menjadi tiga kelompok :
    Kepiting juwana, lebar karapas 20 mm-80  mm
    Kepiting menjelang dewasa, lebar karapas 70 mm-150  mm Kepiting dewasa, lebar karapas 150 mm-200  mm
2.3. Tingkah Laku dan Kebiasaan Kepiting Bakau
Secara umum tingkah laku dan kebiasaan kepiting bakau yang dapat diamati adalah sebagai berikut :
    Suka berendam dalam lumpur sering berada didasar (bentic) dan membuat lubang pada dinding atau pematang tambak pemeliharaan. Dengan mengetahui kebiasaan ini, maka kita dapat merencanakan atau mendesain tempat pemeliharaan sedekimian rupa agar kemungkinan lolosnya kepiting yang dipelihara sekecil mungkinmerugikan usaha penanganan hidup dan budidayanya. Karena sifatnya yang saling menyerang ini akan menyebabkan kelulusan hidup rendah dan menurunkan produktifitas tambak. Sifat kanibalisme yang paling dominan ada pada kepiting jantan, oleh karena itu budidaya monokultur pada produksi kepiting akan memberikan kelangsungan hidup lebih baik.
    Moulting atau berganti kulit. Sebagaiman jenis crustacea, maka kepiting juga mempunyai sifat seperti crustacean yang lain, yaitu moulting atau berganti kulit. Setiap berganti kulit kepitig akan mengalami pertumbuhan besar karapas maupun beratnya. Umumnya pergantian kulit akan terjadi  sekitar 18 kali mulai dari stadia awal sampai dewasa. Selama proses ganti kulit, kepiting memerlukan energi dan gerakan yang cukup kuat, maka bagi kepiting dewasa yang mengalami perlu tempat yang cukup luas.
    Pertumbuhan akan terlihat lebih pesat pada saat masih muda, hal ini berkaitan dengan frekuensi pergantian kulit pada saat stadia awal tersebut.Periode dan tipe ganti kulit penting artinya dalam melakukan pola usaha budidaya yang terkait dengan desain dan kontruksi wadah, tipe budidaya dan pengelolaannya.
    Kepekaan terhadap polutan. Kualitas air sangat berpengaruh terhadap ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi karena kelebihan sisa pakan yang membusuk, bahan pencemar, serta adanya bahan-bahan logam berat, dll. Bila kondisi kepiting lemah, misalnya tidak cepat memberikan reaksi bila dipegang dan perutnya kosong bila dibelah, kemungkinan ini akibat dari menurunya mutu air. Untuk menghindari akibat 4 yang lebih buruk lagi, selekasnya pindahkan kepiting ke tempat pemeliharaan lain yang kondisi airnya masih segar.
2.4 .  Daerah Penyebaran
Daerah penyebaran kepiting bakau sangat luas, dari barat daya samudra fasifik hingga samudera hindia.  Sebagai mana dijelaskan diatas bahwa negara yang terkenal sebagai pembudidaya kepiting bakau adalah Malaysia, Taiwan, Hawai , Australia dan Filipina. 
III.  TEKNIK BUDIDAYA KEPITING BAKAU
3.1 .  Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi merupakan salah satu unsur penting dalam usaha budidaya kepiting bakau.Lokasi yang sesuai merupakan salah satu penenentu keberhasilan usaha budidaya kepiting.Hal ini tidak hanya memeberikan produksi yang maksimal, tetapi juga memberikan kemudahan dalam pengelolaannya.
Fakrtor utama yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi budidaya kepiting yaitu tersedianya sumber air baik syarat maupun jumlahnya, tipe dan struktur tanah yang baik, tersedianya pakan yang cukup, dekat dengan sarana dan prasarana produksi, pasar yang baik, dan tersedianya tenaga lapang yang terampil.
Tambak pemeliharaan kepiting diusahakan mempunyai kedalaman 0,8-1 , 0 meter. Sumber air yang cocok adalah air payau atau air asin, karena kepiting merupakan penghuni daerah pantai.Kadar garam yang dapat memberikan produksi tinggi yaitu berkisar antara 15-30 promil.Kisaran salinitas yang rentannya (15 point) memudahkan bagi petani dalam menemukan daerah yang sesuai.
Tanah yang cocok untuk budidaya kepiting adalah tanah yang memiliki fungsi terutama untuk penahan air, karena fungsi ini berhubungan dengan fungsi tanah dasar dan tanah pematang tambak. Tanah yang baik untuk penahan air adalah tanah berlumpur dengan tekstur liat berpasir (sandy clay) atau lempung berliat  (silty loam). Selain sebagai penahan air tanah tambak juga berfungsi sebagai tempat hidup dan sumber unsur hara bagi banyak organisme yang menjadi sumber pakan bagi kepiting.
3.2 .  Disain dan Kontruksi Tambak
Apabila perlakuan terhadap kepiting selama masa pemeliharaan kurang baik, seperti mutu air kurang diperhatikan, makanan tidak mencukupi maka pada saat kepiting tersebut mencapai kondisi  biologis matang telur akan berusaha meloloskan diri, dengan jalan memanjat dinding/pagar atau dengan cara membuat lubang pada pematang. Untuk menggindari hal tersebut, maka konstruksi  pematang dan pintun air pelu diperhatikan  secermat mungkin. Pada pematang dapat dipasang pagar kere bambu atau dari waring, hal ini mengurangi kemungkinan lolosnya kepiting.
Pemasangan pagar kere bambu atau waring pematang yang kokoh (lebar 2-4 meter) dilakukan diatas pematang bagian pinggir dengan ketinggian sekitar 60 cm.
Pada tambak  yang pematang tidak kokoh, pemasangan pagar dilakukan pada kaki dasar pematang dengan tinggi menimal 1 meter.
3.3.  PenebaranBenih Kepiting Bakau
Pada lokasi penghasil kepiting tangkapan dari alam, pada musim benih untuk budidaya tradisisonalpetani hanya mengandalakn benih kepiting yang masuk secara alami pada saat pasang surut air.Setelah beberapan bulan mulai dilakukan panen selektif dengan memungut kepiting yang siap jual.
Pada budidaya polikultur dengan ikan bandeng, ukuran benih kepiting dengan berat 20-50 gram dapat ditebar dengan kepadatan 1000-2000  e kor/Ha, dan ikan bandeng gelondongan yang berukuran berat 2-5  gram ditebar dengan kepadatan 2000-3000 ekor/Ha. Pada budidaya system monokultur benih kepiting dengan ukuran seperti tersebut diatas ditebar dengan kepadatan 5000-15000 ekor/Ha.
