Wednesday, July 30, 2014

BINTANG BARU DALAM USAHA BUDIDAYA IKAN BAWAL BINTANG

July 30, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 1 comment
Ada bintang baru dalam usaha budidaya laut. Adalah ikan bawal bintang yang saat ini sudah dibudidayakan dalam keramba jaring apung (KJA). Bawal bintang memeiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan bawal air tawar. Yang berbeda dari keduanya adalah ukuran bawal bintang bisa mencapai lebih dari 5 kg per ekor. Harga jual ikan karnivora ini juga termaksud mahal sekelas dengan ikan kakap dan kerapu ekspor.
Bawal bintang memiliki nama ilimiah Trachinotus blochii dan dalam bahasa inggris disebut sebagai silver pompano. Bawal bintang merupakan ikan pemakan segala, perenang cepat dengan bentuk tubuh gepeng agak membulat, ekor bercagak dan warna perak keabu-abuan. Sisik bertipe ctenoid (sisir) yang halus. Ikan dewasa yang sudah matang gonad berukuran lebih dari 1 kg dengan panjang lebih dari 25 cm. Ukuran dewasa biasanya berumur sekitar 3 tahun. Daging ikan ini tebal, memiliki rasa yang gurih, kandungan gizi yang luar biasa dan sedikit duri.
Bawal bintang adalah komoditas perikanan laut yang dapat dijadikan alternatif usaha perikanan budidaya laut. Berikut ini keuntungan atau kelebihan usaha budidaya bawal bintang, yaitu :
1. Pasar terbuka luas
Komoditas bawal bintang selain disukai oleh pasar dalam juga disukai oleh luar negeri. Ikan ini termaksud golongan ikan dengan harga yang mahal . Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa harga ikan bawal bintang jauh lebih mahal dibandingkan dengan ikan gurame dan ikan kerapu yang selama ini dikenal sebagai ikan dengan ekonomis tinggi. Dipasar lokal harga bisa mencapai Rp 60.000,00 – Rp 85.000,00 atau sekitar USD 6 – 8 /kg.
Permintaan pasar akan stok ikan bawal setiap hari semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya penggemar ikan ini. Hal ini dapat dilihat dari sajian rumah makan yang banyak menyajikan ikan bawal sebagai menunya.
Pangsa pasar ikan bawal bintang diluar negeri terutama terdapat di negara Jepang, Hongkong, Taiwan, China dan Kanada. Kelima penduduk negara ini merupakan konsumen utama dan sangat menyukai ikan bawal bintang.
2. Laju Pertumbuhan relatif cepat (6-8 bulan)
Pertumbuhan ikan bawal bintang relatif cepat dengan ukuran panjang 2,5-3,0 cm, setelah dipelihara di dalam tangki dan KJA selama 7,5 – 9,0 bulan mencapai bobot 350-500 gram, sedangkan pemeliharaan selama 16 – 20 bulan mencapai bobot 1.200 – 1.850 gram dapat digunakan sebagai calon induk (Nur Muffich Junianto et al, 2008).
3. Adaptasi pakan sangat mudah
Adaptasi ikan bawal terhadap pakan yang diberikan terbilang mudah. Pakan dapat diberikan berupa pelet ataupun ikan rucah. Untuk ikan yang masih berupa bibit, dapat diberikan pakan dengan frekuensi 4-5 kali sehari. Pemberian pakan pada benih ikan bawal bintang yang telah dilepas ke dalam petakan dilakukan dengan frekuensi 4 kali/hari yaitu pada pukul 07.00, 10.00, 13.00, dan 15.00 WIB. Sedangkan untuk ikan yang sudah besar berilah pakan sebanyak dua kali dalam sehari.
Pertumbuhan harian ikan bawal bintang dengan menggunakan pakan buatan adalah sebesar 2,89 gram/hari, sedangkan dengan pemberian pakan ikan rucah pertumbuhan hariannya sebesar 1,6 gram/hari. FCR yang diperoleh selama masa pemeliharaan 6 bulan dengan menggunakan pakan buatan sebesar 1 : 2, sedangkan dengan menggunakan pakan ikan rucah sebesar 1 : 7. Manajemen pemberian pakan induk harus diperhatikan kualitas dan kuantitas pakan. Kualitas pakan akan terpenuhi dengan pemberian ikan rucah segar, pelet, pencampuran vitamin dan multivitamin. Sedangkan untuk kuantitas pakan yang baik diberikan 3-5% dari berat total induk yang akan dipijahka
4. Tahan terhadap serangan penyakit dan tidak bersifat kanibalisme
Ikan bawal bintang termasuk komoditas perikanan yang tahan terhadap serangan penyakit. Namun walaupun termasuk kategori ikan yang tahan penyakit tetap saja perlu diperhatikan terhadap kualitas lingkungan pemeliharaan budidaya ikan bawal.selain itu ikan bawal bintang tidak bersifat predator sehingga ikan ini tidak akaan memakan sesamanya. Dengan tidak adanya sifat ini maka proses budidaya ikan bawal bintang akan lebih mudah karena kontrol pertumbuhan ikan tidak serumit ikan dengan sifat predator.
5. Padat tebar cukup tinggi dengan SR tinggi
