Saturday, March 31, 2012

Ikan Layang Deles (Decapterus macrosoma)

March 31, 2012 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 1 comment
Sedangkan diskripsi Ikan Layang Deles  (Decapterus macrosoma)  badan   memanjang seperti cerutu. Bentuk badan sepintas seperti tongkol ,Sirip punggung pertama berjari keras 8 ,sirip punggung kedua berjari-jari keras 1 dan 32 – 35 lemah. Sirip dubur teridiri 2 jari-jari keras (lepas), 1 jari-jari keras bergandeng dengan 26 – 30 jari lemah.Dibelakang sirip punggung kedua dan dubur terdapat 1 jari-jari sirip tambahan.Terdapat 25 – 30 sisik duri pada garis sisinya. Dapat mencapai panjang 40 cm, umumnya 25 cm. Warna : biru kehijauan bagian atas, putih perak bagian bawah.Sirip siripnya  kuning pucat atau kuning kotor.Suatu totol hitam terdapat pada bagian  atas penutup insang dan pangkal sirip dada (Ditjen
Perikanan,1998)
Menurut klasifikasi Bleker dalam Saanin  (1968) sistematika ikan layang adalah sebagai berikut :
Phyllum           :  Chordata
Kelas         :  Pisces
Sub kelas     :  Teleostei
Ordo         :  Percomorphi
Divisi         :   Perciformes
Sub divisi     :   Carangi
Familia     :   Carangidae
Genus         :   Decapterus
Spesies     :  1. Decaptersus russelli (Rupell,1982)
                   2. Decapterus macrosoma (Bleker,1851)
b.    Habitat dan Distribusi
Di perairan Indonesia terdapat lima jenis  layang yang umum yakni
Decapterus kurroides, Decapterus russelli,  Decapterus macrosoma  Decapterus layang, dan Decapterus maruadsi (FAO,1974). Dari kelima jenis ini hanya Decapterus russelli yang mempunyai daerah sebaran yang luas di Indonesia , sedangkan di Perairan Laut Jawa terdapat dua spesies yaitu   Decapterus macrosoma dan Decapterus ruselli  (Widodo ,1988).
Di Laut Jawa sangat dominan dalam hasil tangkapan nelayan mulai dari Pulau Seribu, hingga P.Bawean dan P. Masalembo,Selat Makassar Selat Karimata, Selat Malaka, Laut Flores, Arafuru, Selat Bali. Decapterus ruselli dan Decapterus macrosoma tersebar di perairan tertentu.
Tampaknya Decapterus   ruselli senang hidup di perairan dangkal seperti
Laut Jawa, sedangkan Decapterus macrosoma tersebar di perairan laut seperti di Selat Bali, Perairan Indonesia Timur Laut Banda, Selat Makassar dan Sangihe, Laut Cina Selatan. Decapterus kurroides tergolong  ikan yang agak langka antara lain terdapat di Selat  Bali, Labuhan dan Pelabuhan Ratu  (Jawa Barat). Decapterus maruadsi termasuk ikan layang yang berukuran besar, hidup di laut dalam seperti di Laut Banda  tertangkap pada kedalaman 100 meter lebih  (Nontji, 2002) .
 Ikan layang termasuk jenis ikan perenang cepat, bersifat pelagis, tidak menetap dan suka bergerombol. Jenis ikan ini tergolong “stenohaline”, hidup di perairan  yang berkadar garam tinggi (32 – 34 promil) dan menyenangi  perairan jernih. Ikan layang banyak tertangkap di perairan yang berjarak 20 – 30 mil  dari pantai. Sedikit informasi yang diketahui tentang migrasi ikan , tetapi ada kecenderungan bahwa pada siang hari gerombolan ikan bergerak ke lapisan air yang lebih dalam dan malam hari kelapisan atas perairan yang lebih. Dilaporkan bahwa  ikan  ini  banyak  dijumpai  pada  kedalaman    45 – 100 meter (Hardenberg dalam Sunarjo ,1990). 
Ikan layang meskipun aktif berenang, namun terkadang tidak aktif pada saat membentuk gerombolan di suatu daerah yang sempit atau disekitar benda-benda terapung. Oleh karena itu nelayan payang dan purse seine di Jawa memasang rumpon dalam aktivitas penangkapan mereka. Menurut Sumarto  dalam Sunarjo (1990) sifat menggerombol ikan ini pada umumnya membelakangi rumpon, dan selalu menghadap/menentang arus. Sifat menggerombol ikan layang tidak terbatas dengan ikan sejenisnya, bahkan kerap kali bergabung dengan jenis lainnya, seperti bawal (Stromateus sp) , Selar (Caranx sp) , ikan Tembang (Sardinella sp) dan lain-lainnya.
Menurut Shaw dalam Gunarso (1985) pengelompokan atau schoal merupakan gejala biososial yang elemen–elemen penyebabnya merupakan suatu pendekatan yang bersifat timbal balik. Bagi ikan hidup bergerombol dapat memberikan kesempatan yang lebih besar untuk menyelamatkan diri dari predator  dan bagi beberapa jenis ikan bergerombol dapat memberikan stress yang lebih kecil daripada yang hidup sendiri (Royce,1972). 