Metode yang digunakan untuk tujuan produksi kepiting bertelur ada dua macam yakni : dengan sistem kurungan dan sistem karamba apung.
A.    Sistem Kurungan
Kurungan dapat dibuat dari bahan bambu yang dibuat menjadi rangkaian. Lebar bilah bambu 1-2 cm dengan panjang 1,7 meter. Bilah-bilah bambu dirangkai secara teratur sehingga membentuk kere atau semacam pagar.Kere ini kemudian dipasang pada saluran tambak memanjang pada bagian pinggirnya, bila dipasang dalam tambak agar ditempatkan paada bagian yang relatip dalam dan mendapat pergantian air yang cukup.
Kere atau pagar bambu ditancapkan sedalam 30 meter dengan bagian bawah dibuat lebih rapat yang bertjuan agar kepiting tidak lolos.Untuk penempatan kurungan pada saluran tambak ukurannya disesuaiakan dengan lebar saluran tersebut agar tidak menggangu kelancaran aliran saluran tambak ytersebut. Untuk skala yang lebih besar dapat menggunakan petakan tambak dengan luasan antara 0,25-0 ,50 Ha dengan pagar keliling darin kere bambu ataupun waring.
B.    Keramba apung
Selain menggunakan kerungan, untuk budidaya kepiting betelur dapat juga menggunakan keramba apung. Karamba apung dibuat dari rangkain bilah bamboo seperti pada pembuatan kere,kemudian kere yang sudah jadi dirangkai menjadi kotak yang ukurannya disesuaikan dengan lokasi dimana karamba apung akan ditempatkan.
Selanjutnya pada sisi panjang yang berlawanan dipasang pelampung yang dibuat dari potongan bambu yang masih utuh atau  dari bahan lainnya.
9
Penempatan karamba apung ini pada temapt bergantian airnya, seperti pada saluran, tepi sungai dan tempat lainnya yang memenuhi syarat diatas.
Proses produksi kepiting bertelur paling lama berlangsung sekitar 5-14 hari atau tergantung ukuran awal penebaran. Singkatnya masa pemeliharaan ini juga dimungkinkan karena kepiting betina yang ditebar dengan berat sekitar 150 gram biasanya sudah mengandung telur.
3.4 . Pakan
Pakan yang baik adalah pakan yang sesuai dengan perkembangan kepiting.Masing-masing tahp perkembangan (stadia) kepiting, memerlukan jenis pakan yang berbeda.Untuk lebih mudahnya dalam penyediaan pakan kepiting dibagi menjadi dua tahap perkembangan hidup. Pertama larva seperti benih,  kedua benih sampai ukuran konsumsi/induk
Pada stadium larva kepiting cenderung sebagai pamakan plankton.Semakin besar ukurannya, kepiting manjadi omnivora atau pemakan segala.Sesuai dengan kebiasaan makannya di alam, jenis pakan yang disukai antara lain chlorella, ikan kecil ataupun anak ikan dan udang-udangan seperti rotifera (Brachianus plicatilis) dan artemia.
Berbagai jenis pakan seperti : ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dan lain-lain. Dari jenis pakan tersebut, ikan rucah segar lebih baik ditinjau dari fisik maupun kimiawi dan peluang untuk segera dimakan lebih cepat karena begitu ditebar akan tenggelam. Hal ini berkaitan erat dengan kebiasaan kepiting yang biasa makan didasar.
Pemberian pakan pada usaha pembesaran hanya bersipat suplemen dengan dosis sekitar  5 %. Lain halnya pada usaha kepiting bertelur dan usaha penggemukan, pemberian pakan harus diperhatikan dengan dosis antara 5-10 % dari berat kepiting yang dipelihara. Kemauan makan kepiting muda lebih besar, karena pada periode ini dibutuhkan sejumlah makanan yang cukup banyak untuk pertumbuhan dan proses ganti kulit.
Pakan buatan atau pakan yang diramu sendiri juga bisa digunakan untuk pembesaraan kepiting. Kelebihan pakan buatan dibanding pakan segar, yakni dapat dibuat dan digunakan setiap waktu sehingga ketersediaannya lebih terjamin. Selain itu kandungan gizinya dapat diatur sendiri dan biayanya bisa disesuaikan dengan keadaan modal.
3.5 . Pemanenan
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa pemanenan kepiting dapat dilakukan secara selektif, dimana pemanenan ini dilakukan dengan jalan memilih kepiting yang ukurannya telah mencapai ukuran konsumsi. Selain itu pemanenan jug dapat dilakukan dengan jalan pemanenan sekaligus yaitu kepiting dipanen secara sekaligus (dilakukan pengeringan air tambak/wadah budidaya) kepiting. 
IV.  PENYAKIT KEPITING BAKAU
Penyakit yang sering menyerang kepiting bakau selama ini diketahui bahwa denagn kematian yang tinggi terjadi pada stadium yang ebrbedfa terutama pada tingkat-tingkat zoea awal, akhir, dan megalopa, salah satu factor penyebabnya adalah jamur.
Adapun  timbulnya jamur tersebut akibat kondisi lingkungan media pemeliharaan yang tidak stabil, misalnya temperatur naik cuup tinggi pada siang hari dan turun dastis pada malam hari dan kadar oksigen terlarut yang rendah sehingga menyebabkan kepiting tersebut menjadi stress serta memudahkan patogen untuk menyerang.
No    Jenis Penyakit    Gejala    Pengobatan pencegahan           
            Bahan Kimia    Bahan Alami
1    Jamur
(Legenidium sp
dan Fusarium sp)    Terdapat bintik putih pada bagian yang di serangnya.    Direndam dalam larutan Erithromycyn dengan dosis 1,3 ppm, Herbisida treplan 0,02 ppm dan Furazolidon 1  ppm dilakukan setiap 3 hari sekali berselang-seling.    Dengan ekstrak daun sambiloto dan daun miana dengan dosis 1015  mg/lt air setiap  hari,
karena bersifat antibiotic dan antiseptic yang dapat menolak/mencegah timbulnya jamur.

DAFTAR PUSTAKA
Amri, K.  2003 “Budidaya Udang Windu Secara Intensif (Kiat Mengatasi Permasalahan
Praktis)”, Agromedia Pustaka. Jakarta Dahuri.  2002 ”Koran Waspada Februari 2004 ”.
