Saturday, September 29, 2012

Pengkulturan Cacing Tubifex

September 29, 2012 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Cacing tubifex merujuk kepada sejenis cacing dari alam animalia, filum annelid dan genus tubificid. Spesies cacing ini secara biogeografinya mempunyai gaya pelataan metropolitan (metropolitan distribution), dimana ia boleh ditemukan hampir kebanyakkan tempat diseluruh dunia dan dilihat rentan dengan perbandingan atau perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu dan tidak seragam. Habitat atau biotope cacing ini merangkumi kawasan mendapan di tasik, sungai, dan kadang-kala boleh merebak ke kawasan berair kumbahan. ia juga boleh ditemukan hampir kesemua persekitaran kolam, dan akuarium. At least 13 species of
Cacing tubifex mudah untuk dikenal pasti, jumlah bilangannya dalam sesuatu koloni biasanya banyak, bertimbun dan sukar untuk dikira. Namun spesies ini jika dilihat mudah untuk dibezakan dengan spesies lain. Ia juga boleh hidup dengan baik dalam kolam, akuarium dan tasik yang tercemar dengan enapan bahan organik yang tinggi, dimana biasanya haiwan akuatik lain tidak mampu bertahan.Usaha budidaya ikan air tawar menunjukkan perkembangan yang kian pesat saat ini. Jenis ikan yang dibudidayakan juga semakin beragam, mulai dari ikan konsumsi hingga ikan hias. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya ikan adalah ketersediaan pakannya. Jenis pakan yang diberikan pada ikan berupa pakan alami maupun pakan buatan, dan ketersediaan pakan alami merupakan faktor penting dalam usaha budidaya ikan khususnya pada kegiatan pembenihannya.
Pakan alami yang dimaksud mencakup fitoplankton, zooplankton dan bentos. Fitoplankton, zooplankton dan bentos berperan sebagai sumber karbohidrat, lemak, protein dengan susunan asam amino yang lengkap serta mineral bagi larva atau benih ikan. Disamping mengandung gizi yang lengkap dan mudah dicerna, pakan alami juga tidak mencemari lingkungan perairan dan media pemeliharaan. Salah satu jenis pakan alami yang dibudidayakan di BPBAT Tatelu antara lain cacingTubifex sp (cacing rambut), jenis pakan alami ini mempunyai arti penting dalam dunia budidaya, terutama untuk benih ikan patin, lele, gurame dan benih sidat (Glass eel).
Makanan Cacing tubifex boleh memakan banyak sumber organik yang mereput dikawasan air, memakan detritus, dan makanan berasaskan sayuran dan tumbuhan yang biasanya boleh dilihat ditepi longkang, sungai atau parit.
Pengkulturan Cacing tubifex
Sekurang-kurangnya terdapat 2 spesies cacing Tubifex yang dibiakkan untuk tujuan komersial. Tujuannya sebagai sumber makanan berprotein tinggi untuk ikan. Cacing tubifex yang berwarna merah iaitu Tubifex tubifex biasanya lebih besar. Manakal spesies hitam disebut "cacing hitam". Cacing tubifex mudh untuk dikultur, penghasilan individu sepunya baharu boleh mucul hanya semalaman dalam koloni yang kecil.