 Secara biologi ikan layang merupakan plankton feeder atau  pemakan plankton kasar yang terdiri dari organisme pelagis meskipun komposisinya berbeda masing-masing spesies copepoda, diatomae,larva ikan. Sumber daya tersebut bersifat ‘multispecies’ yang saling berinteraksi satu sama lain baik secara biologis ataupun secara teknologis melalui persaingan (competition) dan  atau antar hubungan pemangsaan (predatorprey relationship).Secara ekologis sebagian besar populasi ikan pelagis kecil termasuk ikan layang   menghuni habitat yang relatif sama, yaitu di permukaan  dan membuat gerombolan di  perairan lepas pantai , daerahdaerah pantai laut dalam , kadar garam tinggi dan sering tertangkap secara bersama.
c.   Pola Ruaya.
Karena di Laut Jawa sering terjadi perubahan pola arus dan pola    sebaran salinitas yang bergantung pada musim, maka ikan layang berruaya sesuai pola arus. Hardenberg dalam Nontji (2002) telah menyusun hipotesis mengenai ruaya ikan layang di laut Jawa dan sekitarnya dengan  arah gerakan ruayanya yang sejalan dengan gerakan arus utama yang berkembang di laut Jawa  pada musim tersebut sebagai berikut :
1.    Pada musim timur : bulan Juni – September banyak ikan layang di Laut Jawa. Ikan   layang  ini adalah ikan layang timur yang terdiri dari 2 (dua) populasi, yakni yang datang dari Selat Makassar dan yang datang dari laut Flores.  Pada saat itu, dengan salinitas tinggi menyebar dari laut Flores masuk ke laut Jawa dan keluar melalui Selat Karimata dan Selat   Sunda.
2.    Pada musim Barat : bulan Januari sampai dengan Maret. Pada musim ini terdapat 2 ( dua) populasi yang masuk ke Laut Jawa yaitu ikan layang barat dan ikan layang utara. Populasi layang barat memijah di Samodera Hindia sampai ke Selatan Selat Sunda dan sekitarnya selanjutnya bermigrasi /terbawa arus masuk ke Laut Jawa .  Sementara itu populasi layang utara memijah di Laut Cina Selatan, pada musim barat sebagian bermigrasi ke Selatan  melalui  Selat Sunda masuk ke laut Jawa dan sebagian lagi ke timur sampai ke P. Bawean, P. Masalembo dan sebagian lagi membelok kearah selatan Selat Bali. Pola ruaya ini sejalan dengan pola arus yang berkembang saat itu.
d.  Musim Penangkapan.
Puncak produksi ikan layang di Laut Jawa terjadi dua kali dalam setahun masing-masing jatuh pada bulan Januari – Maret (akhir musim barat) dan pada bulan Juli – September (musim Timur) . Puncak-puncak musim ini dapat maju atau mundur waktunya sesuai dengan perubahan musim. Diluar waktu itu ikan layang tidak tertangkap ( Widodo,1988).
Musim penangkapan ikan,terutama ikan-ikan pelagis kecil  dapat ditelusuri dari  berlangsungnya musim ikan yaitu berdasarkan  produksi ikan yang didaratkan  Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan melimpah  antara bulan Juli sampai Desember dengan puncaknya sekitar bulan Nopember , karena bulan-bulan tersebut terjadi kenaikan produksi bila dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. (Pelabuhan Perikanan
Nusantara Pekalongan,2005). e.  Musim Pemijahan Ikan Layang.
Musim pemijahan ikan pelagis kecil di Perairan Laut Jawa relatip  panjang tetapi masing-masing individu lama memijah dalam periode singkat.Keberadaan juvenil ikan layang (ukuran kurang dari 12 Cm) hanya terjadi pada bulan Maret sampai Juli. (Atmaja dkk.,2003). Tingkat kematangan gonad ikan layang biasa (D.ruselli) pada tingkat matang (ripe) dijumpai pada bulan April  sampai Juni , sedangkan pada tingkat lepas telur (masa istirahat dan menyerupai kantong kosong) terjadi pada bulan sampai Desember . Juvenil kecil telah dijumpai antara bulan Maret sampai Mei antara ukuran 6 Cm.  (Widodo,1988).
  Menurut Delsman dalam Atmaja dkk. (2003) telur dan larva D. russelli telah ditemukan di Perairan Bawean pada bulan April – Mei dan di sekitar perairan Madura pada bulan Oktober-Nopember. Ikan siap memijah dan tumbuh menjadi ikan kecil  (kurang dari 12 cm) terjadi dari bulan
Maret sampai Juni. Musim pemijahan terjadi pada  bulan  Mei  sampai
Desember dengan aktifitas maksimum mulai bulan September – Desember. 
    Sedang ikan layang (D. macrosoma) tingkat kematangan gonad (telur transparan) dijumpai antara bulan Mei – Juni , sebagian telah melepas telur antara bulan Juli - Oktober dan  ikan-ikan kecil dengan panjang total  sekitar 8 Cm dijumpai pada bulan Mei, Juli, Agustus dan Nopember (Widodo,1988). Telur-telur dan larva ikan layang deles (D. macrosoma) dijumpai di sekitar perairan Madura di bulan Oktober dan Nopember. 
Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa musim pemijahan ikan layang di perairan Laut Jawa terjadi pada bulan Mei – Oktober atau Nopember dan waktu musim pemijahannya relatip panjang, tetapi masingmasing individu memijah dalam periode singkat. Keberadaan juvenil ikan layang (ukuran kurang dari 12 Cm) hanya terjadi pada bulan Maret sampai
Juli. (Atmaja ,dkk ,2003)   