Nur, Syaripah.  2004 “Progam Pengembangan Udang Windu di Kabupaten Lampung Timur”, STPP Bogor
Ichsan M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kepiting Bakau Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor. 

Wednesday, June 15, 2016

KEBUTUHAN DALAM PENYULUHAN PERIKANAN YANG DINAMIS

June 15, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Penyuluhan hak asasi warga negara Republik Indonesia;
Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang berkelanjutan merupakan suatu keharusan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat mengentaskan masyarakat dari kemiskinan serta menjaga kelestarian lingkungan;
Untuk lebih meningkatkan peran sektor Kelautan dan Perikanan, diperlukan SDM yang berkualitas, andal, serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis
Berdasarkan UU n0 16 tahun 2006 tentang sistem Penyuluhan di Indonesia Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan penyuluhan. Negara kita dikaruniai dengan kekayaan alam yang berlimpah, sehingga pemanfaatannya secara optimal akan dapat mendorong tercapainya kualitas hidup manusia. Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) dengan jelas menyatakan bahwa: ”Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”, termasuk di dalamnya kekayaan dan sumber daya kelautan dan perikanan. Implikasinya, tujuan pembangunan  kelautan dan perikanan di Indonesia, sesungguhnya untuk kesejahteraan anak bangsa.
Hal ini telah dituangkan dalam visi pembangunan kelautan dan perikanan, yakni Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar Tahun 2015. Dalam rangka mencapai visi pembangunan kelautan dan perikanan tersebut diperlukan langkah nyata, terencana, dan terarah dengan pentahapan yang jelas.  Visi tersebut tertuang dalam grand strategy sebagai berikut: (a) memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi, (b) mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan, (c) meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan, dan (d) memperluas akses pasar domestik dan internasional dengan sasaran strategi yang didukung oleh kegiatan penyuluhan perikanan untuk menjadikan semua kawasan potensi perikanan menjadi kawasan minapolitan dengan indikator kinerja peningkatan presentase kelompok pelaku utama yang bankable. Berdasarkan hal diatas, penyuluhan perikanan diharapkan mampu menjadi katalisator bagi upaya pembangunan perekonomian masyarakat, khususnya dalam mewujudkan visi pembangunan kelautan dan perikanan diatas.
APA PENGERTIAN PENYULUHAN ITU
Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan, dapat diartikan sebagai suatu sistem pendidikan yang bersifat non formal bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha beserta keluarganya.
Penyuluhan perikanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka tahu, mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup;
APA YANG MENJADI TUJUAN DALAM PENYULUHAN PERIKANAN
Memperkuat pengembangan kelautan dan perikanan, yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan
Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi;
Memberikan kepastian bagi terselenggaranya penyuluhan yang produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan gender, berwawasan luas ke depan, berwawasan lingkungan, dan bertanggung gugat yang dapat menjamin terlaksananya pembangunan kelautan dan perikanan
Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan; dan
Mengembangkan sumber daya manusia, yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan kelautan dan  perikanan
SIAPAKAH PENYULUH PERIKANAN
PENYULUH PEGAWAI NEGERI SIPIL adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup kelautan dan perikanan,  untuk melakukan kegiatan penyuluhan.
PENYULUH SWASTA adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi di bidang penyuluhan.
PENYULUH SWADAYA adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.
PENYULUH NON FUNGSIONAL.Pegawai negeri sipil bukan pejabat penyuluh fungsional yang ditetapkan  oleh pejabat yang berwenang untuk  melaksanakan tugas penyuluhan perikanan
PENYULUH PERIKANAN BANTU Tenaga profesional yang diberi tugas dan wewenang untuk melaksanakan tugas penyuluhan perikanan dalam suatu ikatan kerja selama jangka waktu tertentu
PENYULUH KEHORMATAN.Seseorang yang bukan petugas penyuluh perikanan yang karena jasanya diberi penghargaan sebagai Penyuluh Kehormatan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan dan Wakil Masyarakat.
Dalam sistim penyuluhan perikanan Prinsip merupakan suatu pernyataan mengenai kebijaksanaan yang dijadikan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan dan dilaksanakan secara konsisten.  Artinya bahwa setiap penyuluh dalam melaksanakan kegiatannya harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang sudah disepakati agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Disini akan kami informasikan ada 11 prnsip Penyuluhan perikanan menurut mardikanto. Adapun prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Minat dan kebutuhan; artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan kebutuhan masyarakat, utamanya sebagai pelaku utama dan pelaku usaha.
Organisasi masyarakat bawah; artinya penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga sebagai pelaku utama dan pelaku usaha.
Keragaman budaya; artinya penyuluhan harus memperhatikan adanya keragaman budaya.
Perubahan budaya; artinya setiap penyuluhan akan mengakibatkan perubahan budaya.
Kerjasama dan partisipasi; artinya penyuluhan hanya akan efektif jika menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan.
Demokrasi dalam penerapan ilmu; artinya dalam penyuluhan harus selalu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap alternatif.
Belajar sambil bekerja; artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.
Penggunaan metode yang sesuai; artinya penyuluhan harus dilakukan dengan penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai sosial budaya.
Kepemimpinan; artinya penyuluh tidak melakukan kegiatan yang hanya bertujuan untuk kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan kepemimpinan.
Spesialis yang terlatih; artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telah mengikuti latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh
Segenap keluarga; artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial.
Selanjutnya, Mardikanto (2006) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip dalam metode penyuluhan perikanan, meliputi:
Upaya Pengembangan untuk berpikir kreatif: Prinsip ini dimaksudkan bahwa melalui penyuluhan pertanian harus mampu menghasilkan petani-petani yang mandiri, mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi dan mampu mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahui untuk memperbaiki mutu hidupnya.
Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan sasaran:Prinsip ini akan mendorong petani belajar pada situasi nyata sesuai permasalahan yang dihadapi.
Setiap individu terkait dengan lingkungan sosialnya:Prinsip ini mengingatkan kepada penyuluh bahwa keputusan-keputusan yang diambil petani dilakukan berdasarkan lingkungan sosialnya.
Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran:Keakraban hubungan antara penyuluh dan sasaran memungkinkan terciptanya keterbukaan sasaran dalam mengemukakan masalahnya.
Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.
Metoda yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu siap (dalam arti sikap dan pikiran) dan dengan sukahati melakukan perubahan-perubahan demi perbaikan mutu hidupnya sendiri, keluarganya dan masyarakatnya.
