Sunday, April 27, 2014

MANFAAT NUTRISI DAN PAKAN PADA IKAN

April 27, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 1 comment


Pakan adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan ternak atau peliharaan. Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup. Pakan Buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatnya. Pembuatan pakan buatan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi hewan ternak yang bersangkutan, sumber dan kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan berbagai pertimbangan tersebut, diharapkan dapat dihasilkan pakan ikan yang memiliki standar mutu tinggi dengan biaya yang murah.
Dalam budidaya ikan secara intensif, pakan buatan merupakan sumber energi utama bagi perkembangan dan pertumbuhan ikan. Berdasarkan tingkat kebutuhannya, pakan buatan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) pakan tambahan, (2) pakan suplemen, dan (3) pakan utama.
Pakan tambahan adalah pakan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan pakan. Dalam hal ini, ikan yang dibudidayakan sudah mendapatkan pakan dari alam, tetapi jumlahnya belum memenuhi kebutuhan untuk perkembangan dan pertumbuhan yang lebih baik. Sementara itu pakan suplemen adalah pakan yang dibuat untuk memenuhi komponen nutrisi tertentu yang tidak bisa atau minim disediakan oleh pekan alamai. Sedangkan pakan utama adalah pakan yang dibuat untuk menggantitikan sebagian besar atau keseluruhan pakan alami. Pakan utama ini biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan pada budidaya ikan yang dilakukan secara intensif.
Pabrik pakan berupaya menciptakan pakan buatan yang disukai dan mudah dicerna oleh ikan, sehingga nutrisi yang terkandung dalam pakan tersebut dapat digunakan untuk perkembangan dan pertumbuhan ikan secara optimal. Komponen bahan baku pembuatan pakan dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu komponen penghasil energi dan komponen bukan penghasil energi.
Fungsi Pakan Pada Ikan
Ikan memenuhi kebutuhan engerginya dari pakan, baik pakan alami maupun pakan buatan. Namun, pakan tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan energi bagi ikan. Beberapa fungsi pakan bagi pertumbuhan dan perkembangan ikan antara lain
A. Fungsi Pakan Pada Ikan Sebagai Pengobatan
Pada dasarnya, ikan yang memperoleh kecukupan pakan dengan kualitas dan kuantitas yang memadai akan tumbuh dengan baik dan tidak mudah terserang penyakit. Pakan akan membantu terciptanya sistem ketahanan tubuh pada ikan. Sistem ketahanan tubuh tersebut akan menciptakan imunitas atau kekebalan terhadap serangan penyakit, dan sangat dipengaruhi oleh sistem hormonal. Sementara mekanisme sistem hormonal sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan yang dikonsumsi. Dengan demikian, apabila pakan yang dikonsumsi berkualitas baik, maka sistem hormonal juga akan berjalan dengan baik dan dengan sendirinya akan terbentuk sistem ketahanan tubuh yang baik pula.
B. Fungsi Pakan Pada Ikan Sebagai Pembentuk Warna Tubuh
Salah satu fungsi pakan bagi ikan adalah sebagai pembentuk warna tubuh atau pigmen. Biasanya fungsi pakan tersebut terkandung dalam pakan buatan dan dimanfaatkan dalam budidaya ikan hias. Pakan buatan yang digunakan untuk mementuk warna tubuh pada ikan tidak beda jauh dengan pakan buatan lainnya, hanya ditambah dengan pigmen.
Pakan buatan yang diperkaya dengan pigmen mudah dibedakan karena memiliki warna yang khas, biasanya berwana hijau atau merah. Selain itu, keterangan yang menyebutkan adanya tambahan pigmen biasanya juga tertera pada kemasan. Ikan yang diberi pakan dengan kandungan pigmen yang proporsional akan memiliki warna tubuh yang lebih cemerlang dan tajam.
C. Fungsi Pakan Pada Ikan Sebagai Peningkat Cita Rasa
Cita rasa ikan dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi, baik pakan buatan maupun pakan alami. Setiap lingkungan perairan memiliki pakan alami yang berbeda-beda. Dengan demikian, ikan disuatu perairan akan memiliki aroma dan citarasa yang relatif berbeda dengan ikan sejenis yang hidup di lingkungan perairan lain. Demikian pula ikan sejenis yang ditangkap di lingkungan perairan yang sama namun pada musim berbeda akan memiliki aroma dan cita rasa yang relatif berbeda. Cita rasa ikan yang dipelihara di kolam tradisional juga berbeda dengan ikan yang dipelihara secara intensif. Ikan bandeng yang dipelihara ditambak yang banyak ditumbuhi ganggang tertentu ternyata memiliki cita rasa dengan aroma lumpur yang kuat.
Pemberian pakan berupa tepung darah di Amerika, bungkil kacang di Israel, dan kepompong ulat sutra di Jepang ternyata telah menghasilkan cita rasa daging ikan yang lebih baik dibanding dengan ikan Indonesia yang diberi pakan pelet.
D. Fungsi Pakan Pada Ikan Untuk Mempercepat Reproduksi
Fungsi lain dari pakan buatan adalah untuk membantu mempercepat proses pematangan gonad sehingga proses reproduksi bisa dipercepat. Pakan yang baik akan menunjang kerja organ tubuh sehingga dapat bekerja lebih baik, termasuk sistem hormon dan endokrin. Sistem endokrin sangat membantu proses reproduksi, yaitu dengan cara mengatur pengangkutan hormon reproduksi menuju organ reproduksi.