Penghasilan baka berskala besar boleh dibuat dalam bekas tebal berukuran 50- hingga 75-mm, atau kolam yang dalamnya terdapat mendapan organik, seperti sebatian sayuran, lebihan jisim bran dan roti. Aliran air tenang berterusan mesti dikawal supaya cacing tidak boleh dihanyutkan. Selain itu sistem perparitan juga mesti diselenggara dengan baik supaya tidak terlalu tercemar. Kemudian adunkan induk-induk Cacing tubifex yang diperolehi dari terusan atau kawasan kumbahan terdekat. Dalam tempoh 15 hari sahaja, lambakan kluster cacing akan terbentuk diatas mendapan, lalu buangkan lebihan mendapan. cacing tubifex akan muncul ke permukaan kerana memerlukan kepekatan oksigen yang tinggi untuk hidup, ambil cacing yang telah naik ke permukaan bilas dengan air bersih yang tenang untuk membuang kotoran pada tubuhnya. Cacing yang sudah dibersihkan boleh dijual segar atau disejuk bekukan dalam bentuk kiub.Cacing tubifex bersifat hermafrodit: seekor cacing mempunyai dua alat kelamin baik jantan (testis) dan betina (ovari). Organ pembiakan ini terletak di bahagian ventral didinding badan tepatnya dibahagian kaviti selomik. Dalam spesimen yang lebih matang, organ pembiakan boleh dijumpai dengan lebih jelas deibahagian ventral badan.Cacing Tubifex sp. dikenal dengan nama cacing sutra atau cacing rambut dimana diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Animalia; Filum: Annelida; Kelas: Clitella; Sub Kelas: Oligochaeta; Ordo: Haplotaxida; Sub Ordo: Tubificina; Famili: Tubificidae; Genus: Tubifex; dan Spesies: Tubifex sp. Biota ini memiliki bentuk tubuh panjang dan sangat halus. Tubifex sp. memiliki warna tubuh yang dominan kemerah-merahan. Ukuran tubuhnya 10 – 30 mm berwarna merah kecoklatan, terdiri dari 30 – 60 segmen. Cacing ini mempunyai dinding tebal terdiri dari 2 lapis otot membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Dari setiap segmen pada bagian punggung dan perut, keluar seta dan ujung seta bercabang dua tanpa rambut. saluran pencernaannya berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus. Cacing Tubifex tidak mempunyai insang dan bentuk tubuhnya kecil dan tipis. Karena bentuk tubuhnya kecil dan tipis, pertukaran oksigen dan karbondioksida sering terjadi pada permukaan tubuh yang banyak mengandung pembuluh darah. Kebanyakan cacing Tubifexmembuat tabung pada lumpur di dasar perairan, di mana bagian akhir posterior tubuhnya menonjol keluar dari tabung bergerak bolak-balik sambil melambai-lambai secara aktif di dalam air, sehingga terjadi sirkulasi air dan cacing akan memperoleh oksigen melalui permukaan tubuhnya.
Cacing ini dapat hidup di sungai atau danau bersedimen lembek. Cacing dewasa dapat ditemukan dipermukaan sedimen dengan kedalaman 2 cm. Cacing rambut hidup diperairan dengan kondisi dasar berpasir (41,4%), tanah halus (46,0%) dan lempung (11,3%). Penyebaran cacing rambut ditentukan oleh kadar oksigen, lingkungan dan tipe dasar sedimen. Pada kadar oksigen air 1,7 mg/l dan kecepatan arus 300 sampai 600 ml/menit, pertumbuhan populasi cacing merupakan yang paling tinggi. [caption id="attachment_1101" align="aligncenter" width="300"]2Siklus hidup cacing Tubifex[/caption]
Sama seperti cacing yang lain, spesies cacing Tubifex sp ini merupakan jenis hermaprodit tetapi untuk mebuahi sel telurnya diperlukan sperma dari cacing lainya dan berkembang biak dengan car bertelur dari betina yang telah matang telur. Kebiasaan makanTubifex adalah dengan cara mencerna sedimen dan memperoleh nutrisi dengan mencerna bakteri secara selektif dan menyerap molekul melalui dinding tubuh. Untuk memacu pertumbuhan cacing Tubifex perlu penambahan pakan yang cukup. Cacing Tubifex membutuhkan suplai pakan yang mengandung bahan organik tinggi sehingga kebutuhan pakan bagi cacing Tubifex terpenuhi.