Padat tebar ikan bawal bintang dalam proses pembudidayaan ikan cukup tinggi yakni anatara 150 – 200 ekor per petak keramba jaring apung (KJA) dengan ukuran petak 3x3x3 . Dengan kepadatan tebar yang cukup tinggi ini tentu menguntungkan karena hasil panen yang didapat jadi lebih banyak. Pemilahan ukuran perlu dilakukan walaupun ikan ini tidak bersifat kanibalisme. Hal ini berguna untuk menghindari variasi ukuran yang menyebabkan ikan yang kecil akan kalah bersaing makanan dengan ikan yang besar sehingga pertumbuhanya terganggu, maka dilakukan pemilahan atau penyeragaman ukuran. Dengan demikian pada satu waring atau jaring hanya dipelihara ikan yang satu ukuran.
Penyeragaman ukuran (Sortir) pada awal pemeliharaan dilakukan minimal dua minggu sekali dan selanjutnya dapat dilakukan setiap satu bulan. Tingkat kehidupan atau Survival Rate (SR) ikan bawal bintang yang dibudidayakan di karamba jaring apung cukup tinggi dan bisa mencapai 90 persen.
6. Ketersediaan Benih Cukup Melimpah
Jenis ini sebagai ikan introduksi baru yang dikembangkan, indukannya berasal dari Taiwan dan baru dibenihkan secara komersial tahun 2007. Pada awalnya benih ikan bawal bintang didapat dari alam. Seiring dengan semakin menipis ketersediaan benih di alam maka keberlangsungan sempat menemui kendala. Namun dengan keberhasilan Balai Budidaya Laut Batam dalam pembenihan maka masalah benih tidaklah menjadi kendala dalam proses pembudidayaan ikan bawal bintang ini. Sejak 2 tahun terakhir Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali sudah mulai melakukan kegiatan pembesaran calon induk dengan ukuran 20-25 cm, bobot 450-600 g dan pada tahun ini sudah mencapai ukuran panjang total 38,0-46,50 cm dan bobot sekitar 1.200-1.850 g sudah berhasil memijah.
7. Teknologi Budidaya sudah tersedia
Menurut Balai Budidaya Laut Batam, proses budidaya ikan bawal dimulai dari pemilihan telur agar memperoleh benih yang berkualitas. Telur yang telah dipanen diseleksi antara yang dibuahi dan yang tidak dibuahi. Untuk menjaga dari penyakit (agar steril) dilakukan perendaman dengan acriflavin. Bak pemeliharaan larva adalah fiber glass bulat dilengkapi dengan sistem sirkulasi air dan oksigen.
Kepadatan telur adalah 50 butir/liter, setelah itu secara periodik dilakukan penjarangan pada D3O sebanyak 10 ekor/liter. Pakan yang diberikan pada tahap awal (D2-D12) adalah algae (Chlorella/Tetracelmis) dan Rotifera (Brachionus sp.). Copepoda dan Naupli Artemia adalah pakan alami yang diberikan setelah larva berumur 12 hari s.d. umur 30 hari. Untuk menjaga kondisi larva tetap stabil pengelolaan media pemeliharaan dilakukan dengan pergantian air sebanyak 10-20% / hari.
Setelah umur 30 hari dilakukan pendederan terhadap benih yang telah dihasilkan. Bak yang digunakan adalah fiber glass dengan dilengkapi sistem aerasi dan air mengalir selama 24 jam. Pakan yang digunakan adalah kombinasi ikan cincangan, biomassa artemia dewasa dan pellet sebanyak tiga kali sehari ( pagi, siang dan sore). Guna meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan percepatan pertumbuhan diberikan multivitamin, dan untuk mengontrol kualitas air supaya tetap baik setiap hari dilakukan penyiponan dasar bak.
Benih siap tebar berukuran 3 inchi yang dicapai setelah pendederan selama 2 bulan dipelihara di keramba jaring apung untuk dibesarkan. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Aklimatisasi perlu dilakukan karena adanya perbedaan, suhu dan salinitas antara daerah asal benih atau media transportasi dengan kondisi air tempat pemeliharaan. Apabila sistem transportasi dengan menggunakan kantong plastik, maka aklimatisasi dilakukan dengan membuka kantong plastik dan memasukkan air laut kedalam kantong sedikit demi sedikit. Setelah suhu dan salinitas hampir sama maka benih dapat ditebarkan.
Untuk pengangkutan jarak pendek, aklimatisasi dilakukan dengan cara menambahkan air laut sedikit demi sedikit kedalam wadah pengangkutan. Padat tebar berkaitan erat dengan pertumbuhan dan angka kelulushidupan. Apabila kepadatan terlalu tinggi pertumbuhannya lambat akibat adanya persaingan ruang, oksigen dan pakan. Jadi, budidaya ikan bawal bintang adalah sebuah alternatif usaha perikanan budidaya yang cukup menggiurkan untuk dilaksanakan. Dengan harga yang cukup mahal, penghasilan yang didapat cukup menjanjikan dengan keuntungan mencapai puluhan juta rupiah. Apalagi keuntungan yang besar ini dengan masa pemeliharaan yang tidak terlalu lama.

