Saturday, January 31, 2015

PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN BANDENG AIR TAWAR DENGAN PENGASAPAN

January 31, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ada beberapa cara pengolahan hasil perikanan dengan berbagai cara diantaranya dengan pengasapan. Bandeng asap merupakan salah satu produk perikanan yang telah lama dikenal. Semula, sebelum ada produk bandeng cabut duri, bandeng yang diproduksi sebagai bandeng asap adalah yang masih memiliki duri. Namun, saat ini bandeng yang digunakan sebagai bahan untuk bandeng asap bisa menggunakan bandeng yang sudah dicabut durinya. Unsur yang paling berperan dalam pembuatan bandeng asap adalah asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu.
Hasil pengasapan akan menghasilkan efek pengawetan yang berasal dari beberapa senyawa kimia yang terkandung di dalam kayu tersebut. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 400 senyawa kimia, khususnya alcohol, aldehid, ester, furan, lakton, fenol, serta asam-asam organik seperti asam semut dan asam cuka. Komponen asap tersebut dapat dijadikan sebagai sumber aroma, warna, antimikroba, dan antioksidan.
Perubahan warna dari ikan asap yang terbentuk disebabkan oleh adanya interaksi antara senyawa karbonil yang berasal dari asap dengan gugus amino dari protein yang terdapat pada permukaan ikan. Warna kuning keemasan atau kuning kecokelatan yang terbentuk dari proses pengasapan merupakan warna yang bisa dijadikan sebagai indikator dalam menentukan mutu
produk. Untuk menghasilkan bandeng asap yang baik, sebaiknya digunakan jenis kayu yang mampu menghasilkan asap dengan kandungan unsur phenol dan asam organik tinggi. Kedua unsur rasa, ini lebih banyak melekat warna pada tubuh ikan ikan asap dan yang dapat khas. Menghasilkan Bahan baku aroma,maupun daging pengasap yang sering digunakan di antaranya  kayu api-api , kulit dan ampas tebu, serabut dan tempurung kelapa, serta batang jagung.
Cara pengasapan bandeng dapat dilakukan melalui dua cara berikut :
1) Pengasapan panas (hot smoking), yaitu proses pengasapan dengan suhu sekitar 70-1000
C. Ikan bandeng yang diasapi sebaiknya diletakkan cukup dekat dengan sumber asap.
Lama pengasapan yang ideal sekitar 2-4 jam.
2) Pengasapan dingin (cold smoking), yaitu pengasapan dengan suhu sekitar 40-500C. Ikan bandeng yang akan diasapi diletakkan agak jauh dari sumber asap. Proses pengasapannya lebih lama daripada pengasapan panas, yakni memakan waktu beberapa hari bahkan bisa sampai dua minggu.
Pada prinsipnya, pengasapan bandeng dapat dilakukan sperti pada skema pembuatan bandeng asap. Beberapa pengolah bandeng asap ada yang melakukan pengasapan secara bertahap, yaitu sebagai berikut.
1) Mula-mula bandeng diasapi dengan asap tebal bersuhu 30-40°C selama ½-1 jam.
Pengasapan ini bertujuan untuk menguapkan sebagian air secara merata dari tubuh ikan.
2) Selanjutnya, suhu dinaikkan menjadi 50-60°C. Ketebalan asap dikurangi dan lama waktu
pengasapan ½-3/4 jam.
3) Hal terakhir yang dilakukan adalah menaikkan suhu secara perlahan dengan suhu 70-80°C
dan lama pengasapan 30-60 menit.
