Friday, January 31, 2014

RAWAI UNTUK IKAN CUCUT

January 31, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Kegiatan penangkapan ikan adalah kegiatan yang sifatnya berburu, yang dilakukan di  laut  guna  menangkap  ikan  yang  layak  konsumsi.  Berbagai  jenis  alat tangkap telah dikembangkan untuk membantu mempermudah proses berburu di laut. Alat tangkap dikembangkan dengan mengacu pada tingkah laku jenis ikan dan habitat dimana ikan berada. Berdasarkan habitat dimana ikan berada, sumber daya ikan dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu ikan pelagis (permukaan) dan ikan demersal (ikan dasar). Jenis-ienis ikan dasar, biasanya adalah ikan karnivora yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti; ikan-ikan karang, kerapu, cucut, dsb. Sesuai dengan karakteristik habitat dan tingkah laku ikan dasar, kemudian dikembangkan beberapa alat tangkap, seperti; pancing, jaring dasar dan rawai dasar.
Pancing rawai dasar merupakan salah satu jenis alat tangkap dasar yang cukup produktif. Disamping mudah dari sisi pengoperasiannya, alat tangkap ini juga relatif murah dari sisi pembiayaannya. Sebagai akibatnya, alat tangkap pancing rawai dasar cukup tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia.
Pengguna terbesar pancing rawai dasar adalah nelayan yang mempunyai penghasilan menengah ke bawah, karena pancing rawai dasar memerlukan biaya yang relatif kecil sehingga terjangkau oleh nelayan kecil. Sebagian besar pengguna pancing rawai dasar adalah nelayan tradisional dan berpendidikan rendah.
Hasil tangkapan pancing rawai dasar, umumnya adalah ikan karnivora yang mempunyai daging lezat. Disamping itu, mutu ikan yang tertangkap dengan pancing juga mempunyai mutu yang lebih baik jika dibandingkan dengan alat tangkap lain.
Sehingga ikan-ikan hasil tangkapan pancing rawai dasar mempunyai harga yang relatif mahal dibandingkan dengan jenis hasil tangkapan lainnya. Hasil tangkapan pancing rawai dasar selain dijual ke restoran-restoran sea food, juga diperuntukkan untuk komoditas ekspor.
Deskripsi Singkat 
Pancing rawai dasar atau dalam bahasa asingnya adalah long line, adalah alat tangkap yang terdiri dari rangkaian tali-temali yang disambung-sambung sehingga merupakan tali yang panjang dengan beratus-ratus tali cabang. Ayodhyoa (1981) menyatakan bahwa alat tangkap rawai dasar terdiri dari tali utama (main line), tali cabang (branch line), tali pelampung, bendera, pelampung tali pancing, pancing dan tali-temali lainnya. Prinsip kerja dari pancing rawai dasar adalah memikat ikan untuk memakan umpan pada mata pancing yang merupakan perangkap bagi target tangkapan.

Penggunaan teknologi untuk mengoperasikan  pancing  rawai  dasar  relatif masih  sederhana. Pengembangan teknologi dapat diterapkan     dalam  proses pemasangan pancing    atau penggulungan      pancing. Mengingat pancing            ulur menggunakan tali pancing yang panjang, maka dalam proses pemasangannya (setting) sering terjadi kecelakaan ketika tali pancing utama kusut. Demikian juga dalam proses penarikannya, tidak jarang karena ikan terjerat di tali pancing, tali pancing juga kusut. Untuk mengatasinya, biasanya digunakan line hauler.Rawai dasar adalah suatu alat tangkap yang berbentuk tali panjang yang dibentangkan secara horizontal, pada tali panjang diikatkan tali-tali lain yang teratur secara vertikal. Pada ujung tali vertikal diikatkan mata pancing dan dipasang di dasar perairan dengan bantuan pemberat. Untuk mengetahui adanya alat tangkap di perairan digunakan tanda dengan bantuan pelampung yang dihubungkan oleh tali pelampung. Jenis rawai dasar yang telah umum dikenal berdasarkan jenis ikan tujuan penangkapan adalah rawai kakap dan rawai cucut.