Tahapan kegiatan kultur cacingTubifex adalah sebagai berikut:
        Persiapan Bak Pemeliharaan
Bak pemeliharaan cacing Tubifex berukuran 2 x 1 m2 dan 3 x 1,5 m2. Bak dibersihkan dari segala kotoran dan diberi atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut. Setelah dicuci, bak dijemur minimal 1 hari untuk membunuh sisa kuman penyakit.
        Persiapan Bak Pemeliharaan
Bak pemeliharaan cacing Tubifex berukuran 2 x 1 m2 dan 3 x 1,5 m2. Bak dibersihkan dari segala kotoran dan diberi atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut. Setelah dicuci, bak dijemur minimal 1 hari untuk membunuh sisa kuman penyakit.
        Pembuatan Media Kultur
Komposisi substrat yang digunakan pada kultur cacing tubifex adalah sebagai berikut: Lumpur 87,8 %, Pupuk organik 5,56 % gram, Dedak halus 5,56 %, dan Tepung ikan/pellet 1,1 % dengan ketebalan substrat 7-10 cm. Bahan yang telah disiapkan dicampur rata dan tebar secara merata di dasar bak pemeliharaan yang telah disiapkan.
        Pemasukan Air
Air dimasukkan secara perlahan pada media kultur dengan mengatur debit air yang mengalir, yaitu sekitar 200 ml/detik. Kedalaman air maksimal 5 cm. Media direndam dan di biarkan selama 4 hari supaya terjadi dekomposisi. Setelah terjadi dekomposisi diharapkan pakan alami sudah mulai tumbuh dan cacing siap ditebar.
        Penebaran Bibit
Bibit cacing Tubifex ditimbang sebanyak 100 gr/m2, lalu dimasukkan kedalam ember atau baskom kemudian disiram air agar gumpalan buyar. Cacing Tubifex yang sudah terurai ini kemudian ditebar keseluruh permukaan pada media budidaya secara merata. Selanjutnya mengatur aliran air yang masuk kedalam media budidaya dan terus dikontrol agar jangan sampai media budidaya kering atau kelebihan air. Setelah bibit atau starter ditebar, kita tebar lagi ampas tahu pada permukaan media dengan maksud untuk mempercepat proses tumbuhnya cacing Tubifex.
        Pemasangan Penutup Media
Penutup dipasang diatas media kultur untuk menghindari cahaya matahari langsung.
        Pemeliharaan
Dalam masa pemeliharaan yang perlu diperhatikan adalah pengelolaan air dan pengelolaan pakan. Pengelolaan air selama pemeliharaan yaitu Debit air (Q) : 200 ml/detik = 1200 ml/menit, Volume air yang digunakan per hari = 1728 per hari dan pergantian air secara kontinyu. Sedangkan Pengelolaan pakannya yakni: waktu pemberian pakan dimulai satu minggu setelah penebaran starter cacing Tubifex yang ditandai dengan cacing tubifex mulai kelihatan dipermukaan substrat. Masa pemeliharaan cacing tubifex sekitar 3-4 minggu. Setelah semua proses selesai, selanjutnya adalah mengawasi perkembangannya hingga saat panen tiba.
        Panen
Biasanya dalam waktu 7 – 11 hari cacing sudah mulai berkembang biak dan 1 – 2 bulan kemudian sudah dapat dipanen. Panen dilakukan dengan cara panen selektif, yaitu dengan cara mengambil gumpalan cacing yang terlihat pada permukaan media. Cacing tubifex yang sudah diangkat dari media kemudian di cuci dan dibilas dengan air untuk membuang lumpurnya, kemudian didiamkan pada tempat yang gelap dan ditutup dengan kain agar cacing Tubifex keluar dari pori-pori kain dan sudah bersih 100%. Selanjutnya cacing yang sudah bersih diangkat dan ditampung pada styrofoam atau bak penampungan yang dialiri air secara terus menerus. Rata-rata produksi cacing sutera di BPBAT Tetelu adalah 25 kg perbulan.