Ada pula yang melakukannya dengan pengasapan panas pada suhu 70-80°C selama beberapa jam dan kemudian suhu diturunkan kembali. Pengasapan tersebut dilanjutkan selama beberapa hari. Proses pengasapan dianggap baik apabila berat ikan yang susut hanya sekitar 10- 5% dari berat ikan setelah disiangi. Usahakan agar ikan yang diasapi tidak menjadi kering dan keras karena akan mengurangi kualitasnya.
Cara menyiangi
Bandeng yang akan diasap dapat berupa bandeng segar utuh (dalam keadaan masih ada durinya) atau bandeng yang telah mengalami proses pencabutan duri (bandeng cabut duri). Penyiangan bandeng asap dapat dilakukan dengan cara mengambil insang dan isi perut melalui mulut  dan tutup insangnya.
Cara penyiangan bandeng melalui mulut dan insang. Ditarik menggunakan pengcungkil melalui mulut  serta menarik dan membersihkan insang menggunakan tangan.
1) Cara pengolahan
a. Setelah disiangi dan dicuci bersih, tiriskan ikan bandeng dengan cara digantung.
b. Buat larutan rendaman dengan formula seperti dibawah ini :
Bandeng Asap Asin
Larutan garam 20-25% (dengan
merendam 2-2,5 kg garam ke
dalam 10 liter air)
Bandeng Asap Berbumbu
Air 8-10 liter
Garam 1-1,5 kg
Bawang putih 250-300 g
Ketumbar 50 g
Gula merah
Asam jawa 20-25 g
Keterangan : untuk 10 kg bandeng
c. Ikan bandeng yang telah ditiriskan kemudian direndam ke dalam larutan tersebut selama 30 menit atau lebih. Beri pemberat di atasnya agar tidak terapung. Tujuan perendaman selain untuk meningkatkan cita rasa dan tekstur ikan, juga untuk membersihkan sisa darah dan kotoran yang tertinggal.
d. Kemudian ikan dicuci kembali. Setelah itu, ditiriskan dengan cara diangin-anginkan sampai permukaan kulit ikan kering.
e. Nyalakan tungku pengasap hingga menimbulkan asap yang cukup tebal untuk mengasapkan bandeng.
f. Ikan bandeng kemudian disusun dan digantung di atas batang besi pengasap dengan cara menusuk pada bagian mulut atau ekor ikan dengan kaitan besi seperti kail. Untuk bandeng cabut duri, dapat dijepit terlebih dahulu dengan jepitan panggangan dari kawat.
g. Pengasapan dapat dilakukan dengan cara hot smoking atau cold smoking atau perpaduan keduanya. Proses pengasapan dilakukan selama 3-5 jam dengan kondisi asap tebal bersuhu mencapai 80-900 C, kemudian secara bertahap suhu dinaikkan hingga 1000 C.
h. Setelah dianggap matang (bila warnanya telah berubah warna menjadi kuning keemasan atau kuning kecokelatan), bandeng asap dikeluarkan dari tempat pengasapan, kemudian dinginkan.
Tabel 1. Kriteria Mutu Ikan Bandeng Asap berdasarkan Penilaian Organoleptik
No
Parameter
Keterangan
1.
Rupa
Ikan utuh dan tidak patah (sesuai pada waktu setelah disiangi), mulus, tidak luka atau lecet, bersih,cemerlang, tidak terdapat benda asing, tidak ada endapan lemak, garam atau kotoran lain.
2.
Warna
spesifik, kuning kecokelatan cemerlang atau cokelat agak gelap cemerlang, tidak berjamur, dan tidak berlendir
3.
Bau
Spesifik bau asap, gurih, segar; tanpa bau tengik,masam, basi, atau busuk
4.
Rasa
Gurih spesifik bandeng asap, bila berbumbu rasa bumbu merata, enak dan tidak terlalu asin, rasa asin merata,tidak ada rasa asing
5.
Tekstur
Kompak, padat, cukup kering, tidak berair, dan kesat
                                                 