Konstruksi
Tali utama dan bahan PE dengan diameter 8 mm. Tali cabang dan bahan PE dengan diameter 5 mm. Panjang tali cabang 8 m dengan jarak antara tail cabang 24 m. Mata pancing nomor 6 dan 7 yang terbuat dari bahan baja putih. Tali pelampung dan bahan PE dengan diameter 5 mm sepanjang 11 meter. Pelampung pelastik kurang lebih 300 gram dengan diameter 26 cm. Bendera tanda dengan panjang tiang 5-7 m dengan diameter 4-5 cm, batu kali 9 kg dan pelampung dan bahan styrofoam.
Metode pengoperasian
a. Setting
Setting  (penurunan  alat  tangkap)  dilakukan  pada  bagian  buritan kapal oleh 4  orang yang masing-masing menangani pekerjaan masing- masing. Orang pertama  manangani pemasangan umpan pada  mata pancing yang sekaligus melempar branch line, orang kedua bertugas mengulurkan/membuang main line, orang ketiga mempersiapkan tali-tali pelampung, bendera dan pemberat serta basket dan orang keempat mengemudikan kapal selama operasi berlangsung.
Setting diawali dengan merangkai ujung-ujung main line dengan tali-tali pemberat dan  tali-tali  pelampung  yang  kemudian  dilemparkan  ke  laut, setelah itu diteruskan dengan mengulur main line dan melempar branch line dan mata pancing yang telah dilengkapi umpan. Pada saat hampir menyelesaikan  penurunan  satu  basket  rawai  dasar, maka pada ujung akhir dari main line basket pertama diikatkan lagi tali-tali yang telah dilengkapi  pemberat  dan  pelampung.  Demikian  seterusnya  sampai pada keseluruhan basket yang diperlukan ( setting ini dilakukan dalam keadaan kapal berjalan pelan dan tetap pada haluannya).Operasi penangkapan dimulal pada sore hari.
b. Hauling
Hauling (menarik alat tangkap) dilakukan 2 jam setelah setting dan dapat ditangani oleh 4 -5 orang.
Orang  pertama  dan  kedua  masing-masing  melakukan  penarikan main line dan branch line yang sekaligus melepas ikan hasil tangkapan dari mata  pancing,  orang  ketiga  menangani  hasil  tangkapan  dan  menyusun serta merapikan alat tangkap pada masing-masing basket, orang keempat rnengemudikan kapal (hauling ini dilakukan dalam keadaan kapal melaju pelan).
Pekerjaan hauling diawali dengan menaikkan pelampung dan pemberat yang diikuti dengan main line dan branch line serta melepas/memungut hasil-hasil tangkapan. Pekerjaan ini dilakukan di haluan kapal.
Sebelum dilakukan operasi penangkapan terlebih dahulu dilakukan persiapan yang terdiri dari persiapan alat tangkap, persiapan perbekalan kapal dan persiapan perbekalan nelayan kurang lebih untuk satu minggu.
Pengoperasian terdiri dari pemasangan umpan serta mempersiapkan pelampung, setting yang diawali dengan penurunan bendera tanda, hauling dan pengangkatan hasil tangkapan dengan menggunakan ganco. Pada saat hauling mesin tetap dihidupkan agar penarikan rawai lebih ringan.
Daerah penangkapan
Daerah penangkapan   (fishing ground) yakni pada    perairan dengan kedalalaman antara 30 - 75 m dengan dasar perairan lumpur campur pasir (hal ini dapat diketahui dari peta laut atau dari nelayan yang berpengalaman) atau didekat daerah perairan berkarang.Operasi penangkapan dilakukan pada perairan yang memiliki kedalaman 42- 93 meter.
Umpan pada perikanan rawai dasar sangat diperlukan, umpan yang digunakan  adalah  ikan  segar  beku,  tetapi  pada  saat  ini  dipergunakan  pula umpan hidup yaitu dengan umpan bandeng.Musim penangkapan
Kecuali pada musim barat di mana kegiatan penangkapan agak terganggu karena kondisi cuaca, operasi penangkapan tetap berjalan.