Wednesday, March 21, 2012

PHYTOPLANKTON YANG HIDUP DI DALAM PERAIRAN INI AKAN MEMBERIKAN WARNA YANG KHAS

March 21, 2012 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Plankton
Berbagai plankton yang hidup dalam air dan memiliki manfaat yang bermacam-macam. Inti dasar plankton ini tersusun dari protein, dan berbagai warna jenis plankton dalam air. Menurut Gusrina dalam BSE menyatakan plankton adalah organisme renik yang hidup melayang-layang mengikuti pergerakan air. Plankton didalam perairan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu phytoplankton dan zooplankton. Phytoplankton adalah organisme renik yang hidup melayang-layang mengikuti pergerakan air yang berasal dari jasad nabati sedangkan zooplankton adalah organisme renik yang hidup melayang-layang mengikuti pergerakan air yang berasal dari jasad hewani. Sedangkan bentos adalah organisme air yang hidup didasar perairan .Jenis-jenis phytoplankton dan zooplankton yang dapat dibudidayakan dapat dikelompokkan berdasarkan habitatnya adalah plankton air tawar dan plankton air laut. Plankton air tawar hidup diperairan tawar sedangkanplankton air laut hidup diperairan laut.
Dalam siklus hidupnya phytoplankton melakukan proses fotosintesa dan berukuran kecil yaitu terdiri dari satu sel atau beberapa sel. Bentuk phytoplankton antara lain: oval, bulat dan seperti benang. Phytoplankton yang hidup di dalam perairan ini akan memberikan warna yang khas pada perairan tersebut seperti berwarna hijau, biru atau coklat. Hal ini dikarenakan didalam tubuh phytoplankton terdapat zat warna atau pigmen. Zat warna atau pigmen ini dapat diklasifikasikan yaitu :
1. Warna biru (Fikosianin)
2. Warna hijau (Klorofil)
3. Warna pirang (Fikosantin)
4. Warna merah (Fikoeritrin)
5. Warna kuning (Xantofil)
6. Warna keemasan (Karoten)
Berdasarkan zat warna yang dimiliki oleh alga ini, maka alga dapat dikelompokkan menjadi :
1. Alga Hijau (Kelas Chlorophyceae)
2. Alga Coklat (Kelas Bacillariophyceae/kelas Phaephyceae)
3. Alga Keemasan (Kelas Chrysophyceae)
4. Alga Merah (Kelas Rhodophyceae)
5. Alga Hijau Kebiruan (Kelas Cyanophyceae)
Selain itu menurut Nybakken (1992), plankton adalah kelompok-kelompok organisme yang hanyut bebas dalam laut dan daya renangnya sangat lemah. Kemampuan berenang organisme-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh gerakan air, hal ini berbeda dengan hewan laut lainnya yang memiliki gerakan dan daya renang yang cukup kuat untuk melawan arus laut.
Plankton adalah suatu organisme yang terpenting dalam ekosistem laut, kemudian dikatakan bahwa plankton merupakan salah satu organisme yang berukuran kecil dimana hidupnya terombang-ambing oleh arus perairan laut (Hutabarat dan Evans, 1988)
Menurut ukurannya, plankton dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu makroplankton (lebih besar dari 1 mm), mikroplankton (0,06–1 mm) dan nanoplankton (kurang dari 0,06 mm) meliputi berbagai jenis fitoplankton. Diperkirakan 70 % dari semua fitoplankton di laut terdiri dari nanoplankton dan inilah yang memungkinkan terdapatnya zooplankton sebagai konsumer primer (Sachlan, 1972).
Berdasarkan daur hidupnya, plankton terbagi dalam dua golongan yaitu holoplankton yang merupakan organisme akuatik dimana seluruh hidupnya bersifat sebagai plankton, golongan kedua yaitu meroplankton yang hanya sebagian dari daur hidupnya bersifat sebagai plankton (Bougis, 1976; Nybakken, 1992).
Berdasarkan keadaan biologisnya, Newel (1963) menggolongkan plankton sebagai berikut : (a) Fitoplankton yang merupakan tumbuhan renik, (b) Zooplankton yang merupakan hewan-hewan yang umumnya renik.
Zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Zooplankton memiliki ukuran yang lebih besar dari fitoplankton (Nontji, 1987).
Effendi (1997) membagi ukuran zooplankton dengan ketentuan khusus, yaitu makrozooplankton yang berukuran lebih besar dari 2 cm, dan mesozooplankton yang berukuran 200 – 20.000 m. Larva ikan maupun ikan-ikan muda yang bersifat planktonik disebut ichtyoplankton umumnya berukuran besar. Umumnya zooplankton mempunyai alat gerak seperti flagel, cilia atau kaki renang, namun tidak dapat melawan pergerakan air (Raymont, 1963).
Komposisi jenis zooplankton sangat bervariasi di berbagai wilayah laut. Bagian terbesar dari organisme zooplankton adalah anggota filum Arthropoda dan hampir semuanya termasuk kelas Crustacea. Holoplankton yang paling umum ditemukan di laut adalah Copepoda. Copepoda merupakan zooplankton yang mendominasi di semua laut dan samudera, serta merupakan herbivora utama dalam perairan-perairan bahari dan memiliki kemampuan menentukan bentuk kurva populasi fitoplankton. Copepoda berperan sebagai mata rantai yang amat penting antara produksi primer fitoplankton dengan para karnivora besar dan kecil (Nybakken,1992).