Tuesday, July 29, 2014

PENGUJIAN BENUR SECARA KASAT MATA

July 29, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Salah satu indikator yang mempengaruhi keberhasilan budidaya udang adalah kualitas benur yang ditebar. Benur yang dipilih haruslah benur yang sudah memenuhi syarat agar produksi yang didapat maksimal. Benur udang yang dipilih untuk dipelihara di tambak sebaiknya sudah melalui pengujian baik secara visual maupun secara mikroskopik. Benur yang yang berkualitas memiliki laju pertumbuhan yang cepat, survival rate (kelangsungan hidup) yang tinggi, mortalitas rendah, resisten (tahan) terhadap serangan penyakit, tahan terhadap perubahan lingkungan , mampu mengorvesi pakan dengan baik dan memiliki tingkat keseragaman yang tinggi. Sebelum dilakukannya pengujian secara mikroskopik, benur harus di uji secara kasatmata terlebih dahulu.
Berikut ini adalah beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai indikator untuk mendapatkan benih udang yang baik.
1. Crustacea Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar. Ciri-ciri crustacea adalah sebagai berikut: a.Struktur Tubuh Tubuh Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit. Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu: 1)2 pasang antena 2)1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya 3)1 pasang maksilla 4)1 pasang maksilliped Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak atau menempel di dasar perairan. Cobalah perhatikan gambar di atas! Anda cari/tunjukkan organ struktur tubuh pada bagian kepala – dada dan perut. b.Sistem Organ 1)Sistem Pencernaan Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan. Alat pencernaan berupa mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus terletak di bagian posterior. Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala – dada di kedua sisi abdomen. Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat eksresi disebut kelenjar hijau yang terletak di dalam kepala. 2)Sistem Saraf Susunan saraf Crustacea adalah tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indera yaitu antena (alat peraba), statocyst (alat keseimbangan) dan mata majemuk (facet) yang bertangkai. 3)Sistem Peredaran Darah Sistem peredaran darah Crustacea disebut peredaran darah terbuka. Artinya darah beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin, melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap O2 (oksigen) rendah. 4)Sistem Pernafasan Pada umumnya Crustacea bernafas dengan insang. Kecuali Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh permukaan tubuhnya. 5)Alat Reproduksi Alat reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada beberapa Crustacea rendah. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal (di luar tubuh). Dalam pertumbuhannya, udang mengalami ekdisis atau pergantian kulit. Udang dewasa melakukan ekdisis dua kali setahun, sedangkan udang yang masih muda mengalami ekdisis dua minggu sekali. Selain itu udang mampu melakukan autotomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya). Misalnya: udang akan memutuskan sebagian pangkal kakinya, bila kita menangkap udang pada bagian kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui proses regenerasi. Itulah mengenai sistem organ Crustacea (udang). Cobalah ulangi lagi membacanya dan jawab pertanyaan berikut: 1)Sebutkan beberapa alat mulut pada bagian kepala udang! 2)Bagaimanakah sistem saraf dan sistem pernafasan udang? 3)Apakah ekdisis itu? c.Klasifikasi Crustacea Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut: 1)Entomostraca (udang tingkat rendah) Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu: a)Branchiopoda b)Ostracoda c)Copecoda d)Cirripedia 2)Malakostraca (udang tingkat tinggi) Hewan ini dikelompokkan dalam tiga ordo, yaitu: a)Isopoda b)Stomatopoda c)Decapoda Entomostraca (udang tingkat rendah) Kelompok Entomostraca umumnya merupakan penyusun zooplankton, adalah melayang-layang di dalam air dan merupakan makanan ikan. Adapun pembagian ordo yang termasuk Entomostraca antara lain : a)Branchiopoda Contoh: Daphnia pulex dan Asellus aquaticus. Hewan ini sering disebut kutu air dan merupakan salah satu penyusun zooplankton. Pembiakan berlangsung secara parthenogenesis. Gambar 4. Contoh : Branchiopoda b)Ostracoda Contoh: Cypris candida, Codona suburdana. Hidup di air tawar dan laut sebagai plankton, tubuh kecil dan dapat bergerak dengan antena. Gambar 5. Contoh Ostracoda c)Copepoda Contoh: Argulus indicus, Cyclops. Hidup di air laut dan air tawar, dan merupakan plankton dan parasit, segmentasi tubuhnya jelas. Gambar 6. Contoh Copecoda d)Cirripedia Contoh: Lepas atau Bernakel, Sacculina. Tubuh dengan kepala dan dada ditutupi karapaks berbentuk cakram dan hidup di laut melekat pada batu atau benda lain. Cirripedia ada yang bersifat parasit Cara hidup Cirripedia beraneka ragam. Salah satu diantaranya adalah Bernakel yang terdapat pada dasar kapal, perahu dan tiang-tiang yang terpancang di laut atau mengapung di laut. Gambar 7. Bernakel Malakostraca (udang tingkat tinggi) Hewan ini kebanyakan hidup di laut, adapula yang hidup di air tawar. Tubuhnya terdiri atas sefalotoraks yaitu kepala dan dada yang bersatu serta perut (abdomen). Malakostraca dibagi menjadi 3 ordo, yaitu Isopoda, Stomatopoda dan Decapoda. a)Isopoda Tubuh pipih, dorsiventral, berkaki sama. Contoh: - Onicus asellus (kutu perahu) - Limnoria lignorum Keduanya adalah pengerek kayu. Gambar 8. Kutu Perahu b)Stomatopoda Contoh: Squilla empusa (udang belalang). Hidup di laut, bentuk