Pemeliharaan alat
Pemeliharaan alat tangkap sebaiknya setelah alat dipakai dicuci dengan air tawar, bagian yang rusak diperbaiki, dikeringkan di tempat yang tidak kena sinar matahari secara langsung dan disimpan ditempat yang bersih.

Thursday, January 30, 2014

JENIS IKAN LAUT YANG EKONOMIS

January 30, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Indonesia yang beriklim tropis, termasuk perairan tropis, terkenal kaya dalam perbendaharaan jenis-jenis ikannya. Berdasarkan penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia. Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90 %) hidup di perairan laut dan sisanya 300 jenis (10 %) hidup di perairan air tawar dan payau. Dari jumlah tersebut diatas tidak semua tergolong ikan ekonomis penting.
Pengertian ekonomis penting yang dimaksud adalah mempunyai nilai pasaran yang tinggi volume produksi macro yang tinggi dan luas, serta mempunyai daya produksi yang tinggi. Untuk dapat dipahami, bahwa ikan-ikan tersebut tidak hanya dimaksudkan jenis- jenis ikan yang memang mempunyai kwalitas baik dengan nilai harga yang baik pula, seperti ikan kakap, tenggiri, tongkol, tuna, cakalang, slengseng, kembung, bawal hitam, bawal putih, bambangan, kerapu, lencam, ekor kuning, beronang, Alu-alu, kuweh dan lain- lain. Akan tetapi juga jenis-jenis ikan yang kualitas rendah dengan harga murah namun disini secara macro daya produksinya tinggi, misalnya; teri, petek, kerong-kerong, gerot- gerot, gulamah, selar, japuh, tembang, sembulak, lemuru, layang, julung-julung, torani, kurisi, beloso, nomei, manyung, belanak, cucut, pari dan lain-lain (DIRJEN PERIKANAN 1979,   KATIANDAGHO KUMAJAS, 1989).
Dalam klasifikasi harga seperti yang disebut, sangat murah, murah, sedang, agak mahal, mahal, sebenarnya sepintas lalu saja orang sudah dapat mengetahui kualitas jenis-jenis ikannya, walaupun diakui disini ada beberapa jenis ikan seperti ikan layaran, setuhuk, ikan pedang, remang, yang tergolong kualitas baik, tetapi nilai harganya termasuk murah. Tentu saja hal ini hanya termasuk pengecualian dan terdapat hanya pada daerah-daerah tertentu yang berhubungan dengan kepercayaan penduduk setempat, maka ikan-ikan tersebut kurang disukai orang (DIRJEN PERIKANAN, 1979).
SAMPEKALO & HARIKEDUA (1982), menyatakan bahwa di Indonesia terdapat 68 jenis-jenis ikan ekonomis penting yang tersebar di seluruh perairan Nusantara. Jenis-jenis ikan ekonomis penting yang ada di Indonesia tidak semua laku di pasaran luar negeri. Di Singapura, jenis ikan laut ekonomis penting yang mempunyai permintaan cukup tinggi antara lain: ikan kerapu, beronang, dan ik an   k a kap   me r a h .   Sed a ngkan   un t uk pasaran Jepang, selain ikan-ikan tersebut juga ikan cakalang dan tuna (SUSILOWATI, BUDIHARJO & MANADIYANTO, 1994).
BALAI PENELITIAN PERIKANAN LAUT (1994) mencatat sebanyak 82 jenis ikan laut ekonomis penting di Indonesia. Angka ini belum mencakup ikan yang berasal dari air tawar dan air payau. Jumlah 82 jenis tersebut masih sedikit dan belum menggambarkan jumlah sebenamya ikan-ikan ekonomis penting di perairan Indonesia. Penulis terdorong untuk menulis karena masih melihat peluang untuk melengkapi kekurangan data, sehingga hasil yan g  diperoleh  dapat mendekati  angka sebenarnya.