Peremajaan budidaya cacing Tubifexjuga dilakukan yakni dengan membuang semua media budidaya pada bak budidaya cacing. Peremajaan cacing Tubifex dilakukan untuk menghasilkan cacing yang lebih halus, dikarenakan permintaan cacing yang lebih halus sangat tinggi dibandingkan dengan cacing Tubifex ukuran besar.
Mengapa cacing Tubifex ini sangat diperlukan, hal ini tidak lain karena selain praktis dan tidak mencemari air kolam, cacing Tubifex dapat dikultur secara massal dan dalam waktu singkat. Dari segi harga, cacing ini tergolong relatif murah jika dibandingkan dengan pakan benih lainnya semisal Artemia sp. yang bibitnya masih diimpor. Kandungan nutrisi cacing Tubifexjuga tidak kalah dengan kandungan nutrisi pakan alami lainnya sepertiInfusoria, Chlamydomonas, Rotifera, Brachionus sp., Jentik nyamuk,Moina sp., Daphnia sp., dan Artemiasp.
Di BPBAT Tatelu sendiri, komoditas yang banyak memerlukan cacing Tubifex untuk produksi benih adalah ikan lele, ikan gurami dan sidat. Komoditas lele dan gurami merupakan komoditas yang sangat membutuhkan cacing Tubifex karena pakan alami sangat diperlukan bagi benih untuk masa pertumbuhannya, selain itu juga komoditas dari sidat memerlukan cacing ini untuk makanan starter stadia elver. ndk108
Sumber:
Khairuman, Amri K., dan Sihombing, T. 2008. Peluang Budidaya Cacing Sutra. Agromedia Pustaka. Jakarta
Suparman, M. 2014. Tekhnik Produksi Cacing Tubifex sp. Laporan Tahunan BPBAT Tatelu. Sulawesi Utara.

Thursday, September 27, 2012

MANFAAT IKAN BETUTU

September 27, 2012 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Budidaya ikan betutu (bakut) atau biasa juga disebut ikan malas belum terlalu memasyarakat seperti ikan lele ataupun ikan  mas karena  jarang  muncul sebagai komoditas yang diperjualbelikan  di  pasar tradisional. Tetapi  di sisi lain pangsa pasar ikan betutu cukup bergengsi karena dipasok ke restoran-restoran kota besar bahkan menjadi komoditi ekspor dengan harga cukup tinggi.
Tingginya harga ikan  betutu disebabkan cita rasanya yang lezat, serta dagingnya yang putih dan empuk. Ikan  betutu juga dipercaya mengandung khasiat tertentu bagi pria dan wanita. Bagi kaum wanita, ikan  betutu dipercaya dapat membuat awet muda. Sedangkan bagi kaum pria, ikan  betutu diyakini dapat meningkatkan vitalitas.
Walaupun harga jual ikan betutu cukup tinggi per kilonya, namun resiko yang dihadapi juga tidak kalah besar. Selain proses pembesaran yang berlangsung lama, tingkat kematian ikan ini cukup tinggi. Apalagi dalam hal penyediaan benih ikan, pembudidaya
Hanya mengandalkan benih hasil tangkapan dari alam. Ikan betutu  juga  masih sulit dibiasakan memakan pakan buatan pabrik (pellet), sehingga harus selalu tersedia pakan segar berupa ikan rucah yang juga ditangkap dari alam.  Dalam jangka panjang ketergantungan benih dan pakan alam akan menjadi kendala terhadap kontinuitas usaha budidaya ikan betutu.