tubuh mirip belalang sembah dan mempunyai warna yang mencolok. Belakang kepala mempunyai karapaks. Kepala dilengkapi dengan dua segmen anterior yang dapat bergerak, mata dan antena. c)Decapoda (si kaki sepuluh) Yang termasuk ordo ini adalah udang dan ketam. Hewan ini mempunyai sepuluh kaki dan merupakan kelompok udang yang sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia. Decapoda banyak digunakan sebagai sumber makanan yang kaya dengan protein. Contohnya adalah udang, kepiting, ketam dan rajungan. Kepala – dada menjadi satu (cephalothorax) yang ditutupi oleh karapaks. Tubuh mempunyai 5 pasang kaki atau sepuluh kaki sehingga disebut juga hewan si kaki sepuluh. Hidup di air tawar, dan beberapa yang hidup di laut. Beberapa contoh Decapoda berikut uraiannya, yaitu: -Udang 1. Penacus setiferus (udang windu), hidup di air payau, enak dimakan dan banyak dibudidayakan. 2. Macrobrachium rasenbengi (udang galah), enak dimakan, hidup di air tawar dan payau. 3. Cambarus virilis (udang air tawar) 4. Panulirus versicolor (udang karang), hidup di air laut dan tidak memiliki kaki catut. 5. Palaemon carcinus (udang sotong) Ketam 1. Portunus sexdentatus (kepiting) 2. Neptunus peligicus (rajungan) / Pagurus sp. 3. Parathelpusa maculata (yuyu) 4. Scylla serrata (kepiting) 5. Birgus latro (ketam kenari) Perhatikan gambar berikut ini! Gambar 9. Kelompok Malakostraca d) Peran Crustacea bagi Kehidupan Manusia Jenis Crustacea yang menguntungkan manusia dalam beberapa hal, antara lain: 1) Sebagai bahan makanan yang berprotein tinggi, misal udang, lobster dan kepiting. 2) Dalam bidang ekologi, hewan yang tergolong zooplankton menjadi sumber makanan ikan, misal anggota Branchiopoda, Ostracoda dan Copepoda. Sedangkan beberapa Crustacea yang merugikan antara lain: 1) Merusak galangan kapal (perahu) oleh anggota Isopoda. 2) Parasit pada ikan, kura-kura, misal oleh anggota Cirripedia dan Copepoda. 3) Merusak pematang sawah atau saluran irigasi misalnya ketam. Sekarang marilah kita pelajari kelas yang ke 2 yang termasuk ke dalam Arthropoda yaitu Arachnida.
Keseragaman
Benur yang bermutu baik memiliki ukuran yang seragam. Ukuran yang tidak seragam merupakan indikasi pertumbuhan yang tidak normal. Benur yang berukuran besar cenderung lebih kuat dalam memperebutkan makanan, sehingga memiliki peluang hidup yang lebih besar. Sedangkan yang berukuran kecil cenderung kalah dalam mendapatkan makanan sehingga pertumbuhannya semakin tertinggal dan cenderung mudah terinfeksi penyakit yang menyebabkan peluang hidupnya lebih kecil. selain itu, ukuran benur yang tidak seragam dapat menyebabkan peluang kanibal yang cukup besar. Benur yang memiliki ukuran yang seragam, tingkat kanibalnya kecil dan pertumbuhan yang tidak seragam dapat dihindari.
Warna Tubuh
Benur yang baik memiliki warna coklat transparan atau agak kehitaman. Warna seperti ini menunjukan konsistensi kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan yang cepat. Selain itu, Perbedaan warna tersebut sangat berkaitan dengan jenis pakan yang digunakan serta pengaruh kondisi tempat pemeliharaan. Jangan memilih benur yang berwarna merah/ merah muda, kehijauan atau kebiruan karena benur dengan warna tersebut menandakan sedang mengalami stres, infeksi penyakit atau kekurangan makan. Benur yang sedimian memiliki survival rate yang rendah.
Ukuran
Ukuran benur yang siap ditebar dikolam minimal 11 mm. Benur yang baik memiliki bentuk tubuh yang ramping memanjang karena memiliki pertumbuhan yang lebih baik.
Tingkat Aktivitas
Benur yang sehat aktif berenang dan peka terhadap rangsangan dari luar. Benur akan meloncat bila ada rangsangan dari luar. Benur yang sehat akan berenang menentang arus, menempel didasar atau didinding jika air berputar. Sedangkan benur yang tidak aktif menunjukan benih tersebut tidak sehat atau mengalami stres. Benur seperti ini selalu dalam kondisi diam atau lemah sekalipun mendapatkan rangsangan.
Bentuk Tubuh
Benur yang baik memiliki bentuk tubuh yang lurus ketika berenang, sedang benur yang tidak sehat kelihatan bengkok.
Antena
Benur yang sehat memiliki antena yang utuh, lengkap dan tidak patah serta mempunyai ukuran yang panjang. Selain itu, antenanya bisa membuka dan menutup tapi lebih sering menutup rapat. Antena ini berfungsi sebagai alat sensor yang sangat penting untuk mencari makan, sehingga jika antenanya tidak utuh akan mempengaruhi kualitas benur tersebut. Jika antena I selalu membuka (berbentuk V) menandakan benur terinfeksi bakteri.
Kondisi Usus
Benur yang akan dipilih harus dilihat kondisi ususnya. Pengamatan isi usus ini akan memudahkan kita melihat kondisi benur dalam memangsa makanan. Isi usus benur yang terisi penuh menandakan benur tersebut aktif dalam mencari makan. Sebaliknya, usus yang kosong menandakan benur tersebut sakit atau stres.
Uropoda (Ekor)
Uropoda merupakan alat keseimbangan gerak pada benur. Uropoda yang membuka dan tidak mengalami nekrosis (cacat) menunjukan benih tersebut berkualitas baik. Selain itu, uropda yang sehat setidaknya membuka minimal 3 buah. Bila uropoda belum membuka berarti benur belum siap ditebar.
Kebersihan
Tubuh Benur yang sehat dan siap ditebar memiliki kondisi tubuh yang bersih dan mulus. Kondisi tubuh ini menunjukan bahwa adanya pergantian kulit (molting) yang sempurna dan menandakan benur mempunyai pertumbuhan yang cepat. Sebaliknya, jika kondisi benur tidak bersih dan tidak mulus menunjukan bahwa benur tersebut tidak sehat, sebab biasanya ditempeli oleh kotoran dan patogen.