JENIS - JENIS IKAN EKONOMIS PENTING
Manyung, Arius thallassinus (Ariidae); hidup didasar, muara sungai, daerah pantai sampai tempat-tempat dalam. Termasuk ikan buas, makanannya adalab organisme dasar (kerang-kerangan, udang, dan ikan). Ikan ini dapat mencapai panjang maksimum 150 cm, sedang umum tertangkap 25 - 70 cm. Penangkapan dengan trawl, jaring insang dan pancing. Di pasarkan dalam bentuk segar, umumnya dalam bentuk asin kering yang biasa disebut “jambal roti” (mahal harganya) Daerah penyebaran; seluruh perairan pantai, lepas pantai Indonesia terutama Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulsel, Arafura. Ke utara meliputi sepanjang pantai India, Thailand, sepanjang pantai Laut Cina Selatan. Ke selatan pantai Australia kecuali bagian selatan benua tersebut.
Triger   cepluk, Balistapus
causpisillum (Balistidae); hidup di perairan dangkal terumbu karang, panjang ikan dapat mencapai 50 cm. Dipasarkan sebagai ikan hias (harga sangat mahal). Daerah penyebaran; perairan karang, perairan dangkal terutama sekitar Banyuwangi, Nusa Penida (Bali)
Cendro,  Tylosurus  crocodilus
(Belonidae); hidup di lapisan permukaan menyendiri, ukuran ikan ini dapat mencapai panjang 100 cm dan yang umum tertangkap
60-70   cm.     Tergolong        ikan     pelagis, penangkapan dengan pancing layang-layang, jaring insang hanyut, dipasarkan dalam bentuk segar           dengan            harga   sedang.  penyebaran; sepanjang pantai perairan yang berbatasan laut dalam terutama perairan Indonesia bagian timur, selatan Jawa, barat Sumatera, dan Selat Sunda.
Puka putih, Caranx melampygus (Carangidae); hidup diperairan karang, terumbu karang, menyendiri atau membentuk gerombolan kecil, dapat mencapai panjang ikan 75 cm dan yang umum 30-60 cm. Tergolong ikan pelagis kecil, penangkapan dengan pancing, bubu, jaring insang, muroami, soma  malalugis, dipasarkan  dalam bentuk segar, asin kering (harga agak mahal). Daerah penyebaran; daerah perairan karang seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna dan ke selatan sampai perairan tropis Australia.
Ikan Kuwe, Caranx sexfasciatus (Carangidae); hidup di perairan dangkal, terumbu karang, membentuk gerombolan kecil, dapat mencapai panjang ikan 75 cm, umumnya 50 cm. Termasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil, krustasea, penangkapan dengan pancing, bubu, jaring klotok, moroami jaring insang. Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering (harga agak mahal). Daerah penyebaran; sepanjang pantai dangkal, perairan karang Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna.
Ikan Kwee, Carangoides chrysophrys (Carangidae); hidup bergerombol perairan pantai yang dangkal, dapat mencapai panjang 40 cm, umumnya 20 - 30 cm. Termasuk ikan buas, penangkapan dengan jaring insang, bubu, purse seine, pancing, kadang-kadang masuk trawl, moroami. Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering (harga tergolong agak mahal). Daerah penyebaran; perairan pantai, terumbu karang seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna ke selatan sampai perairan tropis Australia.

Kwee ramping, Carangoides ciliarius (Carangidae); hidup diperairan pantai, terumbu karang, membentuk gerombolan kecil panjang ikan dapat mencapai 60 cm. umumnya
30 cm. Termasuk ikan buas, makanannya ikan- ikan kecil, krustasea, penangkapan dengan pancing, bubu, muroami, kadang-kadang masuk dalam jaring trawl.Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering (harga agak mahal). Daerah penyebaran; perairan pantai, terumbu karang di Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna, ke selatan sampai perairan tropis Australia.
Kwee  rombeh,  Alectis  indicus
(Carangidae); hidup diperairan pantai yang
dangkal, panjang ikan dapat mencapai 75 cm, umumnya 40 cm. Termasuk ikan buas, penangkapan dengan pancing, bubu, jaring klotok, muroami, purse seine. Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, harga agak mahal. Daerah penyebaran; perairan pantai seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, ke selatan sampai perairan tropis Australia.