Suatu usaha pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan maksimum dengan biaya yang minimum. Analisis ekonomi termasuk analisis  finansial usaha pembesaran ikan betutu dalam karamba yang dilaksanakan oleh pembudidaya  perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha dan prospek pengembangannya di masa mendatang. Namun suatu usaha  belum  dapat dikatakan berhasil  jika hanya melihat dari besarnya keuntungan  yang diperoleh, karena kelancaran distribusi  dan pemasaran yang efisien hingga sampai ke tangan konsumen akhir juga cukup penting untuk diperhatikan. Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya
a.         Sulit mendapatkan benih secara kontinu karena selama ini benih yang digunakan berasal dari  hasil tangkapan di alam. Apalagi benih ikan betutu sangat kecil dibandingkan benih ikan air tawar lainnya yang menyebabkan daya hidupnya cukup rendah. Belum lagi munculnya hewan-hewan pemangsa ataupun kebiasaan buruk kanibalisme yang  semakin memperlemah laju perkembangbiakan yang lamban tersebut.
b.        Ikan betutu yang dipelihara  sering kali terkena penyakit. Gejala yang ditunjukan  berupa luka borok yang muncul pada bagian tubuh dan sirip, gaya berenang yang tidak stabil, sering mengapung di permukaan dan tubuh terasa kasar. Minimnya pengetahuan para pembudidaya ikan Betutu dalam mengatasi penyakit terlihat dari kurangnya upaya mereka mengobati ikan yang sakit. Ikan betutu yang terkena penyakit dibuang begitu  saja ke daratan di sekitar lokasi pembesaran, hal ini dilakukan agar penyakit tersebut tidak menular pada ikan Betutu lainnya yang ada dalam karamba.
c.         Pembudidaya berada dalam posisi tawar yang lemah, karena kurang berperan dalam penentuan harga dan penjualan hasil produksi. Jika hasil produksi sedikit, terkadang  pedagang besar tidak datang untuk membeli. Hal ini dilakukan pedagang besar karena biaya yang digunakan untuk menjangkau lokasi produsen cukup besar dan tidak sebanding dengan penerimaan yang diperoleh. Akibatnya pembudidaya terpaksa memperlambat panennya yang beresiko terhadap peningkatan biaya produksi.  Budidaya ikan betutu (ragambudidaya) -Sebagaimana yang dikerjakan pada beragam type ikan yang lain, untuk mengawali memijahkan ikan betutu, ada beberapa langkah yang perlu dikerjakan. Dimulai dari seleksi indukan sampai sistem pemijahannya mesti dikerjakan dengan penuh kehati-hatian serta kesabaran.
Klasifikasi ikan betutu
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas              : Actinopterygii
Ordo               : Perciformes
Famili              : Eleotridae
Genus             : Oxyeleotris
Spesies           : marmorata
Tabel. Jumlah pemijahan dan jumlah telur rata-rata ikan betutu, Oxyeleotris marmorata, per sarang serta volume pergantian air selama satu bulan percobaan.
Musim
Kolam
Jumlah Pemijahan
Jumlah Telur per Sarang (butir)
Penambahan Air
Penghujan
Tanah
31
38.300
729.020

Beton
30
36.855
89.020
Kemarau
Tanah
36
39.170
983.080

Beton
0
0
65.020
         
Jumlah telur yang diperoleh per sarang dari ikan ikan yang memijah hampir sama, hal itu dikarenakan dalam bertelur induk-induk yang berbobot 125-500 g mengahasilkan telur antara 36.855 sampai 39.170 butir. Fakta tersebut sesuai dengan hasil yang didapat oleh Tavarutmaneegul dan Lin (1988), yaitu sebanyak 24.000 butir telur/sarang.
Penebaran induk ikan betutu dengan bobot antara 125-500 g diperoleh dari perairan umum. Induk ditebar dengan kepadatan 16 pasang jantan dan betina per kolam. Sebanyak 16 buah sarang diletakkan disisi setiap kolam, dibuat dari 3 lembar asbes berukuran 30x30 cm yang dirangkai menjadi bentuk segitiga. Ikan diberikan pakan berupa ikan kecil seperti ikan teri segar sebanya 7 % dari bobot ikan per hari. Pakan diberikan satu kali pada sore hari dengan cara di tebarkan di sekeliling kolam.