Romimohtarto dan Juwana (1998) menyatakan bahwa Crustacea merupakan jenis zooplankton yang terpenting bagi ikan-ikan, baik di perairan tawar maupun di perairan laut. Diantara anggota filum Arthropoda, hanya Crustacea yang dapat hidup sebagai plankton dalam perairan. Menurut Davis (1955), kelimpahan zooplankton sangat ditentukan oleh adanya fitoplankton, karena fitoplankton merupakan makanan bagi zooplankton. Silvania (1990) mengemukakan bahwa di perairan fitoplankton mempunyai peranan sebagai produsen yang merupakan sumber energi bagi kehidupan organisme lainnya. Hal ini juga didukung oleh Arinardi (1977) yang menyatakan bahwa kepadatan zooplankton sangat tergantung pada kepadatan fitoplankton, karena fitoplankton adalah makanan bagi zooplankton, dengan demikian kuantitas atau kelimpahan zooplankton akan tinggi di perairan yang tinggi kandungan fitoplanktonnya.
Zooplankton merupakan organisme penting dalam proses pemanfaatan dan pemindahan energi karena merupakan penghubung antara produsen dengan hewan-hewan pada tingkat tropik yang lebih tinggi. Dengan demikian populasi yang tinggi dari zooplankton hanya mungkin dicapai bila jumlah fitoplankton tinggi. Namun dalam kenyataannya tidak selalu benar dimana seringkali dijumpai kandungan zooplankton yang rendah meskipun kandungan fitoplankton sangat tinggi. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya “The Theory of Differential Growth Rate” (Teori Perbedaan Kecepatan Tumbuh) yang dikemukakan oleh Steeman dan Nielsen (1973) yang menyebutkan bahwa pertumbuhan zooplankton tergantung pada fitoplankton tetapi karena pertumbuhannya lebih lambat dari fitoplankton maka populasi maksimum zooplankton akan tercapai beberapa waktu setelah populasi maksimum fitoplankton berlalu.
1. Tumbuhan air
Padang Lamun adalah hamparan vegetasi berbentuk rumput yang umumnya terdapat pada laut dangkal dekat pantai. Fungsinya adalah sebagai habitat ikan-ikan kecil yang setelah besar ikan tersebut berpindah ke tengah laut yang lebih dalam. Ekosistem Padang Lamun memberikan sumber makanan yang produktif bagi ikan-ikan di laut. Karena ekosistem padang lamun berada dekat dengan pantai, tentunya tekanan utama terhadap ekosistem ini datang dari segala hasil kegiatan manusia di pantai. Eutrofikasi dengan nutrien nitrogen dan fosfat dapat mengakibatkan peningkatan pertumbuhan algae dan tanaman lamun, tetapi tidak mengganggu keseimbangan organisme yang ada. Eutrofikasi yang bersumber dari unsur hara di darat, seperti air kotor, minyak, detergen, pupuk dan limbah tambak dapat menimbulkan peledakan epifita lamun dan mengurangi tembusnya cahaya ke tumbuhan tersebut. Hilangnya tumbuhan lamun mengarah kepada erosi lokal, meningkatkan gerakan ombak di dasar laut dan kekeruhan air laut yang berdampak pada kekurangan cahaya untuk vegetasi lamun.
Dua masalah utama dalam pengelolaan padang lamun di Indonesia adalah masalah distribusi lahan pertumbuhan vegetasi dan tingkat eksploitasi sumber daya padang lamun. Masalah distribusi, yaitu hamparan ekosistem padang lamun tidak selalu terdapat di sembarang tempat di laut dangkal, tetapi hanya bisa tumbuh di tempat-tempat tertentu sehingga sulit dilakukan pengelolaannya. Eksploitasi padang lamun biasanya dilakukan oleh masyarakat kecil dan tersebar di mana-mana sehingga sulit dilakukan pengelolaan secara baik untuk kepentingan ekosistem laut secara keseluruhan.
1. Faktor Pembatas
Faktor pembatas fisik bagi suatu organisme kita kenal secara luas di antaranya faktor cahaya matahari, suhu, ketersediaan sejumlah air, gabungan antara faktor suhu dan kelembaban, dan lain sebagainya.
Faktor pembatas nonfisik adalah unsur-unsur nonfisik seperti zat kimia yang terdapat dalam lingkungan akan menjadi faktor pembatas bagi organisme-organisme untuk dapat hidup dan berinteraksi satu sama lainnya.
Kondisi lingkungan perairan (aquatic) berbeda dengan kondisi lingkungan daratan (terrestrial), terutama ditinjau dari keberadaan unsur kimiawi seperti; O2, CO2, dan gas-gas terlarut lainnya yang dapat diperoleh organisme di lingkungannya.
Garam biogenik adalah garam-garam yang terlarut dalam air, seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Zat kimia ini merupakan unsur vital bagi keberlanjutan organisme tertentu. Tanah terdiri atas bahan induk, bahan organik, dan mineral yang hasil pencampurannya dapat membentuk tekstur tanah tertentu. Ruang-ruang antara hasil pencampuran bahan-bahan tadi diisi oleh gas dan air. Kondisi tekstur dan kemampuan tanah inilah yang akan menentukan ketersediaan unsur hara bagi tumbuhan dan hewan di atasnya.
Tumbuhan perdu yang mempunyai daun lebar lebih tahan terhadap keterbatasan sinar matahari, sedangkan tumbuhan rerumputan sangat membutuhkan sinar matahari. Lebar atau kecil daun berpengaruh langsung terhadap kemampuan tumbuhan untuk melakukan kegiatan fotosintesis dan penguapan (transpirasi). Semakin lebar daun semakin tinggi kemampuan fotosintesis dan semakin besar pula penguapan.
Faktor cahaya, temperatur, dan kadar garam dalam ekosistem perairan akan berinteraksi bersama menjadi faktor pembatas utama terhadap keberadaan organisme. Hal ini dapat dilihat jelas pada perbedaan jenis organisme yang biasa didapati di dekat muara sungai dengan yang terdapat di lepas pantai atau laut dalam.