2) Penyimpanan
Umur simpan yang bisa dijadikan ukuran dalam menyimpan produk bandeng asap adalah sekitar 2-3 hari dengan kondisi suhu ruang. Umur simpan tersebut dapat diperpanjang  sampai 7 hari jika disimpan pada suhu di bawah 100 C. Pada suhu 00 C, bandeng asap bisa tahan sampai satu tahun. Sementara bila divacuum pada suhu kamar, umur simpan bandeng asap bisa mencapai 2 bulan.

Tabel 2. Pengaruh Temperatur terhadap Daya Simpan Bandeng Asap
No
Suhu
Daya Simpan Bandeng Asap
1.
27-30°C 
5-7 hari
2.
5°C
3 bulan
3.
0°C
60 bulan
Kerusakan bandeng asap karena penyimpanan umumnya ditandai dengan timbulnya lendir pada permukaan bandeng asap yang disertai dengan tumbuhnya jamur ketapang.
Usahakan untuk tidak menyimpan bandeng asap langsung bersentuhan dengan lapisan es pendingin. Cairan dari es dapat menurunkan mutu bandeng asap tersebut. Bila dilakukan pembekuan, lebih baik menggunakan sistem pengaliran udara dingin (air blast freezer). Melalui cara ini, udara dingin dapat bebas bersirkulasi di sekeliling produk. Setelah itu, produk dimasukkan ke dalam cold storage sampai produk tersebut digunakan.
2) Penyimpanan
Umur simpan yang bisa dijadikan ukuran dalam menyimpan produk bandeng asap adalah sekitar 2-3 hari dengan kondisi suhu ruang. Umur simpan tersebut dapat diperpanjang sampai 7 hari jika disimpan pada suhu di bawah 100 C. Pada suhu 00 C, bandeng asap bisa tahan sampai satu tahun. Sementara bila divacuum pada suhu kamar, umur simpan bandeng asap bisa mencapai 2 bulan.
Kerusakan bandeng asap karena penyimpanan umumnya ditandai dengan timbulnya lendir pada permukaan bandeng asap yang disertai dengan tumbuhnya jamur ketapang.
Usahakan untuk tidak menyimpan bandeng asap langsung bersentuhan dengan lapisan es pendingin. Cairan dari es dapat menurunkan mutu bandeng asap tersebut. Bila dilakukan pembekuan, lebih baik menggunakan sistem pengaliran udara dingin (air blast freezer). Melalui cara ini, udara dingin dapat bebas bersirkulasi di sekeliling produk. Setelah itu, produk dimasukkan ke dalam cold storage sampai produk tersebut digunakan.

Friday, January 30, 2015

Ikan Gurami Yang Memiliki Nilai Ekonomi Tinggi

January 30, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan Gurami (giant Gourami), diberi nama di jawa sebagai Gurameh, Brami, di Sumatera sebagai Kalui, dan di Kalimantan sebagai ikan Kali. Ikan gurami (Osphronemus gourami) mempunyai bentuk gepeng (compressed), yang muda bersikap agresif, tetapi sifat ini akan berkurang sejalan dengan umur gurami. Ikan gurami muda berdahi yang normal dan rata, semakin dewasa dahi ini makin tebal dan kelihatan menonjol. Pada ikan muda ada 8 buah garis tegak, yang akan hilang setelah ikan mulai menginjak dewasa. Petani mengenal dua jenis gurami, yaitu Gurami Soang (angsa) ikan ini yang bisa mencapai panjang 65 centimeter dengan berat 8 kilogram. Jenis yang lain Gurami Jepang hanya mampu tumbuh 3,5 kilogram dengan panjang maksimal 45 centimeter. Strain (bakat) yang berbeda inilah yang harus diperhatikan (sayangnya sukar menengarainya) jika ingin beternak Gurami. Gurame bule dan belang juga tidak jarang dijumpai. Ikan gurami memiliki labirin dan secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae.

SISTEMATIKA
Filum    
:
Chordata
Kelas 
:
Actinopterygii
Ordo 
:
Perciformes
Subordo
:
Belontiidae
Famili 
:
Osphronemidae
Genus 
:
Osphronemus
Spesies
:
Osphronemus gouramy, Lac
Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan 2,0-2,1 kali dari panjang standar. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat.
Harga ikan gurami dari tahun ke tahun tetap stabil, bahkan menunjukan kenaikan yang berarti. Harga gurami yang relatif tinggi ini terutama disebabkan oleh permintaan pasar tinggi, sedangkan produksi masih rendah. Celah pasar itulah yang membuat harga gurami konsumsi bertahan di angka Rp. 20.000 – Rp. 25.000 per kilogram sejak tahun 2000. harga gurami ditingkat petani Parung, Bogor Rp 20.000p/kg. Sementara itu harga di jawa tengah dan jawa timur Rp. 17.000 -18.000/kg. Harga itu oleh berbagai pengamat diperkirakan bertahan hingga 2-3 tahun ke depan. 
Harga gurami di pasar umum (bukan petani) bervariasi dan fluktuatif, tetapi tidak begitu kentara perbedaannya. Kalau di wilayah Parung, Bogor, harga daging gurami per kilonya Rp. 20.000, di Ciamis berkisar Rp. 22.000 – Rp. 23.000. Namun, jika harga sekilo gurami di pasar parung, mencapai Rp 25.000, di Pasar Ciamis dapat mencapai Rp. 27.000 – Rp. 28.000.
Ikan gurami adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani. Hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi,  pemeliharaan mudah serta harga yang relatif stabil. Rasa daging ikan gurami enak dan kandungan gizinya tinggi, sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan pembentukan energi. Biasanya ikan gurami banyak dijual di pasaran dalam keadaan segar baik dalam kondisi masih hidup ataupun yang sudah mati (Jangkaru 1998). 
 Ikan gurami adalah salah satu dari 15 komoditas ikan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relatif stabil. Gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat. 
Ikan Gurami memiliki keunggulan untuk diproduksi karena harga jual gurami lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, sehingga secara ekonomi relatif lebih menguntungkan Permintaan pasar terhadap gurami cukup tinggi dan masih belum terpenuhi, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar.