Terjadinya perubahan ” context dan content ” pembangunan perikanan dalam ini memberi pengaruh yang sangat besar karena saat ini tidak hanya pelaku utama dan pelaku usaha yang dijadikan sebagai sasaran utama (objek) kegiatan penyuluhan tapi melibatkan pula stakeholder yaitu pelaku agrobisnis. Jadi, penyuluhan perikanan merupakan suatu upaya atau proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat yang melibatkan petani dan nelayan sebagai pelaku utama dan pelaku usaha.
Secara khusus, penerapan penyuluhan perikanandalam era disentralisasi (lokalita) sebagaimana yang diamanatkan oleh UU sistim penyuluhan  tentang pelaksanaan penyuluhan perikanan spesifik lokalita yang bersifat partisipatif yaitu, pendidikan nonformal  melalui upaya pemberdayaan dan kemampuan memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah masing-masing dengan prinsip kesetaraan dan kemitraan, keterbukaan, kesetaraan kewenangan, dan tanggung jawab serta kerja sama, yang ditujukan agar mereka berkembang menjadi dinamis dan berkemampuan untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri.

Sumber Referensi:
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Badan Pengembagngan SDMKP
Pusat pengembangan Penyuluhan Perikanan
Diklat Penyuluhan Perikanan

Tuesday, June 14, 2016

PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA

June 14, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Dengan adanya Undang-undang Sistem Penyuluhan Petanian, Perikanan da kehutanan maka kegiatan Pnyuluhan menjadi sejalan dengan kegiatan teknis yang lainya. Penyuluhan perikanan merupakan bagian penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia kelautan dan perikanan, yaitu berperan dalam memberikan bimbingan dan pembinaan kepada pelaku utama, pelaku usaha dan masyarakat perikanan, sehingga meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam bidang kelautan dan perikanan, baik teknis maupun non teknis untuk pengembangan usaha di bidang kelautan dan perikanan. Pembangunan kelautan dan perikanan akan berhasil apabila adanya partisipasi dan sinergi antara segenap stakeholder di bidang kelautan dan perikanan.
Fokus kegiatan penyuluhan adalah pada pengembangan sumber daya manusia, sedangkan fokus sasarannya adalah pada pemberdayaan pelaku utama dan pelaku usaha serta sumber daya manusia lain yang mendukungnya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3, Undang-undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, bahwa tujuan pengaturan sistem penyuluhan meliputi :
a) Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial guna memperkuat pengembangan pertanian, perikanan dan kehutanan yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan;
b) Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran dan pendampingan serta fasilitasi.
c) Mengembangkan sumber daya manusia yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan.
Keberhasilan proses penyuluhan ditandai timbulnya partisipasi aktif dari pelaku utama dan pelaku usaha di bidang perikanan (masyarakat sasaran), sehingga dalam pengembangan penyuluhan ke depan harus diarahkan pada model yang berpusat pada manusia, dimana peran penyuluh dalam proses penyuluhan adalah sebagai relasi yang berorientasi pada masyarakat sasaran. Dalam pelaksanaannya sebuah proses penyuluhan harus dimulai dari pemahaman masyarakat terhadap potensi dan masalah yang dihadapinya, sehingga terdorong untuk mengupayakan pemecahan masalah melalui pengembangan semua potensi yang dimilikinya. Pada tahap inilah dimulai peran seorang penyuluh “untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat sasaran dari kegiatan usahanya”, dengan pola pikir yang coba dibangun adalah pengembangan komoditas yang dimilikinya melalui pemanfatan semua potensi sumberdaya yang ada, jadi peran seorang penyuluh adalah berupa fasilitasi, pengawalan, mobilisasi, pembentukan jaringan kerja dan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha di bidang perikanan.
Sejalan dengan implementasi amanah UU No. 16/2006 tentang SP3K, maka guna memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan Indonesia yang sangat besar bagi kemajuan, kemakmuran, dan kesejahteraan bangsa dan negara secara berkelanjutan diperlukan adanya SDM yang handal dan profesional. Penyuluh Perikanan memegang peranan penting dalam upaya pencapaian peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia pelaku utama/ pelaku usaha sebagai mediator, motifator dan fasilitator. Dalam mewujudkan peran tersebut penyuluh harus memiliki kapasitas dan kompetensi yang tinggi dalam melaksanakan fungsi pembinaan dan pendampingan dalam menjalankan tugasnya.
Dalam perjalanan mengemban tugas tersebut para penyuluh perlu memiliki dan meningkatkan berbagai pengalaman dalam membawa pesan dan mendiseminasikan teknologi kepada para pelaku utama, dengan filosofi menjadikan “Yang Tidak Tahu menjadi Tahu, Yang Tidak Mau menjadi Mau, dan Yang Tidak Mampu menjadi Mampu”.
Dengan terbitnya PermenPAN Nomor: PER/19/M.PAN/10/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan dan Angka Kreditnya, maka status dan posisi Penyuluh Perikanan sudah memiliki kejelasan karier dan keberadaannya, yang dapat berdampak pada kinerja seorang penyuluh. Penyuluh Perikanan bukan lagi menjadi bagian dari Penyuluh Pertanian, sehingga diharapkan tidak ada lagi penyuluh yang menjalankan fungsi generalisasi keilmuan (polivalen) daripada spesialisasi keilmuan. Untuk menangani penyuluhan di bidang kelautan dan perikanan memiliki perbedaan dengan bidang pertanian, antara lain: (1) Secara geografis, negara Indonesia merupakan negara kepulauan dan negara bahari yang dua pertiga wilayahnya terdiri dari perairan; (2) Secara alamiah, sifat, karakteristik, dan bentuk kegiatannya sangat spesifik dengan ketergantungan tinggi terhadap musim dan iklim, sehingga usahanya menjadi sangat beresiko; (3) Secara sosial dan ekonomi, sifat, karakteristik, dan pola hidup para pelaku utama berbeda dengan pola hidup petani/pekebun; (4) Penanganan aspek perikanan tidak dapat dipisahkan dari aspek kelautan; (5) Secara keilmuan, eksistensi ilmu kelautan dan perikanan merupakan kecabangan ilmu yang mandiri, termasuk penyuluhan perikanan; (6) Secara kelembagaan, selama 2 periode kabinet dan rencana UU kementerian/departemen ke depan, terdapat departemen yang khusus mengemban tugas dan fungsi menangani kelautan dan perikanan, termasuk penyuluhannya, yaitu Departemen Kelautan dan Perikanan; (7) Secara legislasi, didukung keberadaan UU No.31/2004 tentang Perikanan. Kondisi tersebut secara intern merupakan sebuah justifikasi bahwa penyuluhan kelautan dan perikanan harus ditangani secara khusus, tersendiri, dan mandiri. Peningkatan kapasitas para penyuluh perikanan harus dilakukan secara terus menerus dan sistematis agar dapat menjadi konsultan dan mitra sejati para pelaku utama dan pelaku usaha di bidang perikanan.