Jenis pakan yang dapat memacu perkembangan dan pematangan gonad adalah cumi-cumi, udang, kepiting, dan kerang yang masih segar. Penambahan vitamin E ke dalam pakan juga diketahui dapat merangsang pematangan gonad. Vitamin E berfungsi untuk mencegah oksidasi EPA (eikosapentanoic acid). EPA diubah menjadi prostaglandin yang berberan dalam mempercepat pematangan gonad. Bersama dengan vitamin A yang berperan sebagai antioksidan, penambahan vitamin E juga akan meningkatkan fungsi PUFA (polyunsaturated fatty acid) yang diperlukan dalam proses pembentukan hormon.
E. Fungsi Pakan Pada Ikan Untuk Perbaikan Metabolisme Lemak
Ikan lebih mudah mencerna protein untuk memenuhi kebutuhan energinya daripada mencerna lemak atau karbohidrat. Kondisi ini kurang menguntungkan, mengingat sebaiknya protein diperuntukkan bagi pertumbuhan, sedangkan energi diperoleh dari lemak dan karbohidrat. Beberapa upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan ikan dalam mencerna lemak dan karbohidrat sehingga energi yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan.
Beberapa pabrik pakan menggunakan asam bile untuk meningkatkan kemampuan ikan dalam mencerna lemak. Asam bile merupakan cairan yang dihasilkan oleh hati. Senyawa ini banyak mengandung garam natrium dan garam kalium. Dalam proses pencernaan lemak, kedua jenis garam ini akan menurunkan tegangan permukaan lemak dan mengubah bentuk lemak menjadi bola-bola kecil (micelle). Lemak berbentuk bola-bola kecil ini relatif larut dalam air (membentuk emulsi) sehingga mudah diserap oleh tubuh.
Untuk meningkatkan daya cerna ikan terhadap lemak juga dapat dilakukan dengan penambahan lesitin. Lesitin merupakan lemak yang mengandung gliserol dan asam fosfat. Senyawa ini banyak terdapat di otak, kedelai, biji bunga matahari, jagung, dan kuning telur. Selain sebagai sumber lemak, lesitin juga berfungsi untuk menstabilkan lemak dalam saluran pencernaan. Dengan kandungan gliserol yang tinggi, lesitin mudah dicerna oleh ikan.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan mikroba. Selain menguraikan lemak sehingga mudah dicerna oleh ikan, mikroba juga dapat membantu pencernaan karbohidrat dan protein. Mikroba ini juga bisa ditambahkan dalam formulasi pakan ikan.
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein. Enzim mempunyai dua fungsi pokok sebagai berikut.
    Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.
    Mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
Enzim terdiri dari apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim yang tersusun atas protein. Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak tersusun atas protein. Gugus prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim (tersusun dari bahan organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik).Kebutuhan Nutrisi Pada Ikan
Pada usaha budidaya ikan yang dilakukan secara tradisional, kebutuhan pakan ikan dapat dipenuhi oleh pakan alami yang tumbuh di kolam. Akan tetapi pada usaha budidaya ikan secara intensif, ketersediaan pakan alami tersebut sudah tidak mampu menopang pertumbuhan ikan secara optimal.
Telah kita sebutkan bahwa komponen bahan baku pembuatan pakan ikan dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu komponen penghasil energi dan komponen bukan penghasil energi.
Komponen Penghasil Energi. Komponen yang termasuk dalam kelompok ini akan menghasilkan energi bila dicerna oleh ikan. Tiga komponen zat gizi yang dapat menghasilkan energi yaitu protein, lemak, dan karbohidrat. Sebagian penulis menyebut ketiga komponen pakan tersebut merupakan komponen makro (macro component) karena dibutuhkan oleh ikan dalam jumlah relatif besar. Nilai energi dari komponen pakan adalah 4,0 kkal/g untuk protein; 9,0 kkal/g untuk lemak; dan 4,0 kkal/g untuk karbohidrat. Efisiensi energi pakan dalam budi daya ikan dianggap baik apabila berkisar antara 25-40%. Artinya, untuk memperoleh energi bagi pertumbuhanan sebesar 100 kkal dibutuhkan energi dalam pakan sehesar 250-400 kkal. Hal ini berarti energi yang dapat digunakan untuk pertumbuhan kurang dari 50% total energi dalam pakan, selebihnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan untuk hidup (cost of living).
Komponen Bukan Penghasil Energi. Meskipun tidak menghasilkan energi, komponen yang termasuk dalam kelompok ini tetap diperlukan oleh ikan untuk menjaga keseimbangan gizi di dalam tubuhnya. Komponen pakan yang tidak menghasilkan energi adalah vitamin dan mineral. Kedua komponen ini sangat besar peranannya dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Sebagian penulis menyebut komponen zat gizi ini merupakan komponen mikro (micro component) karma dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relatif kecil.
Beberapa penulis menambahkan air sebagai zat gizi keenam. Meskipun bukan pakan dalam arti sehenarnya, air tetap diperlukan sebagai media proses metabolisme dan pembentukan cairan tubuh ikan.
A. Protein
Protein adalah senyawa yang terbentuk dari rangkaian asam amino yang berikatan sesamanya melalui ikatan peptida dan ikatan silang antara ikatan sulfhidril, ikatan hidrogen, dan ikatan van der waal. Dengan kata lain, protein merupakan suatu polimer heterogen yang terdiri atas ratusan, bahkan ribuan, molekul senyawa asam amino, yaitu komponen terkecil yang menyusun protein.
Protein merupakan material organik utama dalam jaringan dan organ tubuh ikan. Persentase protein di dalam tuhuh ikan berada pada posisi kedua setelah air, yakni berkisar antara 18-30%. Protein bersama komponen nitrogen lainnya juga membentuk senyawa-senyawa tertentu, seperti asam nukleat, enzim, hormon, vitamin, dan lain-lain.