B.       Distribusi Ikan Gurami
Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Salah satu sentra gurami di jawa barat adalah di daerah Parung, Bogor. Setiap bulannya, petani gurami di daerah itu mampu memasok gurami konsumsi untuk daerah Jabodetabek dan Banten sebanyak 2-3 ton. Namun akhir-akhir ini produksi menurun akibat peruntukan lahan produksi yang semakin sempit sehingga produksi hanya menjadi 1 ton/bulan. 
Produksi gurami yang ada saat ini memang belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Hal ini terbukti dari lebih sedikitnya persediaan ikan gurami di pasaran. Tidak seperti ikan mas dan lele yang jauh lebih mudah ditemui. Harga gurami pun relatif lebih tinggi.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, antara lain : 
1.          jumlah peternak yang mengusahakan gurami memang masih sedikit. Para petani lebih suka membudidayakan ikan mas dan lele, terutama lele dumbo. 
2.          pertumbuhan gurami memang tidak secepat ikan mas dan lele. Karena itu, panennya pun lebih lama. 
3.          secara alami, pertumbuhan ikan gurami memang lambat. Selain karena kantong makannya lebih kecil, ikan ini tergolong herbivora yang hanya makan protein nabati. Hal ini berbeda dengan jenis ikan konsumsi lainnya yang memakan protein hewani/karnivora. 
Namun, anggapan bahwa gurami tidak dapat segera dipanen sebenarnya perlu diluruskan. Dengan teknik-teknik tertentu, gurami dapat dipacu pertumbuhannya. Salah satunya dengan pemberian pakan yang intensif.