Profesional mempunyai makna berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, sedangkan profesionalisme bermakna mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Sehingga seorang Penyuluh Perikanan profesional haruslah menjadi AHLI PENYULUHAN dan SPESIALISASI DIBIDANG PERIKANAN. Hal ini mempunyai arti bahwa setiap Penyuluh Perikanan harus sadar dengan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, serta selalu meningkatkan keterampilannya dalam bekerja dan dalam menghadapi persaingan.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, secara tegas mengemukakan bahwa pembangunan perikanan diarahkan untuk sembilan aspek berikut: 1)meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil; 2)meningkatkan penerimaan dan devisa negara; 3)mendorong perluasan dan kesempatan kerja; 4)meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein hewani; 5)mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan; 6)meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya saing; 7)meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan; 8)mencapai pemanfaatan sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumber daya ikan secara optimal; dan 9)menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan dan tata ruang. Dengan demikian orientasi penyuluhan perikanan seyogyanya dapat meramu ke-9 hal tersebut.
Kompetensi penyuluh menjadi sangat penting untuk selalu disesuaikan dengan tuntutan masyarakat dan tantangan zaman. Hal ini tidak berarti penyuluh harus serba bisa (polivalen), tetapi penyuluh yang diharapkan adalah penyuluh yang dapat berperan sebagai fasilitator bagi transformasi yang diharapkan masyarakat dan pelaku utama. Pelaku utama sangat berharap figur penyuluh yang berani, jujur, terbuka dan kreatif. Berani dalam mengambil langkah yang tepat dan cepat, jujur akan kelebihan dan kekurangan diri, terbuka dalam arti dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, dan kreatif dalam arti mampu berinovasi dan mengembangkan berbagai modifikasi atas teknologi yang sudah ada. Sejalan dengan itu, penyuluh harus dapat mengembangkan suasana pembelajaran yang kondusif dan harus mampu memberi contoh (kewirausahaan), memberi semangat, dan memandirikan pelaku utama. Penyuluh juga harus mampu mengembangkan jaringan kerja sama dengan berbagai kalangan, baik swasta maupun pemerintah, baik untuk keperluan konsultasi maupun distribusi hasil perikanan, dan lain sebagainya.
Kompleksitas masalah di bidang kelautan dan perikanan memerlukan koordinasi dan sinkronisasi lintas sektoral. Penyuluh yang kompeten dengan keahlian yang handal sebagai penggerak pembaharuan dan mitra sejajar bagi pelaku utama sangat diperlukan. Peran penyuluh hendaknya tidak semata untuk mengejar pertumbuhan (produksi), namun yang lebih diprioritaskan adalah aspek penyadaran pelaku utama, pengembangan kapasitas dan motivasi pelaku utama untuk mewujudkan tata kehidupan yang lebih bermartabat melalui penerapan usaha perikanan yang berkelanjutan. Pemahaman keberlanjutan pengelolaan usaha perikanan meliputi dimensi sosial, ekonomi, lingkungan, dan pengembangan teknologi yang tepat secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA http://adelaidearsenal.blogspot.com/2011/01/ pembangunan- perikanan.html http://infohukum.kkp.go.id/files_kepmen/KEP%2054%20MEN%202011.pdf http://journal.ipb.ac.id/index.php/bulekokan/article/viewFile/2489/1478 http://www.scribd.com/doc/73309248/Penyuluhan-Kelompok-3

Monday, June 13, 2016

SISTEM BUDIDAYA POLIKUKTUR IKAN MAS DENGAN BANDENG, NILA DAN PATIN

June 13, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Di Kabupaten Pati ikan Bandeng di polikulturkan dengan ikan Mas, Nila, Patin, dengan luasan kolam air tawar yang sangat memadai. Ikan Mas sangat ekonomis dan di sana dikenal sebagai ikan Tombro. Pembenihan dan pembesaran sejalan dan cukup ekonomis. Ikan mas selama ini dikenal sebagai komoditi dengan nilai ekonomi tinggi. Persebarannya melingkupi hampir semua wilayah di Indonesia. Ikan yang juga dikenal dengan nama Karper (Latin: Cyprinus Carpio). Di Indonesia sendiri, budidaya ikan mas mulai gencar sejak tahun 1920. Bibit awal ikan mas diimpor dari Eropa, Taiwan, Cina dan Jepang. Hingga saat ini, setidaknya dikenal 10 jenis ikan yang dibedakan berdasar pada karakter morfologi ikan mas itu sendiri. Lebih cermatnya, silahkan simak uraian berikut ini.
Klasifikasi Ikan Mas
Sebelum mengurai ciri morfologi ikan mas, ada baiknya jika kita mencermati klasifikasinya dalam ilmu biologi sebagai berikut:
 Kerajaan    : Animalia
 Filum        : Chordata
 Kelas        : Actinopterygii
 Ordo        : Cypriniformes
 Famili        : Cyprinidae
 Genus        : Cyprinus
 Spesies    : Cyprinus carpio
Ciri Morfologi Ikan Mas Di habitat aslinya, ikan mas memijah di awal musim hujan. Proses pemijahan ikan mas dirangsang oleh bau tanah kering yang tersiram air hujan. Dalam budidaya pembenihan, ikan mas bisa dipijahkan sepanjang tahun tidak mengenal musim.
Kali ini alamtani akan mengulas hal-hal yang harus disiapkan sebelum melakukan pemijahan ikan mas, meliputi ciri indukan matang gonad, penyiapan kolam pemijahan, proses pemijahan dan penetasan telur. Sedangkan untuk cara memilih dan memelihara calon indukan ikan mas serta merawat benih hasil pemijahan, silahkan baca budidaya pembenihan ikan mas.