Fungsi Protein. Ikan menggunakan protein secara efisien sebagai sumber energi. Sebagian besar energi yang dapat dicerna (digestible energy) dalam protein dapat dimetabolisme dengan lebih baik oleh ikan dibandingkan dengan hewan lainnya. Demikian pula, peningkatan panas akibat mengonsumsi protein pada ikan lebih rendah, yang berarti nilai energi produktif yang diberikan oleh protein kepada ikan lebih besar. Secara garis besar fungsi utama protein di dalam tubuh ikan adalah sebagai berikut :
Merupakan sumber energi bagi ikan, terutama apabila komponen lemak dan karbohidrat yang terdapat di dalam pakan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi.
Berperan dalam pertumbuhan maupun pembentukan jaringan tubuh.
Berperan dalam perbaikan jaringan tubuh yang rusak.
Merupakan komponen utama dalam pembentukan enzim, hormon, dan antibodi.
Turut berperan dalam pembentukan gamet.
Berperan dalam proses osmoregulasi di dalam tubuh.
Protein yang diserap oleh ikan akan digunakan sebagai sumber energi, untuk memperbaiki protein jaringan, dan untuk pertumbuhan. Ketersediaan protein dibutuhkan secara terus-menerus karena asam amino digunakan secara terus-menerus untuk membentuk protein baru (selama pertumbuhan dan reproduksi) atau mengganti protein yang rusak (pemeliharaan).
B. Lemak
Lemak adalah senyawa organik yang mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (0) sebagai unsur utama. Beberapa di antaranya ada yang mengandung nitrogen (N) atau fosfor (P).
Secara umum, lemak dan minyak (keduanya sering disebut lipid) merupakan sumber energi paling tinggi dalam pakan ikan. Perbedaan antara lemak dan minyak hanya terletak pada titik cairnya (melting point). Lemak cenderung mempunyai titik cair lebih tinggi. Selain itu, lemak memiliki rantai molekul lebih panjang dan bobot molekul lebih berat.
Lemak dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu lemak sederhana, lemak campuran, dan lemak turunan.
Lemak sederhana (simple lipids) terdiri atas lemak netral (trigliserida), ester gliserol, wax (ester kolesterol, ester vitamin A atau D), dan lain-lain. Wax merupakan ester asam lemak dari alkohol berantai panjang, berperan sebagai sumber energi dan memperbaiki karakteristik fisika dan kimia.
Lemak campuran (compound lipids), misalnya fosfolipid yang merupakan ester asam lemak dan asam fosfatidik. Lemak ini merupakan komponen utama lemak pada membran sel.
Lemak turunan (derived lipids), yaitu produk hidrolisis dari lemak sederhana dan lemak campuran. Komponen utama lemak turunan adalah asam lemak.
Berdasarkan kejenuhannya, lemak dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lemak jenuh dan tidak jenuh. Kejenuhan lemak dapat diketahui berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap di antara atom karbon penyusunnya. Lemak tidak jenuh mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap, sedangkan
lemak jenuh tidak mempunyai ikatan rangkap. Lemak jenuh relatif sulit bereaksi karena titik cairnya relatif tinggi dibandingkan dengan lemak tidak jenuh.
Fungsi Lemak. Ikan menggunakan lemak sebagai sumber energi utama, pembentuk struktur sel "prekursor", dan pemelihara keutuhan biomembran yang berperan dalam pengangkutan antarsel untuk nutrien yang larut lemak, seperti sterol dan vitamin. Sterol adalah alkohol berantai panjang yang polisiklik. Fungsi utama senyawa ini adalah sebagai komponen pada sistem hormon, terutama dalam proses pematangan gonad dan fungsi fisiologis yang berkaitan dengan pemijahan. Aktivitas biomembran sangat dipengaruhi oleh asam lemak yang terdapat dalam fosfolipid.
Dalam pakan maupun daging ikan, lemak umumnya terdapat dalam bentuk trigliserida, fosfolipid, dan kadang-kadang wax. Trigliserida terbentuk dari molekul gliserol dengan tiga asam lemak. Fosfolipid juga dibentuk dari molekul gliserol, tetapi dengan hanya dua asam lemak. Pengganti asam lemak ketiga adalah asam fosfor dan jenis molekul lain (kolin, inositol, dan lain-lain). Wax merupakan ester yang terbuat dari asam lemak dan alkohol berantai panjang. Trigliserida berperan dalam penyimpanan lemak. Fosfolipid penting dalam pembentukan membran sel. Wax merupakan bentuk umum penyimpanan asam lemak pada beberapa zooplankton.
Sebagai sumber energi utama, kemampuan lemak untuk menghasilkan energi jauh lebih besar dibandingkan dengan karbohidrat atau protein. Namun, karena ikan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam mengonsumsi protein, peranan lemak sebagai sumber energi menempati kedudukan kedua setelah protein. Peranan penting lemak sebagai sumber energi terutama terdapat pada ikan karnivor. Pada ikan karnivor, ketersediaan karbohidrat sangat rendah. Penambahan lemak sebagai sumber energi akan meningkatkan keefektifan penggunaan protein (protein sparing effect).
C. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu komponen sumber energi. Tampaknya, peranan karbohidrat sebagai sumber energi bagi ikan belum dapat dipahami sepenuhnya. Ikan mempunyai kemampuan untuk menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi, akan tetapi juga dapat hidup tanpa pemberian karbohidrat. Diduga, ikan tidak mempunyai kebutuhan karbohidrat secara khusus, tetapi akan tumbuh lebih baik apabila pakan yang diberikan mengandung karbohidrat. Bahan baku pakan yang mengandung karbohidrat antara lain jagung, beras, dedak, tepung terigu, tapioka, dan sagu. Sebagian bahan di atas, selain berperan sebagai sumber karbohidrat juga berfungsi sebagai alat perekat (hinder) untuk mengikat komponen bahan baku dalam pembuatan pakan.