Thursday, January 29, 2015

PENGERINGAN KOLAM ATAY TAMBAK IKAN SANGAT VITAL DALAM BUDIDAYA IKAN DAN UDANG

January 29, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 1 comment
TINJAUAN PUSTAKA
Agar budidaya ikan mengalami keberhasilan maka perlu persiapan yang baik dan terencana. Menurut Rahayu Budiati (2010) proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi:
1. Pengeringan
Tahap pengeringan bertujuan untuk meningkatkan produksi, memperbaiki pematang, salah satu bentuk kontrol alami terhadap pengganggu ataupun predator, menyebabkan terjadinya mineralisasi dari kandungan organik dan mengoksidasi asam organik, dan dapat menguapkan racun-racun yang ada di kolam budidaya sebelumnya, dimungkinkan berasal dari sisa pakan, feses. Pengeringan meningkatkan pH tanah, pengeringan dasar kolam yang dilakukan para pembudidaya kampung lele dilakukan selama 2 – 3 hari, tetapi saat cuaca tidak mendukung seperti pada musim hujan maka pengeringan tidak dilakukan tetapi dapat dimanipulasi dengan penaburan kapur yang salah satu fungsinya adalah mematikan hama, stabilisator pH tanah dan air sehingga dapat meningkatkan produksi sama seperti fungsi pengeringan.
2. Membersihkan lumpur dan sampah
Lumpur yang menumpuk didasar kolam dibuang digunakan untuk menutupi kebocoran yang ada pada dinding kolam dan memperkuat pematang kolam. Kolam jenis permanen dibersihkan lumut yang menempel pada dinding dan dasar kolam, selain itu biasanya pada kolam permanen banyak remis atau bekicot yang menempel pada dinding kolam.
Kegiatan pembersihan lumpur dan sampah selesai dilakukan maka kolam di isi air sedalam 1 meter. Kedalaman kolam 1 meter bertujuan supaya suhu air dalam kolam tidak fluktuatif sehingga ikan tidak mudah stress yang mengakibatkan serangan penyakit dan kematian.
3. Pengapuran
Pengapuran merupakan persiapan kolam yang digunakan untuk mematikan hama dan parasit ikan, stabilisator pH tanah dan air, menaikkan alkalinitas, kesadahan dan ketersediaan unsur P. kebutuhan kapur CaCo3 pada kolam budidaya dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
pH akhir – pH awal X 0,16 .
0,1
Pembudidaya  di kampung lele tidak melakukan pengapuran karena jenis tanah yang ada dikampung lele sudah cukup baik untuk pertumbuhan lele. Pengapuran  harus dilakukan pada suatu kolam budidaya yang menggunakan jenis tanah gambut. Tanah gambut memiliki ciri yaitu KTK (kapasitas tukar kation) sangat tinggi, tetapi persentase kejenuhan basa sangat rendah, sehingga  menyulitkan penyerapan hara. Kondisi tersebut tidak menunjang kemudahan penyediaan hara yang memadai untuk kebutuhan hara phytoplankton. Ketersediaan beberapa unsur hara dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan proses pelapukan bahan organik tanah gambut. Oleh karena itu, pengelolaan tanah gambut untuk pertanian dan perikanan perlu penanganan khusus karena tidak hanya masalah rendahnya ketersediaan hara, tetapi juga masalah sifat racun dari asam-asam organik. (Astuti, 2008)
4.  Pemupukan
Pemupukan kolam pada prinsipnya adalah untuk menyuburkan air, dengan terbentuknya pakan alami dan pupuk dapat menjaga kesetimbangan air agar fluktuasi komponen perairan tidak besar. Kesuburan perairan ditandai dengan air yang telah berwarna hijau cerah. Kegiatan pemupukan bertujuan antara lain :
Penumbuhan phytoplankton dan zooplankton
Menciptakan suhu, pH yang konstan dengan indikasi perubahan warna air hijau cerah
Menciptakan keseimbangan ekosistem bio aquatic yang berfungsi sebagai penyediaan pakan alami untuk starter maupun bakteri decomposer.
Pupuk yang digunakan berasal dari pupuk kandang atau kotoran hewan. Pupuk kandang digolongkan dalam dua jenis yaitu pupuk yang bersifat panas dan pupuk bersifat dingin. Pupuk kandang bersifat panas dinamakan demikian karena jenis pupuk ini lebih cepat terurai oleh jasad renik dan menimbulkan panas, seringkali penguraian tersebut tidak terjadi secara sempurna atau tidak terurai dengan baik yang merubah bahan organik sisa tersebut menjadi gas, dampaknya terhadap kondisi kolam adalah timbulnya panas berlebih yang dapat membunuh ikan. Pupuk kadang panas sebaiknya harus melalui dekomposisi secara baik yaitu melalui jalan penjemuran sampai kering. Kotoran kambing, domba dan kuda termasuk kedalam jenis pupuk panas. Pupuk yang kedua adalah pupuk dingin seperti kotoran babi, sapi, kotoran ayam dan kerbau. Jenis pupuk dingin mengalami penguraian secara lambat yang menghindarkannya dari panas berlebih. Tetapi sebagaimana pupuk panas, pupuk dinginpun harus mengalami dekomposisi secara baik.
Pembudidaya kampung lele menggunakan pupuk kotoran ayam, pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam memilki kadar hara P yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang kotoran hewan yang lain. Kotoran ayam lebih cepat terdekomposisi sehingga lebih cepat memberikan respon untuk terbentuknya plankton dalam air yang digunakan sebagai pakan alami oleh ikan.