Ciri indukan matang gonad
Indukan betina dan jantan harus dipelihara di kolam terpisah sebelum dipijahkan. Pemeliharaan dilakukan hingga indukan memasuki masa matang gonad. Indukan matang gonad adalah indukan ikan yang telah masuk masa subur dan siap untuk melakukan pembuahan.
Secara umum indukan ikan mas betina yang ideal untuk dipijahkan berumur 1,5-2 tahun dengan bobot tubuh 2-3 kg. Sedangkan untuk ikan mas jantan lebih cepat memasuki masa matang gonad, yaitu pada umur 10-12 bulan dengan bobot tubuh 0,6 kg.
Ciri-ciri indukan ikan mas betina matang gonad:
 Perut bagian bawah lunak, bentuknya buncit dan membulat.
 Alat genital kemerahan dan mengembang agak terbuka.
 Bagian anus terlihat menonjol seperti membengkak
Ciri-ciri indukan jantan ikan mas matang gonad:
 Bila perut bagian bawah ditekan akan mengeluarkan sperma, cairan berwarna putih.
 Tubuh ramping dan gesit.
Pemberokan indukan ikan
Sebelum dipijahkan lakukan pemberokan pada indukan jantan dan betina. Pemberokan yang dimaksud adalah pemeliharaan indukan jantan dan betina dalam kolam terpisah, tanpa diberi makan selama 1-2 hari. Tujuan pemberokan untuk menghilangkan lemak disekitar kantong telur. Lemak yang menyelubungi kantong telur akan menghambat pelepasan sel telur ketika memijah.
Selain itu pemberokan juga bertujuan untuk menahan sementara keinginan memijah indukan. Dengan begitu saat waktunya dipijahkan kedua indukan saling tertarik dan melakukan pembuahan.
Menyiapkan kolam pemijahan
Kolam tanah paling cocok untuk melakukan pemijahan ikan mas. Persiapan yang harus dilakukan adalah penjemuran kolam, pengolahan tanah, pengapuran, pemupukan dan pengairan. Untuk mengetahui lebih lanjut silahkan baca persiapan kolam tanah untuk budidaya ikan.
Setiap indukan betina yang akan memijah membutuhkan luasan kolam 6 m2 per kg bobot tubuh, dengan kedalaman air kolam 60-80 cm. Misalnya, untuk indukan seberat 5 kg dibutuhkan kolam seluas 30 m2. Jadi, kolam seluas 100 m2 kira-kira bisa diisi oleh 3 indukan.
Hal lain yang harus dipersiapkan adalah kakaban. Fungsi kakaban dalam pemijahan ikan mas memberikan tempat untuk meletakkan telur-telur yang telah dibuahi. Kakaban dibuat dari ijuk yang dijepit dengan bilah bambu dan dikasih pemberat agar tenggelam dalam air.
Lebar kakaban biasanya 40 cm, panjangnya bervariasi bisa dibuat 1-2 meter. Cara membuat kakaban adalah sebagai berikut:
 Ijuk disisir rapi dengan sisir kawat, diletakkan berjejer hingga sepanjang panjang kakaban.
 Kemudian siapkan dua bilah bambu untuk menjepit ijuk tersebut. Bagian yang dijepit adalah tengah, lihat gambar dibawah.
 Paku kedua bilah bambu tersebut agar menjepit ijuk dengan kuat.
cara pemijahan ikan mas
Bentuk kakaban dari Ijuk.
Kebutuhan kakaban untuk pemijahan ikan mas tergantung pada ukuran dan jumlah indukan. Untuk kakaban berukuran 40×100 cm dibutuhkan 5-6 kakaban per kg induk ikan mas. Misalnya, indukan sebesar 5 kg membutuhkan 25-30 kakaban.
Selanjutnya pasang kakaban di dasar kolam. Ikatkan kakaban pada patok yang menancap ke dasar kolam sehingga kakaban dalam posisi melayang. Tidak mengapung di atas air sekaligus juga tidak tenggelam di dasar kolam. Kira-kira berada dibawah permukaan air sekitar10-25 cm.
Pemijahan ikan mas
Secara umum terdapat dua cara pemijahan ikan mas, yakni dengan proses alami dan proses buatan. Proses pemijahan alami yaitu mengawinkan indukan dengan meletakkan ikan jantan dan betina dalam satu kolam, sehingga mereka melakukan perkawinan sendiri. Sedangkan proses buatan yaitu indukan betina dibuahi dengan bantuan manusia dengan cara penyuntikan hipofisa atau hormon dan pembuahan dilakukan secara in vitro.
Pemijahan buatan dengan penyuntikan hipofisa atau hormon dilakukan pada ikan-ikan yang sulit memijah. Ikan mas merupakan ikan yang mudah memijah. Pemijahan ikan mas buatan biasanya dilakukan oleh petani pembenihan yang menyediakan benih ikan secara kontinyu dan jumlahnya banyak.
Pada kesempatan kali ini yang dibahas hanya pemijahan ikan mas secara alami. Ada berbagai teknik pemijahan ikan mas secara alami. Biasanya masing-masing daerah punya kekhasan tersendiri. Salah satu yang terkenal adalah cara Sunda. Cara ini banyak dilakukan para pembudidaya di daerah Jawa Barat. Berikut ini langkah-langkahnya:
 Kakaban ijuk dipasang melayang dalam air, sekitar 10-15 cm dibawah permukaan air. Ikat kakaban pada patok yang menancap kuat agar tidak bergeser oleh aktivitas ikan saat memijah.
 Masukkan indukan betina dan jantan bersama-sama. Perbandingan bobot indukan betina dan jantan 1:1, sedangkan dari jumlahnya bisa 2:1 atau 3:1.
 Pelepasan induk biasanya berlangsung pada sore hari sekitar pukul 16.00-17.00. Proses pemijahan akan berlangsung dini hari sekitar pukul 01.00-06.00. Ditandai dengan ikan saling berkejaran dan bau amis menyelimuti air kolam.
 Amati kakaban setelah 24 jam sejak indukan dilepaskan di kolam pemijahan. Dalam tempo ini seharusnya kakaban sudah dipenuhi telur yang menempel. Kakaban yang sudah berisi telur digoyang-goyangkan agar bersih dari lumpur. Kemudian diangkat untuk dipindahkan ke kolam penetasan atau hapa. Kolam atau tempat penetasan harus sudah disiapkan setidaknya sehari sebelum proses pemijahan.