Tuesday, March 20, 2012

MENGENAL BUDIDAYA IKAN GORAMI

March 20, 2012 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Jenis ikan Gorami adalah ikan yang memiliki dua alat pernafasan yaitu insang dan labirin, ada keistimewaan bisa menyerap oksigen bebas dari udara secara langsung. Habitat aslinya gurame hidup di perairan tawar yang tergenang seperti rawa, danau, dan situ. Namun, beberapa jenis gurame dapat hidup di perairan payau. Selain itu, gurame dapat hidup di habitat air tergenang yang keruh dan tidak dapat ditinggali oleh ikan tawes atau ikan mas. Gurame dapat bertelur dan berkembang biak di air yang keruh sekali pun. Namun, sebenarnya gurame lebih menyukai perairan yang lebih jernih dan tenang.
Ikan ini akan hidup sengsara di perairan yang digenangi tanaman air mengapung seperti eceng gondok. Hal ini karena gurame harus mengambil udara langsung dari udara bebas dengan labirinnya. Alat ini tidak berguna jika gurame tidak dapat menyembul ke permukaan air. Di kolam yang ditutupi tanaman air yang mengapung, gurame akan lebih sering bergerak horisontal.
Klasifikasi ikan gurame
Di berbagai Daerah, gurame dikenal dengan berbagai sebutan, di antaranya, gurameh (Jawa), gurame (Sunda, Betawi), kalau, kala, alui (Sumatera). Dalam bahasa Inggris, gurami disebut giant gouramy. Menurut Bleeker yang kemudian disempurnakan oleh Sunier, Weber, dan De Beaufort, klasifikasi gurami sebagai berikut.
    Filum              : Cordata
    Subfilum       : Vertebrata
    Kelas              : Pisces
    Bangsa           : Labirinthici
    Suku               : Anabantidae
    Marga            : Osphronemus
    Spesies          : Osphronemus gouramy Lac.
Sementara itu, morfologi gurami sebagai berikut.
    Bentuk badan oval agak panjang, pipih, dan punggung tinggi
    Mulut kecil, dengan rahang atas dan bawah tidak rata. Di bagian rahang terdapat gigi-gigi kecil berbentuk kerucut. Deretan gigi sebelah luar lebih besar dibandingkan dengan gigi sebelah dalam. Ikan yang sudah tua memiliki dagu menonjol.
    Badan berwarna kecoklatan dengan bintik hitam pada sirip dada. Ukuran sisik besar.
    Pada jari pertama sirip perut terdapat alat peraba berupa benang panjang.
    Memiliki alat pernapasan tambahan (labirin) yang berfungsi menghirup oksigen langsung dari udara. Alat berupa selaput yang berkelok-kelok dan menonjol ini terdapat di tepi atas insang pertama. Pada labirin terdapat pembuluh kapiler yang memungkinkan gurami untuk mengambil oksigen langsung dari udaha dan menyimpannya.
    Pada gurame muda, di depan sirip duburnya terdapat bintik hitam yang menandakan bahwa gurami itu masih berusia muda.
    Pada ikan yang sudah tua, terdapat duri di sirip punggung dan sirip dubur yang ukurannya akan semakin besar.Perkembangbiakan dan Pertumbuhannya
Gurame berkembang biak sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Kematangan kelamin biasanya dicapai saat gurame berumur 2-3 tahun. Sebelum induk betina bertelur, induk jantan akan membuat sarang untuk meletakkan telur. Sarang telur dibuat dari ijuk, serpihan bambu, atau tanaman kering yang ada di dalam kolam. Sarang berdiameter 30 – 40 cm ini diletakkan di tempat yang tersembunyi.