Karbohidrat terdiri atas serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Serat kasar sangat sulit dicerna oleh ikan, namun kehadirannya dalam pakan tetap diperlukan, yakni untuk meningkatkan gerak peristaltik usus. Pemberian serat kasar dalam pakan perlu diperhatikan. Kandungan serat kasar di dalam pakan udang sebaiknya tidak lebih dari 30%. Pemberian serat kasar dalam jumlah berlebihan dapat rnenyebabkan gangguan pada proses penyerapan pakan di dalam usus halus.
Unsur utama yang membentuk karbohidrat adalah karbon, hidrogen, dan oksigen. Apabila dibandingkan dengan lemak dan protein, karbohidrat relatif lebih mudah larut di dalam air, terutama golongan karbohidrat sederhana. Berdasarkan jumlah molekul yang dimilikinya, karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan utama.
Monosakarida. Monosakarida adalah golongan karbohidrat yang paling sederhana. Contoh: triosa, pentosa, dan heksosa. Monosakarida yang paling banyak terdapat di dalam sel adalah pentosa (ribosa dan dioksiribosa) dan heksosa (glukosa dan fruktosa).
Disakarida. Disakarida adalah golongan karbohidrat yang terdiri atas dua gugus monosakarida. Contoh: sukrosa (gula tebu), maltosa (gula anggur), laktosa (gula susu), dan selubiosa (hasil hidrolisis tidak sempurna dari selulosa).
Polisakarida. Polisakarida adalah kelompok karbohidrat yang terdiri atas sejumlah gugus monosakarida. Contoh: pati, kanji, selulosa, glikogen, pektin, kitin, lignin, amilosa, dan amilopektin.
Selain berfungsi sebagai sumber energi bagi ikan, karbohidrat juga berperan dalam menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi. Apabila pakan yang diberikan kekurangan karbohidrat, ikan akan kurang efisien dalam penggunaan pakan berprotein untuk menghasilkan energi dan kebutuhan metabolik lainnya. Hubungan antara protein dan karbohidrat sering disebut protein sparing effect dari karbohidrat, di mana karbohidrat dapat menghemat protein. Diduga bahwa 0,23 g karbohidrat per 100 g pakan dapat menghemat 0,05 gram protein.
Karbohidrat juga berperan sebagai prekursor untuk berbagai metabolisme internal (intermediate metabolism) yang produknya dibutuhkan untuk pertumbuhan, misalnya asam amino non esensial dan asam nukleat. Di dalam tubuh ikan, karbohidrat disimpan sebagai cadangan energi di dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen.
D. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang esensial bagi pertumbuhan. Meskipun hanya dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil, vitamin berperan sangat penting untuk menjaga agar proses-proses yang terjadi di dalam tubuh ikan tetap berlangsung dengan balk.
Vitamin harus selalu didatangkan melalui pakan sebab tubuh ikan tidak mampu membuatnya sendiri. !kan yang mengandalkan pakan alami hampir tidak pernah kekurangan vitamin. Namun, apabila ikan dibudidayakan secara intensif di kolam, saluran, dan karamba, di mana pakan alami yang tersedia sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan ikan, penambahan vitamin sangat diperlukan.
Kandungan vitamin di dalam pakan buatan tergantung dari bahan baku yang digunakan dan bahan yang ditambahkan. Jumlah vitamin dapat berkurang atau rusak selama proses pembuatan dan penyimpanan pakan buatan. Oleh karena itu, perlu selalu dilakukan penambahan vitamin.
Sebagian besar vitamin akan rusak karena penanganan yang kurang cermat, baik selama proses pembuatan maupun penyimpanan pakan yang terlalu lama (lebih dari tiga bulan). Tiamin akan kehilangan aktivitasnya apabila pembuatan atau penyimpanan pakan dilakukan dalam kondisi basa atau mengandung sulfida. Beberapa vitamin akan mengalami perombakan lebih lanjut apabila terkena cahaya matahari secara langsung. Riboflavin harus dilindungi dari cahaya matahari atau cahaya lampu. Piridoksin tidak tahan terhadap udara dan cahaya matahari. Asam pantotenat kurang stabil apabila disimpan di tempat yang panas dan lembap. Cahaya matahari dan penyimpanan yang terlalu lama akan merusak aktivitas asam folat. Fungsi vitamin B-12 akan menurun apabila disimpan di tempat yang bersuhu tinggi. Vitamin E sangat sensitif terhadap proses oksidasi. Vitamin K dalam bentuk sintetis harus terlindung dari cahaya matahari secara langsung.
Tampak jelas bahwa fungsi vitamin mudah terganggu sehingga lebih baik segera digunakan. Jika terpaksa disimpan, sebaiknya vitamin di letakkan di tempat kering dan dingin, serta terhindar dari pengaruh cahaya matahari maupun cahaya lampu yang terlalu terang.
Klasifikasi dan Fungsi Vitamin. Secara garis besar, vitamin dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Golongan vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K. Sementara, goloagan yang larut dalam air yaitu vitamin B dan C. Vitamin B terdiri atas tiamin (B-1), riboflavin (B-2), piridoksin (B-6), sianokobalamin (B-12), niasin, biotin, kolin, asam folat, inositol, dan asam pantotenat.
Dalam proses osmoregulasi tubuh, vitamin mempunyai peranan yang penting, di antaranya sebagai berikut:
Merupakan katalisator (pemacu) dalam proses metabolisme. Vitamin merupakan bagian dari enzim atau koenzim yang berperan dalam pengaturan berbagai proses metabolisme. Vitamin mampu mempercepat proses perombakan pakan tanpa mengalami perubahan.
Membantu protein dalam memperbaiki dan membentuk sel baru.
Mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh sebagaimana mestinya.
Turut berperan dalam pembentukan senyawa-senyawa tertentu di dalam tubuh.