Selain cara Sunda ada berbagai cara lain dalam memijahkan ikan mas. Beberapa yang terkenal yaitu cara Cimindi, Rancapaku, Magek, Kantong, Dubisch dan Hofer.
cara pemijahan ikan mas
Kolam pemijahan ikan mas
Penetasan telur
Penetasan telur hasil pemijahan ikan mas bisa dilakukan di berbagai tempat atau wadah. Tempat yang biasa digunakan adalah bak semen, kolam terpal, akuarium, bak fiber atau kolam. Apabila kita ingin menetaskan telur di kolam, misalnya di kolam pemijahan harus dilengkapi dengan hapa.
Hapa adalah jaring halus berukuran 1 mm atau lebih kecil dari ukuran telur yang diletakkan di dalam kolam. Bentuk hapa seperti jaring apung yang ada di waduk-waduk.
Setelah proses pemijahan selesai, segera pindahkan kakaban yang dipenuhi telur ke tempat pemijahan. Bersihkan terlebih dahulu kakaban dari lumpur dengan digoyang-goyangkan secara lembut. Kemudian angkat dan pindahkan ke kolam penetasan atau ke dalam hapa. Tempat penetasan sebaiknya terlindung dari air hujan dan panas yang berlebihan.
Untuk mencegah tumbuhnya jamur, air di kolam penetasan bisa diberikan methylen blue.  Sedangkan untuk penetasan di hapa, kakaban bisa rendam terlebih dahulu dalam air yang sudah dicampur methylen blue. Kemudia letakan kakaban sekitar 5-10 cm dibawah permukaan air.
Pada suhu ideal yaitu 28-30oC, telur akan menetas dalam 1-3 hari. Setelah menetas menjadi larva, tidak perlu langsung dikasih pakan. Karena larva masih membawa nutrisi yang terdapat dalam kuning telur. Setelah berumur 2-3 hari, larva bisa diberi pakan.
Salah satu jenis pakan yang bisa diberikan untuk larva adalah kuning telur yang telah direbus. Kemudian dilumat, satu butir kuning telur dicampur dengan satu liter air lalu diberikan ke benih ikan. Pemberian makan sehari dua kali setiap pagi dan sore.
Pemeliharaan di kolam penetasan berlangsung sampai larva berumur satu minggu. Ukuran larva mencapai 1-2 cm. Selanjutnya larva dipindahkan ke kolam pendederan untuk proses pembesaran benih. Proses selanjutnya bisa dibaca di sini.
—-
Referensi
    Kamus pertanian umum. 2013. Penebar Swadaya, Jakarta
    Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas. Diakses 27 Agustus 2014.
    Gusrina. 2008. Budidaya ikan, jilid 1. Buku ajar kelas X SMK. Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
    Budi Santoso. 1993. Petunjuk praktis budidaya ikan mas. Kanisius, Yogyakarta

Sunday, June 12, 2016

ALTERNATIF UDANG JERBUNG MENGATSIPASI PENURUNAN PRODUK

June 12, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Udang merupakan produk unggulan Indonesia dan diprediksi tingkat produksinya akan meningkat sebanyak 74,7 % pada tahun 2014. Dengan potensi lahan budidaya yang cukup besar, Indonesia menghadapi tantangan dalam hal budidaya udang, terutama dari sisi teknis. Sehingga perlu dilakukan tindakan secara strategis yang melibatkan seluruh stakeholder penting dalam dunia budidaya udang, yaitu pelaku utama, pengusaha, asosiasi, pemangku kebijakan, perbankan, dan lembaga swadaya masyarakat.” jelas Agus Surono, Kasubdit Budidaya Air Payau dan Laut, DJPB – KKP.
Sebagai salah satu sentra produksi udang berkapasitas sekitar 10.000 ton per tahun dengan target terbesar pasar Jepang, Tarakan mendapat tantangan besar karena pasar ekspor menerapkan aturan yang ketat, mulai dari aspek legalitas tambak, proses budidaya, hingga proses pasca panen harus sesuai dengan prinsip keamanan biodiversitas, keamanan pangan dan pelestarian lingkungan. Dengan kondisi ini, pembudidaya udang Tarakan dan Indonesia pada umumnya harus memulai langkah – langkah antisipasi dengan cara menerapkan prinsip-prinsip budidaya yang ramah lingkungan dan bertanggungjawab.
“Trend ‘hijau’ seperti ini memang mulai masuk ke segala komoditi, termasuk udang budidaya,” ujar Wawan Ridwan, Direktur Program Kelautan WWF-Indonesia. “WWF menawarkan BMP Budidaya Udang Windu Tanpa Pakan dan Tanpa Aerasi ini, dan Pemkot Tarakan melalui Diskanlut Kota Tarakan menjadi pihak yang pertama mengadopsi sistem ini di tingkat pemerintah secara resmi. Karena itu kami sepenuhnya mendukung dan juga turut berinvestasi dalam program ini untuk kurun waktu sedikitnya satu tahun,” lanjutnya.
Kerjasama ini bertujuan untuk mensosialisasikan BMP kepada pembudidaya udang di Kota Tarakan dan mengimplementasikannya pada tambak percontohan seluas 5 hektar, sehingga selain sesuai dengan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), juga mematuhi prinsip yang diwajibkan oleh standar Shrimp Aquaculture Dialogue (ShAD - ASC).
Hadir dalam cara penandatanganan tersebut perwakilan Walikota Tarakan yaitu Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan; Ir. Sofyan Raka, M.Si, perwakilan Dirjen Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan (DJPB – KKP), yaitu Kasubdit Budidaya Air Payau dan Laut; Ir. Agus Surono, MM, perwakilan dari Bappeda Kota Tarakan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Tarakan, PT Mina Mustika Aurora, Universitas Borneo Tarakan, dan kelompok pembudidaya percontohan “Tambak Mandiri”.
Candhika Yusuf, Koordinator Perikanan Budidaya di Program Kelautan WWF-Indonesia, menjelaskan, “Dalam 6 bulan ke depan, tambak percontohan ini diharapkan memberi hasil udang yang bisa dikategorikan mendekati ramah lingkungan dan bertanggungjawab. Selain itu, kita juga bekerjasama dengan satu perusahaan pemrosesan dan eksportir udang di Kota Tarakan sebagai salah satu solusi untuk pemasaran produk yang akan dihasilkan tersebut.”Udang yang satu ini namanya memang tidak terlalu familiar terdengar oleh telinga kita. Udang ini merupakan salah satu spesies dari famili Penaeidae. Udang Jerbung (Penaeus Merguiensis) merupakan kekayaan alam hayati yang tersebar luas hampir di seluruh Indonesia. Udang jerbung atau udang putih bahkan sangat terkenal di mancanegara dengan nama lokal masing - masing, seperti: Australia (Banana Prawn/White Prawn), Jepang (Tenjikuebi/Banana Ebi), Malaysia (Udang kaki merah/Udang pasir), Pakistan (Jaira), Philippines (Hipon buti), Thailand (Kung chaebauy).