Setelah induk betina meletakkan telur ke sarang, induk jantan akan membuahi telur tersebut. Induk jantan juga akan menjaga telur hingga menetas. Biasanya telur akan menetas setelah berumur lima hari. Usai perkawinan, menjaga keturunan menjadi kewajiban induk betina. Telur yang menetas menghasilkan larva yang akan terus tumbuh membesar. Berikut tahap pertumbuhan gurame berdasarkan umurnya.Dilihat dari kebiasaan makannya, ikan Gurami (Osphronemus gouramy) dapat digolongkan sebagai ikan herbivora, yakni ikan pemakan tanaman. Di antara jenis tana­man, tampaknya daun talas / keladi masih menjadi pilihan pembudidaya ikan sebagai pakan alami utama ikan gurami.

Selain talas, sebenarnya masih banyak bisa dijumpai ragam jenis tanaman air yang potensial untuk pakan ikan Gurami. Tanaman air ini, bahkan sering terlihat tumbuh melimpah di kolam dan sawah menjadi gulma. Lantas, je­nis tanaman air apa saja yang poten­sial untuk pakan ikan gurami?
Kebiasaan Makan
Di alam bebas, gurame mempunyai kebiasaan makan makanan yang spesifik pada setiap stadium pertumbuhannya. Gurame stadium larva dan benih umumnya memakan jasad renik seperti fitoplankton, zooplankton, chlorella, kutu air, larva serangga, dan serangga air.
Sementara itu, gurame dewasa cenderung lebih menyukai tumbuhan. Gurame dewasa biasanya memakan tumbuhan air yang lunak seperti azolla, hydrilla, kangkung air, genjer, dan apu-apu. Di kolam budi daya, gurame dewasa juga menyukai daun singkong, daun pepaya, dan daun talas atau sente, yang diberikan oleh petani. Namun dalam budi daya secara intensif, pemberian pakan alami belum cukup. Petani biasanya juga memberikan pelet atau pakan buatan pabrik agar pertumbuhanya optimal. .Tanamanair
Ada beberapa jenis tanaman air mengapung  jenis biah (istilah  Bali) yang potensial untuk pakan ikan gurami karena kandungan proteinnya yang cukup tinggi. Di antarnya adalah  biah sawah (Monocharia vaginalis). Ciri utama tanaman ini, memiliki lembar daun berbentuk jantung berwarna hi­jau dan tangkainya panjang.

Tanaman air mengapung yang memiliki akar serabut yang lebat ini biasa tumbuh di areal persawahan. Bila diberikan se­bagai pakan gurami, tanaman ini per­lu dicincang tcrlebih dulu. Dilihat dari nilai gizinya, biah sawah mengandung protein sekitar 12,1 persen.
Jenis tanaman air mengapung lainnya adalah Eceng Gondok (Eichomia crassipes) Tanaman ini memiliki daun lebar yang ditopang oleh tangkai bergelombang menggondok di pangkalnya. Tan­aman yang sering tumbuh sebagai gul­ma ini, memiliki kandungan protein sekitar 13,2 persen dan serat kasar lebih dari 17 persen. Setelah dicincang, tanaman ini dapat diberikan untuk ikan gurami sebagai pakan. Pemberian pakan dari je­nis tanaman ini, sebaiknya dibatasi maksimal 30 persen dari total ransum.
Aneka ganggang
Selain itu, aneka gang­gang yang tumbuh di perairan bisa juga dimanfaatkan sebagai pakan ikan gurami. Tercatat ada tiga jenis ganggang yang potensial untuk pakan ikan gurami. Jenis ganggang ini adalah ganggang hidrilla, ganggang rumput dan lenatopikan.
Jenis pertama, yakni ganggang hidrilla (Hydrilla ver­ticilata) biasa tumbuh di dalam air. Ciri utama tanaman ini, memiliki daun kecil memanjang dengan tepian bergerigi. Daun ini tersusun melingkar pada batang yang tumbuh memanjang. Kandungan protein ganggang ini sekitar 12,9 persen dan tergolong tanaman air yang disukai untuk pakan ikan gurami.
Jenis ganggang kedua adalah ganggang rumput (Najas graminal). Ganggang ini memiliki batang berukuran ramping dan tumbuh bercabang. Sosok daunnya mirip dengan sosok daun hidrilla, namun lebih ramping dan bertekstur agak kaku. Ganggang yang tumbuh terendam di dalam air ini, memiliki nilai protein yang ter­golong tinggi, yakni mencapai sekitar 22,2 persen.
Berikutnya adalah Ganggang Lenatopikan (Ceratophylum sp). Sama seperti jenis ganggang di atas, ganggang ini juga tumbuh terendam di dalam air. Sepintas,  ganggang ini tampak seperti hidrilla. Namun bila diamati lebih seksama, daun ganggang Lenatopikan bercabang dua. Kandungan protein ganggang ini berkisar antara 12 persen. Sama seperti ganggang hidrilla dan ganggang rumput, jenis ganggang Lenatopikan ini bisa langsung diberikan pada ikan gurami tanpa  dicincang terlebih dahulu.
Tanaman lain
Selain jenis tanaman apung dan ganggang yang sudah disebutkan di atas, ada lagi beberapa jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan gurami. Beberapa di antaranya adalah kapu-kapu, emping-emping dan toko-toko.
Kapu-kapu (Pistia stratistes) dikenal petani di Bali dengan nama Kol air. Sosok kapu-kapu sepintas memang tampak seperti sosok tanaman kubis (kol). Tanaman  air yang memiliki kandungan protein  sekitar 7,4 persen ini, sering terlihat tumbuh terapung di perairan kolam dan sawah.
Tanaman air lainnya yang tumbuh terapung adalah emping-emping (Lemna  perpussila). Tanaman ini berukuran kecil dan daunnya berupa lembaran bentuk membulat berukuran lebar 1,5 mm dan panjang 3 mm. Pada tiap lembar daun ini, tumbuh sehelai akar tunggal yang menjuntai ke dalama air. Kandungan protein Emping-emping ini, tercatat sekitar 12,3 persen.
Tanaman air potensial berikutnya adalah toko-toko atau azolla  (Azolla pinnata) yang memiliki kandungan protein sekitar 30 persen. Tanaman yang tumbuh terapung ini, tergolong berukuran kecil. Lebar daunnya hanya sekitar 1 mm. Daun ini tersusun  bertumpuk pada percabangan tangkai. Daun toko-toko atau azolla  ini biasanya berwarna hijau muda dan bisa berubah menjadi hijau tua sampai ungu jika media tumbuhnya kekurangan unsur Nitrogen.
Selain dimanfaatkan untuk pakan ikan gurami, aneka tanaman air tersebut di atas juga bisa dimanfaatkan untuk jenis ikan herbivore lainnya seperti Tawes dan karper rumput. Bahkan belakangan seiring mahalnya harga pellet (pakan ikan buatan pabrik), tanaman air tersebut juga dimanfaatkan untuk pakan ikan lele, patin, karper dan ikan budidaya lainnya 