Monday, July 28, 2014

MENGENAL IKAN BAWAL AIR TAWAR ( Colossoma macropomum )

July 28, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Ikan bawal bintang atau yang di kenal dengan merek dagang silver pompano, merupakan ikan itroduksi baru dan telah berkembang di Indonesi, Amerika, Taiwan dan Malaysia. Bawal gan harga ikan kakap dan kerapu. Peluang pasar ikan bawal bintang cukup besar baik di pasar lokal maupun untuk di ekspor. Oleh karena itu, upaya pengembangan usaha budidaya bawal bintang masih terbuka untuk dikembangkan dalam berbagai skala usaha.
Dalam pengelolaan kegiatan pembenihan ikan bawal bintang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan meliputi pemilihan lokasi, kualitas air, sarana pembenihan, pemilihan induk dan pemeliharaan larva.
Morfologi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii)
Klasifikasi dan tatanama ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Filum    
: Chordata

Subfilum 
: Craniata

Kelas
 : Pisces

Subkelas
: Neopterigii

Ordo
 : Cypriniformes

Subordo 
: Cyprinoidea

Famili 
: Characidae

Genus 
: Colossoma

Species 
: Colossoma macropomum

Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) memiliki badan agak bulat, bentuk tubuh pipih, sisik kecil, kepala hampir bulat, lubang hidung agak besar, sirip dada di bawah tutup insang, sirip perut dan sirip dubur terpisah, punggung berwarna abu-abu tua, serta perut putih abu-abu dan merah (Saint-paul dalam Supriatna 1998). Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) memilki dua buah sirip punggung yang letaknya agak bergeser ke belakang. Sirip perut dan sirip dubur terpisah, sedangkan sirip ekor berbentuk homocercal. Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) memiliki bibir bawah menonjol dan memiliki gigi besar serta tajam untuk memecah bibi-bijian atau buah-buahan yang ditelannya. Lambung ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) berkembang baik dan memiliki 43-75 buah pyloric caeca. Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) memiliki insang permukaan, sehingga permukaan pernapasannya lebih luas dari pada jenisikan lain. Permukaan pernapasan yang luas ini memungkinkan ikan bawal (Colossoma macropomum) air tawar mampu bertahan hidup pada perairan yang memiliki kandungan oksigen rendah. Pada kondisi perairan dengan kandungan  oksigen terlarut kurang dari 0,5 mg O2/l masih memungkinkan ikan ini dapat bertahan selama beberapa jam (Djarijah 2001). 
Dari arah samping, tubuh ikan bawal tampak membulat (lonjong) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2:1. Bila dipotong secara vertikal, bawal memiliki bentuk tubuh pipih (compressed) dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4:1. Bentuk tubuh seperti ini menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat seperti ikan lele atau grass carp, tetapi lambat seperti ikan gurame dan tambakan. Sisiknya kecil berbentuk stenoid, di mana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih. Pada ikan bawal dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan ciri khusus ikan bawal tawar (Colossoma macropomum) sehingga oleh orang Inggris dan Amerika disebut red bally pacu (Arie 2000). Kepala ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) berukuran kecil yang terletak di ujung kepala tetapi agak sedikit ke atas. Bawal memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus dan sirip ekor. Sirip punggung tinggi kecil dengan sebuah jari-jari tegak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari-jari lainnya lemah. Sirip punggung pada ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) terletak agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut dan sirip anus kecil dan jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan sirip ekor, jari-jarinya lemah tetapi berbentuk cagak (Arie 2000).
Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) atau lebih dikenal dengan sebutan tambaqui adalah ikan introduksi yang berasal dari Amerika Latin, terutama dari Brazil. Ikan ini merupakan ikan yang potensial untuk dibudidayakan karena berbagai kelebihannya. Ikan ini mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang tinggi (hingga 90%) dan dapat dipelihara dalam kolam dengan kepadatan yang tinggi. Ikan bawal air tawar hidup bergerombol di daerah yang aliran sungainya deras, tetapi ditemukan pula di daerah yang airnya tenang, terutama saat masih dalam kondisi benih. Di habitat asalnya, ikan ini ditemukan di sungai Orinoco di Venezuela dan sungai Amazon di Brazil (Arie 2000). Di dalam negeri sendiri ikan bawal tawar (Colossoma macropomum) mulai digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, terutama di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari keempat provinsi tersebut, Jawa Barat dapat dikatakan sebagai pelopor karena di provinsi inilah ikan bawal tawar pertama kali dikembangkan. Dalam satu musim tidak kurang 500 juta ekor benih dijual ke berbagai provinsi di Indonesia. Indonesia juga mengekspor ikan bawal dalam ukuran kecil atau sebagai ikan hias ke negara Hongkong dan Amerika. Sampai saat ini baru sekitar 10 % dari seluruh permintaan dapat dipenuhi (Arie 2000).
Ikan bawal bintang termasuk ikan predator perenang cepat. Pada saat juvenil ikan hidup bergerombol didaerah muara sungai dan berkarang namun setelah besar hidup soliter di daerah karang maupun laut lepas. Bawal bintang berbentuk sangat gepeng dan ramping (much compressed) dengan ekor bercagak (forked). Tubuh bagian lateral dan ventral berwarna putih keperakan sedangkan bagian dorsal abu-abu kehijauan. Mulut sub terminal dan bisa dikatup sembulkan, dengan dilengkapi gigi beludru halus (feliform teeth). Permukaan tubuh ditutupi sisik kecil bertipe sisir (stenoid), dan mempunyai gurat sisi (lateral fin) melengkung mengikuti profil punggung. Ikan dewasa (matang gonad) berukuran lebih dari 1 kg dengan panjang lebih dari 25 cm. Ukuran dewasa biasanya berumur sekitar 3 tahun. Ikan bawal bintang memilki nama asing yaitu Pompanoo Silver (Hartanto dkk., 2009). 1. Lokasi
Pemilihan lokasi budidaya merupakan hal pertama yang harus diperhatikan. pemilihan lokasi pembenihan yang baik dapat menunjang keberhasilan kegiatan pembenihan ikan bawal bintang. Adapun persyaratan lokasi yang akan dijadikan tempat pembenihan antara lain :
- Terdapat sumber air laut yang memadai
- Secara teknis jauh dari daerah industri dan sungai besar
- Terdapat akses jalan masuk dan aliran listrik PLN.
- Pemasukan sumber air laut berjarak 100 meter dari pasang surut terendah.
2. Kualitas Air
Air laut yang akan digunakan sebagai air baku media hidup telah mengalami proses fertilisasi dan sterilisasi. Kisaran suhu air laut untuk pemeliharaan benih bawal bintang antara 28 -32 0C. Sedangkan suhu optimalnya adalh 30 0C, pH air 6,5 – 8,5, oksigen terlarut > 6 mg/l (PPM), kadar amoniak (NH3) < 0,01 mg/l (PPM), serta kadar garam 29 – 35 ppt.
3. Wadah Pemeliharaan
Benih Pemeliharaan bawal bintang dilakukan di dalam bangunan (indoor hatchery) sebagai tempat meletakan wadah/bak untuk pemeliharaan benih. Kontruksi bak terbuat dari bahan beton, semen atau fiberglass. Kapasitas untuk masing-masing bak sebesar 6 ton. Disamping wadah pemeliharaan benih bawal bintang terdapat juga wadah untuk pakan alami dengan kapasitas 200-250 liter per unit.
4. Sarana Produksi Benih
• Induk Bobot induk jantan dan betina sebesar 2 kg per ekor. Perbandingan antara induk jantan dan betina adalah 1 : 1. Padat tebar induk adalah 1 ekor per m2.
• Pakan Pakan induk dan benih yang berupa pelet haruslah dengan kadar protein > 40% . Sedangkan untuk pakan alami yang dugunakan adalah artemia dan plakton (Chlorella, Tetraselmis dan Rotifera) serta jambret.
• Peralatan penunjang. Peralatan yang akan digunakan sebagai sarana penunjang dalam kegiatan pembenihan ikan bawal bintang terdiri dari termometer, ember, baskom, gayung, selang plastik, saringan, plankton net, serok, timbangan, aerasi dan instalasinya.
5. Proses Produksi Benih
• Pemeliharaan Induk
Proses pemijahan ikan bawal bintang dapat dilakukan dengan baik pada suhu 26-31 oC, PH 6,5 – 7,5. Proses pemijahan secara alami menghasilkan telur 100.000 butir/ekor induk. Penetasan telur dilakuakn dalam media air dengan suhu > 30 0C, ketinggian air dalam wadah 30-40 cm. Padat penebaran telur 60-100 butir/liter dengan masa inkubasi 22 – 30 jam yang selanjutnya akan menjadi larva dengan tingkat penetasan 70-80%.
• Pemeliharaan Larva
Kualitas air untuk media pemeliharaan dengan suhu 28-320C, Ph 6,5 – 7,5, ketinggian air media 125-175 cm dalam wadah pemeliharaan. Larva ikan bawal bintang diberikan pakan sebesar 5% dari biomass enam kali per hari. Selama waktu pemeliharaan 30 hari larva akan berubah menjadi benih ikan dengan ukuran size panen 1 -3 cm per ekor.
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan

Sunday, July 27, 2014

PEMANFAATAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA PADA PEMBUATAN IKAN KERING

July 27, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
A. Latar Belakang
Isu pangan menjadi penting seiring dengan semakin terbatasnya sumberdaya alam dan bertambahnya jumlah penduduk. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Persoalan pangan selain terkait dengan pemenuhan kebutuhan sendiri, juga menjadi komoditas ekonomi yang cukup penting. Berbagai proses perbaikan telah dilakukan untuk melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas pangan, terutama perbaikan sumber atau bahan dan proses pengolahan.
Isu pangan juga terkait dengan industralisasi, terutama pada proses pengolahan makanan untuk keperluan perdagangan. Hasil dari pengolahan makanan, disebut sebagai makanan olahan, yang merupakan hasil dari pengolahan produk primer ataupun produk setengah jadi menjadi produk jadi pada komoditas pertanian, peternakan dan perikanan yang dimanfaatkan sebagai pangan untuk dikonsumsi manusia. Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Proses pengeringan ikan tandeman dilakukan selama 2 minggu sambil ikan kering tersebut diamati sampai terjadi perubahan.
Dari hasil pengamatan, setelah dilakukan pengawetan, A, B, C dan D mempunyai kondisi fisik (tekstur daging dan warna), bau, serta daya simpan yang berbeda-beda. Ditinjau dari kondisi fisik, tekstur daging B lebih tebal daripada A dan C tetapi warna B kurang menarik karena lebih pucat dibandingkan A dan C. Ditinjau dari bau, masing-masing ikan kering (A, B dan C) memiliki khas tersendiri karena larutan yang digunakan untuk pengawetannya berbeda-beda. Ditinjau dari daya simpannya, C memiliki daya simpan yang lebih lama daripada A dan B yaitu 70 hari.
Untuk ikan D, ikan tersebut telah membusuk. Hal ini dapat dilihat dari kulit berwarna suram pucat dan berlendir banyak, sisik mudah lepas dari tubuh, mata tampak suram, berbau tengik, insang berwarna coklat tua, daging lunak dan dalam air ikan tersebut mengapung di permukaan. Jadi, ikan D tidak dapat digunakan untuk proses selanjutnya. Berdasarkan literatur yang didapatkan, ikan kering yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: warna daging mendekati warna asli ikan segar, tidak berbau asam atau tengik, tidak terdapat bercak noda dan tidak lembek (kaku).
Untuk daya simpan ikan kering, dilakukan pengamatan sampai ikan kering menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Ciriciri ikan kering yang rusak adalah daging ikan menjadi lunak dan mudah terlepas dari tulangnya, berlendir, adanya bercak-bercak merah dan ikan berbau tengik.9
Na Cl dan asap cair bersifat sebagai pengawet karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk.9, 10 Dari ikan kering A, B dan C dapat dilihat bahwa C memiliki daya simpan lebih lama. Jadi asap cair memiliki sifat antimikroba yang lebih baik daripada Na Cl, dimana asap cair dapat memperpanjang daya simpan ikan kering sampai 70 hari.
Kadar Air Ikan Kering
Ikan kering yang masing-masing direndam dengan pengawet yang berbeda, dimana A (ikan kering dengan pengawet NaCl), B (ikan kering dengan pengawet NaCl-asap cair) dan C (ikan kering dengan pengawet asap cair).
Dari hasil yang didapatkan, ikan A, B dan C memiliki kadar air sebesar 37,30 %, 32,89 % dan 15,48 %. Berdasarkan literatur yang didapatkan, nilai kadar air maksimal ikan asin kering adalah sebesar 40 %.7 Jadi semua ikan kering yang diawetkan memenuhi persyaratan kadar air yang ditetapkan. Kadar air merupakan komponen penting dalam bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi kenampakan tekstur. Bahkan dalam bahan makanan kering pun terkandung air dalam jumlah tertentu. Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran dan daya tahan bahan itu.
Kadar Abu Ikan Kering
Pada penentuan kadar abu ikan kering, hasil yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Kode Sampel Kadar Abu (%)
A         24,37
B         24,40
C         9,29
Keterangan: A, B, C merupakan ikan kering yang masing-masing direndam dengan pengawet yang berbeda, dimana A (ikan kering dengan pengawet NaCl), B (ikan kering dengan pengawet NaCl-asap cair) dan C (ikan kering dengan pengawet asap cair).