Udang merupakan salah satu komoditi laut yang cukup banyak dimanfaatkan di Berau, Kalimantan Timur, menyaingi komoditas ikan karang yang juga banyak ditemukan di daerah ini. Kerjasama dengan aktivitas perikanan udang oleh CV.VALA diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pembelajaran mengenai perikanan udang tangkap, khususnya dari aspek keberlanjutan, serta dapat mempercepat proses penyertaan spesies ini dalam sertifikasi perikanan tangkap berkelanjutan global yang dikenal dengan nama MSC (Marine Stewardship Council).
Saat ini CV. VALA baru memproduksi rata-rata sekitar 3 ton udang jerbung per bulan, dan menyumbang sekitar 0,00035% udang dalam total porduksi udang dari provinsi Kalimantan Timur. Menurut data dari SIDATIK KKP 2012, saat ini produksi udang dari provinsi Kalimantan Timur rata-rata sebesar 20.000 ton.Menurut Pennak (1978), udang jerbung memiliki taksonomi sebagai berikut :
Filum : Crustacea
Class : Malacostraca
Subclass : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Natantia
Famili : Peneidae
Genus : Penaeus
Spesies : Penaeus merguensis
Penaeus merguensis mempunyai bentuk rostrum hampir segitiga, warna tubuh kuning jernih tanpa sabuk dengan bintik kecoklatan serta dapat mencapai panjang total 24 cm untuk betina dan 20 cm untuk jantan.
Habitat yang disukai udang adalah dasar laut (10 – 45 m) yang lumer, biasanya terdiri dari campuran lumpur dan pasir. Daerah paparan yang banyak menerima aliran sungai adalah daerah yang disenangi udang. Udang menyenangi daerah yang terjadi pencampuran air sungai dengan air laut (estuaria), karena di daerah ini banyak terdapat makanan serta zat-zat hara yang dibutuhkan udang. Oleh karena itu daerah di sekitar muara sungai merupakan daerah yang baik bagi udang. Besar kecilnya, banyak sedikitnya sungai yang bermuara ke suatu daerah akan menentukan luas atau sempitnya daerah udang di suatu perairan.
Udang jerbung aktif mencari makan pada siang hari, tidak meliang dan hidup di dasar perairan yang keruh (Penn, 1984), sehingga penangkapan udang jerbung lebih baik dilakukan siang hari. Oleh karena itu, nelayan melakukan penangkapan udang jerbung di siang hari.
Berdasarkan data dari FAO, Indonesia merupakan negara penghasil udang jerbung terbesar di dunia. Jumlah produksinya dapat mencapai sekitar 65 ribu ton. Jumlah produksi ini sebanding dengan ketersediaan sumberdaya udang jerbung di perairan kita. Selain itu, banyaknya jenis alat tangkap di Indonesia yang menjadikan udang jerbung sebagai hasil tangkapan utama. Beberapa alat tangkap yang digunakan untuk menangkap udang jerbung, diantaranya: jatilap (trammel net), jaring dogol, bubu (perangkap) dan jaring lainnya yang dioperasikan menyapu dasar perairan. Dalam perdagangan udang Jerbung di Australia disebut Banana prawn atau white shrimp (Kirkegaard, 1970). Di Indonesia udang Jerbung juga dikenal dengan nama udang putih, menjangan, petak cuci, cucuk, perempuan, kelong, popet, pate, pelak, kebo, angin, haku, angkang dan udang tajam (Naamin, 1971).
MORFOLOGI
Udang Jerbung memiliki ciri-ciri morfologis diantaranya rostrumnya lurus dan pendek dengan rumus 5-8 / 2-5, namun pada umumnya 8/5 (Purnomo, 1997). Warna tubuhnya putih kekuningan dengan bintik-bintik coklat dan berkulit tipis (Darmono, 1991). Pada sungut yang pendek (antennula), terdapat belang-belang merah sawo. Kaki jalan dan kaki renangnya berwarna kekuning-kuningan atau kadang-kadang kemerah-merahan. Sungut yang panjang (antenna) berwarna kemerah-merahan. Sirip ekor atau ekor kipas (uropoda) berwarna merah sawo matang dengan ujungnya kuning kemerah-merahan atau kadang-kadang sedikit kebiru-biruan. Kulit tipis, tembus cahaya. Dapat mencapai panjang badan 24 cm (Suyanto dan Mujiman, 1999).
HABITAT
Udang dewasa umumnya terdapat di perairan pantai yang dangkal. Bila paparan benuanya (shelf) cukup landai dapat mencapai jarak 150 km dari pantai sampai kedalaman antara 15-35 meter. Udang-udang muda dan udang dewasa mempunyai toleransi suhu antara 0-40oC, tapi jarang ditemukan pada 36oC atau lebih. Toleransi salinitas udang muda sampai 5‰ dan udang dewasa jarang terdapat pada perairan salinitas lebih dari 33-36‰ (Juliani, 2005).
Perairan yang disenangi adalah yang airnya agak keruh (turbid water) dengan dasar lumpur cair atau campuran pasir dengan lumpur. Udang yang umumnya hidup di daerah tropis dikenal beruaya dari pantai ke tengah laut dan sebaliknya (inshore-offshore migration), sepanjang pantai dan secara vertikal dalam kolom air. Setelah menetas, larva udang bergerak secara pasif dari daerah pemijahan ke arah pantai dan muara sungai. Fase juvenil meninggalkan lingkungan muara sungai dan memasuki perairan pantai yang lebih dalam (Juliani, 2005).
MUSIM PENANGKAPAN
Musim penangkapan udang di perairan Cilacap dan sekitarnya berlangsung antara bulan Februari dan Mei serta bulan Juli dan Oktober. Puncak musim penangkapan berlangsung pada bulan April dan September. Pada bulan Desember-Januari dan Mei-Juni, rata-rata hasil tangkapan udang menurun (Sedana, 2004).
Sumber: Disarikan dari berbagai informasi