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada kolam tanah, ikan betutu memijah pada musim penghujan dan musim kemarau masing-masing  sebanyak 31 dan 36 kali per bulan dengan jumlah telur rata-rata sebanyak 38.300 dan 39.170 butir per sarangnya. Ikan betutu yang ada di kolam beton hanya memijah pada musim penghujan sebanyak 30 kali per bulan dengan jumlah telur rata-rata sebanyak 36.855 butir per sarangnya.
a.       Seleksi indukan Ikan betutu yang dapat jadikan indukan mesti mencukupi beragam kriteria di bawah ini : memiliki berat 150 – 200 gram. tubuh ikan betutu jantan lebih ramping dari ikan betutu betina. didapatkan dengan langkah menangkap dari alam. didalam situasi sehat. organ tubuhnya lengkap. ada didalam periode produktif.
b.      Persiapan pemijahan Induk yang dapat dipijahkan bisa diletakkan ke didalam kolam pemijahan serta diadaptasikan terlebih dulu sepanjang 2 bln.. kolam pemijahan mesti dilengkapi dengan substrat yang dapat dipakai sebagai area untuk tempelkan telur. Substrat ini bisa dibikin dari pipa paralon berdiameter 4 inci dengan panjang 40 cm yang dibelah serta lantas Jadikan satu kembali gunakan tali. banyak hal yang perlu dikerjakan saat merawat indukan yaitu : tiap-tiap hari air kolam dibersihkan dengan langkah ganti 30 persen air lama dengan air baru. Pakan yang bisa diberikan yaitu berupa : pellet yang memiliki kandungan protein sebesar 50 persen supaya sistem kematangan gonad bisa dipercepat jadi 2 bln. Dosis pakan yang didapatkan untuk tiap-tiap harinya yaitu sebesar 3 persen dari keseluruhan berat badan ikan serta diberikan sejumlah 3 kali dengan porsi makan malam semakin besar dari pada makan pagi serta siang. Ciri – ciri indukan yang sudah masak gonad yaitu : jantan : bila perutnya diurut dapat keluar sel sperma. betina : perutnya membuncit, alat kelaminnya tampak serta berwarna kemerahan.
c.       Pemijahan Sistem pemijahan dapat berlangsung saat malam hari. di bawah ini yaitu banyak hal yang perlu di perhatikan oleh pembudidaya ikan betutu sesudah sistem pemijahan berlangsung : pengontrolan pada substrat sarang telur. memindahkan substrat – substrat tersebut ke didalam kolam penetasan yang sudah diisi air serta teraerasi. telur dapat menetas didalam kurun waktu 2 – 3 hari pasaca pemijahan oleh sebab itu substrat mesti diangkat. sesudah menetas, pakan yang didapatkan pada larva – larva ini mesti sesuai dengan umurnya. a. umur 1 – 8 hari : paramecium. b· umur 1 bln. : rotifera. c· umur 1, 5 bln. : moina. Sesudah jadi burayak, segera pindahkan mereka ke didalam bak bersirkulasi dengan kepadatan tebar 200 ekor. Pakan yang bisa diberikan pada burayak yaitu berbentuk cacing rambut, pelet serta ikan runcah. pakan ini bisa diberikan 3 kali 1 hari serta berjalan sepanjang 2, 5 bln.. Sesudah beratnya meraih 2 gram, burayak ikan betutu bisa segera dimasukkan ke didalam karamba yang berukuran 50 kali 50 ( dapat menyimpan 10 ekor ) di mana karamba kelak ditempatkan ke didalam kolam berukuran 5 kali 7 m. sepanjang ada disana, benih ikan bisa diberi pakan berbentuk ikan serta udang – udang kecil serta dipelihara sepanjang 2, 5 bln. sampai beratnya meraih 10 gram serta siap untuk dipindahkan ke didalam kolam pembesaran.