E. Mineral
Mineral merupakan elemen anorganik yang dibutuhkan oleh ikan dalam pembentukan jaringan dan berbagai fungsi metabolisme dan osmoregulasi. Ikan juga menggunakan elemen anorganik tersebut untuk mempertahankan keseimbangan osmosis antara cairan tubuh dan cairan di sekitarnya. Mineral dibutuhkan dalam jumlah relatif kecil, namun berperan sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup, mengingat beberapa proses yang berlangsung di dalam tubuh ikan membutuhkan mineral.
Berdasarkan kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mineral esensial dan mineral nonesensial. Mineral esensial harus selalu tersedia di dalam tubuh ikan dan harus disuplai dari pakan karena tubuh ikan tidak mampu memproduksi mineral ini. Sementara, mineral nonesensial yaitu mineral yang sebaiknya tersedia di dalam tubuh ikan.
Berdasarkan jumlah kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu makromineral dan mikromineral. Makromineral yaitu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relatif besar, seperti kalsium (Ca), fosfor (P), belerang (S), natrium (Na), klorida (CI), magnesium (Mg), dan kalium (K). Sebaliknya, mikromineral adalah mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relatif kecil, yaitu kobalt (Co), selenium (Se), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), krom (Cr), fluor (F), iodium (I), besi (Fe), dan molibdenum (Mo). Mikromineral sering pula disebut sebagai trace mineral.
Kelengkapan mineral dalam pakan buatan belum memberikan jaminan akan kualitas nutrien pakan yang baik. Kelengkapan mineral akan memberikan dampak positif apabila diikuti dengan komposisi yang tepat dari nutrisi lainnya, seperti protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin. Komposisi pakan tersebut sangat berpengaruh terhadap penyerapan mineral oleh tubuh ikan. Sebagai contoh, penyerapan mineral esensial oleh ikan berlangsung dalam bentuk garam atau senyawa sukar larut (kecuali K dan Na). Bentuk-bentuk ini memerlukan protein yang berfungsi sebagai pembawa dan bahan-bahan lain untuk mempermudah penyerapan.
Fungsi Mineral. Fungsi utama mineral adalah berperan dalam proses pembentukan rangka, pernapasan, dan metabolisme. Mineral pembentuk rangka berperan dalam pembentukan struktur tubuh ikan, seperti tulang, gigi, dan sisik ikan. Mineral yang termasuk kelompok ini adalah Ca, P, F, dan Mg. Mineral Fe, Cu, dan Ca berperan besar dalam proses pernapasan. Sementara, mineral yang membantu proses metabolisme meliputi semua mineral, baik yang esensial maupun nonesensial. Mineral-mineral tersebut berperan dalam pembentukan enzim dan pengaturan keseimbangan antara cairan tubuh dan cairan lingkungannya.
Selain fungsi-fungsi utama tersebut, beberapa fungsi lain dari mineral adalah sebagai berikut:
Mengatur keseimbangan asam basa dan proses osmosis antara cairan tubuh dan lingkungannya (terutama Na, K, Ca, dan CI).
Berperan dalam proses pembekuan darah dan pembentukan hemoglobin (terutama Fe, Cu, dan Co).
Berperan penting dalam proses metabolisms (terutama Cl, Mg, dan P).
Mengatur fungsi sel (Cu dan Zn), membentuk fosfolipid dan bahan inti sel (S dan P), mematangkan kelenjar kelamin (Br), dan membentuk hormon tiroid (I).

Friday, April 25, 2014

CARA MENGENALI BAHAN MAKANAN YANG MEMAKAI FORMALIN

April 25, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Formalin atau formaldehida adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet. Sebenarnya fungsi formalin adalah sebagai desinfektan namun oleh sebagian orang disalah gunakan untuk mengawetkan ikan untuk mencegah kerugian. Formalin dapat berguna sebagai desinfektan karena membunuh sebagian besar bakteri dan jamur (termasuk spora mereka). Hal ini juga digunakan sebagai pengawet dalam vaksin, dimana formalin digunakan untuk membunuh virus dan bakteri yang tidak diinginkan yang mungkin mencemari vaksin selama produksi.
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan kandungan formaldehid 10 – 40% dan secara fisik seperti cairan putih jernih dengan bau yang menyengat dan tajam.
Tips praktis mengenali makanan yang diberi formalin :
Prinsipnya adalah makanan yang diberi formalin akan awet, keras dan tidak membusuk. Ikan yang diberi formalin tidak akan dimakan oleh kucing sebab kucing memiliki penciuman yang tajam terhadap bau formalin. Walaupun manusia tidak bisa mencium bau formalin pada bahan makanan namun kucing atau anjing memiliki penciuman yang tajam sehingga hewan ini tidak akan makan makanan yang mengandung formalin. Kesimpulannya jika ayam atau ikan yang kita berikan kepada kucing namun kucing tidak mau makan maka ikan tersebut sudah diberi formalin
Ciri kedua adalah
ikan yang diberi formalin tidak akan didatangi dan dikerubungi oleh lalat. Lalat memiliki penciuman yang tajam jika ada hewan yang mati maka akan langsung datang menghampiri hewan yang mati tersebut. Jika ayam dan ikan diberi formalin maka lalat tidak akan datang menghampirinya. Tips ini dapat kita pakai saat hendak membeli ikan atau ayam di pasar.