Pemupukan dilakukan 2 hari sebelum penebaran benih dengan dosis tiap kolam bervolume 60 m3, maka pupuk setengah karung ± 25 kg pupuk. Pemupukan tidak harus dilakukan 2 hari sebelum penebaran jika kondisi mendesak misal karena benih sudah ada dan siap untuk ditebar maka sebagai starter awal untuk benih maka menggunakan 1/3 dari air budidaya sebelumnya. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan menebarkan langsung ke air di dalam kolam atau pupuk ditaruh dalam wadah yang memiliki ventilasi udara misal karung pakan, plastik yang di bolong kecil-kecil.
Pemupukan dalam satu kali budidaya dilakukan satu kali pemberian pupuk yaitu pada awal budidaya, jika setelah pupuk tidak berfungsi lagi di dalam kolam untuk menumbuhkan pakan alami, maka didalam kolam sudah dapat tergantikan oleh feses ikan lele sendiri. Feses merupakan limbah organik yang bersifat biodegradable, yaitu senyawa yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Pemberian pupuk dapat dilakukan kembali pada saat musim hujan jika terjadi hujan lebat karena apabila habis hujan lebat, biasanya air dasar hangat, air permukaan dingin dan pH nya rendah, penebaran pupuk yang bereaksi asam sangat membantu agar ikan tidak stress.
PEMBAHASAN
Persiapan tanah perlu dilakukan sebelum memulai budidaya. Meliputi:
• Pengeringan dan Pengolahan Tanah
• Pemberantasan Hama
• Pemupukan
• Pengapuran
• Pengendalian Gulma Air
Pengeringan dan Pengolahan Tanah
Pengeringan dasar kolam perlu dilakukan setelah panen, sebagai tindakan higienis seperti misalnya pada waktu adanya penyakit ikan dan juga untuk oksidasi dan mineralisasi lumpur sehingga menambah kesuburan tanah dan meningkat suplai nutrien ke dalam air kolam.
Pengeringan harus berlangsung sampai permukaan dasar kolam pecah-pecah. Selama pengeringan perbaikan pematang, saluran pemasukan dan pengeluaran air dan kotak pemanenan dapat dilaksanakan . Jika bahan organik yang terakumulasi didasar kolam banyak, maka perlu dilakukan pembuangan lumpur organik
Pengeringan berfungsi sebagai pembasmi hama dan pengurai bahan organik, sehingga dapat mempercepat proses penumbuhan pakan alami melalui penyediaan hara dari hasil proses mineralisasi. Pengeringan berfungsi juga untuk menghilangkan atau mengurangi sebanyak mungkin produksi H2S, NH3 dan senyawa racun yang lain..
Lama pengeringan bisa berlangsung 1-2 minggu tergantung dari kondisi lumpur dan keadaan cuaca.
Pemberantasan hama
Pemberantasan hama dengan obat-obatan kimia harus bersifat nonselektif dan mematikan hama serta tidak meninggalkan residu beracun.
Pemupukan
Pemupukan tambak berguna untuk menumbuhkan pakan alami. Dilakukan setelah tambak dikeringkan dan dikapur. Pupuk organik disarankan karena berfungsi ganda yaitu dapat merangsang pertumbuhan pakan alami dan memperbaiki struktur tanah.Pupuk kandang diberikan dengan dosis   1-3 ton/ha. Pupuk anorganik juga bisa digunakan dalam pemupukan. Biasa digunakan adalah campuran urea dan TSP  dengan perbandingan dosis 75-150 kg/ha urea dan 75-100 kg/ TSP.Pupuk anorganik lain adalah NPK untuk menumbuhkan plankton dengan dosis  N:P:K = 16:66:0 sebanyak 22kg/ha atau pupuk (NPK = 16:20:0) sebanyak 50 kg/ha.
Pengapuran
Pengapuran dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas kolam  Pengaruh pengapuran  adalah untuk meningkatkan pH lumpur dasar dan karenanya menambah tersedianya fosfor yang berasal dari pupuk , meningkatkan alkalinitas air dan menambah tersedianya CO2 untuk fotosintesis, meningkatkan alkalinitas air dan karenanya menambah buffer air dalam menetralisir perubahan pH harian yang umum terjadi di kolam eutrofik dengan air bersifat asam
Pengendalian Gulma Air
Gulma air yang tumbuh bisa menjadi pengganggu kegiatan budidaya.
Keberadaan tumbuhan air bisa berdampak sbb:
• Tidak terdapat makanan di dasar
• Bahan makanan diambil oleh gulma sehingga tidak tersedia bagi ikan
• Persediaan oksigen menjadi kurang
• Terjadi penurunan produksi
• Kolam menjadi kurang baik untuk aktivitas pemberian pakan menggunakan rakit/perahu
Langkah Pengendalian Gulma Air :
Ø Pengeringan dan pengolahan tanaman dasar
Ø Pengendalian secara mekanis dengan memotong dan menghilangkan gulma air secara langsung
Ø Pengendalian kimiawi dengan herbisida seperti Natrium Trichloroacetat, 95% sebanyak 100-250 kg/ha
Ø Pengendalian secara biologis dengan ikan Koan (Grass carp)
DAFTAR PUSTAKA
Budiati, Rahayu. 2010. Budidaya Ikan Lele, http://www.kompasiana.com, diakses
tanggal 9 Mei 2012
Astuti, 2008.Persiapan Lahan Untuk Budidaya Ikan,
http://zuraidakusumastuti.blogspot.com, diakses tanggal 9 Mei 2012