Dari hasil yang didapatkan, ikan A, B dan C memiliki kadar abu sebesar 24,37 %, 24,40 % dan 9,29 %. Dari tabel dapat dilihat bahwa ikan A dan B memiliki kadar abu yang besar daripada C. Peningkatan kadar abu sangat erat kaitannya dengan kandungan NaCl pada sampel. Semakin tinggi kadar NaCl maka semakin tinggi kadar abunya. Pemberian NaCl menyebabkan pertambahan jumlah mineral natrium di dalam daging ikan sehingga kadar abu juga meningkat.
Kadar Protein Ikan Kering Pada penentuan kadar protein ikan kering, hasil yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Kadar Protein Ikan Kering
Kode Sampel Kadar Protein (%)
A         6,54
B         13,57
C         8,97
Keterangan: A, B, C merupakan ikan kering yang masing-masing direndam dengan pengawet yang berbeda, dimana A (ikan kering dengan pengawet NaCl), B (ikan kering dengan pengawet NaCl-asap cair) dan C (ikan kering dengan pengawet asap cair).
Dari hasil yang didapatkan, ikan A, B dan C memiliki kadar protein sebesar 6,54 %, 13,57 % dan 8,97 %. Kadar protein ikan B lebih besar daripada ikan A dan C. Struktur protein A, B dan C tidak stabil sehingga mengalami denaturasi. Adanya kandungan NaCl dan asap cair memiliki tekanan osmotik yang tinggi sehingga dapat menarik air dari daging ikan serta menyebabkan terjadinya denaturasi dan koagulasi protein sehingga terjadi pengerutan daging ikan dan protein terpisah. Protein akan mengendap dan tidak mudah larut. Penambahan NaCl dan asap cair mengakibatkan kadar protein akan meningkat.3 Jadi dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ikan kering B memiliki kadar protein lebih tinggi daripada ikan kering A dan C.
Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa asap cair dapat diaplikasikan sebagai pengawet pada pembuatan ikan kering.Kualitas ikan kering yang dibuat dengan larutan NaCl–asap cair lebih bagus daripada ikan kering yang dibuat hanya dengan larutan asap cair atau pun hanya dengan larutan NaCl. Hal ini dapat dilihat dari bau yang tidak terlalu berbau asap, warna kurang coklat (hampir sama dengan warna daging ikan segar), daya simpan 63 hari, kadar air sebesar 32,89 %, kadar abu sebesar 24,40 % serta kadar proteinnya sebesar 13,57 %.
Referensi
1.         Swastawati, F.,Eko Susanto, Bambang Cahyono, Wahyu AjiTrilaksono, 2012, Quality Characteristic and Lysine Available of Smoked Fish. APCBEE Procedia Journal.,No. 2, hal. 1–6
2.         Kostyra, E., Nina Baryłko-Pikielna, 2006, Volatiles Composition and Flavour ProfileIdentity of Smoke Flavourings. Food Quality and Preference Journal.,No. 17, hal. 85-95
3.         Visciano, P., M. Perugini, F. Conte, M. Amorena, 2008, Polycyclic Aromatic Hydrocarbons in Farmed Rainbow Trout(Oncorhynchus mykiss) Processed by Traditional Flue Gas Smoking and by Liquid Smoke Flavourings.Food and Chemical Toxicology Journal., No. 46, hal. 1409–1413
4.         Alcicek, Z., 2011, The Effects of Thyme (Thymus vulgaris L.) Oil Concentration on Liquid-SmokedVacuum-Packed Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss Walbaum, 1792) FilletsDuring Chilled Storage.Food Chemistry Journal., No. 128, hal. 683–688
5.         Prananta, J., 2008, Pemanfaatan Sabut dan Tempurung Kelapa serta Cangkang Sawit untuk Pembuatan Asap Cair Sebagai Pengawet Makanan Alami.  Skripsi., Universitas Malikussaleh, Aceh
6.         Sudarmadji, S.,1984, Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian, Liberty Yogyakarta, hal. 77
7.         Standar Nasional Indonesia, 1992, Cara Uji Makanan         dan      Minuman, Departemen Perindustrian, hal. 4 dan 7-9
8.         Wahyuni, R., 2007, Pengaruh persentase dan lama perendaman asap cair terhadap kualitas sosis asap ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Primordia., Vol. 3 No. 2, hal. 95-104
9.         Zainuddin, Muhammad, 2010, Studi tentang teknik pengolahan ikan kering jambal roti di ud. joyo desa brondong kecamatan brondong kabupaten lamongan propinsi Jawa Timur., Praktek Kerja Lapangan., Universitas PGRI Ronggolawe, Tuban
10.       Arizona R., Edi Suryanto dan Yuny Erwanto, 2011, The effect of canary shell liquid smoke concentration and storage timeon chemical and physical quality of beef. Buletin Peternakan., Vol. 35 No. 1, hal. 50-56
11.       Rahmani, Yunianta dan Erryana Martati, 2007, Effect of wet salting method on the characteristic of salted snakedhead fish (Ophiocepalus striatus). Jurnal Teknologi Pertanian., 8
(3), hal. 142-152