Ciri-ciri ikan yang mengandung formalin dan Ikan yang segar tanpa formalin :
Ciri-ciri ikan yang mengandung formalin :
1. Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius)
2. Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar
3. Warna daging ikan putih bersih
4. Bau menyengat, bau formalin, dan kulit terlihat cerah mengkilat
5. Daging kenyal
6. Lebih awet dan tidak mudah busuk walau tanpa pengawet seperti es
7. Ikan Berformalin Dijauhi Lalat
8. Tidak terasa bau amis ikan
Ciri ikan segar tanpa formalin :
1. Bila dalam 1 hari pun tanpa pengawetan misalnya dengan es maka ikan akan rusak dan tidak layak konsumsi lagi.
2. warna ingsang merah dan cemerlang dan terlihat segar
3. Bau ikan khas dan segar
4. lebih mudah busuk bila tanpa diawetkan terus dengan es
5. Ikan dapat dihinggapi lalat
Ciri-ciri Ikan asin berformalin :
- Tidak rusak sampai lebih dari sebulan pada suhu kamar(25°C)
- Warna bersih dan cerah
- Tidak berbau khas ikan asin dan tidak mudah hancur
- Tidak dihinggapi oleh lalat bila diletakkan di tempat terbuka
Ciri-ciri ikan asin tanpa formalin :
-Warna ikan asin ada yg kecokelatan
- Aroma masih khas ikan asin
- Dagingnya rentan / mudah hancur
- Dapat dihinggapi lalat
Cara Untuk Melakukan Pengujian Kandungan Formalin pada Bahan Makanan Umumnya. Formalin merupakan larutan formaldehida 37% dalam larutan air. Cara mengisolasi formalin dari makanan (misalkan tahu) dapat dilakukan dengan mengekstrak makanan menggunakan pelarut H2O pada suhu ruangan. Analisis formalin bisa dilakukan dengan metode enzimatis secara fluorimetri, HPLC, GC dan spektrofotometri. Dari kesemuanya yang sering digunakan, yakni metode spektrofotometri (karena mudah dan murah) dengan mereaksikan formalin dengan alkanon dalam media garam asetat sehingga terbentuk senyawa kompleks berwarna kuning.
1. PENDAHULUAN 
Kasus penyalahgunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan banyak dilakukan di Indonesia. Hasil uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan dari 700 sampel produk makanan yang diambil dari Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung, 56% mengandung formalin (BPOM, 2005). Bahaya dari penyalahgunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan perlu adanya perhatian khusus, karena penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan dapat menyebabkan beberapa penyakit, diantaranya efek kesehatan manusia langsung terlihat akut seperti (iritasi, alergi, mual, muntah, sakit perut dan pusing), dan efek kronik yaitu efek pada kesehatan manusia terlihat terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang, seperti gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat (Handayani, 2006). 
Perlu adanya penanganan khusus dari kasus diatas, dan perlu adanya kewaspadaan masyarakat terhadap penyalahgunaan formalin yang terus meningkat di Indonesia. Hal tersebut dilandasi karena batas konsumsi bahan makanan yang mengandung formalin menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS) untuk orang dewasa adalah 1,5 – 14  mg perhari atau dalam satu hari asupan yang diperbolehkan adalah 0,2 mg dan dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter. Sedangkan menurut Occupati Safety and Health Administration (OSHA) ambang batas formalin secara umum adalah 1-0,1 mM. Konsumsi bahan makanan dan minuman yang mengandung formalin dalam jangka panjang atau melebihi ambang batas dapat mengakibatkan kangker, iritasi pada mata dan saluran pernafasan, kerusakan sistim saraf pusat dan kebutaan (WHO, 2002). 
Oleh karena itu, pemerintah khususnya (BPOM) dan masyarakat luas membutuhkan alat pendeteksi formalin untuk mengetahui kandungan formalin secara tepat (Media Industri No.211, 2006). 
Deteksi untuk mengetahui kandungan formalin sudah banyak dilakukan diantaranya dengan cara spektroskopi menggunakan spektrofotometer ultra violet (UV), high performance liquid chromatography (HPLC) dan Gas Chromatography (GC). Metode ini relatif selektif dan sensitif akan tetapi  memerlukan waktu analisis yang lama, membutuhkan banyak reagen, dan tidak ekonomis karena harganya yang sangat mahal (Indang, 2009). Salah satu alternatif alami yang telah dikembangkan di Indonesia untuk pendeteksi formalin pada bahan makanan dengan menggunakan kertas tumerik dari cairan kunyit, cara deteksi tersebut sangat ekonomis akan tetapi kurang akurat karena pendeteksianya hanya berfungsi sebagai kontrol positif dan negatif (Indang, 2009). Sehingga, perlu adanya inovasi deteksi formalin yang cepat dan akurat sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Inovasi kreatif yang yang digunakan untuk pendeteksi formalin yaitu dengan cara pembuatan “Digital Formaldehyde Meter” dengan cara pengimplementasian teknologi Electronic nose. Teknologi Electronic nose merupakan teknologi data akuisisi dengan penghubung pengolah data, biasanya dilakukan untuk menyelesaikan masalah dari sistem pembuatan alat yang terdiri dari deret sensor gas (sensor gas array). Electronic nose merupakan sistem portabel yang memiliki kelebihan seperti ukuran yang kecil, dan biaya operasional yang murah. Penelitian sebelumnya telah banyak menggunakan Electronic Nose untuk pendeteksi keamanan udara lingkungan, aplikasi medis, dan keamanan pangan (Zhang et al., 2009). Dengan mempertimbangkan kelebihan instrumen ini maka inovasi karya PKM-KC kami adalah mengaplikasikan Electronic Nose sebagai alat deteksi formalin. “Digital Formaldehyde Meter” dirancang dengan sistem digital, sinyal input dideteksi dari deret sensor TSG kemudian diproses dengan bantuan mikrokontroler yang diperkuat oleh amplifier dan digitalkan oleh sebuah digital LCD (Liquid Crystal Display) ke digital convertor. Diharapkan “Digital Formaldehyde Meter” dapat membantu masyarakat, pemerintah, dan pihak yang berkait dalam mendeteksi formalin secara cepat dan akurat, dan tidak ada lagi penyalahgunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan yang semakin meluas di Indonesia..