Kwee macan, Gnathanodon speciosus (Carangidae); hidup diperairan pantai, perairan karang, terumbu karang, bergerombol kecil, panjang ikan dapat mencapai panjang 75 cm, umumnya 30-50 cm. Tergolong ikan pelagis kecil, ikan buas. Tertangkap dengan pancing, bubu, jaring klotok, muroami, purse seine, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering, harga agak mahal.
Layang,           Decapterus      russelli
(Carangidae); hidup diperairan lepas pantai, kadar garam tinggi, membentuk gerombolan besar, dapat mencapai panjang 30 cm, umumnya 20-25 cm. termasuk pemakan plank- ton, penangkapan dengan payang, jala lompo, jaring insang, purse seine, pukat langgar, pukat banting. Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, asin rebus (pindang), harga sedang.
Daerah penyebaran; Laut Jawa, Selat Makassar, Selayar, Ambon, Selat Bali, Selat Sunda, Selat Madura, Selat Malaka, Laut Flores, Arafuru.
Layang            deles,   Decapterus
macrosoma (Carangidae); hidup bergerombol diperairan lepas pantai, daerah daerah pantai laut dalam, kadar garam tinggi, panjang ikan dapat mencapai 40 cm, umumnya 25 cm. Termasuk ikan pelagis kecil, pemakan plank- ton penangkapan dengan purse seine, payang, jaring insang, pukat buton, jala lompo. Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, harga sedang. Daerah penyebaran; Selat Bali, Laut Banda, Ambon, Selat Makassar, dan Sangihe, Teluk Benggala, Philipinna, dan Laut Cina Selatan.
Selar kuning, Selaroides leptolepis (Carangidae); hidup bergerombol, perairan pantai panjang ikan dapat mencapai 20 cm, umumnya 15 cm. Termasuk ikan buas, pemakan ikan kecil dan udang-udang kecil, penangkapan dengan payang, purse seine, sero, jaring insang, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering, asin-rebus, harga sedang. Daerah penyebaran; daerah pantai seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai laut Cina Selatan. Ke selatan meliputi perairan tropis Australia.
Selar tetengkek, Megalaspis cordyla (Carangidae); hidup diperairan pantai sampai kedalaman 60 m, dapat mencapai panjang 40 cm, umumnya 30 cm. Termasuk ikan pelagis kecil yang buas, penangkapan dengan bubu, Jaring insang, pancing, payang, purse seine, tonda, dipasarkan dalam bentuk segar, asin- kering, harga agak mahal. Daerah penyebaran; daerah pantai, perairan karang seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna dan ke selatan sampai perairan tropis Australia.
Selar bentong, Selar crumenophthalmus (Carangidae); hidup bergerombol, diperairan pa nt ai kedalama n 80 cm, mencapai panjang 30 cm, umumnya 20 cm. Termasuk ikan pelagis kecil, ikan buas, penangkapan dengan pancing, bubu, jaring klotok, payang dan sejenisnya, purse seine, pukat banting, pukat selar, termasuk ikan buas,makanannya ikan-ikan kecil, krustasea, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering, asin-rebus, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna, perairan tropis Australia.
Cipa-cipa, Atropus      atropus (Carangidae); hidup bergerombol kecil, panjang ikan dapat mencapai 30 cm, umumnya
20 cm, penangkapan dengan macam - macam
perangkap, jaring klotok, muroami,jaring insang, purse seine, kadang-kadang masuk trawl. Termasuk ikan pelagis kecil, ikan buas, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna, perairan tropis Ausatralia.
Daun  bambu,  Chorinemus  tol
(Carangidae); hidup disepanjang pantai, masuk diteluk-teluk, dapat mencapai panjang 75 cm, umumnya 30-50 cm. Tergolong ikan pelagis kecil, penangkapan dengan jaring insang, sero, payang, pancing, bubu, jermal. Daerah penyebaran; terdapat di seluruh perairan pantai Indonesia, dan perairan Indo-Pasifik lainnya (Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna), ke selatan sampai perairan Australia.
Talang-talang, Chorinemus tala (Carangidae); hidup diperairan pantai, membentuk gerombolan kecil, dapat mencapai panjang 50 cm, umumnya 30 cm. Termasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil, penangkapan dengan pancing, bubu, jaring insang, payang, purse seine, sero, jermal. Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai / seluruh Indonesia, Teluk Benggala
Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan, Philipinna, ke selatan sampai perairan tropis Australia.