Sunday, March 18, 2012

BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN BANDENG

March 18, 2012 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


PENGENALAN IKAN BANDENG:
Kegiatan budidaya ikan bandeng di tambak telah dikembangkan untuk waktu yang lama, hal ini didukung oleh potensi sumber daya alam yang sangat baik, terutama ketersediaan benih ikan bandeng (Nener) baik secara alami atau dari hatchery dalam Keperawatan - Keperawatan Hatchery (Hatchery), tapi produksi dan produktivitas relatif masih rendah.
Rendahnya produksi dan produktivitas antara lain disebabkan terbatasnya pengetahuan dan keterampilan tentang teknis ikan petani ikan budidaya bandeng yang perlu diperbaiki, antara lain, melalui Technical Reference Guide Budidaya bandeng.
Bandeng merupakan ikan yang tinggi protein. Bandeng merupakan ikan yang mengkonsumsi tumbuhan dengan berat rata-rata 0,6 kg pada usia 5-6 bulan. Ada beberapa tahapan dalam budidaya bandeng. Ikan Bandeng (Chanos chanos), dalam bahasa inggris disebut milkfish ikan ini menetas di laut dalam, setelah 2-3 minggu menetas kemudian bermigrasi ketepi pantai dan bakau –bakau dan kembali lagi ketengah laut untuk berkembang biak. Bentuk tubuh ikan bandeng ini adalah langsing seperti torpedo dan berenang cepat, berwarna putih perak dan pemakan ganggang biru berupa tumbuhan plankton, lumut, klekap (Herbivora)  yang tumbuh di dasar perairan. Ikan ini dibudidayakan untuk konsumsi rumah tangga dan restoran berupa bandeng gulai, goreng, pindang, asap dan bakar.  
HABITAT IKAN BANDENG:
Bandeng dalam bahasa Inggris (Chanos chanos), disebut ikan bandeng menetas di laut dalam, setelah menetas 2-3 minggu kemudian bermigrasi ke tepi, pantai dan bakau-bakau dan kembali lagi ke laut tengah untuk berkembang biak.
Bandeng (Chanos chanos) adalah sejenis ikan laut dari Family Chanidae, Ordo Malacopterygii. Namun ikan bandeng diklasifikasikan Euryhalin yang memiliki daya penyesuaian (toleransi) cukup tinggi terhadap perubahan kadar garam (salinitas) mulai dari 0-60 per mil. Selain itu, juga cukup tahan terhadap perubahan suhu tinggi hingga 40 derajat Celcius. Bentuk tubuh bandeng ramping seperti torpedo dan berenang cepat, keperakan putih dan biru dalam sisi kulitnya. ikan ini pemakan tumbuhan plankton ganggang, lumut, klekap (herbivora) yang tumbuh di dasar perairan. Ikan ini dibudidayakan untuk konsumsi rumah tangga dan restoran dalam bentuk susu kari, digoreng, direbus, asap dan panggang. Ikan bandeng mulanya hidup dilautan Hindia dan Fasifik hidup secara bergerombol disekitar pesisir dan pulau-pulau terumbu karang namun ahir-ahir ini hidup di air payau, danau  mapun air tawar. Untuk budidaya pembesaran ikan bandeng lebih cocok dilakukan di tambak air payau dengan menumbuhkan pakan alami maupun pemberian pakan buatan atau pelet. Kadar tanah pH yang optimal untuk ikan bandeng antara 7-8, dengan kandungan oksigen terlaru 3,5 ppm. Juga dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan salinitas yang ekstrim.
  TAHAPAN  PEBESARAN IKAN BANDENG:
1.  PERSIAPAN TAMBAK