2. METODE
Reset Tool 
Alat yang digunakan dalam penyelesaian "Digital Formaldehida meter" adalah penguasa, lem, menggiling, solder, avometer, dan peralatan pendukung lainnya seperti bahan cutlery.The digunakan dalam penyelesaian "Digital Formaldehida meter" adalah mikrokontroler IC m16 def, Liquid Crystal Display (LCD), Op - Amp (dccoupled preamplifier), resistor, kapasitor, dioda, sensor array, PCB, kabel, akrilik, pemanas, adaptor, LED, switch, teknis formalin, bakso,ikan,tahu,danmie. 2.2 Flowchart Sistem Instrumentasi Alat Alat sistem instrumentasi bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif alat "Digital Formaldehyde meter", yang menggunakan sampel termasuk sampel padat dan cair
Digital Formaldehyde Meter”didesain sesuai dengan standar desain dan hasil survai study pustaka desain yang sering digunakan di pasar. “Digital Formaldehyde Meter” didesain seperti pada gambar 6 dengan ukuran panjang horizontal 193,8 mm, kemudian panjang vertikal 120 mm dengan lebar 60 mm dan panjang sisi miring 175,5 mm. 

Thursday, April 24, 2014

LARANGAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA PRODUK-PRODUK PERIKANAN

April 24, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 1 comment


Maraknya penyalahgunaan bahan kimia formalin sebagai pengawet makanan dewasa ini bukanlah merupakan hal yang baru lagi. Penggunaan formalin (dalam bahasa kimianya disebut juga formaldehide) tersebut terbukti berdampak buruk bagi kesehatan konsumen, mulai dari iritasi ringan sampai dengan gangguan kesehatan yang mengakibatkan kematian.
Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut, melihat telah menyebar dan maraknya penyalahgunaan bahan kimia tersebut ditanah air. Untuk itu penulis mencoba melakukan penelitian dalam hal ini. Penulisan ini dibuat dengan menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif, yaitu suatu penelitian terhadap norma atau hukum, antara lain peraturan perundangundang yang terkait maupun putusan-putusan pengadilan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup; Peraturan perundangundangan terkait, Putusan-putusan pengadilan, serta pendapat para ahli hukum. Cara pengumpulan data yaitu-dengan menggunakan metode studi pustaka, dan menggunakan metode analisis data secara Kualitatif
Larangan terhadap penggunaan formalin sebagai pengawet makanan sebenarnya sudah lama diterapkan, yaitu dalam Permenkes No. 722 1 MENKES 1 PER I IX l 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Permenkes No. 1168 / MENKES 1 PER 1 X I 1999, namun penyalahgunaan bahan kimia tersebut dewasa ini masih banyak ditemukan. Hal ini membuktikan bahwa tidak efektifnya peraturan perundang-undangan tersebut, dan penegakan hukumnya pun masih dipertanyakan. Pelaku usaha yang memasarkan makanan dengan menggunakan formalin sebagai bahan pengawet makanannya tentunya melanggar ketentuan UUPK, UU Pangan, dan UU Kesehatan, untuk itu kepada pelaku usaha dapat dikenakan sanksi yang seberat-beratnya. Selain mengeluarkan regulasi baru dan mengenakan sanksi yang berat kepada pelaku usaha yang rela meracuni konsumen untuk memperoleh keuntungan semata, kondisi ini tentunya harus juga diantisipasi dengan pembinaan dan pengawasan yang ketat, serta memberikan alternatif lain pengganti formalin yang lebih baik bagi pelaku usaha dalam mengawetkan makanannya.
Belakangan, masyarakat kembali dikisruhkan dengan larangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) soal produk makanan impor asal Cina yang mengandung zat kimia berbahaya formalin dan zat dietilenglikol. Larangan BPOM tanggal 27 July 2007 lalu itu bukan yang pertama dikeluarkan terhadap penggunaan formalin di makanan.
Formalin sendiri sebenarnya merupakan salah satu zat disinfektan efektif yang digunakan produsen obat serangga untuk membunuh kuman dan bakteri. Karena kekhasannya itu, bahkan dipergunakan kepada mayat untuk tujuan mengawetkan oleh kebanyakan manusia.
Formalin berasal dari larutan formaldehid (Nama dagang formalin) yang dicampur air dengan perbandingan kadar 30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram.
Metanol yang yang terkandung, berfungsi sebagai stabilisator, mempunyai cara yang unik dalam sifatnya sebagai isinfektan. Formaldehida membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan ke-ring dan membentuk lapisan baru di permukaan.
Itu artinya, tidak saja membunuh bakteri, formalin juga membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan di bawahnya, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Bila disinfektan lainnya, seperti tetracycline, amikacin, baytril, mendeaktifasikan serangan bakteri dengan cara membunuh dan tidak bereaksi dengan bahan yang dilindungi, maka formaldehida akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada di dalam materi tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya.
Produk Berformalin
Keberadaan formaldehida sendiri kemudian di ditemukan dalam berbagai macam produk. Formaldehida juga ditemukan pada asap rokok dan udara yang tercemar asap kendaraan bermotor. Selain itu bisa didapat juga pada produk-produk termasuk antiseptik, obat, cairan pencuci piring, pelembut cucian, perawatan sepatu, pembersih karpet, dan bahan adhesif. Formaldehida juga ada dalam kayu lapis terutama bila masih baru. Kadar formaldehida akan turun seiring berjalannya waktu.
Secara natural formaldehida sudah terkandung dalam bahan makanan mentah dalam kisaran 1 mg per kg hingga 90 mg per kg. Selain dikenal sebagai formalin, nama dagang formaldehida sendiri sangat beragam, di antaranya ivalon, quaternium-15, lysoform, formalith, BVF, metylene oxide, morbicid, formol, superlsoform dan lain-lain. Sementara quaternium-15 bisa ditemukan di hampir semua jenis produk perawatan.