Baji-baji,  Seriola  nigrofasciatus
(Carangidae); hidup menyendiri atau membentuk gerombolan kecil, dapat mencapai panjang 60 cm, umumnya 40 cm. Tergolong ikan pelagis kecil, tetapi hidupnya cenderung di dasar. Penangkapan dengan trawl, bubu, dipasarkan dalam bentuk segar, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna, perairan Australia.
Sunglir  (Salem), Elagatis bipinnulatus (Carangidae); hidup diperairan pantai karang- karang, menyendiri atau membentuk gerombolan kecil, dapat mencapai panjang 90 cm, umumnya 30-50 cm. Tergolong ikan pelagis, karang, penangkapan dengan muroami, pancing tonda, jaring insang, purse seine.
 Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai, terumbu karang seluruh Indonesia, melebar sampai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan, Philipinna, ke selatan sampai perairan Australia (gambar 1).
Cucut, Hemigaleus     balfouri
(Carcharinidae); hidup diperairan pantai, lepas pantai. Termasuk ikan buas, makanannya berbagai jenis ikan, moluska, krustasea, tergolong cucut kecil, ikan demersal, juga ikan pelagis, penjelajah lautan. Penangkapan terutama dengan rawai cucut, rawai tuna, trawl dasar, kadang-kadang terbelit pada jaring insang. Dipasarkan daiam bentuk asin kering, dipotong-potong, segar, harga murah, sirip-siripn ya  me mpunyai     kedud ukan tersendiri dalam perdagangan, harganya mahal. Daerah  penyebaran;  terdapat  diseluruh perairan  Indonesia  d an perairan  lain di Indo-Pasifik.

Wednesday, January 29, 2014

PENGGUNAAN ALAT TANGKAP CANTRANG

January 29, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Alat Tangkap Cantrang
George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Alat tangkap cantrang dalam pengertian umum digolongkan pada kelompok Danish Seine yang terdapat di Eropa dan beberapa di Amerika. Dilihat dari bentuknya alat tangkap tersebut menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil.
Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.
2. Sejarah Alat tangkap Cantrang
Danish seine merupakan salah satu jenis alat tangkap dengan metode penangkapannya tanpa menggunakan otterboards, jaring dapat ditarik menyusuri dasar laut dengan menggunakan satu kapal. Pada saat penarikan kapal dapat ditambat (Anchor Seining) atau tanpa ditambat (Fly Dragging). Pada anchor seining, para awak kapal akan merasa lebih nyaman pada waktu bekerja di dek dibandingkan Fly dragging. Kelebihan fly dragging adalah alat ini akan memerlukan sedikit waktu untuk pindah ke fishing ground lain dibandingkan Anchor seining (Dickson, 1959).
Setelah perang dunia pertama, anchor seining dipakai nelayan Inggris yang sebelumnya menggunakan alat tangkap Trawl. Dari tahun 1930 para nelayan Skotlandia dengan kapal yang berkekuatan lebih besar dan lebih berpengalaman menyingkat waktu dan masalah pada anchor seining pada setiap penarikan alat dengan mengembangkan modifikasi operasi dengan istilah Fly Dragging atau Scotish Seining. Pada Fly Dragging kapal tetap berjalan selagi penarikan jaring dilakukan.