Dalam hal ini tambak yang dipersiapkan adalah tambak yang telah ada dan sudah berulang kali melaksanakan panen ikan bandeng kita tidak lagi membicarakan site selection (penentuan lokasi) maupun tata letak tambak, para petani tambak yang tidak melaksakan tahapan persiapan dengan benar memang bisa panen ikan bandeng namun hasilnya kurang maksimal karena langkah langkah dalam persiapan tambak ini sering diabaikan atau tidak dilakukan secara benar. Agar dapat menghasilkan panen ikan bandeng para petani tambak sebaiknya mengikuti tahapan sbb:
a.  Penjemuran Tambak.
  - Air dikeringkan melalui saluran pembuangan
  - Benteng tambak yang bocor ditutup dengan baik dan diperkuat
  - Lumpur yang cair dinaikan atau dibuang dari dalam tambak
  - Dijemur hingga dasar tambak telihat retak -retak  ( 2 minggu).
  - Pintu masuk air diperbaiki untuk menghindari kebocoran pada posisi yang lebih tinggi
  - Pintu pembuangan air diposisi yang lebih rendah dan berfungsi untuk pengeringan tambak 
    saat panen ikan bandeng
b. Pemupukan dan pengapuran dasar tambak
Setelah dasar tambak terlihat retak -retak langkah berikutnya dalah pemupukan dasar tambak
agar tambak dapat menghasilkan ikan bandeng sesuai yang diharapkan dalam jangka waktu relatif lama hindarilah penggunaan pupuk buatan /anorganik, penggunaan pupuk anorganik hanya dapat bertahan dalam waktu singkat oleh sebab itu gunakanlah pupuk organik sbb:
- Taburlah pupuk kompos/berasal dari kotoran hewan dengan dosis 1-3 ton /Ha,  kapur 1-2 
   ton/Ha jumlah kapur disesuaikan dengan Ph tanah.
- Siram/semprotkan pupuk cair organik 4 liter /Ha dan pemupukan susulan dilakukan tiap 2
   minggu hingga panen.
2.   PENEBARAN BENIH GELONDONGAN
  - Setelah pemupukan dasar tambak dilakukan, air dimasukan secara bertahap (30%) tiga      
    kali hingga  ketingian 50  cm.
  - Setelah air dimasukan biarkan selama 2 minggu
  - Penebaran benih gelondongan ukuran 10 cm dengan padat tebar 50 ekor/meter
   dengan cara terlebih dahulu memasukan plastik packing yang berisi ikan kedalam tambak    
   1-2 jam agar suhu air dalam tambak dan air didalam packing sama atau sesuai untuk       
   menghindari ikan stress   
3.  PEMBERIAN PAKAN
  - Benih gelondongan yang baru ditebar tentunya masih cukup makan dari pakan alami yang 
    tumbuh ditambak.
 Gambar : Pakan buatan/pelet
  - Setelah 2 minggu ditaburkan lagi pupuk cair organik untuk menumbuhkan pakan alami
  - Memasukan pupuk kompos/kotoran ternak  kedalam goni plastik dengan melubangi lalu  
    dimasukan kedalam tambak untuk menumbuhkan pakan alami untuk menekan penggunaan 
    pakan buatan yang dapat menekan biaya produksi.
 -  Pemberian pakan buatan disesuaikan dengan kondisi pakan alami didalam tambak dapat
    dilakukan setelah ikan 3 bulan didalam Tambak hingga panen sesuai ukuran ikan bandeng 
    yang diharapkan menurut kebutuhan pasar setempat atau lokal.
4.   PEMANENAN IKAN BANDENG.
  Panenen ikan bandeng dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

a.  Panen selektif
 yaitu dengan cara mengeringkan/ membuang air dari tambak sebanyak 70 % kemudian 
 menyeser ikan dengan jaring kemudian ikan disortir/ dipilih yang dipanen adalah ikan yang  besar atau ikan telah memenuhi ukuran yang diharapkan lalu dijual kepasar atau pedagang
b.  Panen total
yaitu panen yang dilakukan serentak atau sekaligus yang besar maupun yang kecil semuanya dipanen dan dijual kepasar atau kepada pedagang ikan.
ambar : Ikan Bandeng dibakar dengan aroma
dan rasa lezat ukuran  2 ekor/ kg.