Suatu bahan kimia dikatakan beracun bila berada di atas ambang batas yang diperbolehkan. American Conference of Governmental and Industrial Hygienists (ACGIH) menetapkan ambang batas (Threshold Limit Value/TLV) untuk formaldehida adalah 0,4 ppm. Sementara National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) merekomendasikan paparan limit untuk para pekerja adalah 0,016 ppm selama periode 8 jam, sedangkan untuk 15 menit 0,1 ppm.
Dalam International Programme on Chemical Safety (IPCS) disebutkan bahwa batas toleransi formaldehida yang dapat diterima tubuh dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang dibolehkan adalah 0,2 mg.
Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa hanya 1,5 mg hingga 14 mg per hari.
Hampir semua jaringan di tubuh mempunyai kemampuan untuk memecah dan memetabolisme formaldehida. Salah satunya membentuk asam format dan dikeluarkan melalui urine. Formaldehida dapat dikeluarkan sebagai CO2 dari dalam tubuh. Tubuh juga diperkirakan bisa memetabolisme formaldehida bereaksi dengan DNA atau protein untuk membentuk molekul yang lebih besar sebagai bahan tambahan DNA atau protein tubuh.
Formaldehida tidak disimpan dalam jaringan lemak. NIOSH menyatakan formaldehida berbahaya bagi kesehatan jika kadarnya mencapai 20 ppm. Sedangkan dalam Material Safety Data Sheet (MSDS), formaldehida dicurigai memiliki sifat menjurus kepada pembentukan sel kanker.
Di antara zat berbahaya yang paling banyak digunakan adalah formalin. Sudah jadi rahasia umum tentang banyak oknum pedagang maupun nelayan yang menggunakan bahan pengawet berbahaya itu. Makanya, menyusul kondisi yang kian mengerikan, baru-baru ini Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) melakukan kajian soal kian parahnya tingkat penggunaan zat-zat berbahaya dalam makanan yang dipasarkan kepada masyarakat.
Hasilnya, MUI mengeluarkan Fatwa bernomor 43 Tahun 2012 tentang Penyalahgunaan Formalin dan Bahan Berbahaya Lainnya dalam Penanganan dan Pengolahan Ikan. Inti dari fatwa itu penggunaan formalin dan bahan berbahaya untuk pengolahan ikan basah maupun ikan kering diharamkan. “Penggunaan formalin dan bahan berbahaya lainnya dalam penanganan dan pengolahan ikan yang membahayakan kesehatan dan jiwa hukumnya haram.”
Lembaran Fatwa MUI itupun menjelaskan ketentuan haram ini juga berlaku bagi orang yang melakukan kegiatan penggunaan formalin dan zat berbahaya lainnya untuk ikan maupun pangan lainnya. “Memproduksi dan memperdagangkan ikan dan produk perikanan yang menggunakan formalin dan bahan berbahaya lainnya yang membahayakan kesehatan dan jiwa hukumnya haram.”
Dalam fatwanya, MUI juga meminta pemerintah menyediakan sarana dan prasarana pengganti bahan-bahan berbahaya kimia berbahaya untuk produk perikanan, seperti pabrik es yang bersubsidi agar harga es balok bisa terjangkau pedagang dan nelayan. MUI juga merekomendasikan agar pemerintah melakukan tata niaga produk formalin agar tak dijual secara bebas, dan mengawasi peredarannya agar tak disalahgunakan.
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama dan banyak digunakan dalam industri. Formalin sangat berbahaya bila masuk dalam tubuh manusia. Akibatnya bisa menimbulkan penyakit kanker dan penyakit-penyakit berbahaya lainnya.
Kita berharap fatwa MUI ini benar-benar dapat menyadarkan orang-orang yang selama ini menggunakan formalin dalam produk-produk makanan yang dijualnya ke konsumen. Selain itu, masyarakatpun harus proaktif mencari tahu tanda-tanda makanan yang sudah menggunakan zat-zat berbahaya. Ini semua agar terhindar dari ancaman yang mematikan.Ambang Batas
Merujuk kepada peraturan menteri kesehatan no 722/Menkes /IX/1988 tanggal 22 September 1998, yang menyebut formalin termasuk bahan pengawet yang dilarang. Suatu bahan kimia dikatakan beracun bila berada di atas ambang batas yang diperbolehkan.
American Conference of Governmental and Industrial Hygienists (ACGIH) menetapkan ambang batas untuk formalin adalah 0,4 ppm. Sementara National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) merekomendasikan paparan limit untuk para pekerja adalah 0,016 ppm selama periode delapan jam, sedangkan untuk 15 menit adalah 0,1 ppm.
Dalam International Programme on Chemical Safety (IPCS) disebutkan bahwa batas toleransi formalin yang dapat diterima tubuh dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang dibolehkan adalah 0,2 mg.
Berdasarkan informasi ini, sebaiknya Badan Pengawasan Obat dan Makanan menetapkan nilai ambang batas yang jelas, dan menjelaskan ke masyarakat mengenai kandungan formalin yang berbahaya bagi kesehatan. Bukan menarik barang dari perederan untuk muncul di kemudian hari.
Selain itu, perlu cara mendidik produsen atau pedagang mengenai tingkat bahaya dan risiko yang dihadapi. Dengan demikian masyarakat tidak panik dan menolak semua bahan yang diperkirakan mengandung formalin.
Sebab formalin secara alamiah sudah ada di alam. Dan formalin menjadi berbahaya tidak saja ketika bercampur makanan, tetapi juga dalam udara dan masuk melalui pernapasan maupun kulit manusia.(Bagus Herawan/Ijs)