Dilihat dari bentuknya alat tangkap cantrang menterupai payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang menyerupai trawl, yaitu untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang. Dibanding trawl, cantrang mempunyai bentuk yang lebih sederhana dan pada waktu penankapannya hanya menggunakan perahu motor ukuran kecil. Ditinjau dari keaktifan alat yang hampir sama dengan trawl maka cantrang adalah alat tangkap yang lebih memungkinkan untuk menggantikan trawl sebagai sarana untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan demersal. Di Indonesia cantrang banyak digunakan oleh nelayan pantai utara Jawa Timur dan Jawa Tengah terutama bagian utara (Subani dan Barus, 1989)
3. Prospektif Alat Tangkap Cantrang
Setelah dikeluarkannya KEPRES tentang pelarangan penggunaan alat tangkap Trawl di Indonesia tahun 1980, maka cantrang banyak dipilih nelayan untuk menangkap ikan demersal, karena dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang ini hampir memiliki kesamaan dengan jaring trawl.Indonesia  sebagai  negara  kepulauan  memiliki  potensi  perikanan  yang sangat besar dan beragam. Indonesai memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan 70% dari luas Indonesia adalah lautan (5,8 juta km2) (Budiharsono,  2001). Komisi Nasional Pengkajian  Sumberdaya  Perikanan Laut dalam   Budiharsono   (2001)   melaporkan   bahwa   potensi   lestari   sumberdaya perikanan laut Indonesia adalah sebesar 6,4 Juta ton/tahun dengan porsi terbesar dari jenis ikan pelagis kecil yaitu sebesar 3,2 juta ton pertahun (52,54 %), jenis ikan demersal 1,8 juta ton pertahun (28,96%) dan perikanan pelagis besar 0,97 juta  ton  pertahun  (15,81%).
Potensi  sumberdaya  perikanan  yang  sangat  besar tersebut sesungguhnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tapi sampai saat ini  potensi  tersebut  belum dioptimalkan (Efendy,2001)
Secara  nasional  potensi  lestari  perikanan  Indonesia  (6,4 juta ton/tahun baru termanfaatkan sebesar 63,5% atau sebesar 4,1 juta ton/th (63,3%). Terlihat tingkat pemanfaatan (exploitation rate) masih jauh dari potensi lestarinya. Akan tetapi untuk wilayah tertentu terutama di sekitar pulau-pulau yang padat penduduknya  (Pulau  Jawa bagian  utara, Selat  malaka,  Selat Bali, dan lainya) maka tingkat pemanfataanya  sudah  mendekati  bahkan  melebihi  ambang  kritis (overfishing)  (Squires, 2003; Susilowati,  2002; Nikijuluw,  2002; Dahuri et al, 2001). Di Laut Jawa hampir semua jenis sumber daya ikan di exploitasi secara berlebih  yaitu  Ikan  pelagis  besar  250,85%;  Ikan  pelagis  kecil  149,27%;  Ikan karang konsumsi 509,79%; udang peneid 463,68%; lobster 186% dan cumi-cumi sebesar 240,28. Sedangkan yang belum mencapai exploitasi berlebih adalah jenis ikan   demersal   yang   baru   mencapai   89,07%.   Secara   keseluruhan   tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di laut Jawa sampai dengan tahun 2001 mencapai sebesar 137,38. (lihat Tabel .1)
Tabel 1
Estimasi potensi, produksi dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di Laut Jawa Tahun 2001


No

Kelompok Sumber Daya
Potensi
Produksi
Pemanfaatan
(103 ton/tahun)
(103 ton/tahun)
(%)
1
Ikan Pelagis besar
55,00
137,82
250,58
2
Ikan pelagis kecil
340,00
507,53
149,27
3
Ikan demersal
375,20
334,2
89,07
4
Ikan karang konsumsi
9,50
48,24
507,79
5
Udang Peneid
11,40
52,86
463,68
6
Lobster
0,50
0,93
186,00
7
Cumi-cumi
5,04
12,11
240,28
Total (Seluruhnya)
796,64
1094,41
137,38
Sumber: Pusat Riset Perikanan Tangkap, 2001

Dari segi potensi wilayah, laut Jawa relatif  kecil dibandingkan  wilayah lain, namun armada penangkapan perikanan pada daerah ini sangat banyak. Hal ini disebabkan pertambahan jumlah penduduk yang tinggi dan selama ini sektor perikanan kebanyakan merupakan lahan pekerjaan yang sangat fleksibel dalam menampung   pengangguran  yang semakin tinggi. Akibatnya terjadi eksploitasi sumberdaya  perikanan  yang  berlebihan  sehingga  tangkap  lebih  (over  fishing) kebanyakan  terjadi  di  perairan  yang  padat  penduduknya.  Hal  ini  diperparah dengan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan dan fasilitas penunjang lain yang terkonsentrasi di Pulau Jawa (Khusnul, dkk, 2003)
Kontribusi   perikanan   Laut  Jawa  terhadap   ekonomi   nasional   sangat penting. Pada tahun 1997 perikanan Laut Jawa memberikan  kontribusi sekitar 31% dari produksi perikanan laut nasional (Purwanto, 2002 dalam Khusnul dkk, 2003). Karakteristik nelayan   di  Laut  Jawa  umumnya   merupakan   nelayan berskala kecil (small scale fishery) dengan alat tangkap tradisional dan Perahu yang   digunakan   dibawah   5   GT.   Anggapan   Laut   yang   open   acces   oleh masyarakat  berakibat  terjadi  kompetisi  bebas  antara  nelayan  berskala  kecil dengan  nelayan  berskala  besar  (large  scale  fishery).  Pada  umumnya  nelayan kecil menggunakan alat tangkap yang kurang produktif, sehingga mereka selalu kalah.  Hal  ini  mengakibatkan  kemiskinan  pada  nelayan  kecil  (Khusnul  dkk, 2003). Dengan sifat tradisional/konvensional  menjadikan  banyak nelayan kecil yang belum mampu menggunakan input-input secara baik  (masih sembarangan dan belum mengetahui seberapa besar input yang seharusnya digunakan).
Jawa Tengah memiliki garis pantai 791,76 km terdiri atas panjang pantai utara 502,69 km dan panjang pantai selatan 289.07 km. Propinsi Jawa tengah memiliki potensi sumberdaya perikanan laut yang sangat besar berupa berbagai jenis  ikan  pelagis  kecil  (small  pelagic)  dan  ikan  damersal  sebesar  796,640 ton/tahun (laut jawa) dan potensi udang   seperti tuna, Hiu, dan lain sebagainya (samudra Indonesia sebesar 1.076.890 ton/tahun) (Renstra, 2003). Nilai Produksi perikanan Jawa Tengah mengalami  fluktuasi dari tahun 1999-2002.  Walaupun hampir  semua  jenis  sumber  daya  ikan  di  Laut  Jawa  sudah  tangkap  lebih (overfishing)  namun  produksi  perikanan  laut mengalami  pertumbuhan  sebesar 0,36%  sedangkan  pertumbuhan  nilainya  mencapai  6%  (table.1.2). Hal ini mengindikasikan  pemanfaatan  perikanan  di laut Jawa semakin  besar sehingga pihak yang berwenang harus  mengontrol  exploitasi  sumber  daya  ikan  di laut Jawa dan mengarahkan ke wilayah pengelolaan perikanan yang masih bisa dikembangkan serta melakukan tindakan pengelolaan yang rasional (pembatasan hasil tangkapan dan atau upaya penangkapan).
Susilowati,  (2003).
Karakteristik
Menurut George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Dilihat dari bentuknya alat tangkap cantrang menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapan cantrang menyerupai trawl yaitu untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang, tetapi bentuknya lebih sederhana dan pada waktu penangkapannya hanya menggunakan perahu layar atau kapal motor kecil sampai sedang. Kemudian bagian bibir atas dan bibir bawah pada Cantrang berukuran sama panjang atau kurang lebih demikian. Panjang jarring mulai dari ujung belakang kantong sampai pada ujung kaki sekitar 8-12 m.
HASIL TANGKAPAN
Hasil tangkapan dengan jaring Cantrang pada dasarnya yang tertangkap adalah jenis ikan dasar (demersal) dan udand seperti ikan petek, biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah, pari, cucut, gurita, bloso dan macam-macam udang (Subani dan Barus, 1989).
DAERAH PENANGKAPAN
Langkah awal dalam pengperasian alat tangkap ini adalah mencari daerah penangkapan (Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:
1. Di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun.
2. Alat tangkap dapat dioperasikan denagn mudah dan sempurna.
3. Lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu.
4. Keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang membahayakan.
Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap Cantrang hampir sama dengan Bottom Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl antara lain adalah sebagai berikut:

Ø Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari pasir ataupun Lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-benda yang mungkin akan menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam, bekas-bekas tiang dan sebagainya.
Ø Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok.
Ø Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah.